HEMATOLOGI III
Disusun oleh :
1. Ibu Dr. Arina NOvilla, S.Pd, M.Si selaku dosen koordinator pengampu
mata kuliah Miologi.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan
terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa
tersusun lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat
untuk kita semua.
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
ke darah, sumsum tulang, dan jaringan lain. Hal ini dapat menyebabkan
didasarkan pada asal sel dan tipe sel yang mendominasi sumsum tulang.
Berdasarkan sel asal leukemia ada dua yaitu mieloid serta limfoid. Pada
leukemia akut tipe sel yang mendominasi adalah sel leukosit yang imatur.
Pada leukemia kronik terjadi penumpukan sel leukosit yang sudah matur.
sel progenitor dari sel myeloid. Bila tidak diobati, penyakit ini akan
Serikat, LMA merupakan 32% dari seluruh kasus leukemia. Penyakit ini
lebih sering ditemukan pada dewasa (85%) dari pada anak (15%).
Insidens LMA umumnya tidak berbeda dari masa anak-anak hingga masa
1
2
berusia 30 tahun adalah 0,8%, pada orang yang berusia 50 tahun 2,7%,
sedang pada orang yang berusia di atas 65 tahun adalah sebesar 13,7%.
Secara tidak umum tidak didapatkan adanya variasi antar etnik tentang
yang 2,9 hingga 5,8 kali besar pada ras Hispanik yang tinggal di Amerika
muda (blas) dengan akibat terjadi akumulasi sel blas di sumsum tulang.
trombositopenia)
a. Kemoterapi alkylating.
b. Radiasi ionik.
c. Sindroma down.
d. Paparan benzena
3
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian leukimia myeloblasti akut (LMA) ?
3. Tujuan penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai leukimia
myeloblastik akut
4. Manfaat penulisan
Dengan pembuatan makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat
mengenal lebih dalam tentang :
PEMBAHASAN
1. Etiologi
Etiologi LMA tidak diketahui. Meskipun demikian, ada beberapa
faktor yang diketahui dapat menyebabkan atau setidaknya menjadi faktor
predisposisi LMA pada populasi tertentu. Benzene merupakan zat
leukomogenik untuk LMA. Selain itu, radiasi ionik juga diketahui dapat
menyebabkan LMA. Terdapat penelitian pada orang-orang yang selamat
dari serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Efek
leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak
1.5tahun sesudah pengeboman dan mencapai puncak 6 atau 7 tahun
sesudah pengeboman. Faktor lain yang merupakan predisposisi untuk
LMA adalah trisomi kromosom 21 yang dijumpai pada penyakit herediter
sindrom Down. Pasien sindrom Down mempunyai risiko 10 hingga 18 kali
lebih tinggi untuk menderita leukemia, khususnya LMA tipe M7. Selain itu
pasien beberapa sindrom genetik seperti sindrom Bloom dan anemia
Fanconi juga diketahui mempunyai risiko yang jauh lebih tinggi
dibandingkan populasi normal untuk menderita LMA. Faktor lain yang
memicu terjadinya LMA adalah pengobatan dengan kempterapi sitotoksik
pada pasien tumor padat. LMA akibat terapi adalah komplikasi jangka
panjang yang serius dari pengobatan limfoma, mieloma multipel, kanker
payudara, kanker ovarium dan kanker testis. Jenis kemoterapi yang
paling sering memicu timbulnya LMA adalah golongan alkalyting agent
dan topoisomerase II inhobitor. LMA akibat terapi mempunyai prognosis
yang lebih buruk dibandingkan LMA de novo sehingga di dalam klasifikasi
leukemia versi WHO dikelompokkan tersendiri.
4
5
2. Patogenesis
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas
yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti
pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di
sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan
menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya
akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone
marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia
(anemia, leukopenia dan trombositopenia).Adanya anemia akan
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat
sesak nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-
tanda perdarahan, sedang adanya leukopenia akan menyebabkan
pasien rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi oportunistis dari
flora bakteri normal yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu,
sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi
keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti
kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak
organ-organ tersebut dengan segala akibatnya.
3. Patofisiologi
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan
perluasan klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat
diferensiasi dan tidak bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih
matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluripoten yang
kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non
limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel
induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit
dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi
perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui
penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga
jumlah sel muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah
6
4. Gejala
Gejala pertama biasanya terjadi karena kegagalan bone
marrowmenghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai
dan atau akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada berbagai organ,Gejala
pasien leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan
tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Infeksi sering terjadi, anemia
dan trombositopenia sering berat. Durasi perjalanan penyakit bervariasi.
Beberapa pasien, khususnya anak-anak mengalami gejala akut selama
beberapa hari hingga 1-2 minggu. Pasien lain mengalami durasi penyakit
yang lebih panjang hingga berbulan-bulan.Adapun gejala-gejala umum
yang dapat ditemukanpada pasien AML antara lain.
a. Kelemahan Badan dan Malaise
7
5. Diagnosis
Secara klasik diagnosis LMA ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik, morfologi sel dan pengecatan sitokimia. Sejak sekitar
dua dekade tahun yang lalu berkembang 2 teknik pemeriksaan terbaru:
immunoserotyping dan analisis sitogenetik. Berdasarkan pemeriksaan
morfologi sel dan pengecatan sitokimia, klasifikasi LMA terdiri dari 8
subtipe (M0 sampai M7). Klasifikasi ini dikenal dengan nama klasifikasi
FAB (French American British). Klasifikasi FAB saat ini masih menjadi
dasar LMA. Pengecatan sitokimia yang penting untuk pasien LMA adalah
Sudan Black B (SBB) dan mieloperoksidase (MPO). Kedua pengecatan
sitokimia tersebut akan memberikan hasil positif pada pasien LMA tipe
M1,M2,M3,M4,danM6
9
6. Subtipe AML
7. Klasifikasi AML
10. Pencegahan
Berhenti merokok
Hindari paparan bahan kimia berbahaya, seperti benzena, fomalin,
dan pestisida. Jika Anda bekerja di lingkungan yang rentan terhadap
paparan bahan kimia, gunakan selalu alat pelindung diri (APD) untuk
membatasi paparan dan konsumsi makanan bernutrisi.
14
4. Sitogenetika molekuler
Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ
hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan
sitogenetika gagal.Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas
gen atau bagian dari kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-
MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q.
5. Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan
perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain.
Contoh pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lebih banyak penderita leukemia mieloblastik akut dengan jenis kelamin
perempuan dibandingkan laki-laki. Lebih dari separuh penderita leukemia
mieloblastik akut mengalami LMA M4.
AML tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang spesifik. Terapi terdiri
dari terapi induksi, dimana terapi “3 + 7” masih menjadi standar dan terapi
konsolidasi dengan kemoterapi atau transplantasi sel hematopoietik. Walaupun
telah terdapat perkembangan mengenai pemahaman dan molekuler AML, pasien
dapat mengalami kekambuhan. Belum semua terapi yang dikembangkan
memberikan hasil memuaskan, dan terapi-terapi lain masih terus dikembangkan.
Seluruh penderita leukemia mieloblastik akut mengalami anemia Sebagian
besar mengalami hiperleukositosis. Seluruh penderita leukemia mieloblastik akut
mengalami trombositopenia.Ditemukan presentasi blast >30% pada hampir seluruh
darah tepi pasien leukemia mieloblastik akut.
2. Saran
Sebaiknya kita menjaga kesehatan dengan baik. Selain itu penyakit leukimia
dapat dicegah dengan mengkonsumsi vitamin A dan C, buah maupun sayuran yang
kaya akan serat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16