PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dikenal 4 kelas ikan dan vertebrata sejenis ikan, antara lain kelas Agnatha atau
vertebrata tidak berahang yang diwakili Ostrachodermi (punah) dan yang masih ada adalah
Cyclostomata (lamprey dan hag fishes), ikan purba berahang keras Placodermi (punah), kelas
Chondrichthyes atau ikan tulang rawan (ikan hiu, pari dan chimaera) dan kelas Osteichthyes
atau ikan tulang sejati. Dua kelas terakhir dikelompokkan dalam superkelas pisces. (Sukiya,
2005)
Pada ikan bertulang rawan (chondrichthyes) kulitnya tegar dan diliputi oleh sisik
placoid dengan banyak kelenjar mukosa, mulut terlatak sebelah ventral dari kepala. Juga
merupakan vertebrata rendah yang memiliki columna vertebralis sempurna yang terpisah satu
sama lain sehingga mudah membengkokkan tubuhnya. Kecuali itu telah memiliki tulang
rahang dan beberapa pasang appendage berupa pina (sirip). Hampir semuanya predacious,
hidup di laut. Nenek moyangnya dikenal dari fosil-fosil yang berupa sisa-sisa tulang gigi,
tulang jari sirip dan sisik.
Ikan itu vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis ikan bernafas
dengan alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/ gelembung udara). Mempunyai
otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium (tulang keras)
yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang menulang.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai
spesies dari Chondrichthyes agar kita mampu membedakan ikan bertulang rawan dengan
ikan yang lainnya serta spesifikasi mengenai hewan chondricthyes ini.
B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Chondrichthyes ?
b. Bagaimana ciri-ciri dari Chondrichthyes ?
c. Bagaimana struktur tubuh dari Chondrichthyes ?
d. Apa sajakah Sistematik dari Kelas chondrichthyes?
1
f. Bagaimana morfologi dari chondrichthyes?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Chondrichthyes
b. Untuk mengetahui ciri-ciri dari Chondrichthyes
c. Untuk mengetahui struktur tubuh dari Chondrichthyes
d. Untuk mengetahui Sistematik dari Kelas chondrichthyes
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Chondrichthyes
Chondrichthyes berasal dari bahasa latin yaitu (chondros = tulang rawan; ichtyes=ikan),
yang artinya ikan bertulang rawan. Kelas ini merupakan vetebrata rendah. Ikan adalah
anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin ) yang hidup di air dan bernafas dengan
insang. Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang
hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan
bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua subkelas: Elasmobranchii (hiu, pari dan
skate) and Holocephali (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan
menjadi kelas tersendiri).
B. Ciri-ciri Chondrichthyes
Ciri-ciri umum dari Chondrichthyes diantaranya yaitu (Simatupang, H., 2010) :
1. Rangka tulang rawan ; Kerangka bertulang rawan pada ikan-ikan kelas ini adalah
karakteristik yang diperoleh, bukan karakteristik primitif. Hal itu disebabkan
leluhur Chondrichthyes ternyata memiliki kerangka bertulang keras dan kerangka
bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang setelahnya.
Selama perkembangan sebagian besar vertebrata, mula-mula kerangka tersusun
atas tulang rawan, kemudian menjadi tulang keras (mengeras) seiring dengan
mulai digantinya matrik tulang rawan yag lunak dengan matrik kalsium fosfat
yang keras (Neil A. Campbell, 2003)
2. Ada yang bersisik dan ada pula yang tidak
3. Celah insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang
4. Letak celah insang lateral dan ventral
3
5. Mulut terletak pada sisi ventral
6. Ada yang mempunyai spirakulum dan ada yang tidak
7. Sirip berpasangan
8. Tidak memiliki gelembung udara
9. Lubang hidung sepasang
10. Seks terpisah, fertilisasi (pembuahan) terjadi di dalam tubuh; ovipar atau ovivipar
a. Kulit keras, dengan sisik plakoid kecil dan banyak kelenjar mukosa, terdapat sirip median
dan sisrip berpasangan, semua ditopang oleh jejari sirip, sirip pelvic dengan klasper pada
jantan.
b. Mulut ventral, dengan banyak gigi yang terlapisi email, kantung olfaktori berjumlah 2
(atau 1), tidak terhubung dengan rongga mulut, dengan rahang bawah dan atas, usus
dengan katup spiral.
c. Kerangka bertulang rawan, tidak ada tulang yang berpasangan, cranium bergabung dengan
kapsul indra yang berpasangan, notokorda bertahan, tulang belakang banyak, lengkap, dan
terpisah.
d. Jantung beruang dua (1 atrium, 1 ventrikal), dengan sinus venosus dan konus arteriosus,
hanya mengandung darah vena, beberapa pasang lengkung aorta, sel darah merah berinti
dan berbentuk oval.
e. Respirasi dengan menggunakan 5 atau 7 pasang insang, masing-masing terdapat pada
belahan yang terpisah ( 3 pasang pada chimaera ).
f. Sepuluh pasang sarap cranial, setiap organ auditori dengan tiga kanalis semisirkularis.
g. Suhu tubuh bervariasi ( poikiloterm).
Jenis kelamin terpisah, gonad berpasangan secara khas, saluran reproduksi melepaskan
isinya ke kloaka, fertilisasi internal, ovipar atau ovovivipar, telur besar, dengan banyak
kuning telur, segmentasi meroblastik, tidak ada membran embrionik, perkembangan
langsung, tidak mengalami metamorphosis. Contoh Pari, Hiu, Lumba-lumba
4
Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada yang muda, lambat laun
digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar
dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama
sebelum mereka lemas.
Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah merah diproduksi di limpa dan jaringan
khusus di kelaminnya. mereka juga menghasilkan organ yang disebut Organ Leydig yang hanya
ditemukan pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak memilikinya. Organ unik lain adalah
organ epigonal yang mungkin berperan dalam sistem kekebalan. Subkelas Holocephali, grup
yang sangat terspesialisasi, tidak mempunyai kedua organ ini.
Respirasi pada Chondrichthyes menggunakan 5 sampai 7 pasang insang. Temperatur
tubuh bersifat poikilothermal artinya temperatur sesuai dengan lingkunganya. Hewan ini
memiliki 10 pasang saraf kranial dan telinga dilengkapi tipa saluran semisirkuler. Contoh hewan
ini adalah Squalus acanthias (Ikan hiu).
5
D. Sistematik Kelas chondrichthyes
Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal letak celah
insang, perlekatan sirip dada dan wujud dari ekornya (Anonim, 2010).
6
Ikan hiu hidup di samudera dan lautan di seluruh dunia dan beberapa tumbuh dalam
air tawar. Mereka tinggal di sebagian besar semua dan suhu kedalaman laut. Ikan hiu
mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari
kerusakan, dari parasit dan untuk menambah dinamika air (Nelson, JS. 1994).
Ikan pari jarang menyerang manusia, walaupun sekiranya ia terinjak, ikan pari akan
menggunakan tajinya sebagai satu bentuk untuk mempertahankan diri. Terdapat kira-kira 200
spesies ikan pari. Biasanya terdapat di air tawar dan di lautan. Kebanyakan tidak mempunyai
keupayaan untuk menyengat (Nelson, JS. 1994).
Mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu
ataupun ikan pari dalam hal bentuk tubuh dan jumlah celah insangnya. Contohnya yaitu
7
Kelas Chondricthyes terbagi atas dua super ordo (Jasin, M., 1991) :
a. Super Ordo Selachii (bertubuh torpedo), terbagi menjadi 4 ordo yaitu (Jasin, M.,
1991) :
- Ordo lamnida; merupakan ikan hiu berkepala palu contohnya Sphirna tudes
acanthias
- Ordo Rajida; memiliki tubuh dorso ventral, contohnya Ikan hiu pipih Dasyatus
Sabina
Satu famili ditemukan dalam ordo ini yaitu family heterodontidae. Mereka sering disebut
sebagai macan, atau hiu tanduk. Mereka memiliki berbagai gigi yang memungkinkan mereka
portusjacksoni adalah salah satu spesies darii ordo heterodontifores (Froese, dkk, 2006).
8
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Heterodontida
Familia : Heterodontidae
Genus : Heterodontus
2. Ordo Hexanchida
Dua famili ditemukan dalam ordo ini. Spesies pada ordo hexanchida dibedakan dari hiu
lainnya dengan memiliki celah insang tambahan (baik enam atau tujuh). Contoh dari kelompok
ini termasuk hiu sapi, hiu yang berjumbai dan bahkan hiu yang terlihat pada pemeriksaan
Chlamydoselachus Africana
notorynchus
Kingdom : Animalia
9
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Hexanchida
Familia : Chlamydoselachidae
Genus : Chlamydoselachus
3. Ordo Lamnida
Lamnida adalah kelompok hiu yang umumnya dikenal sebagai hiu tenggiri. Tujuh famili
ditemukan dalam ordo ini. Mereka umumnya disebut sebagai hiu makarel. Mereka termasuk hiu
goblin, berjemur hiu, megamouth, perontok, hiu mako dan hiu putih yang besar. Mereka
dibedakan oleh rahang besar dan reproduksi ovoviviparous. Para Lamnida berisi Megalodon
punah Carcharodon megalodon, yang seperti kebanyakan hiu punah ini hanya diketahui oleh
gigi (tulang hanya ditemukan dalam ikan bertulang rawan, dan oleh karena itu sering hanya fosil
Anggota ordo ini dibedakan dengan memiliki dua sirip punggung, sebuah sirip dubur,
lima celah insang, mata tanpa selaput nictitating, dan mulut memperluas belakang mata (Froese,
dkk, 2009).
10
Alopias pelagicus
d. Famili Megachasmidae
e. Famili Mitsukurinidae
11
Genus Carcharias, Spesies Harimau hiu pasir , Carcharias taurus
g. Famili Pseudocarchariidae
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Sub Ordo : Selachii
Ordo : Lamnida
Familia : Lamnidae
Genus : Carcharodon
4. Ordo Squalida
Ordo ini memiliki satu famili yaitu squatinidae. Ciri yang dimiliki oleh ordo squalida
yaitu celah insang di sepanjang sisi kepala seperti semua hiu lainnya, memiliki sirip ekor (ekor)
12
dengan bagian bawah yang lebih lama panjang dari atas, dan sering disebut sebagai hiu malaikat
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Squalida
Familia : Squantinidae
Genus : Squatina
1. Ordo Rajida
Rajida adalah salah satu ordo dari super ordo Hypotrematica. Rajida dibedakan dengan adanya
sirip dada yang besar, yang mencapai besarnya sisi kepala, dengan rata tubuh secara umum.
Mata dan spirakel terletak di atas permukaan tubuh, dan celah insang di bagian bawah. Sebagian
besar reproduksinya dengan cara ovipar maupun vivipar (Froese, dkk, 2006).
13
Famili dari ordo ini terdiri dari : - Famili Rajidae, spesies Pari sepatu luncur Dipturus laevis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Rajida
Familia : Rajidae
Genus : Raja
E. Anatomi
Anatomi Eksternal
a) Gigi
Gigi ikan hiu berkembang baik yang membuatnya ditakuti organisme lain. Gigi pada hiu
yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti
setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus
14
bergerak maju seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi
semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari sampai beberapa
bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu persatu, kecuali hiu cookiecutter yang
mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang memakan moluska
dan crustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna untuk menghancurkan, hiu yang
memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan
mereka yang memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih
rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk
memotong. Gigi pemakan plankton seperti Hiu basking lebih kecil dan non-fungsional.
b) Kerangka
Hiu dan pari memiliki kerangka yang berbeda dengan ikan dan vertebrata daratan. Hiu dan pari
memiliki kerangka yg terbuat dari tulang rawan dan jaringan konektif, karena itu keduanya
memang tergolong pada kelas Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan. Ikan memiliki
kerangka tulang sejati, sama dengan tulang yang dimiliki semua vertebrata daratan. Tulang
rawan atau cartilago merupakan kerangka yang lentur yang memiliki kepadatan setengah dari
tulang. Hal ini dapat mengurangi bobot kerangka, sehingga dapat menghemat energi
Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari
spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas.
c) Rahang
Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang
insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik hiu serta
butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut
“tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini
memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.
Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi untuk spesies yang besar seperti hiu
banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat dua sampai tiga lapisan bahkan lebih,
tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu putih besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan.
Pada moncongnya, tulang rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap
kekuatan tekanan.
d) Ekor
Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya bervariasi dari satu jenis dengan
jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi dorongan, memberi kecepatan dan percepatan
15
tergantung bentuk ekornya. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal di mana bagian punggungnya
biasanya terasa lebih besar dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang belakang
hiu meluas ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan yang lebih besar
untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih efisien pada ikan bertulang rawan
apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki tulang yang paling menyerupai sirip caudal
homocercal.
Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang memberikan daya maksimum untuk
penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan mendadak. Hiu harimau mampu memutar dan
mengubah arah di dalam air dengan mudah ketika berburu untuk mendukungnya mendapat
makanan, sedangkan porbeagle, yang berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring
memiliki lobus yang lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang
mangsanya.
e) Kepala
Terdapat reseptor medan elektromagnetik (disebut ampullae of Lorenzini) dan gerak mendeteksi
kanal di kepala hiu. Mereka berjumlah ratusan hingga ribuan. Hiu menggunakan disebut
ampullae of Lorenzini untuk mendeteksi medan elektromagnetik dimana semua makhluk hidup
menghasilkan. Ini membantu hiu (terutama hiu martil) mencari mangsa. Hiu ini memiliki
sensitivitas listrik terbesar binatang. Hiu mencari mangsa tersembunyi di pasir dengan
mendeteksi medan listrik yang mereka hasilkan. Arus laut bergerak dalam medan magnet Bumi
juga menghasilkan medan listrik yang digunakan oleh ikan hiu untuk orientasi dan navigasi.
Hiu memiliki indra penciuman yang tajam, yang terletak di saluran pendek (yang tidak menyatu,
tidak seperti ikan bertulang) antara bukaan hidung anterior dan posterior, dengan beberapa
spesies mampu mendeteksi sesedikit satu bagian per juta dari darah dalam air laut.
f) Sistem Muskular
Otot tubuh dan ekor merupakan karakter segmental dan berfungsi untuk menghasilkan undulasi
lateral batang tubuh dan ekor yang dibutuhkan untuk berenang. Otot yang lebih terspesialisasi
melayani sirip yang berpasangan, daerah insang, dan struktur kepala.
Anatomi Internal
Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang
keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago.
Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati
16
menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak.
Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.
Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena
semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik.
Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga
memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat
dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.
Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada
duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang digulung
secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu penyerapan
nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di
kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin yang
terbuka ke luar. Lambung, usus, dan organ dalam yang lain terdapat pada rongga tubuh yang
besar (selom). Selom dilapisi oleh membrane halus yang mengkilat yang disebut peritoneum,
yang juga melapisi organ-organ.organ0organ yang ditopang dari dinding middorsal selom oleh
mesenterium tipis, juga salah satui bentuk peritoneum. Septum transversal memisahkan selom
dari rongga yang mengandung jantung.
Di dalam rongga tubuh juga terdapat pankreas yang merupakan kelenjar pencernaan
dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam
sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut yang
dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh
saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium
klorida (garam) dari darah.
a. Sistem Otot
Fungsi utama sistem oto adalah untuk berbagai variasi gerak dari organ tubuh. Gerak otot
yang disengaja oleh ikan antara lain yaitu:
1. menggerakan mata
2. membuka dan menutup mulut
3. membuka dan menutup insang
4. menggerakan sirip ke atas atau ke samping
5. melawan arus air
17
Jika dipotong tegak lurus dengan punggung, akan tampak otot-otot tersusun menurut
lingkaran lingkaran konsentris. Potongan otot yang melingkar ini tersusun dari arah kranial ke
kaudal berbentuk muskuli (berbentuk kerucut). Otot tersebut disebut miomer yang tersusun
segmental. Masing-masing miomer dibungkus dan dipisahkan oleh jaringan ikat miocommata.
(Sukiya, 2005)
Pada ikan bertulang rawan dan sejati, otot aksial dipisahkan oleh septum lateral (septrum
horizontal) menjadi epaksial di bagian dorsal dan otot hipaksial dibagian ventral. Otot epaksial
diinervensi oleh percabangan dorsal saraf spinal sedangkan otot hipaksial diinervensi oleh
percabangan ventral saraf spinal. (Sukiya, 2005)
Otot-otot brankial berfungsi untuk menutup dan membuka lubang insang dan mulut,
terutama otot konstriktor (dorsal dan ventral) dan elevator. Otot ini diinervensi oleh saraf spinal.
Kelompok lain adalah otot hipobrankial yang memanjang di ventroanterior insang mulai dari
daerah korakoid sampai rahang dan bagian ventral arkus brankialis. Otot tersebut adalah otot
aksial yang berasal dari daerah brankiomerik, diinervasi oleh saraf spinal. Otot sirip pada ikan
yang paling banyak adalah berupa otot ektensor dorsal dan fleksor ventral. (Sukiya, 2005)
Bila dasar mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah
mulut tertutup, sehingga air mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi
CO2. Pada saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
18
c. Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan pada Chondrichthyes terdiri dari mulut, faring, oesofagus yang
pendek, lambung, usus dan bermuara ke anus. Mulut yang lebar dibatasi oleh barisan transversal
gigi yang meruncing tajam; gigi ini tertanam di dalam daging pada rahang dan secara berkala
digantikan oleh barisan gigi baru dari belakang. Lidah yang rata menempel ke lantai mulut. Di
sisi faring yang lebar terdapat lubang yang mengarah ke celah insang dan spirakel yang terpisah.
Esofagus yang pendek mengarah ke lambung yang berbentuk J, yang berujung di otot sfringter
sirkular, katuk polarik. Usus mengikuti dan berhubungan langsung dengan kloaka serta anus. Di
usus terdapat sekat yang tersusun spiral, dilapisi dengan membrane mukosa, yang menunda
masuknya makanan dan menyediakan daerah absorbsi yang besar.
Hati yang besar terdiri atas dua lobus panjang, melekat di ujung anterior rongga tubuh.
Empedu dari hati mengumpul di kandung empedu yang kehijau-hijauan dan kemudian melintas
melalui saluran empedu ke bagian anterior usus. Pankreas terdapat di antara lambung dan usus,
salurannya bergabung dengan usus tepat di bawah saluran empedu. Kelenjar rektal yang
ramping, fungsinya tidak diketahui, melekat di dorsal penghubung antara usus dan kloaka.
d. Sistem Peredaran Darah
Jantung terdapat di bawah daerah insang, dalam sebuah kantung perikardium; kantung
tersebut terdiri atas:
Sinus venosus, berdinding tipis yang menerima darah dari berbagai vena, diikuti oleh
Atrium; Ventrikel, berdinding tebal; dan Konus arteriorus, dari sini darah melintas secara
anterior ke aorta ventral , dari aorta ini lima pasang arteri brankial aferen terdistribusi ke kapiler
insang untuk aerasi, empat pasang arteri brankial aferen kemudian mengumpulkan darah ke aorta
dorsal, yang memanjang di sepanjang dinding middorsal selom.
19
Pada sistem vena, darah di vena kaudal pada ekor diteruskan ke:
Sepasang vena porta renalis ke ginjal. Darah yang lain dari daerah posterior melintas ke depan
dalam
Sepasang vena postkardinal yang parallel dengan jantung dan pada
Pasangan vena abdominal lateral di setiap sisi rongga tubuh
Pasangan vena jugularis dan vena cardinal anterior mengembalikan darah dari daerah kepala
semua vena ini masuk ke dalam sinus besar yang terhubung ke sinuis venosus. Darah dari
saluran pencernaan mengalir dalam
Vena porta hepatika untuk disaring melalui sinosuid seperti kapiler di hati kemudian di
kumpulkan di
Vena hepatika yang bergabung dengan sinus venosus. Darah melinta melalui jantung, tetapi
hanya sekali setiap lintasan tubuh, seperti pada cylostomata serta sebagian besar ikan, dan darah
jantung semua tidak mengandung oksigen.
e. Sistem Respirasi
Dengan membuka dan menutup mulut, hiu memasukan air kedalam dan mendorong air
keluar melalui belahan insang dan spirakel. Insang yang melapisi lima pasang belahan terpisah
(dan spirakel) tersusun atas banyak filamen parallel ramping yang mengandung kapiler. Darah
dari aorta ventral melintas melalui kapiler ini, mengeluarkan karbondioksida dan mengabsorbsi
oksigen terlarut di air, dan kemudian berlanjut ke aorta dorsal.
f. Sistem Eksresi
Dua ginjal yang ramping terdapat tepat dibawah selom di sepanjang aorta dorsal. Urine
dikumpulkan dalam tubulus segmental yang bergabung dengan saluran longitudinal
F. Morfologi
Morfologi pada kelas Chondichtyes dideskripsikan berdasarkan perwakilan kelas yaitu ikan
hiu. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal yang di gunakan untuk berenang, celah insang lateral,
terdapat spirakel di belakang mata, sirip terdiri atas sepasang sirip dada (pectoral) dan sirip perut
(pelvic), satu atau dua sirip punggung (dorsal), satu sirip ekor, kadang-kadang terdapat sepasang
sirip dubur (anal). Hiu adalah sekelompok ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan
tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang
enam, tujuh tergantung pada spesiesnya). Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal
denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit dan untuk menambah
dinamika air. Hiu mempunyai beberapa deret gigi yang dapat di gantikan.
20
Selain ikan hiu, ada pula ikan pari yang mempunyai ciri khas yaitu memiliki sirip pada dada
yang lebar mirip sayap. Hewan ini memiliki sengatan listrik hingga 300 volt yang dapat
digunakan untuk menangkap mangsa.
Anggota ikan bertulang rawan (850 spesies) memiliki skeleton berupa tulang rawan sebagai
pengganti tulang keras. Pada kedua sisi faring terdapat lima hingga tujuh celah insang dan tidak
mempunyai tutup insang (operculum). Ikan bertulang rawan memiliki dua tipe sisik, yaitu
plakoid dan ganoid. Bagian dalam sisik plakoid disusun oleh bahan tulang dan bagian luarnya
disusun oleh bahan email (mirip email gigi manusia). Karena jika dilihat dari dekat, bentuknya
seperti gigi-gigi kecil (dermal denticles). Kulit pari sama dengan hiu, ditutupi oleh sisik plakoid
atau denticles dermal. Kulit mereka akan terasa mirip ampelas.
Ikan hiu dan ikan pari rahangnya bersendi pada tulang posterior atau pada elemen
hiomandibula dari lengkung insang ke-2. Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil
dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh keluar dan bertemu dengan invaginasi dari luar.
Ikan hiu dan ikan pari memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non
respirasi yang disebut spirakel. Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak
ditemukan struktur yang mirip paru-paru.
Ada beberapa ikan hiu dan ikan pari yang mempunyai organ bioluminesen. Bioluminesen
adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam
memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive
sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu
menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis
moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam. Adanya organ
yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kedalaman laut, dimana ikan
tersebut tinggal.
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip
berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang
terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua subkelas:
Elasmobranchii (hiu, pari dan skate) and Holocephali (kimera, kadang-kadang disebut hiu
hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas tersendiri).
2. Ciri-ciri umum : Rangka tulang rawan, Ada yang bersisik dan ada pula yang tidak, Celah
insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang, Letak celah insang lateral dan
ventral, Mulut terletak pada sisi ventral, Sirip berpasangan, Tidak memiliki gelembung
udara, Lubang hidung sepasang
Ciri-ciri khusus : Kulit keras, Kerangka bertulang rawan, Jantung beruang dua, Respirasi
dengan menggunakan 5 atau 7 pasang insang, Jenis kelamin terpisah
3. struktur
tubuh
4. Kelas chondrichthyes mencakup 2 sub kelas yaitu :Sub kelas Elasmobranchii (Ordo
Squaliformes, Ordo Rajiformes) dan Sub kelas Holecephali (Mencakup jenis ikan langka)
22
DAFTAR PUSTAKA
23