Anda di halaman 1dari 32

PERILAKU HIDUP BESRSIH DAN SEHAT (PHBS)

DAN POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)


MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional
Dosen Pengajar :Dr.H. Omo Sutomo,M.Kes.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Angel Cindy Siregar P27901117045
Fransisca Windiani P27901117054
Neis Anisa P27901117069
Regiyani Septi Diana .S. P27901117073
Winda Aulia Rahma.S. P27901117086

TINGKAT 2B/SMESTER 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN


JUURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM DIII KEPERWATAN
TAHUN AJARAN 2018/201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Kebijakan Kesehatan Nasional dengan judul “PHBS Dan POSYANDU” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam menuntut ilmu. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini .
Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.H. Omo Sutomo,M.Kes. Dosen Mata Kuliah Kebijakan
Kesehatan Nasional
2. Teman-Taman yang telah membatu dalam penyusunan laporan ini
3. Serta Pihak-Pihak yang telah membatu dalam penyusunan laporan ini

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
i

DAFTAR ISI ............................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................


1..................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................................


1....................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................


2....................................................................................................................

1.3 Tujuan Makalah ..........................................................................................


3....................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................


4..................................................................................................................................

2.1 Definisi PHBS..............................................................................................


4

2.2 Tatanan PHBS..............................................................................................


5....................................................................................................................
......................................................................................................................

2.3 Aturan atau Kebijakan Mengenai PHBS.....................................................


10..................................................................................................................

2.4 PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan.......................................................


10..................................................................................................................

2
2.5 Tujuan PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan...........................................
11

2.6 Sasaran PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan.........................................


11

2.7 Manfaat PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan.........................................


11

2.8 Indikator PHBS di Rumah Tangga...............................................................


12

2.9 Definisi POSYANDU..................................................................................


19

2.10 Tujuan POSYANDU...................................................................................


20

2.11Pengelola POSYANDU................................................................................
20

2.12 Kegiatan Pokok POSYANDU.....................................................................


20

2.13 Pembentukan POSYANDU.........................................................................


20

2.14 Strata POSYANDU.....................................................................................


22

2.15 Sasaran Revitalisasi POSYANDU..............................................................


22

3
2.16 Jenis POSYANDU......................................................................................
23

2.17Sistem Lima Meja........................................................................................


24

BAB III PENUTUP .................................................................................................


26................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan .................................................................................................


26..................................................................................................................

3.2 Saran ............................................................................................................


26..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


iii................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rhineka Cipta
: Jakarta.

Permenkes RI, No : 2269/MENKES/PER/XI/2011; tentang : Pedoman Pembinaan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Behram. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kondisi dimana kita berada jauh atau terbebas dari
penyakit. Merupakan suatu yang mahal jika dibandingkan dengan hal-hal yang
lain. Bagaimana tidak, harta yang melimpah, memiliki paras tampan atau cantik,
memiliki badan tegap dan gagah, semuanya itu akan sirna dengan sekejap jika kita
terserang penyakit atau tidak sehat. Dengan penyakit harta bisa habis digunakan
untuk berobat, paras tampan atau cantik berubah menjadi pucat dan tidak enak
untuk dipandang, badan yang tegap dan gagah seketika roboh dikarenakan lemas
dan lesu akibat kondisi tubuh yang menurun drastis.
Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati
seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah
dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk
menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan
semakin banyaknya penderita penyakit tidak menular (degeneratif) seperti
jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stress dan penyakit tidak menular lainnya
yang disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, maka untuk menghindarinya
kita perlu bergaya hidup yang sehat
Tidak jarang istilah PHBS terdengar di masyarakat. Jika dilihat dari
kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung
mengetahui apa itu PHBS, singkat kata mengenai perilaku seseorang menyangkut
kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatannya. Banyak penyakit dapat
dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare, DBD, flu burung, atau pun flu babi
yang akhir-akhir ini marak.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar
yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas
kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang
kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa.

1
A.A. Gde Muninjaya (2002:169) mengatakan : ”Pelayanan kesehatan terpadu
(yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program
terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos
pelayanan terpadu (Posyandu)”. Konsep Posyandu berkaitan erat dengan
keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek
sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain
sebagainya. (Departemen kesehatan, 1987:10).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi PHBS ?

2. Bagaimana Tatanan PHBS ?

3. Apa Aturan atau Kebijakan Mengenai PHBS ?

4. Bagaimana PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan ?

5. Apa Tujuan PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan ?

6. Siapa Sasaran PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan ?

7. Apa Manfaat PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan ?

8. Apa Indikator PHBS di Rumah Tangga ?

9. Apa Definisi POSYANDU ?

10. Apa Tujuan POSYANDU ?

11. Bagaimana Pengelola POSYANDU ?

12. Apa Kegiatan Pokok POSYANDU ?

2
13. Bagaimana Pembentukan POSYANDU ?

14. Apa Jenis POSYANDU ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi PHBS

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Tatanan PHBS

3. Untuk Mengetahui Aturan atau Kebijakan Mengenai PHBS

4. Untuk Mengetahui Bagaimana PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan

5. Untuk Mengetahui Tujuan PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan

6. Untuk Mengetahui Siapa Sasaran PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan

7. Untuk Mengetahui Manfaat PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan

8. Untuk Mengetahui Indikator PHBS di Rumah Tangga

9. Untuk Mengetahui Definisi POSYANDU

10. Untuk Mengetahui Tujuan POSYANDU

11. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengelola POSYANDU

12. Untuk Mengetahui Kegiatan Pokok POSYANDU

13. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembentukan POSYANDU

14. Untuk Mengetahui Jenis POSYANDU

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi
yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat,
sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam
menyongsong Milenium Development Goals (MDGs).
"Health is not everything, but without health everything is nothing".
Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi
tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup sehat, kondisi yang
sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat
serta merubah prilaku tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat.
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku yang
dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan
kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus diterapkan dalam setiap sisi
kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah tangga/keluarga,

4
institusi kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena
perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga
melekat dalam diri seseorang.
Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat
terhadap pembiayaan kesehatan.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. (UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992)
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al.,1995). Perubahan-
perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.
Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005).

 Dasar orang berperilaku dipengaruhi oleh :


a. Nilai
b. Sikap
c. Pendidikan/Pengetahuan

5
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula (Notoatmodjo S.,2003)

2.2 Tatanan PHBS


PHBS berada di lima tatanan yakni:
1. Tatanan rumah tangga
Membudayakan hidup sehat tidaklah sulit harus ada kesadaran, keinginan
dan kemauan untuk memulainya. Setiap keluarga dapat menerapkan prinsip
untuk hidup bersih serta menjadikan perilaku sehat menjadi kebiasaan setiap
anggota keluarga. Jika kebiasan yang baik telah ditanamkan sejak dini maka
tidaklah sulit melakukannya, karena sesuatu yang dilakukan sebagai
kebiasaan sangat mudah untuk dikerjakan. Tanamkan prinsip bahwa
kesehatan merupakan suatu "kebutuhan", sehingga kita akan termotivasi
untuk mencapainya dan melakukannya.

2. Tatanan Sekolah
Indikator PHBS di sekolah antara lain:
a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit, bila digunakan maka kuman dan bakteri berpindah
ke tangan. Pada saat makan kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh
yang bisa menimbulkan penyakit antara lain diare, thypus, cacingan, flu
burung dll.
b. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan
tambahan makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna,
pengawet, pemanis dan bumbu penyedapnya aman untuk kesehatan
atau tidak.
c. Membuang sampah pada tempatnya

6
Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus,
menjadi sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah, air dan
udara.Sampah menjadi media perkembangan kuman-kuman penyakit
yang dapat membahayakan kesehatan. Dan sampah juga bisa
menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
d. Olah raga yang teratur dan terukur.
Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan terkendali, otot
lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan
proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik dan
menghindarkan diri dari penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, stroke
dan hipertensi.
e. Memberantas jentik nyamuk.
Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga nyamuk
tidak berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya jentik nyamuk
Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini
menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar.
Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-tempat
penampungan air seminggu sekali seperti vas bunga,bak mandi dll ,
menutup tempat-tempat penampungan air dengan rapat dan mengubur
barang bekas yang dapat menampung air hujan.
f. Tidak merokok.
Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara
lain terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit
jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak, kerusakan gigi, dan
efek ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok.
Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000 bahan kimia dan 43
senyawa yang terbukti menyebabkan kanker. Bahan utama rokok terdiri
dari nikotin, tar dan CO.
g. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status
gizi. Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.
h. Menggunakan jamban.
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak berbau.
Supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan sekitar.

7
Dan juga agar tidak mengundang datangnya serangga kecoa/ lalat yang
dapat menjadi vektor penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus,
cacingan dll.

3. Tatanan Tempat Kerja


Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :
Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian, tempat
kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat pekerja di
tempat kerja :
a. Tidak merokok di tempat kerja
b. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
c. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil
e. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
f. Menggunakan air bersih.
g. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
h. Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai jenis pekerjaan.

4. Tatanan Tempat Umum


PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-
tempat umum sehat.
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
a. PHBS di Pasar
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya,
Menggunakan jamban, Tidak merokok di pasar, Tidak meludah Sembarangan,
Memberantas Jentik nyamuk.
b. PHBS di tempat Ibadah

8
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya,
Menggunakan jamban, Tidak merokok di tempat ibadah, Tidak meludah
Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
c. PHBS di Rumah Makan
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya,
Menggunakan jamban, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak
merokok di rumah makan, Menutup makanan dan minuman, Tidak meludah
Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk.
d. PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut dll)
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya,
Menggunakan jamban, Tidak merokok di angkutan umum, Tidak meludah
Sembarangan
Manfaat:
 Bagi masyarakat:
Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit. Masyarakat
mampu mengupayakan lingkungan sehat, serta mampu mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi
 Bagi tempat umum
Lingkungan menjadi lebih bersih, indah dan sehat sehingga meningkatkan
citra tempat umum, Meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum
sebagai akibat dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat
umum
 Bagi pemerintah Kabupaten/kota
Peningkatan presentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah kabupaten/kota yang baik Kabupaten /kota dapat dijadikan
pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di tempat-
tempat umum.

5. Tatanan Fasilitas Kesehatan


Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain :
a. Menggunakan air bersih,

9
b. Menggunakan jamban yang bersih & sehat,
c. Membuang sampah pada tempatnya,
d. Tidak merokok,
e. Tidak meludah sembarangan,
f. Memberantas jentik nyamuk.

2.3 Aturan atau Kebijakan Mengenai PHBS


Pembinaan PHBS telah menjadi bagian dari Kesatuan Gerak PKK-KB-
Kesehatan sejak tahun 2005. Landasan hukum pembinaan PHBS adalah :

1. Undang-Undang no 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 199 tentang Kesehatan.

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

4. Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

5. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum


Pengaturan Mengenai Desa dan Kelurahan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Kewenangan Wajib


Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan.

7. Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 53 tahun 2000
tentang Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.

8. Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang


Kebijakan nasional Promosi Kesehatan.

10
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.

2.4 PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan


Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.
PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu
mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit dan mewujudkan Institusi
KesehatanSehat.Oleh karena itu, sudah seharusnya semua pihak ikut
rnemelihara, menjaga dan mendukung terwujudnya Institusi kesehatan Sehat.
PHBS di Pelayanan Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya
untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan
Institusi Kesehatan yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :
 Menggunakan air bersih
 Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
 Menggunakan jamban
 Membuang sampah pada tempatnya
 Tidak merokok di Institusi Kesehatan
 Tidak meludah sembarangan
 Memberantas jentik nyamuk

2.5 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat PHBS di Tatana Pelayanan Kesehatan


Tujuan PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan:
 Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di institusi kesehatan.

 Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.

 Menciptakan Institusi kesehatan yang sehat

11
2.6 Sasaran PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan:
 Pasien.
 Keluarga Pasien.
 Pengunjung.
 Petugas Kesehatan di institusi kesehatan.
 Karyawan di institusi kesehatan.

2.7 Manfaat PHBS di Tatanan Pelayanan Kesehatan:


a. Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung :
 Memperoleh pelayanan kesehatan di institusi

 Kesehatan yang sehat.

 Terhindar dari penularan penyakit.

 Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan

 Peningkatan kesehatan pasien.

b. Bagi Institusi Kesehatan :


 Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.

 Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sebagai tempat untuk


memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat.

c. Bagi Pemerintah Daerah :

 Peningkatan persentase Institusi Kesehatan Sehat menunjukkan kinerja


dan citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik.

 Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain


dalam pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.

PHBS di Institusi Kesehatan dapat terwujud apabila ada keinginan dan


kemampuan dari para pengambil keputusan di lingkungan pemerintah daerah,
institusi kesehatan dan lintas sektor terkait
Beberapa contoh perilaku di atas terlihat sangat sederhana, seperti halnya
pengertian PHBS sendiri yang terasa begitu mudah dimengerti, namun diperlukan

12
ketekunan dan kedisiplinan dalam penerapannya. Untuk mengoptimalkan promosi
tersebut maka para provider kesehatan yang memiliki andil terbesar untuk
menyadarkan masyarakat. Diharapkan untuk terus berkreasi mensosialisasikan
pentingnya perilaku yang tepat pada masyarakat.

2.8 Indikator PHBS di Rumah Tangga


Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah
Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7
indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut :
Tujuh Indikator PHBS di Rumah Tangga :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga
kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat
diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehata lainnya
 Apa tanda – tanda persalinan :
a. Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin
kuat
b. Rahim terasa kencang bila diraba terutama pada saat mulas
c. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
d. Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir
e. Merasa seperti mau buang air besar

 Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus dilakukan
adalah:
 Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)
 Tetap tenang dan tidak bingung
 Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui hidung
dan mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.

13
 Tanda bahaya persalinan :
 Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
 Keluar darah dari jalan lahir sebeium melahirkan
 Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir
 Tidak kuat mengejan
 Mengalami kejang-kejang
 Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas
 Air ketuban keruh dan berbau
 Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
 Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

2. Bayi diberi ASI eksklusif


Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6
bulan. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang
dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan
(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap
penyakit.
 Apa saja keunggulan ASI :
a. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan.
b. Mengandung zat kekebalan.
c. Melindungi bayi dari alergi.
d. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada
bayi dalam keadaan segar.
e. Tidak akan pemah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan
kapan saja dan di mana saja.
f. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan
bayi.

 Kapan dan bagaimana ASI diberikan :


a. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan
mendapat dukungan dari keluarga.
b. Bayi segera diteteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit
setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan
menghentikan pendarahan.

14
c. Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu
berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu
dibatasi, dan berikan ASI dari kedua payudara secara bergantian.
d. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia
6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang : sesuai dengan
perkembangan umur bayi. 5.Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi
berusia 2 tahun.

 Bagiamana cara menyusui yang benar :


a. Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangannya
dengan menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih.
b. Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah direndam
terlebih dahulu dengan air hangat.
c. Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan
santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang).
d. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
e. Upayakan badan bayi menghadap kepada badan ibu, rapatkan dada bayi
dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
f. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
g. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
h. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke sebelah
kanan sampai bayi merasa kenyang.
i. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan
dengan kapas yang telah direndam air hangat.
j. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang
terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu
dan perlahan-lahan diusap belakangnya sampai bersendawa. Udara akan
keluar dengan sendirinya.

 Apa manfaat memberikan ASI?


1. Bagi Ibu:
 Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi
 Mengurangi pendarahan setelah persalinan,
 Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.

15
 Menunda kehamilan berikutnya.
 Mengurangi risiko terkena kanker payudara.
 Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat bayi
membutuhkan
2. Bagi bayi :
 Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng
 Bayi tidak sering sakit
3. Bagi Keluarga :
 Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula
dan perlengkapannya.
 Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula, misalnya
merebus air dan pencucian peralatan.

 Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI:


1) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan sayuran dan
buah-buahan. Makan lebih banyak dari biasanya.
2) Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.
3) Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1 -2 jam dan menjaga
ketenangan pikiran,
4) Susui bayi sesering mungkin dan kedua payudara kin dan kanan secara
bergantian hingga bayi tenang dan puas.

3. Penimbangan bayi dan balita


Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan
setiap bulan dan mengetahui apakah bayi dan balita berada pada kondisi gizi
kurang atau gizi buruk.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan balita setiap bulan di
Posyandu :
a. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
c. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan
dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah
Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke
Puskesmas.
d. Untuk mengetahui kelengkapan Imunitasi.
e. Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

4. Mencuci tangan dengan air dan sabun

16
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun :
 Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan
penyakit.
 Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa
sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

 Manfaat mencuci tangan :


 Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
 Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typhus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pemapasan Akut (ISPA), flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
 Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

5. Menggunakan air bersih


Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan
sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari
penyakit.

6. Menggunakan jamban sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
 Syarat jamban sehat :
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

17
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
 Cara memelihara jamban sehat :
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
d. Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran,
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.

7. Rumah bebas jentik


Rumah bebas Jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan Jentik secara berkala tidak terdapat Jentik nyamuk. Yang perlu
dilakukan agar Rumah Bebas Jentik :
 Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
(Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
 PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit seperti Denam Berdarah Dengue,
Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah} di tempat-tempat
perkembangbiakannya.
 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang
dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek,dll).

2.9 Pengertian Posyandu

Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu


program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan

18
terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai
program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan


untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu
dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun


keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi
terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan
anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu
(Depdagri, 1999).

2.10 Tujuan Posyandu

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu


Hamil, melahirkan dan nifas) .

2. Membudayakan NKKBS.

3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk


mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,


Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

19
2.11 Pengelola Posyandu
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah.
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat.
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK.
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa.
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).

2.12 Kegiatan Pokok Posyandu


1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penggulangan Diare

2.13 Pembentukan Posyandu


a. Langkah – langkah pembentukan :
1) Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2) Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah
bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB .
3) Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri,
sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu .
4) Pemilihan kader Posyandu.
5) Pelatihan kader Posyandu.
6) Pembinaan.

b. Kriteria pembentukan Posyandu.


Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan
satu Posyandu melayani 100 balita.

c. Kriteria kader Posyandu :

20
1) Dapat membaca dan menulis.
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4) Mempunyai waktu yang cukup.
5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
6) Berpenampilan ramah dan simpatik.
7) Diterima masyarakat setempat.

d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.


Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader,
Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari
Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
 Meja I : Pendaftaran.
 Meja II : Penimbangan
 Meja III : Pengisian KMS
 Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
 Meja V : Pelayanan KB & Kes :
Imunisasi
Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut
tiap bulan Februari dan Agustus.
Pembagian pil atau kondom
Pengobatan ringan.
Kosultasi KB-Kesehatan
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan
petugas KB). Sasaran Posyandu yaitu Bayi/Balita, Ibu hamil/ibu menyusui, dan
WUS dan PUS.

2.14 STRATA POSYANDU dikelompokkan menjadi 4 :


1. Posyandu Pratama :
 belum mantap.
 kegiatan belum rutin.
 kader terbatas.
2. Posyandu Madya :
 kegiatan lebih teratur
 Jumlah kader 5 orang
3. Posyandu Purnama :

21
 Kegiatan sudah Teratur
 Cakupan program atau kegiatanya baik
 Jumlah kader 5 orang
 Mempunyai program tambahan
4. Posyandu Mandiri :
 kegiatan secara terahir dan mantap
 cakupan program/kegiatan baik.
 memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.

2.15 Sasaran Revitalisasi Posyandu

Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu


dengan perhatian utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah
stratanya (pratama dan madya) sesuai kebutuhan, posyandu yang berada di daerah
yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin, serta adanya dukungan
materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan posyandu. Dukungan masyarakat sangat penting karena
komitmen dan dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan
kesinambungan kegiatan posyandu (Depkes RI, 1999).

Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita


sangat besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu
ditingkatkan. Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam
keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus
ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama,
madya, purnama, dan mandiri.

2.16 Jenis Posyandu

Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi


sebagai berikut :

1. Posyandu pratama (warna merah)

22
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini
dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader
yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.

2. Posyandu madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih


dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah
yaitu kurang dari 50%.

Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :

 Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah


dilengkapi dengan metoda simulasi.

 Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk


menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan
program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

3. Posyandu purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih


dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan
5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih
sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah :

23
 Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat
menetukan sendiri pengembangan program di posyandu.

 Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang
kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

4. Posyandu mandiri (warna biru)

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,


cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat
telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana
Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.

2.17 Sistem Lima Meja

Pelaksanan Posyandu terkadang tampak acak-acakan, dikarenakan


pelaksanaannya di rumah salah satu warga sehingga kurang luas. Meskipun
tampak acak-acakan sebenarnya mempunyai skema Pola Keterpaduan KB-
kesehatan melalui sistem lima meja. Meja pertama yaitu pendaftaran. Meja kedua,
bagi bayi, balita dan ibu hamil dilakukan penimbangan berat badan. Di meja
ketiga, dilakukan pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) berapa berat badan bayi,
balita dan ibu hamil yang ditimbang berat badannya tadi. Meja keempat, para
kader Posyandu atau petugas kesehatan akan memberi penyuluhan, misalnya bila
berat badan bayi dan balita yang ditimbang tidak mengalami kenaikan atau justru
terjadi penurunan dari penimbangan bulan sebelumnya, maka bayi dan balita
tersebut perlu diberi makanan tambahan yang mengandung karbohidrat, protein,
vitamin dan lemak.

24
Bagi ibu hamil dengan adanya penyuluhan dari bidan atau dokter dapat
mengetahui apakah mempunyai risiko tinggi seperti letak bayi tidak normal dalam
kandungan, tekanan darah yang rendah atau tinggi dan bila ada yang mengalami
anemia akan diberi tablet besi.Terakhir adalah meja kelima, terdapat pelayanan
imunisasi dasar yakni BCG, hepatitis B, DPT-polio, campak, dan TT (tetanus)
bagi ibu hamil, KB dan pengobatan sederhana dari petugas kesehatan bagi bayi,
balita dan ibu yang sakit. Bagi yang menderita diare akan diberi oralit.

Posyandu ini merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, maka
pendanaanya juga secara swadaya kalaupun ada dana bantuan dari pemerintah
jumlahnya sangat kecil.

Bentuk swadaya dari masyarakat misalnya berupa iuran yang ditetapkan


oleh Posyandu setempat untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa
kacang hijau atau yang lainnya.

Kader-kader Posyandu yang aktif memang layak dihargai. Secara langsung


mereka dapat mengetahui keadaan bayi dan balita yang menderita gizi buruk
bahkan busung lapar secara dini.

Agar anak Indonesia terhindar dari gizi buruk dan busung lapar,
pemerintah dituntut perhatian yang lebih besar terhadap masalah kesehatan warga
negaranya. Selain itu marilah kita perbaiki rasa kesetiakawanan dan sikap peduli
terhadap sesama serta mengaktifkan kembali Posyandu sebagai garda terdepan
memonitor perkembangan kualitas kesehatan anak-anak, khususnya balita.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi
yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat,
sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam
menyongsong Milenium Development Goals.
PHBS di Pelayanan Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya
untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan
Institusi Kesehatan yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :
 Menggunakan air bersih
 Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
 Menggunakan jamban
 Membuang sampah pada tempatnya
 Tidak merokok di Institusi Kesehatan
 Tidak meludah sembarangan
 Memberantas jentik nyamuk
Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program
dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu
dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat.

3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna jadi untuk kesempurnaan makalah ini
penulis meminta saran dan kritikan dari para pembaca.

26
27

Anda mungkin juga menyukai

  • KEPDASSSS
    KEPDASSSS
    Dokumen26 halaman
    KEPDASSSS
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Materi Uas Ibd
    Materi Uas Ibd
    Dokumen52 halaman
    Materi Uas Ibd
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kepercayaan Diri Kelompok 4
    Kepercayaan Diri Kelompok 4
    Dokumen33 halaman
    Kepercayaan Diri Kelompok 4
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Aan Yang Didapat Tersebut
    Aan Yang Didapat Tersebut
    Dokumen2 halaman
    Aan Yang Didapat Tersebut
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Dokep Kasus
    Dokep Kasus
    Dokumen2 halaman
    Dokep Kasus
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Materi Uas Pancasila
    Materi Uas Pancasila
    Dokumen64 halaman
    Materi Uas Pancasila
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Materi Uas Pancasila
    Materi Uas Pancasila
    Dokumen64 halaman
    Materi Uas Pancasila
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Dextro
    Kata Pengantar Dextro
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi PNC 1
    Daftar Isi PNC 1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi PNC 1
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen25 halaman
    Bab I Pendahuluan
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi KWN
    Daftar Isi KWN
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi KWN
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar KWN
    Kata Pengantar KWN
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar KWN
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Aan Yang Didapat Tersebut
    Aan Yang Didapat Tersebut
    Dokumen2 halaman
    Aan Yang Didapat Tersebut
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Infus
    Daftar Pustaka Infus
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka Infus
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Dextro
    Kata Pengantar Dextro
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Dokep Kasus
    Dokep Kasus
    Dokumen2 halaman
    Dokep Kasus
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Cover Obat Dextrometrophan
    Cover Obat Dextrometrophan
    Dokumen1 halaman
    Cover Obat Dextrometrophan
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Mansef
    Bab I Mansef
    Dokumen19 halaman
    Bab I Mansef
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Dextro
    Daftar Isi Dextro
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Ibd
    Daftar Isi Ibd
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Ibd
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Ibd
    Kata Pengantar Ibd
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Ibd
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen33 halaman
    Makalah
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Dextro
    Daftar Isi Dextro
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Latihan Kasus Dokep Kel 3
    Latihan Kasus Dokep Kel 3
    Dokumen3 halaman
    Latihan Kasus Dokep Kel 3
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Dextro
    Daftar Isi Dextro
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Dextro
    Daftar Isi Dextro
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Dextro
    Kata Pengantar Dextro
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Cover Obat Dextrometrophan
    Cover Obat Dextrometrophan
    Dokumen1 halaman
    Cover Obat Dextrometrophan
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Dextro
    Kata Pengantar Dextro
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Dextro
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 3
    Lampiran 3
    Dokumen12 halaman
    Lampiran 3
    shinta rizki wulandari
    Belum ada peringkat