Anda di halaman 1dari 5

1.

Cat Scratch Disease (CSD)

Cat Scratch Disease (CSD) adalah salah satu penyakit dimana dapat menyerang manusia,
Penyakit ini berkaitan dengan cakaran (scratch), gigitan (bite) dan jilatan dari kucing dimana
proses tersebut dapat menyebabkan CSD. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Bartonella
henselae dan mikroorganisme ini dapat ditemukan diseluruh dunia. Pada umumnya terjadi pada
anak-anak dan remaja (dibawah 17 tahun) daripada orang dewasa. Kebanyakan kasus disebabkan
dari anak kucing (kitten) namun kucing dewasa (adult) dapat menjadi penyebab penyakit ini
juga. Kucing adalah penyebab utama CSD, selain itu luka gigitan dan cakaran dari anjing, duri
ataupun tulang ikan juga dapat menjadi penyebab dalam beberapa kasus. Bakteri penyebab
umum ada pada kucing namun sangat sulit untuk mendiagnosa CSD.

Gejala CSD dibagi dalam 2 kategori :

a) Typical CSD

Dalam 25 dan 60% kasus CSD, papula (benjolan) berukuran kecil akan terlihat beberapa hari
setelah kejadian dicakar atau digigit. Benjolan tersebut dalam istilah medis dinamakan
“inoculation lesion”, dimana terdapat luka tempat bakteri akan masuk ke dalam tubuh.
Lymphadenopathy (kebengkakan pada kelenjar limfa, khususnya di ketiak, kepala dan leher)
akan muncul sekitar 1-3 minggu setelah kejadian cakaran. Gejala seperti sakit kepala, sakit pada
persendian, lemah, kurang nafsu makan dan gejala flu dapat bertahan beberapa minggu. Pada
orang yang sehat, CSD akan sembuh sendiri tanpa adanya rawatan dan pengobatan.

b) Atypical CSD

“Bacillary angiomatosis” adalah sindroma yang sering terlihat pada manusia yang mengalami
gangguan immunitas (kekebalan). Lesi pada kulit akan bertambah parah, pasien CSD akan
mengalami demam tinggi, keringat dingin, nafsu makan yang kurang, muntah, turunnya berat
badan, lesi pada tulang dan terkadang kejang. Kematian dapat terjadi jika tidak dilakukan
pengobatan. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik yang tepat dapat menghilangkan
infeksi CSD.
2. Limfoma

Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok
penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan
limfoma Non-Hodgkin. Limfoma Non-Hodgkin lebih umum terjadi di Hong Kong dan daerah-
daerah tetangganya di Asia.

Limfoma merupakan kelompok penyakit yang heterogen. Ada dua jenis utama: Limfoma
Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Kedua jenis utama penyakit ini bisa diklasifikasikan lebih
jauh berdasarkan pada manifestasi klinis dan fitur patologis tumor individu, mencakup lima
subjenis limfoma Hodgkin dan lebih dari 30 subjenis limfoma non-Hodgkin. Limfoma non-
Hodgkin bisa dikelompokkan secara luas menjadi limfoma non-Hodgkin jinak dan limfoma non-
Hodgkin agresif, sesuai dengan fitur klinis dan tingkat pertumbuhannya.

Etiologi

Penyebab limfoma belum sepenuhnya dipahami hingga saat ini. Studi terbaru menunjukkan
bahwa faktor risiko tertentu meningkatkan peluang berkembangnya limfoma. Hal ini mencakup
perubahan genetik, infeksi tertentu (misalnya infeksi oleh virus human Immunodeficiency virus
(HIV)), radiasi, bahan kimia, dan penyakit pada sistem kekebalan tubuh (seperti artritis
rheumatoid, acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan penurunan sistem kekebalan
tubuh karena obat imunosupresif setelah transplantasi organ ).

Manifestasi Klinik

Pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit merupakan gejala yang paling umum
terjadi pada pasien penderita limfoma. Pembengkakan biasanya terjadi di daerah leher, ketiak,
dan selangkangan (area di mana perut bagian bawah dan pangkal paha bertemu) dan secara
bertahap menyebar ke kelenjar getah bening, ke bagian tubuh lainnya, sumsum tulang, dan organ
lainnya. Gejala lain seperti demam, berkeringat secara berlebihan, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, kulit yang gatal secara terus menerus, dan kelelahan juga sering diamati.
Jika sel-sel limfoma sudah menyebar ke sumsum tulang dan memengaruhi produksi darah,
pasien mungkin akan sering mengalami anemia, memar, dan infeksi. Walaupun demikian,
gejala-gejala tersebut juga bisa terjadi pada penderita penyakit lain yang mungkin tidak
disebabkan oleh limfoma. Oleh karena itu, jika terjadi pembengkakan secara terus menerus pada
salah satu atau beberapa kelenjar getah bening atau ada gejala yang terus berulang, pasien harus
meminta saran dan nasihat kesehatan dari dokter sesegera mungkin

Diagnosis

Perbedaan diagnostik utama antara limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin dapat ditentukan selama
biopsi, biasanya dari kelenjar getah bening yang terkena. Jika seorang ahli patologi menemukan
sel Reed-Sternberg dalam biopsi, pasien didiagnosis dengan limfoma Hodgkin.

3. Faringitis Akut
Definisi
Faringitis (dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah sebuah penyakit yang menyerang
tenggorokan atau faring (Merlina, 2011). Kadangkala juga disebut sebagai radang tenggorokan.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah.
Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri. Biasanya
disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae,
c.diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi
virus biasanya oleh rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus. Dapat pula
disebabkan oleh berbagai faktor pendukung seperti adanya rangsangan oleh asap, uap dan zat
kimia.

Etiologi

Sebagian besar kasus faringitis disebabkan oleh virus, dan beberapa kasus lainnya
disebabkan oleh bakteri, seperti bakteri grup A streptococcus. Faringitis karena virus atau bakteri
ini dapat menular pada orang lain. Penyebaran tersebut bisa terjadi melalui udara (misalnya
menghirup butiran air ludah atau sekresi hidung yang dikeluarkan oleh penderita) atau melalui
benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh virus dan bakteri.

Faringitis atau radang tenggorokan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Dua di antaranya
adalah virus dan bakteri. Beberapa jenis virus yang memicu faringtis adalah virus gondongan
(mumps), virus Epstein-Barr (monocleosis), virus parainfluenza, serta virus herpangina.
Sedangkan jenis bakteri yang dapat menyebabkan faringitis adalah bakteri grup A beta-hemolytic
streptococcus. Bakteri ini biasanya memicu sakit tenggorokan (strep throat). Bakteri lainnya
adalah bakteri penyebab infeksi menular seksual, seperti gonore dan klamidia.

Manifestasi Klinis Faringitis Akut

Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu
streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah,
malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih
baru,belum berlangsung lama.
Pada awal penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorokan. Sakit
kepala adalah keluhan yang biasa. Suhu badan sedikit meningkat, eksudat pada faring menebal.
Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau,usaha dari mengeluarkan dahak dari
kerongkongan dan batuk. Dan keparauan ini sering terjadi jika proses peradangan mengenai
laring. Ia diikuti oleh demam panas, sakit kepala, bengkak dan kelenjar di leher membesar.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak yang berumur di antara 4 - 11 tahun.
Dinding faring kemerahan dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh
sekresi mucus. Jaringan limfoidpun tampak biasanya tampak merah dan membengkak.
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri
telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan
tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan.
Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh
streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri
tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen,
muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria (Merlina, 2011).

Diagnosis Faringitis

Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita faringitis berdasarkan gejala-gejala yang
dirasakannya dengan didukung oleh hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan
melihat apakah terjadi pembengkakan atau kemerahan pada tenggorokan pasien. Selain itu,
dokter juga akan memeriksa kondisi telinga dan hidung, serta sisi samping leher untuk melihat
adanya pembesaran kelenjar.
Untuk mengetahui penyebab faringitis, dokter perlu melakukan pemeriksaan lanjutan. Salah
satunya adalah kultur bakteri dari sampel sekresi tenggorokan pasien untuk menguji keberadaan
bakteri Streptococcus. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknis swab atau usap.

Selain tes tersebut, pemeriksaan darah (termasuk penghitungan darah lengkap) juga bisa
dilakukan untuk menentukan penyebab faringitis. Jika penyebab belum diketahui, dokter dapat
melakukan pemindaian dengan CT scan untuk melihat gambaran kondisi tenggorokan dan leher
secara lebih detail.

Anda mungkin juga menyukai