Anda di halaman 1dari 11

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan adalah masalah global yang hingga saat ini sangat sulit ditemukan jalan
keluarnya. Hal tersebut merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh pemerintah, baik dari
negara berkembang maupun negara maju. Kemiskinan tidak muncul dengan sendirinya dan
bukan tanpa sebab. Orang-orang miskin muncul bukan karena mereka malas bekerja atau
boros, tetapi mereka miskin karena diekploitasi, diperas, dijarah, dan dirampok haknya karena
dipaksa oleh system ekonomi politik yang tidak adil. Namun, sebagian kemiskinan yang terjadi
di Indonesia saat ini merupakan kemiskinan kultural, dimana masyarakat sebenarnya mampu
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan maupun tanpa adanya bantuan dari orang
lain. Akan tetapi mindset yang ada pada mental masyarakat indonesia sangatlah buruk. Budaya
miskin, kini telah menyebar sangat cepat seperti virus yang sulit ditemukan obatnya.
Masyarakat cenderung menyatakan diri mereka sebagai orang miskin, bukannya
berusaha untuk keluar dari kemiskinan itu sendiri. Hal tersebut juga didukung dengan adanya
pemanfaatan kesempatan oleh pihak-pihak yang tidak betanggung jawab yang menjadikan
kemiskinan sebagai alasan untuk memperoleh keuntungan dari kebijakan-kebijakan yang telah
di buat pemerintah untuk mensejahterakan rakyat miskin. Kemiskinan di indonesia disebabkan
oleh beberapa faktor, yang paling utama adalah minimnya pemanfaatan sumberdaya alam
karena rendahnya kualitas dari sumberdaya manusianya. Selain itu kemiskinan penduduk
indonesia juga diakibatkan oleh pembagian in come dari pemerintah yang tidak merata.
Mental masyarakat yang takut dengan kegagalan cenderung menimbulkan pola pikir
untuk mencari jalan pintas yang lebih cepat untuk memperoleh keuntungan. Mental yang lemah
membuat masyarakat malas untuk berusaha mensejahterakan diri mereka sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kemiskinan?
2. Apa faktor penyebab terjadinya kemiskinan?
3. Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia?
4. Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan?
5. Apa upaya pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kemiskinan.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kemiskinan.
3. Mengetahui perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemiskinan
Menurut kamus ilmiah popular, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta atau
harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan. Secara etimologi makna yang terkandung yaitu
bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi.
Kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar
atau, ketidakberdayaan terhadap system yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka
berada pada posisi yang sangat lemah dan terekploitasi (kemiskinan struktural). Hal tersebut
meliputi ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan,
pendidikan, kesehatan dan penyampaian aspirasi.
Kemiskinan adalah masalah global yaitu suatu penyakit yang dialami tidak hanya pada
Negara-negara berkembang saja tetapi juga Negara-negara maju. Sebagai contoh adalah
Inggris dan Amerika Serikat. Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an
pada era kebangkitan revolusi industry yang muncul di Eropa. Pada masa tersebut kaum miskin
di Inggris berasal dari buruh pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendaptkan upah
rendah, sehingga kemampuan daya beli mereka juga rendah. Akibatnya adalah banyak dari
kaum tersebut yang tinggal tinggal di pemukiman kumuh yang rentan terhadap penyakit social
meliputi kegiatan lokalisasi/prostitusi, maraknya kriminalitas, dan tingginya pengangguran.
Selain itu di Amerika Serikat juga dihadapi masalah kemiskinan pada masa depresi dan resei
ekonomi yaitu tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat tercatat sebagai Negara adi
daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya hidup dalam kecukupan. Amerika juga
telah banyak member bantuan kepada Negara lain. Namun, di balik kedaan tersebut tercatat
sebanyak 32juta jiwa atai seperenam dari jumlah penduduknya tergolong miskin.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yaitu :
1. Kemiskinan absolut
2. Kemiskinan relatif
3. Kemiskinan kultural
Kemiskinan absolut adalah, apabila hasil pendapatan seseorang berada di bawah garis
kemiskinan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti : sandang, pagan, papan,
kesehatan, dan pendidikan.
Kemiskinan relatif adalah, pendapatan yang diperoleh telah berada di atas garis
kemiskinan akan tetapi masih berada di bawah kemam[uan rata-rata masyarakat sekitar.
Kemiskinan kultural yaitu, sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak
mau berusaha memeprbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
mebantunya.
Ada dua kondisi yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, yaitu :
1. Kemiskinan alami, adalah kemiskinan yang terjadi akibat sumberdaya alam yang terbatas,
penggunan teknologi yang rendah dan adanya bencana alam.
2. Kemiskinan buatan, terjadi karena imbas dari para birokrat yang kurang berkompeten dalam
penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya
untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kemiskinan
2.2.1 Indikator Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup dasar.
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup lainnya.
3. Tidak adanya jaminan masa depan.
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal.
5. Rendahnya kualitas sunberdaya manusia dan terbatasnya sumberdaya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adnya akses dalam lapangan kerja dan matapencahariaan yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena caca fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantugan sosial (anak terlantar, wanita korban KDRT, janda
miskin,dll).
2.2.2 Penyebab Terjadinya Kemiskinan Menurut Karimah Kuraiyyim
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Dimana yang paling penting disini adalah standar pergerakan pendapatan per-kapita
seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemrosotan stabdar perkembangan pendapatan per-kapita,
adalah :
a. Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b. Politik ekonomi yang tidak sehat.
c. Faktor luar negeri, meliputi :
- Rusaknya syarat perdagangan.
- Beban hutang.
- Kurangnya bantuan luar negeri, dan
- Perang.
2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Faktor ini sangat berpegaruh terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos
kerja dan produktivitas masyarakat harus di dukung dengan adanya SDA dan SDM yang baik,
serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan maksimal.
3. Tingginya biaya hidup.
Melonjaknya biaya hidup yang tinggi adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan
pendapatan atau gaji masyarakat. Disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya
peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4. Pembagian subsidi in come yang kurang merata.
Hal tersebut mengakibatkan sulitnya memenuhi kebutuhan poko dan jaminan untuk
warga miskin serta secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga, bahkan di sisi
lain masyarakat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
2.3 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
2.3.1 Kemiskinan di Indonesia
Di Indonesia, kemiskinan hampir melanda seluruh lapisan masyarakat, baik kemiskinan
absolute maupun kemiskinan structural. Kemiskinan tidak muncul dengan sendirinya, dan
muncul bukan tanpa sebab. Orang-orang miskin muncul bukan karena mereka malas bekerja
atau boros, tetapi mereka miskin karena dieksploitasi, diperas, dijarah, dan dirampok hak-
haknya. Mereka miskin karena dipaksa oleh system ekonomi dan politik yang tidak adil.
Penyebab utama kemiskinan, disamping masalah ketimpangan sosial dan ekonomi
karena adanya sekelompok kecil elite yang hidup mewah diatas penderitaan orang banyak, juga
disebabkan karena ketidakmampuan penduduk miskin itu sendiri dalam mengelola sumber
daya alam yang ada, sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki mereka.
2.3.2 Data Statistik Penduduk Miskin di Indonesia
Program pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) meluncurkan laporan tahunan
pembangunan manusia (Human Development Report) 2006 yang bertajuk beyord scarcity,
power, poverty dan the global water. Laporan tersebut menjadi rujukan pembangunan dan
menjadi salah satu indikator kegagalan atau keberhasilan suatu negara mensejahterakan
rakyatnya. Selama satu dekade ini, indonesia berada pada tier medium human development
perimgkat ke 110 terburuk di asia tenggara setelah kamboja.
Fluktuasi jumlah kemiskinan dan prosentase penduduk miskin dari tahun ke tahun ada
kencenderungan menurun pada salah satu periode (2000-2005). Pada tahun 1996-1999
penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta, kembali cerah yaitu 34,01 juta (17,47%)
menjadi 47,97 juta (23,43%)pada tahun 1999. Kembali turun pada periode 1999-2002 sebesar
9,57 juta yaitu dari 47,97 (23,43%) turun menjadi 38,48 juta (18,20%). Keadaan tersebut
kembali terjadi pada periode (2002-2005) yaitu penurunan penduduk miskin hingga 35,10 juta
pada tahun 2005 dengan prosentase menurun dari 18,20% menjadi 15,97%.
Sedangkan pada tahun 2006 penduduk miskin kembali bertambah dari 35,10 juta
(15,97%) menjadi 39,05 juta (17,75%) artinya penduduk miskin di Indonesia meningkat
sebesar 3,95 juta (1,78%). Laporan terakhir dari Badan Pusat Statistik yang telah melakukan
survei sosial ekonomi nasional pada bulan Maret 2007 angka resmi masyarakat miskin
Indonesia adalah 39,1 juta dengan kisaran konsumsi kalori 210 kilo kalori (kkal) atau garis
kemiskinan ketika pendapatan kurang dari Rp. 152.847 per-kapita/bulan.
Penjelasan data dan sumber data tersebut diperoleh dari Berita Resmi Statistika No.
47/IX/ 1 September 2006, yaitu :
1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menguunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar (Basic Needs Approach). Dalam pendekatan tersebut, kemiskinan diartikan sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi, dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan. Sehingga
pendekatan tersebut mampu menghitung Head Count Indeks (HCI) atau presentase penduduk
yang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemsikinan Bukan
Makanan(GKBM). Perhitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pendapatan di bawah garis kemiskinan.
3. Sumber data yang digunakan untuk menghitung kemiskinan adalah data susenas (Survei Sosial
Ekonomi Nasional) panel Februari 2005 dan Maret 2006. Sebagai informasi tamabahan survei
paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD) digunakan untuk memeprkirakan proporsi dari
pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
2.3.3 Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan di Indonesia sangat erat hubungannya dengan rendahnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA). Hal tersebut
telah terbukti oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun negara
Indonesia sangat kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu hal tersebut dapat dilihat dari
rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indoesia pada tahun 2002 sebesar 0.692
yang menempati peringkat lebih rendah dibandingkan dengan Malaysa dan Thailand diantara
negara-negara di ASEAN. Sementara itu, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) pada tahun yang
sama sebesar 0.178 lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Kesenjangan gender di Indonesia
masih relatif besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Selain itu kesenjangan antara desa dan kota, proporsi penduduk miskin di pedesaan relatif
lebih tinggi di banding perkotaan. Data Susenas (National Sosial Ekonomi Survey) pada tahun
2004 menunjukan bahwa sektar 69% penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin yang
sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Selain itu, kemiskinan dialami oleh kaum
perempuan dengan rendahnya kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak, serta rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related
Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan Gender (Gender Empowment
Measurement, GEM).
2.4 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan di Indonesia
Otonomi daerah memiliki peran penting yang signifikan dalam mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan. Dalam hal tersebut, pemerintah memiliki peran dalam membuat
dan memutuskan suatu kebijakan untuk mensejahterakan rakyat miskin. Tetapi dalam
pembuatan atau pemutusan suatu kebijakan, pemerintah tidak melihat keadaan sebenarnya di
lapang, sehingga terkadang kebijakan tersebut kurang tepat sasaran dalam mengatasi masalah
kemiskinan yang ada di masyarakat. Banyaknya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
memperburuk keadaan yang terjadi di masyarakat dan menyebabkan masyarakat tidak patuh
atau tidak mengikuti kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga melupakan hal-hal penting setelah pembuatan suatu
kebijakan yaitu implementasi dan evaluasi yang berkaitan dengan kebijakan yang dibuat.
Implementasi atau penerapan suatu kebijakan di lingkungan masyarakat seringkali tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang akhirnya menimbulkan berbagai konflik di masyarakat.
Dengan demikian evaluasi yang berkaitan dengan kebijakan yang dibuat dan diterapkan di
masyarakat sangat di perlukan untuk memperbaiki pembuatan kebijakan yang berkelanjutan
demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Evaluasi kebijakan-kebijakan yang telah dibentuk
sebelumnya akan berpengaruh pada pembentukan kebijakan selanjutnya yang lebih baik dan
ebih dibutuhkan oleh masyarakat. Pemerintah adalah wakil sekaligus penampung suara-suara
rakyat yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah memiliki
peran penting dalam mengatasi masalah kemiskinan.
2.5 Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Kemiskinan di Indonesia
Berbagai program untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia telah dibuat oleh
pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan
penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan
pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera,
demokratis dan berkeadilan.
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut :
1. Mengurangi kesenjangan sosial antar daerah, dengan :
a. Penyediaan sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar daerah sulit air bersih
b. Pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga untuk daerah yang sulit dijangkau atu tertinggal
sebagai sara penghubung.
c. Redistribusi sumber dana kepada daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen
Dana Alokasi Khusus (DAK).
2. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk
modal usaha, pelatihan ketrampilan kerja, dan meningkatkan investasi revitalisasi industri.
Contoh : KUR ( Kredit Usaha Rakyat), PNPM, Koperasi,dll.
3. Pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin di berikan pelayanan, antara lain :
a. BOS ( Bantuan Operasional Sekolah ) sebagai penuntasan program wajib belajar 9 tahun dan
BidikMisi beasiswa bagi siswa miskin yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri.
b. JamKesMas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) bantuan kesehatan bagi penduduk miskin untuk
berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit kelas tiga.
c. BLT (Bantuan Langsung Tunai) bagi warga miskin, RasKin, dsb.
Selain itu, ada berbagai macam contoh upaya mengatasi kemiskinan di darah salah
satunya di kota Bandung, propinsi Jawa Barat diadakan Bandung Peduli. Bandung Peduli
adalah gerakan kemanusiaan dengan kegiatan yang difokuskan pada upaya menolong orang
kelaparan, dan mengangkat orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Bandung
Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa membedakan antara suku, ras,
agama, kepercayaan, ataupun politik dalam melaksanakan tugasnya.
Karena donasi dari para dermawan tidak begitu besar, maka bantuan diberikan bagi
keluarga miskin yang tergolong fakir diukur dengan ekuivalen nilai tukar beras. Hal tersebut
dilakukan karena donasi yang ada tidak mencukupi untuk mambantu warga miskin yang
kondisi ekonominya dibawah garis kemiskinan namun masih memiliki penghasilan yang
lumayan dibandingkan dengan warga fakir.
Meskipun belum semua masalah kemiskinan dapat teratasi, tetapi beberapa kebijakan
pemerintah mampu meringankan sedikit beban dari rakyat miskin yang menginginkan
kehidupan yang lebih baik. Namun keseluruhan upaya tersebut belum maksimal tanpa
dukungan dari para pemangku kepetingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan
kemiskinan dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan dirumuskan empat
strategi utama. Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya adalah :
1. Memperbaiki program perlindungan sosial.
Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat
menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota
keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya.
2. Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar.
Akses terhadap pelayanan dasar, meliputi akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air
bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin.
3. Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin.
Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat
berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
4. Menciptakan pembangunan yang inklusif.
Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan
sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar
atau, ketidakberdayaan terhadap system yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka
berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi (kemiskinan struktural).
Kemiskinan adalah masalah global yang hingga saat ini sangat sulit ditemukan jalan
keluarnya. Orang-orang miskin muncul bukan karena mereka malas bekerja atau boros, tetapi
mereka miskin karena diekploitasi, diperas, dijarah, dan dirampok haknya karena dipaksa oleh
system ekonomi politik yang tidak adil. Namun, sebagian kemiskinan yang terjadi di Indonesia
saat ini merupakan kemiskinan kultural, dimana masyarakat sebenarnya mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan maupun tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Penyebab untama kemiskinan, disamping masalah ketimpangan sosial dan ekonomi
karena adanya sekelompok kecil elite yang hidup mewah diatas penderitaan orang banyak, juga
disebabkan karena ketidakmampuan penduduk miskin itu sendiri dalam mengelola sumber
daya alam yang ada, sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki mereka.
Masalah kemiskinan di Indonesia sangat erat hubungannya dengan rendahnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA). Hal tersebut
telah terbukti oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun negara
Indonesia sangat kaya akan Sumber Daya Alam.
Pemerintah memiliki peran dalam membuat dan memutuskan suatu kebijakan untuk
mensejahterakan rakyat miskin. Pemerintah adalah wakil sekaligus penampung suara-suara
rakyat yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah
memiliki peran penting dalam mengatasi masalah kemiskinan.

Berbagai program untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia telah dibuat oleh
pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan
penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan
pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera,
demokratis dan berkeadilan.
3.2 Saran
Untuk pemerintah, harus lebih bijak dalam mengambil keputusan pada pembuatan
kebijakan berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mensejahterakan rakyat miskin.
Penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar bagi rakyat miskinpun perlu diperhatikan.
Memastikan peletakkan kebijakan didalam masyarakat yang sesuai dengan keadaan lapang
akan baik dilakukan agar tidak muncul berbagai konflik. Pemberdayaan masyarakat miskin
sangat diperlukan agar mereka memiliki ketrampilan yang dapat menunjang usaha bagi rakyat
miskin terlepas dari jerat kemiskinan.

Untuk masyarakat dan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sebaiknya


berbenah diri, perbaikan mental dan moral sangat diperlukan. Bijaksana dalam melakukan
segala sesuatu agar tidak merugikan pihak lain. Bersama-sama dengan pemerintah
melaksanakan kebijakan pemerintah agar tercapai keteraturan hidup dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai