Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEMUDI REM SUSPENSI


“Alat Bantu Rem”

Disusun Oleh:

Maulana Evendi 17504244001


Muhammad Iqbal N 17504244016
Ryan Dwi Rahmanto 17504244024

Dosen Pengampu:

Dr. Drs. Tawardjono Usman, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan,
kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Alat Bantu Rem” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan dibantunya dari berbagai pihak tentangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis menguncapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi otomotif tidak bisa dipungkiri lagi, serta tidak
bisa dihindari dan disingkirkan dalam kehidupan yang penuh akan kreatifitas dan inovasi
ini. Sehingga setiap hari perkembangan dari setiap system yang berada di otomotif dengan
tujuan untuk memanjakan para konsumen dalam menikmati perjalannya. Didalam system
pasti ada perkembangan yang ada untuk semakin menambah kenyaman dan keamanan
untuk penumpang dan pengendara sehingga diperlu alat bantu untuk menambah hal-hal
tersebut. Rem adalah sustu system untuk memberhentikan dan mengurangi laju kendaraan
ketika berjalan sehingga dapat kenyaman dari pengemudi dan kenyaman bagi penumpang
ketika berjalan atau melaju dari kendaraan tersebut.
Dalam pengethuannya alat bantu banyak sekali jenis dan macam salah satunya yaitu
booster, rem angina, excaust brake dan lain-lain. Dari macam-macam tersebut ada
beberapa konstruksi dan penempatan namun fungsinya sama untuk membantu
pengereman ketika kendaraan berjalan diatas jalan.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian dan fungsi dari “Alat Bantu Rem” dari kendaraan ?
b. Bagaimana konstruksi dan komponen apa saja yang terdapat dari “Alat Bantu Rem”
pada kendaraan ?
c. Bagaimana cara kerja dan jenis-jenis “Alat Bantu Rem” kendaraan ?
d. Bagaimana karakteristik dan perkembangan dari “Alat Bantu Rem” pada kendaraan ?
e. Bagaimana pengembangan dari terkini dari “Alat Bantu Rem” pada kendaraan ?
3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui pengertian dan fungsi dari “Alat Bantu Rem” dari kendaraan.
b. Mengetahui konstruksi dan komponen apa saja yang terdapat dari “Alat Bantu Rem”
pada kendaraan.
c. Mengetahui cara kerja dan jenis-jenis “Alat Bantu Rem” kendaraan.
d. Mengetahui karakteristik dan perkembangan dari “Alat Bantu Rem” pada kendaraan.
e. Mengetahui pengembangan dari terkini dari “Alat Bantu Rem” pada kendaraan.

4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengertian dan fungsi dari “Alat Bantu Rem” dari
kendaraan.
b. Untuk mengetahui konstruksi dan komponen apa saja yang terdapat dari “Alat Bantu
Rem” pada kendaraan.
c. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dan jenis-jenis “Alat Bantu Rem” kendaraan.
d. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan perkembangan dari “Alat Bantu Rem”
pada kendaraan.
e. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan dari terkini dari “Alat Bantu Rem” pada
kendaraan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembukaan
Rem (Brake) adalah suatu system untuk menghentikan dan mengurangi
kecepatan dan laju dari kendaraan yang sedang berjalan dipermukaan jalan. Rem
diperuntukaan bagi kendaraan yang digerakkan oleh mesin/mekanis untuk
mempermudah kendaraan untuk berhenti.

B. Macam-macam Alat Bantu Rem

a. Boster Rem (Brake Booster)


b. Sistem Rem Angin (Air Brake System)
c. Sistem Rem Gas Buang (Exhaust Brake System)
d. Katup Pengimbang (Proportioning Valve)
e. Rem Retarder (Brake Retarder)

C. Pengertian dan Fungsi Alat Bantu Rem

a. Booster Rem (Brake Booster)

Sistem pengereman pada kendaraan bermotor sekarang ini sudah ada beberapa
yang dilengkapi dengan komponen tambahan berupa booster rem. Booster rem
merupakan alat bantu rem untuk meningkatkan kenyamanan saat mengemudi.
Booster rem berfungsi untuk membantu memperingan pengemudi saat
menginjak pedal rem. Dengan adanya booster rem pada sistem rem maka saat
menginjak pedal rem tidak memerlukan banyak energi, berbeda dengan sistem rem
tanpa booster rem, yang mana saat pengemudi menginjak pedal rem akan
memerlukan energi yang lebih banyak, atau terkesan lebih berat.
Booster rem bekerja pada saat mesin hidup, ketika mesin mati booster rem tidak
bekerja sehingga saat mesin mati gaya yang dibutuhkan untuk menginjak rem akan
sama dengan kendaraan yang tidak menggunakan booster rem.

Secara garis besar Booster rem dikategorikan menjadi 2, yaitu:


1. Booster rem tipe Vacum
2. Booster Rem tipe Hidrolis

Booster rem tipe vakum menambah gaya pengereman yang berguna untuk
memperingan pengemudi saat menginjak pedal rem yaitu menggunakan kevakuman
pada intake manifold.
Sehingga booster rem tipe Vacum akan bekerja ketika mesin hidup, sedangkan saat
mesin mati booster rem tidak akan bekerja saat pedal rem diinjak karena saat mesin
mati tidak ada kevakuman pada intake manifold.
Booster rem tipe vakum didalamnya terdapat diafragma, ada dua jenis boster
rem tipe vakum ini yaitu boster rem dengan diafragma tunggal dan boster rem tipe

vakum dengan diafragma ganda.


Cara kerja kedua boster rem tersebut sama, tapi pada boster rem tipe vakum
dengan diafragma ganda memiliki ukuran diameter diafragma yang lebih kecil
dibandingkan dengan diameter diafragma pada boster rem tipe vakum dengan
diafragma tunggal.
Dalam penjelasan dari diatas dapat diketahui apasaja komponen dan konstruksi
dari rem boster tersebut yang digunakan di kendaraan komersial atau besar seperti bus
dan truk. Untuk konstruksinya dapat dijelaskan seperti ini. Bagian dalam booster
dihubungkan dengan pompa vakum (diesel) atau intake manifold (bensin) melalui
check valve.
 Check valve berfungsi sebagai katup satu arah yang hanya memungkinkan
udara mengalir dari booster ke intake manifold.
 Ruang booster terbagi menjadi dua bagian oleh diafragma yaitu constant
pressure chamber dan variable pressure chamber.
 Pada control valve mechanism terdapat air valve dan vacum valve.
 Valve operating rod dihubungkan ke pedal rem.
Prinsip kerja secara sederhana booster yaitu bila vakum bekerja pada kedua sisi
piston, maka piston akan terdorong ke kanan oleh pegas. Bila tekanan atmosfir
masuk ke ruang A, maka piston bergerak ke kiri menekan pegas karena adanya
perbedaan tekanan, menyebabkan batang piston menekan piston master silinder.

Booster body dibagi menjadi bagian depan (ruang tekanan tetap/constant pressure
chamber) dan bagian belakang (rung tekanan variasi/variable pressure chamber),
dan masing masing ruang dibatasi dengan membran dan piston boster.
Mekanisme katup pengontrol (Control valve mechanism) berfungsi untuk
mengatur tekanan didalam ruang tekan variasi. Termasuk katup udara (air valve),
katup vacum (vacuum valve). katup pengontrol dan sebagainya yang berhubungan
dengan pedal rem melalui batang penggerak katup (valve operating rod).
Brake booster terdiri dari komponen komponen berikut ini.

1. Batang pengoperasian katup


2. Batang pendorong (Push rod)
3. Piston (Booster piston)
4. Badan booster (Booster body)
5. Diafragma
6. Pegas Diafragma
7. Badan katup (Valve body)
8. Cakram reaksi (Reaction disc)
9. Pembersih udara (Air cleaner)
10. Penutup badan (Body seal)
11. Ruang tekanan variable (Variable Pressure Chamber)
12. Ruang tekanan konstan (Constant Pressure Chamber)
13. Katup cek (Check valve)

Dalam sistematis kerjanya rem buster memiliki mekanisme untuk membantu pengereman
didalam berkendara, sehingga cara kerja rem buster dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Saat Pedal Rem Belum Di Injak
Air valve tertarik ke kanan oleh air valve return spring bertemu dengan control valve
sehingga tertutup, dan udara luar tidak bisa masuk ke variable pressure chamber.
Vacum valve terbuka menyebabkan terjadinya kevakuman pada constant dan variable
pressure chamber. Piston terdorong ke kanan oleh pegas diapragma.

2. Saat Pedal Rem Dinjak

Valve operating rod mendorong air valve dan control valve, menyebabkan vacum valve
tertutup dan air valve terbuka. Hal ini menyebabkan udara luar masuk ke variable
pressure chamber. Perbedaan tekanan antara variable dan constant pressure chamber
menyebabkan piston bergerak ke kiri.

Boster rem tipe hidrolis (tekanan)


Boster rem tipe hidrolis digunakan pada kendaraan yang umunnya kendaraan
tersebut tidak memungkinkan menggunakan boster rem tipe vakum, seperti :
 Ruangan sangat sempit sehingga tidak memungkinkan untuk menempatkan boster
rem tipe vakum.
 Tidak tersedianya kevakuman yang konstan pada intake manifold di kendaraan,
contohnya pada mesin diesel yang menggunakan turbo charger.
 Kendaraan yang membutuhkan gaya pengereman yang lebih besar, sehingga
penggunaan boster rem tipe vakum tidak memungkinkan.

Cara kerja dari boster rem tipe hidrolis ini memanfaatkan tekanan hidrolik untuk
membantu meringankan pengemudi saat menginjak pedal rem. Tekanan hidrolik
ini didapatkan dari pompa.
Pompa yang digunakan pada boster tipe hidrolis ini menggunakan atau memanfaatkan
pompa pada power steering hidrolik.

Karakteristik dari rem booster


Booster rem tipe vakum lebih simple dan efektif di gunakan pada kendaraan
penumpang kecil, sedangkan untuk kendaraan besar seperti truk menggunakan booster
hidrolik dengan penguatan yang lebih besar.
Perkembangan
Dalam brake booster ada yang tunggal dan ganda, brake booster ganda biasanya dipakai
di kendaraan yang berat, sedangkan brake booster tipe tunggal sering digunakan di
mobil penumpang.
Pengembangan
Brake booster tipe vakum memang lebih efektif dan efisien untuk mobil bensin , namun
untuk mesin diesel, sulit untuk di aplikasikan karena kevakuman intake manifold lemah
bahakan jika menggunakan turbo charger intake manifold tidak vakum melainkan
tekanan positif. Maka dari itu di gunakanlah booster tipe hidrolik yang memanfaatkan
tekanan pompa power steering.

b. Rem Angin

Perangkat pengereman yang digunakan mesti disesuaikan dengan dimensi dan


bobot bus yang besar. Rem bus tentunya tak mungkin hanya mengandalkan booster
rem seperti yang digunakan pada mobil berukuran kecil dan sedang.
Rem pada bus adalah rem tromol yang kinerjanya dibantu oleh sistem hidrolik
yang digerakkan oleh tekanan angin. Karena itu jenis rem ini juga dikenal sebagai
rem angin (air brake). Sehingga fungsi dari rem angin adalah untuk memperingan
pengereman pada pengemudi pada kendaraan besar serta memberikan daya
pengereman yang besar pada kendaraan agar mudah dikendalikan atau dihentikan
oleh pengemudi ketika berjalan.
Sehingga rem angi memiliki konstruksi sebagai berikut:

A. Komponen Rem Angin


Secara umum komponen rem angin terdiri dari:

a. Kompressor
Berfungsi untuk menekan udara luar untuk masuk ke tempat penyimpanan
yang disebut air tank serta untuk menyediakan udara bertekanan yang
digunakan sebagi media pemindah tenaga pengereman dari pengemudi.
Kompressor memanfaatkan tenaga mesin sebagai sumber tenaga untuk
memutarnya, Oleh karena itu kompressor dilengkapi dengan sebuah presure
regulator yang akan menghentikan kompresi udara saat tekanan maksimal
telah dicapai.

b. Air Tank
Udara bertekanan dari kompresor udara akan disimpan di air tank. Udara ini
hanya bersifat sementara, karena udara bertekanan ini akan disalurkan ke
berbagai sistem yaitu pengereman, horn, dan komponen lainya. Air tank
dilengkapi dengan air dryer yang akan menyaring air dan debu yang terbawa
ikut terbawa udara pada saat dikompresikan oleh kompressor. Uap air itu akan
dikumpulkan dalam suatu bagian dan air tersebut harus dibuang melalui check
valve.
c. Brake Chamber
Brake chamber berfungsi mengubah tenaga angin menjadi gerakan mekanis.
Rangkaian ini terdiri dari membran, pegas diafragma, tuas, dan slack adjuster.
Kondisi brake chamber sangat mempengaruhi daya pengereman suatu
kendaraan.
d. Brake Valve

Brake valve terdiri dari pegas dan serangkaian katup. Brake valve akan
membuka dan menutup aliran udara bertekanan dari air tank ke brake
chamber. Brake valve dilengkapi relay valve untuk mengaktifkan rem dengan
cepat.

e. Brake Lining

Brake lining atau kampas rem. Umumnya bus dan truk menggunakan sistem
rem tromol, sehingga tuas dari brake chamber diteruskan dengan mekanikal
untuk menggerakan kampas rem,.kanvas rem berfungsi sebagai bidang gesek
dengan tromol rem pada saat terjadi proses pengeremen.

f. Air Hose

Air hose atau selang udara berfungsi sebagai saluran untuk mengalirnya udara
bertekanan. Selang ini terbuat dari karet sintetis dan logam sehingga
kemungkinannya kecil terjadi kebocoran saat distribusi udara.

Jenis-Jenis Rem Angin


1. Combine air brake
Sistem ini menggunakan tenaga hidraulis untuk menekan kampas rem, tapi
terdapat tenaga angin yang menekan hidaulis itu.
2. Full air brake
Pada FAB rem tidak lagi menyertakan komponen hidaulik pada
pengoperasiannya. Sistem ini langsung menggunakan udara bertekanan tinggi.

Rem angin dibuat untuk menghasilkan daya pengereman yang tinggi


dengan penekanan pedal yang ringan. Pada sistem rem angin pedal ditekan
tidak secara langsung menekan brake pad, pedal rem hanya membuka dan
menutup brake valve,daya pengereman diperoleh dari angin bertekanan.
Sehingga daya pengereman dapat maksimal dengan penekanan pedal yang
ringan. Sistem ini cocok diaplikasikan pada mobil berbobot besar seperti truk
dan bus.

Cara Kerja Rem Angin:


Pada Saat mesin hidup kompresor akan mengkompresikan udara luar dan
menyuplai udara bertekanan tersebut ke air tank sehingga tekanan udara di air
tank meningkat,saat tekanan melebihi batas maksimal (± 840 KPa) secara
otomatis air tank akan membuang udara dari kompressor tersebut ke atmosfer.
Pada saat tekanan udara dibawah 740 KPa, maka kompresor kembali
menyuplai udara bertekanan ke air tank, begitulah seterusnya sehingga tekanan
dalam air tank stabil pada tekanan kerjanya . Udara dalam air tank mengalir
melalui selang-selang udara atau air hose untuk menunjang berbagai sistem.
Dalam sistem rem udara mengalir ke selang rem.

Pada saat pedal rem diinjak,maka piston pada mekanisme brake chamber akan
mendorong plunger sehingga membuka saluran menuju brake chamber dan
menutup release valve. Pada brake chamber, tekanan angin ini diubah menjadi
gerakan mekanis,tuas brake chamber akan menekan brake linning sehingga
terjadi gesekan antara brake linning dengan drum brake akibatnya kendaraan
akan diperlambat putarannya atau bahkan berhenti.

Pada Saat pedal rem dilepas,maka plunger pada mekanisme brake chamber
akan terdorong keatas oleh return spring akibatnya brake valve tertutup dan
release valve terbuka,sehingga tekanan dari air tank dihentikan dan tekanan
didalam brake chamber berbalik ke release valve untuk di buang ke
atmosfer,tekanan di dalam brake chamber sama dengan tekanan
atmosfer,dengan bantuan return spring tuas brake chamber kembali ke posisi
semula akibatnya rem bebas.
Karakteristik Rem Angin:
A. Keuntungan Rem Angin
1. Daya pengereman yang dihasilkan tinggi
2. Tenaga Penekanan yang dibutuhkan ringan
3. Tidak terdapat kebocoran fluida atau oli rem
4. Tidak ada permasalahan masuk angin pada sistem rem.
B. Kekurangan Rem Angin
1. Sistem ini Lebih Memakan banyak ruang dan tempat
2. Konstruksinya lebih rumit
3. Pemeliharaannya lebih sulit

Perkembangan

Air Brake System pertama kali di gunakan pada kereta api, system ini di
temukan oleh Westinghouse pada tahun 1868, kemudian system air brake di
gunakan pada trailer, truk besar, dan bus

c. Exhaust Brake

Exhaust Brake bekerja dengan mengurangi kecepatan putaran mesin dengan


menutup saluran pembuangan, hal ini mengakibatkan gas buang akan terkompresi
di exhaust manifold dan ruang silinder. Secara konstruksi, rem gas buang cukup
sederhana, hanya terdapat sebuah katup kupu-kupu yang umumnya digerakan oleh
tabung selenoid bertenaga listrik ataupun udara tekan.
Saat rem knalpot di terapkan maka katup kupu-kupu yang terpasang di Exhaust
Manifold akan menutup saluran buang sehingga gas sisa pembakaran tidak bisa
mengalir keluar. Karena gas buang termampatkan di saluran buang dan tidak bisa
keluar maka putaran mesin akan terhambat karena piston mendapatkan tekanan
balik saat berusaha mendorong gas sisa pembakaran keluar dari ruang silinder.

Jadi prinsipnya Exhaust Brake menciptakan Back-pressure di saluran pembuangan


melalui penambahan katup di saluran pembendung gas buang. Akhirnya mobil
kehilangan daya dorongnya dan lajunya pun berkurang. Ini seperti Engine Brake
hanya saja dengan metode yang berbeda.

Dilihat dari prinsip kerjanya bisa dipahami bahwa rem ini hanya di khususkan
untuk mengurangi laju kendaraan dan bukan untuk menghentikannya. Dalam
penerapannya, Rem Knalpot ini memiliki beberapa metode untuk
pengoperasiannya.
Ada yang di operasikan secara manual lewat tuas di area stir yang bisa di
kendalikan oleh supir sesuai kebutuhan. Ada juga yang bekerja otomatis
mengikuti pedal gas yang ketika pedal gas di lepas maka rem knalpot akan
aktif. Ada lagi yang bekerja otomatis sesuai pengereman yang dilakukan, jadi saat
pedal rem di tekan maka rem knalpot juga bekerja. Fitur ini biasanya bisa mulai
bekerja dengan mengaktifkannya terlebih dahulu melalui tombol yang ada di
dashboard.
Sekali rem ini aktif maka ia akan bekerja sesuai setingan yang telah diterapkan.
Keberadaan rem knalpot ini dapat membantu menghemat penggunaan Kampas
Rem, tapi memang penggunaannya tidak bisa setiap saat dan setiap waktu.
Oleh karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar rem knalpot ini aktif
dan bekerja sebagaimana mestinya seperti; statusnya sudah diaktifkan, posisi gear
tidak netral, pedal kopling dilepas, pedal gas dilepas, Cruise Control Disable dan
untuk kendaraan yang kecepatannya di bawah 15km/jam maka exhaust brake
tidak berfungsi.
Rem ini akan menghasilkan suara bising saat beroperasi, dan jika digunakan
berlebihan tanpa perawatan yang tepat pada mesin, akan membuat kerusakan
seperti oli mesin yang mudah kotor karena terkontaminasi partikel karbon dari gas
buang.
Seperti diketahui, gas buang memiliki tekanan yang cukup tinggi dan berusaha
mencari jalan keluar kesegala arah, ketika saluran keluarnya tertutup maka ia akan
menekan kesegala arah termasuk lewat celah piston dan dinding silinder dan jika
piston, ring piston dan dinding silinder tidak dalam kondisi prima maka gas buang
bisa menyusup masuk ke ruang engkol.
Untuk mengantisipasi tekanan yang terlalu besar pada ruang knalpot
(Overpressure), beberapa katup exhaust brake seperti buatan PacBrake di pasang
katup tambahan yang akan membuka jika tekanan di knalpot melebihi batas yang
di tentukan. 60 Psi bisa jadi angka maximum, tapi ini juga tentu berbeda untuk
setiap pabrikan.
Perkembangan
Exhust brake menghasilkan suara bising yang sangat keras, maka dari itu
exhaust brake sekarang sudah di gantikan dengan brake retarder yang tidak
mengeluarkan suara bising.

d. Katup Pengimbang

Kendaraan yang sedang melaju dapat dikurangi kecepatannya atau dapat


dihentikan kelajuannya dikarenakan adanya sistem rem pada kendaraan
tersebut.Sistem rem bekerja berdasarkan adanya gesekan antara tromol dengan
kanvas rem (pada tipe rem tromol) atau gesekan antara piringan dengan pada
piringan rem (pada rem cakram).
Pada saat kendaraan melaju kemudian dilakukan pengereman maka titik pusat
grafitasi kendaraan tersebut akan berpindah ke depan (maju) yang disebabkan oleh
gaya inertia. Hal tersebut akan mengakibatkan beban kendaraan akan tertumpu pada
bagian depan. Apabila gaya pengereman antara roda belakang dan roda depan dibuat
sama besar maka roda belakang akan cenderung mengalami penguncian (lock)
karena gaya pengereman yang terlalu besar.

Jika roda belakang ini mengunci maka akan terjadi slip antara roda belakang
dengan permukaan jalan, bagian belakang kendaraan akan bergerak ke kanan dan ke
kiri seperti ekor ikan dan kemudi akan sangat susah untuk dikontrol (dikendalikan).
Maka hal tersebut harus dicegah agar tidak mengalami resiko kecelakaan.

Dengan alasan tersebut maka pada sistem rem kendaraan dilengkapi dengan
katup pengimbang (propotional valve) atau disingkat dengan katup P. Katup pembagi
atau propotional valve ini berfungsi untuk membedakan gaya pengereman yang
disalurkan antara roda bagian depan dan roda bagian belakang yang mana gaya
pengereman pada bagian roda belakang diturunkan atau lebih kecil dibanding dengan
bagian roda depan.

Pada gambar diatas, katup pengimpang difungsikan untuk mengatur tekanan


roda belakang. Ini berlaku untuk kendaraan yang mempunyai beban lebih berat
pada bagian depan kendaaraan ( letak mesin di depan ). Pada grafik diatas dapat
kita lihat bahwa, jika tidak menggunakan katup pengimbang ( without
proportioning valve ), tekanan pada silinder roda belakang sangat tinggi. Hal ini
mengkhawatirkan roda menjadi mengunci. Dengan menggunakan katup
pengimbang ( with proportioning valve ), tekanan rem belakang hampir mendekati
tekanan yang ideal.
Dengan menurunkan gaya pengereman pada roda belakang maka saat
kendaraan sedang melaju kemudian dilakukan pengereman tidak akan terjadi
gaya pengereman yang besar terhadap roda belakang sehingga roda belakang
tidak mengunci.

Penurunan gaya pengereman ini dilakukan dengan menurunkan tekanan hidrolik


dari master silinder yang menuju ke silinder roda atau kaliper roda pada bagian
belakang melalui katup pengimbang.

Macam-macam Katup penyeimbang (Proportional Valve):


1. Katup P dan BV (Fix)

Proportioning Valve merupakan teknologi awal dari LSPV. Proportioning Valve


ini hanya mengatur perbedaan tekanan minyak rem antara roda depan dan
belakang berdasarkan valve yang sudah disetel oleh pihak pabrikan.
Cara pengaturan tekanan minyak pada Proportioning valve ini umumnya terjadi
secara tetap (fix) dan tidak mengikuti perubahan beban yang terjadi pada
kendaraan saat pengereman. Pengaturan tekanan ini dibutuhkan untuk menjaga
kestabilan kendaraan saat pengereman, terutama untuk mobil-mobil yang posisi
mesinnya ada di bagian depan. Apabila sistem rem pada roda depan tidak
berfungsi maka Propotional and by pass valve ( P and BV) yang akan meneruskan
tekanan dari master silinder ke silinder roda atau kaliper roda belakang tanpa
melalui katup P.

2. Load Sensing and Proportional Valve

Jika pada Proportioning Valve sifat pengaturan tekanannya bersifat tetap (fix),

maka pada LSPV ini pengaturannya dikendalikan berdasarkan kondisi beban

kendaraan yang dipantau berdasarkan ketinggian suspensi belakang.


Semakin berat beban pada kendaraan maka suspensi umumnya akan menjadi

lebih rendah posisinya kearah permukaan jalan dibanding tanpa beban.

LSPV umum dipasang di bagian belakang kendaraan dan terkait dengan suspensi

melalui sebuah pegas / per guna mengetahui kondisi beban kendaraan.


Ketika terjadi perubahan beban, maka per akan tertarik sehingga merubah
posisi valve didalam LSPV. Dengan begitu, tekanan minyak rem akan berubah-
ubah secara otomatis seiring dengan perubahan ketinggian suspensi mobil.

Dengan dipasangnya LSPV pada sistem rem untuk roda belakang, maka
kestabilan kendaraan di setiap kondisi pengereman tetap bisa didapatkan
meskipun terjadi perubahan beban pada kendaraan.

3. Katup DSP

Kendaraan deselerasi dan melaksanakan pengereman maka katup deceleration


sensing and propotioning valve (DSPV) yang melaksanakan pembedaan tekanan
awal split point pada roda-roda belakang.
Perkembangan
Proportioning Valve merupakan teknologi awal karena katup ini hanya
mengatur perbedaan tekanan minyak rem antara roda depan dan belakang
berdasarkan valve yang sudah disetel oleh pihak pabrikan. Maka di
kembangkan mejadi katup LSP, LSPV ini pengaturannya dikendalikan
berdasarkan kondisi beban kendaraan yang dipantau berdasarkan ketinggian
suspensi belakang. Semakin berat beban pada kendaraan maka suspensi
umumnya akan menjadi lebih rendah posisinya kearah permukaan jalan
dibanding tanpa beban.

Pengembangan
Semakin berkembangnya teknologi Proportioning valve sudah tergantikan
menjadi EBD (Electronic Brake Distribution) dengan sistem elektrik yang
jauh lebih sempuran dalam hal pendistibusian gaya pengereman ke masing
masing roda sesuai dengan beban dan kondisi kendaraan.
e. Rem Retarder

Retarder adalah alat bantu pegereman non friksi/non kontak untuk meningkatkan
fungsi dari sistem pengereman utama. Perangkat ini biasanya digunakan pada
kendaraan berat seperti Bus dan Truck.
Sistem pengereman yang berbasis gesekan rentan terhadap pemudara rem (aus) ketika
digunakan secara terus menerus, yang dapat berbahaya. Misalnya jika truk atau bus
yang menurun di turunan panjang. Oleh sebab itu, kendaraan berat sering dilengkapi
dengan sistem tambahan yang tidak berbasis gesekan untuk membantu pengereman
sehingga tingkat keausan rem konvensional berumur panjang & safety lebih terjaga.
Fungsi Retarder ini adalah untuk memperlambat kendaraan, atau
mempertahankan kecepatan stabil pada turuan sehingga Sebagai gesekan pada rem bisa
dikuranggi, terutama pada kecepatan yang lebih tinggi.
sumber foto : www.bismania.com

Keterangan :
EB : EB: Exhaust Brake
R : Retarder

Exhaust Brake berfungsi untuk menghentikan laju kendaraan dan biasanya


langsung menghentikan laju roda mengggunakan pedal brake. Kalau Auxilary brake
berfungsi untuk memperlambat laju kendaraan, bukan menghentikan kendaraan.
Dari sini sehingga dibuatlah auxilary brake dengan mengandalkan komponen yang lain
ada yang menggunakan Exhaust Brake dan atau Retarder. Nah konsep yang paling
murah dan mudah adalah Exhaust Brake. Karena itu banyak yg menggunakan fungsi
ini.

sumber foto : www.bismania.com


Totalnya ada 5 klik di tuas Retarder. Semakin naik tingkat kliknya semakin
melambatkan laju kendaraan. Bahkan untuk klik ke-5 selain retarder bekerja, Exhaust
Brake juga akan bekerja. Sehingga laju bis akan sangat terbebani.
Retarder ini selain diterapkan di kendaraan seperti Bus, Truck dan Kereta Api
juga dapat diaplikasikan di kendaraan pribadi kok, asalkan kendaraan berjalan diatas
50Km/h. Lebih rendah dari itu, meggunakan rem biasa.

System Retarder ada dua:


1. Electric retarder. System ini menggunakan prinsip "electromagnetic induction"
sama seperti prinsip motor listrik (ada rotor ada stator)tapi kebalikannya bukan untuk
memutar tapi menahan laju putaran. System ini ada biasanya di as transmisi, dimana
rotor berada di as dan statornya menempel di chasis atau transmision house. Jadi jika
stator ini diberikan arus listrik maka akan terbentuk medan magnet (eddy current) dan
menahan gerakan rotor, gradan dan roda.
2. Hydraulic retarder. System ini Menggunakan system tahanan viskosistas olie
didalm ruangan tertutup yg terbagi dua satu statis dan satunya bergerak dan ada vanes
atau katub diatara keduanya. Systemnya mirip dg kipas radiator mobil anda, coba
putar kipas mobil anda maka akan terasa ada yg menahan. System ini dipasang pada
as transmisi antara kopling dan gardan. Daya retardernya tergantung jumlah oli yg ada
dichamber.
Perkembangan karena retarder memiliki kelemahan yaitu kemampuan pengereman
retarder berkisar 60-80%, maka di kembangkan menjadi intarder yang di klaim
dengan kemampuan pengereman mencapai 90%, intarder ini memkai gear step up,
biasanya ada 5 step.
Pengembangan Electric retarder sekarang banyak di gunakan pada mobil hybrid, saat
electric retarder bekerja akan menghasilkan arus listrik yang akan di gunakan untuk
mengisi baterai.
BAB III

KESIMPULAN

Masing msaing alat bantu rem tentu memiliki keterbatasan, contohnya boster vakum ini msih
layak jika di gunakan untuk kendaraan kecil dengan mesin bensin, namun untuk kemdaraan
besar dengan bermesin diesel booster vakum sudah tidak memenuhi syarat, karena kevakuma
intake manifold mesin diesel yang tidak konstan, bahkan sampai tekanan positif akibat
pengguaan torbo charger, makan booster rem vakum sangat sulit di aplikasikan, maka di
kembangkan menjadi booster rem hidrolik untuk kendaraan truk kecil, dan untuk kendaraan
besar seperti trailer digunakan system rem angin, yang jauh lebih kuat di bandig booster rem.
Kemudian ada alat bantu rem lainya seperti exhaust brake dan retarder sebagai penunjang rem
utama.
Daftar Pustaka:

1. Andi juli (2018), Fungsi dan Cara Kerja Boster Rem, dari
http://lksotomotif.blogspot.com/2018/09/fungsi-dan-cara-kerja-booster-rem.html dikutip pada
25/03/2019 16:15.
2. Prasetyadi juan (2018), Fungsi Katup Pengimbang atau Propotional Valve (Katup P), dari
https://www.teknik-otomotif.com/2018/03/fungsi-katup-pengimbang-atau.html dikutip pada
26/03/2019 4:25.
3. Muchta amrie (2015), Cara Kerja Sistem Rem Angin Pada Bus + Nama Komponen, dari
https://www.autoexpose.org/2015/09/sistem-rem-angin-deskripsi-dan-cara.html dikutip pada
25/03/2019 18:05.

Anda mungkin juga menyukai