Sistem ini hampir secara otomatis digunakan di semua negara ketika masyarakat mulai mengenal
surat kabar sebagai wahana komunikasi. Sistem pers otoriter telah berhasil selama dua ratus tahun
membentuk dasar khusus dalam menentukan fungsi dan hubungan pers dengan masyarakat.
Penggunaan sistem ini tidak terbatas pada abad 15 hingga 17 saja, tetapi berlanjut sampai abad
modern seperti negara Jepang, Rusia, Jerman, Spanyol, dan beberapa Negara di Asia dan Amerika
Selatan.
Dalam sistem pers otoriter, setiap teori tentang hubungan komunikasi yang terorganisasi dimana pers
menjadi bagiannya akan ditentukan oleh asumsi dasar filosofis dasar tentang manusia dan negara
sebagai berikut.
Hakikat manusia : manusia dapat mencapai potensi sepenuhnya hanya apabila manusia itu menjadi
anggota masyarakat. Manusia sebagai individu bidang kegiatannya terbatas.
Hakikat masyarakat : manusia sebagai anggota masyarakat atau kelompok yang terorganisasi akan
mampu mencapai tujuan hidupnya, bahkan tak terukur. Dengan asumsi ini, maka kelompok lebih
penting daripada perseorangan karena hanya melalui kelompoklah tujuan perseorangan dapat tercapai.
Hakikat negara : negara adalah ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok manusia, mengungguli
perseorangan dalam segala skala nilai. Tanpa negara orang perseorangan tidak sanggup
mengembangkan atribut-atribut manusia yang berbudaya. Ketergantungan perseorangan terhadap
negara dalam mencapai dan mengembangkan peradaban muncul sebagai formula umum dari sistem
otoriter. Asumsi ini menjadi asumsi dasar tentang hakikat negara.
Hakikat kebenaran dan pengetahuan : pengetahuan dapat ditemukan melalui usaha mental.
Kemampuan dalam menggunakan proses mental untuk mendorong munculnya proses itu sangat
berbeda. Karena adanya perbedaan ini, maka manusia juga harus dibedakan tempatnya dalam struktur
masyarakat. Orang-orang bijaksana yang mempunyai kesanggupan menganalisis dan menyimpulkan
masalah harus menjadi pemimpin dalam suatu masyarakat yang terorganisasi. Atau, apabila tidak
menjadi pemimpin maka setidaknya harus menjadi penasihat bagi pemimpin-pemimpin masyarakat.
Pengetahuan yang tidak diilhami tuntutan ketuhanan didapat melalui negara untuk kebaikan semua
orang. Dengan demikian maka pengetahuan yang diperoleh dapat dikembangkan dan dapat dijadikan
panutan semua anggota masyarakat yang membutuhkan rumusan absolut.
Memang, sistem otoriter ini lahir lebih awal dibanding sistem pers lainnya. Namun, walau begitu
hingga sekarang sisa-sisa teori ini belum hilang dan masih dapat dilihat pelaksanaannya di beberapa
negara. Karena menurut negara penganut sistem ini, media massa harus diatur dan diawasi
kegiatannya agar tidak merusak kegiatan negara dalam mencapai tujuannya.