Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR HINDU BUDHA DI INDONESIA

MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU BUDHA DI INDONESIA

-Teori Sudra
pada tokoh yang setuju teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama
hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang india yang berkasta di Sudra.

-Teori Waisya
menurut teori ini, para pedagang dari india berlayar hingga ke Indonesia.
Melalui interksi dengan masyarakat setempat, mereka pun berhasil
memperkanalkan agam hindu.

-Teori Kesatria
hal ini di latar belakangi adanya kekacauan politik dan peperangan di
india pada abad IV-V masehi. Para prajurit yang kalah perang terdesak dan
menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia

-Teori Brahmana
kedatangan kaum Brahmana ke Indonesia di duga untuk memenuhi
undangan kepala suku yang tertarik dengan agama hindu.

-teori Arus Balik


Akibat interaksinya dengan para pedagang india, di Indonesia terbentuk
masyarakat hindu terdidik yang di kenal dengan sangha. Mereka giat
mempelajari bahwa sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis.
KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

KERAJAAN MAJAPAHIT

(KERAJAAN MAJAPAHIT)

Raden Wijaya pun kembali ke istana. Melihat istana yang porak poranda
dan terbunuhnya Kertanegara, akhirnya Raden Wijaya melarikan diri. Raden
Wijaya melarikan diri bersama tentaranya yang setia dengan dibantu penduduk
desa Kugagu.

Setelah dirasa aman, Raden Wijaya menuju Madura meminta


perlindungan Aryawiraraja. Oleh Aryawiraraja, Raden Wijaya dihadiahi hutan
tarik agar diurus sebagai daerah kekuasaannya.
Hutan tarik sebagai hadiah tersebut dijadikan sebagai sebuah desa yang diberi
nama Majapahit. Nama Majapahit sendiri diambil dari kata “buah maja yang
berasa pahit”. Hal ini karena didaerah tersebut banyak sekali ditemukan buah
maja dengan mudahnya

Berdasarkan catatan sejarah yang tertulis dalam Prasasti Yupa, diyakini


bahwa kerajaan ini mengalami puncak kejayaannya saat pemerintahan
dipimpin oleh Mulawarman. Mulawarman berhasil meneruskan titah sang
ayah, Aswawarman.

Dikisahkan juga kalau Mulawarman pernah mempersembahkan 20.000


ekor sapi kepada para Brahmana. Tidak hanya itu, ia bahkan membuat wilayah
kekuasaan Kutai Martadipura meliputi hamper seluruh Kalimantan Timur.
KERAJAAN KUTAI

Berdasarkan catatan sejarah yang tertulis dalam Prasasti Yupa, diyakini


bahwa kerajaan ini mengalami puncak kejayaannya saat pemerintahan
dipimpin oleh Mulawarman. Mulawarman berhasil meneruskan titah sang
ayah, Aswawarman.

Dikisahkan juga kalau Mulawarman pernah mempersembahkan 20.000


ekor sapi kepada para Brahmana. Tidak hanya itu, ia bahkan membuat wilayah
kekuasaan Kutai Martadipura meliputi hamper seluruh Kalimantan Timur.

Kutai bisa dikatakan merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Hal


ini terbukti dengan ditemukan tujuh buah Prasasti Yupa (batu tulis) yang ditulis
dengan Huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.

KERAJAAN SRIWIJAYA
kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan besar di Indonesia.
Kerajaan ini terkenal karena kekuatan maritimnya, bahkan kekuatan tersebut
membuat kerajaan ini mampu menguasai pulau Jawa, Sumatera, Kamboja,
Semenanjung Malaya Thailand Selatan dan Pesisir Kalimantan.

Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya:


Candi Muara Takus
Candi Muaro Jambi
Candi Biaro Bahal
Candi Kota Kapur
Gapura Sriwijaya

Raja Kerajaan Sriwijaya yang terkenal:


Raja Daputra Hyang
Raja Dharmasetu
Raja Balaputradewa
Raja Sri Sudamaniwarmadewa
Raja Sanggrama Wijayattunggawarman

LOKASI KERAJAAN KERAJAAN DI INDONESIA


PERKEMBANGAN ARSITEKTUR HINDU BUDHA DI INDONESIA

CANDI

Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang


sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias
dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan
dengan alam Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan yang disampaikan
lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur
spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para pembuatnya.

Beberapa candi seperti Candi Borobudur dan Prambanan dibangun amat


megah, detil, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa estetika yang luhur,
dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju pada zamannya.
Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya
kebudayaan dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.
TERMINOLOGI CANDI

istilah "Candi" diduga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama
salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian. Karenanya candi
selalu dihubungkan dengan monumen tempat pedharmaan untuk memuliakan
raja anumerta (yang sudah meninggal) contohnya candi Kidal untuk
memuliakan Raja Anusapati.

JENIS DAN FUNGSI CANDI

A. Jenis Berdasarkan Agama

• Candi Hindu, yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa
atau Wisnu, contoh: candi Prambanan, candi Geanbang, kelompok candi Dieng,
candi Gedong Songo, candi Panataran, dan candi Cangkuang.
• Candi Buddha, candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan
bhiksu sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, candi Kalasan, candi Sari,
candi Plaosan, candi Banyunibo, candi Sumberawan, candi Jabung, kelompok
candi Muaro Jambi, candi Muara Takus, dan candi Biaro Bahal.

•Candi Siwa-Buddha, candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha, contoh:


candi Jawi.
•Candi non-religius, candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-
nya, contoh: candi Ratu Boko, Candi Angin, gapura Bajang Ratu, candi Tikus,
candi Wringin Lawang

b. berdasarkan Hirarki dan Ukuran

•Candi Kerajaan, yaitu candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan,
tempat digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi
kerajaan biasanya dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: Candi Borobudur,
Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Panataran.

•Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada
daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan
hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal
dari masa Majapahit, Candi Sanggrahan di Tulung Agung, Candi Gebang di
Yogyakarta, dan Candi Pringapus.
•Candi Pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang
tokoh, dapat dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: Candi Kidal
(pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan
Wisnuwardhana, raja Singhasari), Candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana
Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi Tegowangi (pendharmaan Bhre
Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).

c. Jenis berdasarkan Fungsi

Candi Pemujaan: candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja
dewa, dewi, atau bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, candi
Canggal, candi Sambisari, dan candi Ijo
Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis,
atau sarana ziarah agama Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai
sarana ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan
candi Muara Takus

Candi Pedharmaan: sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang
dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah
meninggal. contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca
perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda.

TEKNIK KONSTRUKSI DAN PEMBANGUNAN CANDI


Teknik Konstruksi dan Pembangunan Candi Bangunan candi di Indonesia
umumnya dibangun dengan cara a joint vif, yaitu bebatuan yang saling
ditumpuk diatasnya tanpa ada bahan pengikat. Pada awalnya
teknik penumpukan batu dilakukan dengan cara membuat perkuatan
dengan memotong bagian balok batu untuk membuat semacam lidah dan
tekukan yang saling mengunci dengan balok-balok yang bersebelahan baik
secara mendatar maupun ke atas.

BENTUK DAN SUSUNAN SEBUAH CANDI

Susunan candi dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian yaitu:

1. Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini melambangkan dunia
bawah atau bhurloka. Pada konsep Buddha disebut kamadhatu.

2. Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang
dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka.

3. Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau
swarloka. Pada konsep Buddha disebut arupadhatu.
BAGIAN-BAGIAN CANDI

Pada bagian luar candi terdapat relief-relief yang menceritakan kisah


tertentu. Pada candi Hindu, biasanya menceritakan kisah Mahabaratha atau
Ramayana. Sedangkan pada candi Budha bisanya menceritakan kisah
perjalanan hidup sang Budha. Kemungkinan besar relief-relief pada masa itu
diberi warna, namun seiring zaman,warna-warna tadi luntur.
Selain itu, masih terdapat kala makara. Kala Makara adalah hiasan pada bagian
atas pintu candi yang berbentuk seperti wajah Iblis atau raksaksa Kala Makara
adalah hiasan di kaki tangga candi, biasanya berbentuk hewan aneh. Kala
Makara berfungsi untuk menakut nakuti roh jahat agar tidak masuk ke dalam
candi. Kala sendiri adalah dewa waktu.

Ada juga antefik, yaitu hiasan segitiga pada bagian puncak dinding.
Antefix dibuat untuk memberi kesan bangunan lebih tinggi daripada biasanya.
Kemudian terdapat Jaladwara, yaitu semacam tempat pembuangan air hujan
yang dihias sedemikian rupa.
TATA LETAK CANDI

Tata letak candi dibagi menjadi dua, yaitu secara konsentris, dan secara
berurutan. Secara konsentris, posisi candi yang lebih besar dikelilingi oleh anak-
anak candi yang lebih kecil (candi perwara), sehingga candi paling besar ada di
tengah bangunan. Sistem ini dipengaruhi oleh tata letak mandala. Contohnya
pada Candi Sewu dan Candi Prambanan. Secara paralel yaitu posisi candi
perwara berada di depan candi induk. Ada yang disusun berurutan simetris,
ada yang asimetris.

Ada juga pola denah memanjang ke belakang. Urutan pengunjung


memasuki kawasan yang dianggap kurang suci berupa gerbang dan bangunan
tambahan, sebelum memasuki kawasan tersuci tempat candi induk berdiri.
Sistem ini merupakan sistem tata letak asli Nusantara yang memuliakan tempat
yang tinggi, sehingga bangunan induk atau tersuci diletakkan paling tinggi di
belakang mengikuti topografi alami ketinggian tanah tempat candi dibangun.
Ada juga yang dibangun secara tersebar.

LOKASI PEMBANGUNAN CANDI


Sesuai dengan kitab Silpasastra, masyarakat membangun candi
berdekatan dengan air, jika tidak ditemukan air, maka akan dibuat sebuah
kolam, karena air merupakan salah satu unsur upacara.

Selain itu candi dibangun pada sebuah puncak gunung karena ada
kepercayaan bahwa gunung merupakan tempat bersemayamnya dewa. Contoh
candi yang dibangun di puncak gunung adalah candi yang ada di gunung
Penanggunan.

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CANDI HINDU BUDHA DI INDONESIA

1.KARAKTERISTIK BERDASARKAN LOKASI


Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di
Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air,
baik air sungai, terutama di dekat pertemuan dua buah sungai, danau, laut,
bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan
sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut.
Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak
bukit, di lereng gunung, di hutan, atau di lembah.

2. TATA LETAK ARSITEKTUR CANDI


a. Sistem konsentris, sistem gugusan terpusat; yaitu posisi candi induk
berada di tengah–tengah anak candi (candi perwara).
b. Sistem berurutan, sistem gugusan linear berurutan; yaitu posisi candi
perwara berada di depan candi induk.

3. SISTEM STRUKTUR ARSITEKTUR CANDI

a. Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini melambangkan


dunia bawah atau bhurloka. Tangga masuk candi terletak pada bagian ini,
pada candi kecil tangga masuk hanya terdapat pada bagian depan, pada
candi besar tangga masuk terdapat di empat penjuru mata angin.
Biasanya pada kiri-kanan tangga masuk dihiasi ukiran makara.

b. Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang
dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka. Pada konsep Buddha
disebut rupadhatu. Yaitu menggambarkan dunia tempat manusia suci
yang berupaya mencapai pencerahan dan kesempurnaan batiniah. Pada
bagian depan terdapat gawang pintu menuju ruangan dalam candi.
Gawang pintu candi ini biasanya dihiasi ukiran kepala kala tepat di atas-
tengah pintu dan diapit pola makara di kiri dan kanan pintu. Tubuh candi
terdiri dari garbagriha, yaitu sebuah bilik (kamar) yang ditengahnya berisi
arca utama, misalnya arca dewa-dewi, bodhisatwa, atau Buddha yang
dipuja di candi itu. Di bagian luar dinding di ketiga penjuru lainnya
biasanya diberi relung-relung yang berukir relief atau diisi arca.

. c. Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau
swarloka. Pada konsep Buddha disebut arupadhatu. Yaitu
menggambarkan ranah surgawi tempat para dewa dan jiwa yang telah
mencapai kesempurnaan bersemayam. Pada umumnya, atap candi
terdiri dari tiga tingkatan yang semakin atas semakin kecil ukurannya.

4. BAHAN BANGUNAN STRUKTUR ARSITEKTUR CANDI

a. Batu andesit, batu bekuan vulkanik yang ditatah membentuk kotak-kotak


yang saling kunci. Batu andesit bahan candi harus dibedakan dari batu
kali.
b. Batu putih (tuff), batu endapan piroklastik berwarna putih,
digunakan di Candi Pembakaran di kompleks Ratu Boko.
c. Bata merah, dicetak dari lempung tanah merah yang dikeringkan dan
dibakar. Candi Majapahit dan Sumatera banyak menggunakan bata
merah.
d. Stuko (stucco), yaitu bahan semacam beton dari tumbukan batu dan
pasir. Bahan stuko ditemukan di percandian Batu Jaya.
e. Bajralepa (vajralepa), yaitu bahan lepa pelapis dinding candi semacam
plaster putih kekuningan untuk memperhalus dan memperindah
sekaligus untuk melindungi dinding dari kerusakan. Bajralepa konon
dibuat dari campuran putih telur, getah tumbuhan, kapur halus, dan lain-
lain.
f. f. Kayu, beberapa candi diduga terbuat dari kayu atau memiliki
komponen kayu. Candi kayu serupa dengan Pura Bali yang ditemukan
kini. Beberapa candi tertinggal hanya batu umpak atau batur
landasannya saja yang terbuat dari batu andesit atau bata, sedangkan
atasnya yang terbuat dari bahan organik kayu telah lama musnah.

5. GAYA ARSITEKTUR CANDI

Soekmono, seorang arkeolog terkemuka di Indonesia,


mengidentifikasi perbedaan gaya arsitektur (langgam) antara candi Jawa
tengah dengan candi Jawa Timur. Langgam Jawa Tengahan umumnya adalah
candi yang berasal dari sebelum tahun 1000 masehi, sedangkan langgam Jawa
Timuran umumnya adalah candi yang berasal dari sesudah tahun 1000
masehi. Candi-candi di Sumatera dan Bali, karena kemiripannya
dikelompokkan ke dalam langgam Jawa Timur

CONTOH CANDI BUDHA DI INDONESIA

CANDI BOROBUDUR
Candi borobudur adalah nama sebuah candi Budha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi berada kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta

Candi Borobudur berbentuk punden berundak-undak raksasa, yang


terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk
bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu
tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa. Borobudur yang
bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

CANDI PRAMBANAN

Prambanan atau Rara Jonggrang adalah candi Hindu abad ke-9 di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia, yang didedikasikan untuk Trimūrti, ekspresi
Tuhan sebagai Pencipta (Brahma), Pemelihara (Wisnu) ) dan Transformer
(Siwa). Kompleks candi terletak sekitar 17 kilometer (11 mil) timur laut kota
Yogyakarta di perbatasan antara Jawa Tengah dan provinsi Yogyakarta.
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR HINDU
BUDHA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:

1. FANI ATIQAH (1604104010087)


2. GABY PUTRI ALMUDASYR (1704104010013)
3. CUT WILDA HANUM (1704104010020)
4. KHAIRUL FAJAR (1704104010038)
5. ALMIRA HUSNA (1704104010040)
6. MUSTAFA AQMAL ( 17041040100
7. CINDY FERANTIKA (1704104010073)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Anda mungkin juga menyukai