BAB IV

PEMBAHASAN

Metode yang digunakan dalam perencanaan geometrik dan tebal

perkerasan yaitu Metode Komponen Bina Marga.

Yang akan dibahas pada bab ini meliputi:

1. Perhitungan Pengukuran
2. Menentukan Klasifikasi Jalan
3. Alinyemen Horizontal
4. Alinyemen Vertikal
5. Perencanaan Tebal Perkerasan
6. Menghitung Volume Galian dan Timbunan
7. Perencanaan Drainase Jalan

4.1 Perhitungan Pengukuran

Berdasarkan hasil pengukuran polygon terbuka menggunakan alat ukur

Theodolite, maka didapatkan data berupa bacaan benang atas, benang tengah, dan

benang bawah serta bacaan sudut horizontal dan sudut vertical di setiap titik

pengukuran. Selanjutnya data pengukuran tersebut akan diolah menggunakan

program Excel. Pada program ini nantinya akan dimasukkan rumus-rumus

perhitungan untuk mendapatkan nilai dari sudut azimuth, jarak optis, beda tinggi,

ordinat dan koordinat.

Jika semua nilai - nilai tersebut telah diperoleh, kemudian akan diolah

menggunakan program bantu Autocad Land Development untuk memperoleh

kontur hasil pengukuran di lapangan.

4.1.1 Azimuth

133
 Azimut atau sudut jurusan adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari

sembarang meridian acuan. Dalam pengukuran tanah, azimuth biasanya diukur

dari utara.

Azimuth = (Sudut Horisontal + Sudut Azimuth patok) ± 180

Dimana :

A < 180 maka (+)

A > 180 maka (-)

Perhitungan :

 Pada titik ukur STA 0+000 ke STA 0+030, bacaan sudut azimuth sama dengan

bacaan sudut horisontal yaitu 34 11’ 0”

 Azimuth STA 0+030 ke STA 080
= (179 10’ 40” + 34 11’ 0”) ± 180
= 213 21’ 40” – 180
= 33 21’ 40”

4.1.2 Jarak Optis

Jarak Optis = M . S . sin2θ

Dimana :

M = Konstanta alat (100)

S = Selisih bacaan benang atas dan bawah

θ = Bacaan sudut vertikal

134
Perhitungan :

 Diketahui :
M = 100
Ba = 2,865
Bb = 2,540
Sudut vertikal = 106 26’ 0”
 STA 0+000 – STA 0+030
= 100 . (2,865 – 2,540) sin2 106 26’ 0”
= 29,916 m

Untuk perhitungan pada titik ukur yang lain perhitungannya sama.

4.1.3 Beda Tinggi

Beda Tinggi = (Ba-Bb) x 100 x sin2 β + (Tinggi alat – Bt)

2

Dimana :

β = bacaan sudut vertikal

Ba = bacaan benang atas

Bb = bacaan benang bawah

Bt = bacaan benang tengah

Perhitungan :

 Diketahui :

135
 β = 106 26’ 0”

Ba = 2,865

Bt = 2,703

Bb = 2,540

Tinggi alat = 1,500

 STA 0+000 – 0+030

= (2,865 – 2,540) x 100 x sin2 106 26’ 0” + (1,5 – 2,703)
2
= -10,222 m

Untuk perhitungan pada titik ukur yang lain perhitungannya sama.

4.1.4 Ordinat

Ordinat X = D x sin α

Ordinat Y = D x cos α

Dimana :

D = Jarak optis

α = Sudut azimuth

Perhitungan :

 Diketahui :

D = 29,916 m

136
 α = 34 11’ 0”

 STA 0+000 – STA 0+030

Ordinat X (Δx) = 29,916 x sin 34 11’ 0”
= 16,808 m
Ordinat Y (Δy) = 29,916 x cos 34 11’ 0”
= 24,747 m

Untuk perhitungan pada titik ukur yang lain perhitungannya sama.

4.1.5 Koordinat

Koordinat X = Koordinat X pada titik sebelumnya + Δx

Koordinat Y = Koordinat Y pada titik sebelumnya + Δy

Perhitungan :

 Diketahui :

Koordinat X awal (asumsi) = 1000 m

Koordinat Y awal (asumsi) = 1000 m

Δx = 16,808 m

Δy = 24,747 m

 STA 0+000 – STA 0+030

Koordinat X = 1000 + 16,808

= 1016,808 m

Koordinat Y = 1000 + 24,747

137
 = 1024,747 m

Untuk perhitungan pada titik ukur yang lain perhitungannya sama.

4.1.6 Elevasi

Elevasi = Elevasi pada titik sebelumnya + Beda tinggi

Perhitungan :

 Diketahui :
Elevasi awal (asumsi) = 1000 m
Beda tinggi = -10,022 m
 STA 0+000 – STA 0+030 = 1000 + (-10,022)

= 989,978 m

Untuk perhitungan pada titik ukur yang lain perhitungannya sama.

4.2 Menghitung Data Lalu Lintas dan Klasifikasi Jalan

Diketahui :

Umur rencana : 10 Tahun

Pertumbuhan Lalu Lintas (Selama Umur Rencana) : 9% /tahun

Waktu Perencanaan dan Pelaksanaan : 2 Tahun

Pertumbuhan Lalu Lintas (Selama Pelaksanaan) : 8,5% / tahun

Tabel 4.1 Data Lalu Lintas Sekarang (2016)

Jenis Kendaraan Beban Sumbu LHR

138
 (Ton) (Kend/Hari)
Mobil Penumpang 1+1 2950
Bus 8 Ton 3+5 25
Truks 2 As 10 Ton 5+8 45
Truk 3 As 20 Ton 6 + 7.7 31
Jumlah 3051

 Dijadikan Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Jenis Jumlah Nilai Satuan Jumlah Satuan

Kendaraan
1 Kendaraan
2 SMP
3 Kendaraan
4 5
Mobil
Penumpang 2 2950,00 1,0 2950,00 SMP
ton (1+1)

Bus 8 ton (3+5) 25,00 3,0 75,00 SMP

Truk 2 as 13 ton
45,00 3,0 135,00 SMP
(5+8)
Truk 3 as 20 ton
31,00 3,0 93,00 SMP
(6+7.7)
Jumlah 3253,00 SMP

 Data Lalu Lintas Harian Perencanaan & Pelaksanaan (2018)

Jenis Jumlah LHR2 = Jumlah Satuan

1 2 3 4 5
Mobil
2950
Penumpang 2 2950,00 3409,09 SMP
(1+0.075)2
ton (1+1)
Bus 8 ton (3+5) 75,00 25 (1+0.075)2 86,67 SMP
Truk 2 as 13 ton
135,00 45 (1+0.075)2 156,01 SMP
(5+8)
Truk 3 as 20 ton
93,00 31 (1+0.075)2 107,47 SMP
(6+7.7)
Jumlah 3759,25 SMP

139
  Data Lalu Lintas Harian Umur Rencana (2028)

Jenis Jumlah LHR10 = Jumlah Satuan

1 2 3 4 5
Mobil
3409,09
Penumpang 2 3409,09 7359,98 SMP
(1+0.08)10
ton (1+1)
28,89
Bus 8 ton (3+5) 86,67 187,12 SMP
(1+0.08)10
Truk 2 as 13 ton
156,01 52 (1+0.08)10 336,81 SMP
(5+8)
Truk 3 as 20 ton 35,82
107,47 232,03 SMP
(6+7.7) (1+0.08)10
Jumlah 8115,93 SMP

4.3 Perencanaan Alinyemen Horisontal

4.3.1 Menghitung Tikungan

Diketahui :

- Kelas jalan IIA dengan kondisi medan bukit

- Kecepatan kendaraan direncanakan (VR) = 80 km/jam
- Kemiringan jalan maksimum di tikungan (E) = 10% = 0,1
- Koefisien gesek antara roda dan jalan (F) = 0,14 (grafik

koefisien gesek)

Jadi, Rmin VR2

=
2
127 ( E + F)
80
=
127 ( 0,1 + 0,14)
= 209,97 m

140
4.3.1.1 Tikungan 1 STA 0+700 (Spiral-Spiral)

Diketahui :

R = 209,97 m

α = 14

θs = 1/2α

=7

Dari nilai θs tabel Lampiran III diperoleh :

k’ = 0,499751

p’ = 0,010175

π . θs . R
 Ls =
90 ̊̊
π . 7 ̊̊ .209,97
=
90 ̊̊
= 51,31 m
 k = k’.Ls

= 0,499751 . 51,31

= 25,64
 p = p’.Ls
= 0,010175 . 51,31
= 0,52
 Ts = (R + p) tg ½α + k
= (209,97 + 0,52) tg.7 + 25,64
= 51,49 m

141
 R+ p
 Es = −R
cos 1/2α
209,97+ 0,52
= −209,97
cos .7 ̊̊
= 2,10 m

Kontrol :

2 Ls < 2 Ts

102,61 m < 102,97 m ...........Ok

4.3.1.2 Tikungan 2 STA 1+450 (Spiral-Spiral)

Diketahui :

R = 209,97 m

α =7

θs = 1/2α

= 3,5

Dari nilai θs tabel Lampiran III diperoleh :

k’ = 0,4999797

p’ = 0,002908

π . θs . R
 Ls =
90 ̊̊
π . 3,5̊̊ .209,97
=
90 ̊̊
= 25,65 m
 k = k’.Ls

142
 = 0,4999797 . 25,65

= 12,83
 p = p’.Ls
= 0,002908 . 25,65
= 0,07
 Ts = (R + p) tg ½α + k
= (209,97 + 0,07) tg.3,5 + 12,83
= 25,67 m
R+ p
 Es = −R
cos 1/2α
209,97+ 0,07
= −209,97
cos .3,5 ̊̊
= 0,47 m

Kontrol :

2 Ls < 2 Ts

51,31 m < 51,35 m ...........Ok

4.3.1.3 Tikungan 3 STA 2+356 (Spiral-Spiral)

Diketahui :

R = 209,97 m

α = 22

θs = 1/2α

= 11

Dari nilai θs tabel Lampiran III diperoleh :

k’ = 0,4979761

143
 p’ = 0,028963

π . θs . R
 Ls =
90 ̊̊
π . 11 ̊̊ .209,97
=
90̊̊
= 80,62 m
 k = k’.Ls

= 0,4979761 . 80,62

= 40,15
 p = p’.Ls
= 0,028963 . 80,62
= 2,34
 Ts = (R + p) tg ½α + k
= (209,97 + 2,34) tg.11 + 40,15
= 81,42 m
R+ p
 Es = −R
cos 1/2α
209,97+ 2,34
= −209,97
cos .11 ̊̊
= 6,31 m

Kontrol :

2 Ls < 2 Ts

161,25 m < 162,84 m ...........Ok

4.3.1.4 Tikungan 4 STA 2+810 (Spiral-Circle-Spiral)

Diketahui :

R = 209,97 m diambil 239 m

α` = 51

144
 VR = 80 km/jam

Dari tabel panjang minimum spiral dan kemiringan melintang (Lampiran I)

diperoleh :

e = 0,098

Ls = 80 m

Berdasarkan nilai Ls dilihat tabel lengkung spiral-circle-spiral (Lampiran II)

diperoleh :

θs = 9,54

p = 1,1096

k = 39,9632

 Ts = (R + p) tg ½α + k
= (239 + 1,1096) tg.1/2.51 + 39,9632
= 154,49 m
R+ p
 Es = −R
cos 1/2α
239+ 1,1096
= −239
cos .1.2 .51̊̊
= 27,02 m
 Δ = α – 2.θs
= 51 - (2 x 9,54 )
= 31,92
Δ
 Lc =
360 ̊̊
. 2 π.R
31,92
=
360 ̊̊
. 2 π . 239
= 133,15 m
 Lt = Lc + 2.Ls
= 133,15 + (2 x 80)
= 293,15 m

145
Kontrol :

1. Ls > Ls minimum
V³ V .e
Ls min = 0,002 .
R.c
– 2.727 .
c
80³ 80. 0,098
= 0,002 . 239 . 0,4 – 2.727 . 0,4
= 64,38 m
Ls > Ls minimum
80 m > 64,38 Ok
2. Lc > 20 m
133,15 m > 20 m Ok
3. Lt < 2 . Ts
293,15 m < 308,98 m Ok

146
147
148
149
150
4.3.3 Jarak Pandang Henti

4.3.3.1 Tikungan 1 STA 0+700

Diketahui :

VR = 80 km/jam

Waktu tanggap ditetapkan (T)= 2,5 detik

Percepatan gravitasi ditetapkan (g) = 9,8 m/detik2

Tabel 4.2 Koefisien gesek memanjang (fp)

Kecepatan (km/jam) fp
20 0,45
30 0,4
40 0,375
50 0,35
60 0,33
70 0,313
80 0,3
100 0,285
120 0,28

VR 2
Jh =
VR
3,6
.T+ ( )
3,6
2. g . fp

80 2
=
80
3,6 . 2,5 + ( )
3,6
2.9,8 .0,3

= 139,54 m

151
4.3.3.2 Tikungan 2 STA 1+450

Diketahui :

VR = 80 km/jam

Waktu tanggap ditetapkan (T)= 2,5 detik

Percepatan gravitasi ditetapkan (g) = 9,8 m/detik2

fp = 0,3

2
VR
Jh =
VR
3,6
.T+ ( )
3,6
2. g . fp

2
80
=
80
3,6 . 2,5 + ( )
3,6
2.9,8 .0,3

= 139,54 m

4.3.3.3 Tikungan 3 STA 2+356

Diketahui :

VR = 80 km/jam

Waktu tanggap ditetapkan (T)= 2,5 detik

Percepatan gravitasi ditetapkan (g) = 9,8 m/detik2

fp = 0,3

152
 VR 2
Jh =
VR
3,6
.T+ ( )
3,6
2. g . fp

80 2
=
80
3,6 . 2,5 + ( )
3,6
2.9,8 .0,3

= 139,54 m

4.3.3.4 Tikungan 4 STA 2+810

Diketahui :

VR = 80 km/jam

Waktu tanggap ditetapkan (T)= 2,5 detik

Percepatan gravitasi ditetapkan (g) = 9,8 m/detik2

fp = 0,3

VR 2
Jh =
VR
3,6
.T+ ( )
3,6
2. g . fp

80 2
=
80
3,6 . 2,5 + ( )
3,6
2.9,8 .0,3

= 139,54 m

153
4.3.4 Jarak Pandang Mendahului

4.3.4.1 Tikungan 1 STA 0+700

Diketahui :

VR = 80 km/jam

T1 = 2,12 + 0,026.VR

= 4,2 detik

T2 = 6,56 + 0,048. VR

= 10,4 km/jam

a = 2,052 + 0,0036.VR

= 2,34 km/jam/detik

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang

menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya

diambil 10 – 15 km/jam)

= 13 km/jam

a .T 1
d1 = 0,278.T1 (VR – m + )
2

2,34 . 4,2
= 0,278.4,2 (80 – 13 + )
2

154
 = 83,97 m

d2 = 0,278 . VR . T2

= 0,278 . 80 . 10,4

= 231,30 m

d3 = antara 30 -100 m

= 60 m

d4 = 2/3.d2

= 2/3 . 231,30

= 154,20

Jd = d 1 + d2 + d 3 + d4

= 83,97 + 231,30 + 60 + 154,20

= 529,46 m

4.3.4.2 Tikungan 2 STA 1+450

Diketahui :

VR = 80 km/jam

T1 = 2,12 + 0,026.VR

= 4,2 detik

T2 = 6,56 + 0,048. VR

155
 = 10,4 km/jam

a = 2,052 + 0,0036.VR

= 2,34 km/jam/detik

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang

menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya

diambil 10 – 15 km/jam)

= 13 km/jam

a .T 1
d1 = 0,278.T1 (VR – m + )
2

2,34 . 4,2
= 0,278.4,2 (80 – 13 + )
2

= 83,97 m

d2 = 0,278 . VR . T2

= 0,278 . 80 . 10,4

= 231,30 m

d3 = antara 30 -100 m

= 60 m

d4 = 2/3.d2

= 2/3 . 231,30

156
 = 154,20

Jd = d 1 + d2 + d 3 + d4

= 83,97 + 231,30 + 60 + 154,20

= 529,46 m

4.3.4.3 Tikungan 3 STA 2+356

Diketahui :

VR = 80 km/jam

T1 = 2,12 + 0,026.VR

= 4,2 detik

T2 = 6,56 + 0,048. VR

= 10,4 km/jam

a = 2,052 + 0,0036.VR

= 2,34 km/jam/detik

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang

menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya

diambil 10 – 15 km/jam)

= 13 km/jam

157
 a .T 1
d1 = 0,278.T1 (VR – m + )
2

2,34 . 4,2
= 0,278.4,2 (80 – 13 + )
2

= 83,97 m

d2 = 0,278 . VR . T2

= 0,278 . 80 . 10,4

= 231,30 m

d3 = antara 30 -100 m

= 60 m

d4 = 2/3.d2

= 2/3 . 231,30

= 154,20

Jd = d 1 + d2 + d 3 + d4

= 83,97 + 231,30 + 60 + 154,20

= 529,46 m

4.3.4.4 Tikungan 4 STA 2+810

Diketahui :

158
 VR = 80 km/jam

T1 = 2,12 + 0,026.VR

= 4,2 detik

T2 = 6,56 + 0,048. VR

= 10,4 km/jam

a = 2,052 + 0,0036.VR

= 2,34 km/jam/detik

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang

menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya

diambil 10 – 15 km/jam)

= 13 km/jam

a .T 1
d1 = 0,278.T1 (VR – m + )
2

2,34 . 4,2
= 0,278.4,2 (80 – 13 + )
2

= 83,97 m

d2 = 0,278 . VR . T2

= 0,278 . 80 . 10,4

= 231,30 m

159
 d3 = antara 30 -100 m

= 60 m

d4 = 2/3.d2

= 2/3 . 231,30

= 154,20

Jd = d 1 + d2 + d 3 + d4

= 83,97 + 231,30 + 60 + 154,20

= 529,46 m

4.3.5 Pelebaran Tikungan

4.3.5.1 Tikungan 1 STA 0+700

Diketahui :

Lebar perkerasan =7m

Lebar kendaraan (b) = 2,5 m (berdasarkan tabel 2.4

Kendaraan besar)

Radius lajur sebelah dalam = 209,97 m

Bn =7m

n = 2 lajur

VR = 80 km/jam

160
 Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan +

½ lebar kendaraan

= 209,97 – ½.7 + ½.2,5

= 207,72 m

B = √ ( √ Rc ²−64 +1,25 ) +64−√ R c −64+1,25

2 2

= 2,50 m

0,105. VR
z =
√R

0,105. 80
=
√209,97

= 0,58 m

Bt = n(B + C) + z

= 2 (2,50 + 2,5) + 0,58

= 10,58 m

Δ = Bt – Bn

= 10,58 – 7

= 3,58 m

4.3.5.2 Tikungan 2 STA 1+450

161
Diketahui :

Lebar perkerasan =7m

Lebar kendaraan (b) = 2,5 m (berdasarkan tabel 2.4

Kendaraan besar)

Radius lajur sebelah dalam = 209,97 m

Bn =7m

n = 2 lajur

VR = 80 km/jam

Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan +

½ lebar kendaraan

= 209,97 – ½.7 + ½.2,5

= 207,72 m

B = √ ( √ Rc ²−64 +1,25 ) +64−√ R c −64+1,25

2 2

= 2,50 m

0,105. VR
z =
√R

0,105. 80
=
√209,97

= 0,58 m

162
 Bt = n(B + C) + z

= 2 (2,50 + 2,5) + 0,58

= 10,58 m

Δ = Bt – Bn

= 10,58 – 7

= 3,58 m

4.3.5.3 Tikungan 3 STA 2+356

Diketahui :

Lebar perkerasan =7m

Lebar kendaraan (b) = 2,5 m (berdasarkan tabel 2.4

Kendaraan besar)

Radius lajur sebelah dalam = 209,97 m

Bn =7m

n = 2 lajur

VR = 80 km/jam

Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan +

½ lebar kendaraan

= 209,97 – ½.7 + ½.2,5

163
 = 207,72 m

B = √ ( √ Rc ²−64 +1,25 ) +64−√ R c −64+1,25

2 2

= 2,50 m

0,105. VR
z =
√R

0,105. 80
=
√209,97

= 0,58 m

Bt = n(B + C) + z

= 2 (2,50 + 2,5) + 0,58

= 10,58 m

Δ = Bt – Bn

= 10,58 – 7

= 3,58 m

4.3.5.4 Tikungan 4 STA 2+810

Diketahui :

Lebar perkerasan =7m

164
 Lebar kendaraan (b) = 2,5 m (berdasarkan tabel 2.4

Kendaraan besar)

Radius lajur sebelah dalam = 209,97 m

Bn =7m

n = 2 lajur

VR = 80 km/jam

Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan +

½ lebar kendaraan

= 209,97 – ½.7 + ½.2,5

= 207,72 m

B = √ ( √ Rc ²−64 +1,25 ) +64−√ R c −64+1,25

2 2

= 2,50 m

0,105. VR
z =
√R

0,105. 80
=
√209,97

= 0,58 m

Bt = n(B + C) + z

= 2 (2,50 + 2,5) + 0,58

165
 = 10,58 m

Δ = Bt – Bn

= 10,58 – 7

= 3,58 m

4.3.6 Daerah Bebas Samping

4.3.6.1 Tikungan 1 STA 0+700

Diketahui :

Jh = 139,54 m

Ls = 51,31 m

Lt = 2 x Ls

= 102,61 m

R’ = R – ¼. Lebar perkerasan

= 209,97 – ¼.7

= 208,22 m

Jh > Lt E = R’ [ 1−cos
28,65. Jh
R' ][
+
Jh−¿
2
. sin
28,65 . Jh
R' ]
= 208,22 [ 1−cos
28,65.139,54
208,22 ]+¿

166
 [ 139,54−102,61
= 17,65 m
2
. sin
28,65 . 139,54
208,22 ]

167
168
4.3.6.2 Tikungan 2 STA 1+450

Diketahui :

Jh = 139,54 m

Ls = 25,65 m

Lt = 2 x Ls

= 51,31 m

R’ = R – ¼. Lebar perkerasan

= 209,97 – ¼.7

= 208,22 m

Jh > Lt E = R’ [ 1−cos
28,65. Jh
R' ][
+
Jh−¿
2
. sin
28,65 . Jh
R' ]
= 208,22 [ 1−cos
28,65.139,54
208,22 ]+¿

[ 139,54−51,31
2
. sin
28,65 . 139,54
208,22 ]
= 26,09 m

169
4.3.6.3 Tikungan 3 STA 2+356

170
Diketahui :

Jh = 139,54 m

Ls = 80,62 m

Lt = 2 x Ls

= 161,25 m

R’ = R – ¼. Lebar perkerasan

= 209,97 – ¼.7

= 208,22 m

Jh > Lt E = R’ [ 1−cos
28,65. Jh
R' ]
= 208,22 [ 1−cos
28,65.139,54
208,22 ]
= 11,58 m

171
172
4.3.6.4 Tikungan 4 STA 2+810

Diketahui :

Jh = 139,54 m

Ls = 80 m

Lt = 2 x Ls

= 160 m

R’ = R – ¼. Lebar perkerasan

= 239 – ¼.7

= 237,25 m

Jh > Lt E = R’ [ 1−cos
28,65. Jh
R' ]
= 237,25 [ 1−cos
28,65.139,54
237,25 ]
= 10,19 m

173
174
4.4. Perencanaan Alinyemen Vertikal
4.4.1. Lengkung Vertikal 1 (STA 0+500)

Diketahui :

A = | g1 – g2 |

=|5–0|

=5%

VR = 80 km/jam

Lv = 120 m (dilihat dari grafik Lampiran IV)

½.Lv = 60 m

A . Lv
 Ev =
800

5 x 120
=
800

= 0,0075 m

175
  X1 = 15 m
A
y1 = x (X2)
200. Lv
5
= x (152)
200.120
= 0,000649 m
 X2 = 30 m
A
Y2 = x (X2)
200. Lv
5
= x (302)
200.120
= 0,001875 m
 X3 = 45 m
A
Y3 = x (X2)
200. Lv
5
= x (452)
200.120
= 0,0042188 m
 X4 = 60 m
A
Y4 = x (X2)
200. Lv
5
= x (602)
200.120
= 0,0075 m

Elevasi pada lengkung vertikal 1

 PPv asal = 980 m

PPv rencana = PPv asal + Ev
= 980 + 0,0075
= 980,0075 m
 x = ½.Lv.A
= 60 x 5 %
=3m

PLv = PPv + x

= 980 + 3

= 983 m

 PTv = PPv asal

= 980 m
 El. y1 awal = PLv – (A.x1)

176
 = 983 – (0,05.15)
= 982,25 m
El. y1 rencana = El. y1 awal + y1
= 982,25 + 0,0005
= 982,250 m
 El.y2 awal = PLv – (A.x2)
= 983 – (0,05.30)
= 981,500 m
El. y2 rencana = El. y2 awal + y2
= 981,500 + 0,0019
= 981,502 m
 El.y3 awal = PLv – (A.x3)
= 983 – (0,05.45)
= 980,75 m
El. y3 rencana = El. y3 awal + y3
= 980,75 + 0,0042
= 982,754 m
 El.y4 awal = PLv – (A.x4)
= 983 – (0,05.60)
= 980 m
El. y4 rencana = El. y4 awal + y4
= 980 + 0,0075
= 980,008 m
 El.y5 awal = PPv awal
= 980 m
El.y5 rencana = PPv awal + y1
= 980 + 0,0005
= 980,0005 m
 El.y6 awal = PPv awal
= 980 m
El.y6 rencana = PPv awal + y2
= 980 + 0,0019
= 980,0019 m
 El.y7 awal = PPv awal
= 980 m
El.y7 rencana = PPv awal + y3
= 980 + 0,0042
= 980,0042 m
 El.y8 awal = PPv awal
= 980 m
El.y8 rencana = PPv awal + y4
= 980 + 0,0075
= 980,0075 m

177
4.4.2. Lengkung Vertikal 2 (STA 0+850)

Diketahui: A = | g1 – g2 |

=|0-4|

=4%

VR = 80 km/jam

Lv = 125 m (dilihat dari grafik Lampiran IV)

½.Lv = 62,5 m

178
 A . Lv
 Ev =
800

4 x 125
=
800

= 0,0063 m

 X1 = 20,83 m
A
y1 = x (X2)
200. Lv
4
= x (20,832)
200.125
= 0,0007 m
 X2 = 41,67 m
A
Y2 = x (X2)
200. Lv
4
= x (41,672)
200.125
= 0,0028 m
 X3 = 62,5 m
A
Y3 = x (X2)
200. Lv
4
= x (62,52)
200.125
= 0,0063 m

Elevasi pada lengkung vertikal 2

 PPv asal = 980 m

PPv rencana = PPv asal - Ev
= 980 – 0,0063
= 979,994 m
 PLv = PPv asal
= 980 m
 x = ½.Lv.A
= 62,5 x 4 %
= 2,5 m

PTv = PPv - x

= 980 – 2,5

= 977,5 m

179
  El.y1 awal = PLv awal
= 980 m
El.y1 rencana = PLv awal - y1
= 980 - 0,0007
= 979,9993 m
 El.y2 awal = PPv awal
= 980 m
El.y2 rencana = PPv awal - y2
= 980 - 0,0028
= 979,9972 m
 El.y3 awal = PPv awal
= 980 m
El.y3 rencana = PPv awal - y3
= 980 - 0,0063
= 979,9938 m
 El. y4 awal = PPv awal – (A.x1)
= 980 – (0,04.20,83)
= 979,167 m
El. y4 rencana = El. y1 awal - y1
= 979,167 - 0,0007
= 979,166 m
 El.y5 awal = PPv awal – (A.x2)
= 980 – (0,04.41,67)
= 978,333 m
El. y5 rencana = El. y2 awal + y2
= 978,33 + 0,0028
= 978,331 m
 El.y6 awal = PPv awal – (A.x3)
= 980 – (0,04.62,5)
= 977,5 m
El. y6 rencana = El. y3 awal + y3
= 977,5 + 0,0063
= 977,494 m

4.4.3. Lengkung Vertikal 3 (STA 1+100)

180
Diketahui :

A = | g1 – g2 |

=|4–0|

=4%

VR = 80 km/jam

Lv = 85 m (dilihat dari grafik Lampiran IV)

½.Lv = 42,5 m

A . Lv
 Ev =
800

181
 4 x 85
=
800

= 0,0043 m

 X1 = 10,625 m
A
y1 = x (X2)
200. Lv
4
= x (10,6252)
200.85
= 0,0003 m
 X2 = 21,25 m
A
Y2 = x (X2)
200. Lv
4
= x (21,252)
200.85
= 0,0011 m
 X3 = 31,875 m
A
Y3 = x (X2)
200. Lv
4
= x (31,8752)
200.85
= 0,0024 m
 X4 = 42,5 m
A
Y4 = x (X2)
200. Lv
4
= x (42,52)
200.85
= 0,0043 m

Elevasi pada lengkung vertikal 3

 PPv asal = 970 m

PPv rencana = PPv asal + Ev
= 980 + 0,0043
= 980,0043 m
 x = ½.Lv.A
= 42,5 x 4 %
= 1,7 m

PLv = PPv + x

= 970 + 1,7

182
 = 971,7 m

 PTv = PPv asal

= 970 m
 El. y1 awal = PLv – (A.x1)
= 971,7 – (0,04.10,625)
= 971,275 m
El. y1 rencana = El. y1 awal + y1
= 971,275+ 0,0003
= 971,2753 m
 El.y2 awal = PLv – (A.x2)
= 971,7 – (0,04.21,25)
= 970,85 m
El. y2 rencana = El. y2 awal + y2
= 970,85 + 0,0011
= 970,851 m
 El.y3 awal = PLv – (A.x3)
= 971,7 – (0,04.31,875)
= 970,425 m
El. y3 rencana = El. y3 awal + y3
= 970,425 + 0,0024
= 970,427 m
 El.y4 awal = PLv – (A.x4)
= 971,7 – (0,04.42,5)
= 970 m
El. y4 rencana = El. y4 awal + y4
= 970 + 0,0043
= 970,004 m
 El.y5 awal = PPv awal
= 970 m
El.y5 rencana = PPv awal + y1
= 970 + 0,0003
= 970,0003 m
 El.y6 awal = PPv awal
= 970 m
El.y6 rencana = PPv awal + y2
= 970 + 0,0011
= 970,0011 m
 El.y7 awal = PPv awal
= 970 m
El.y7 rencana = PPv awal + y3
= 970 + 0,0024
= 980,0024 m
 El.y8 awal = PPv awal
= 970 m
El.y8 rencana = PPv awal + y4

183
 = 970 + 0,0043
= 980,0043 m

4.4.4. Lengkung Vertikal 4 (STA 1+650)

Diketahui: A = | g1 – g2 |

=|0-4|

=4%

VR = 80 km/jam

Lv = 125 m (dilihat dari grafik Lampiran IV)

½.Lv = 62,5 m

A . Lv
 Ev =
800

4 x 125
=
800

184
 = 0,0063 m

 X1 = 20,83 m
A
y1 = x (X2)
200. Lv
4
= x (20,832)
200.125
= 0,0007 m
 X2 = 41,67 m
A
Y2 = x (X2)
200. Lv
4
= x (41,672)
200.125
= 0,0028 m
 X3 = 62,5 m
A
Y3 = x (X2)
200. Lv
4
= x (62,52)
200.125
= 0,0063 m

Elevasi pada lengkung vertikal 4

 PPv asal = 970 m

PPv rencana = PPv asal - Ev
= 970 – 0,0063
= 969,994 m
 PLv = PPv asal
= 970 m
 x = ½.Lv.A
= 62,5 x 4 %
= 2,5 m

PTv = PPv - x

= 970 – 2,5

= 967,5 m

 El.y1 awal = PLv awal

= 970 m
El.y1 rencana = PLv awal - y1
= 970 - 0,0007
= 969,9993 m

185
  El.y2 awal = PPv awal
= 970 m
El.y2 rencana = PPv awal - y2
= 970 - 0,0028
= 969,9972 m
 El.y3 awal = PPv awal
= 970 m
El.y3 rencana = PPv awal - y3

= 970 - 0,0063
= 969,9938 m
 El. y4 awal = PPv awal – (A.x1)
= 970 – (0,04.20,83)
= 969,167 m
El. y4 rencana = El. y1 awal - y1
= 969,167 - 0,0007
= 969,166 m
 El.y5 awal = PPv awal – (A.x2)
= 970 – (0,04.41,67)
= 968,333 m
El. y5 rencana = El. y2 awal + y2
= 968,33 + 0,0028
= 968,331 m
 El.y6 awal = PPv awal – (A.x3)
= 970 – (0,04.62,5)
= 967,5 m
El. y6 rencana = El. y3 awal + y3
= 967,5 + 0,0063
= 967,494 m

4.4.5. Lengkung Vertikal 5 (STA 1+900)

186
Diketahui :

A = | g1 – g2 |

=|4–0|

=4%

VR = 80 km/jam

Lv = 85 m (dilihat dari grafik Lampiran IV)

½.Lv = 42,5 m

A . Lv
 Ev =
800

4 x 85
=
800

= 0,0043 m

 X1 = 10,625 m
A
y1 = x (X2)
200. Lv
4
= x (10,6252)
200.85
= 0,0003 m
 X2 = 21,25 m
A
Y2 = x (X2)
200. Lv

187
 4
= x (21,252)
200.85
= 0,0011 m
 X3 = 31,875 m
A
Y3 = x (X2)
200. Lv
4
= x (31,8752)
200.85
= 0,0024 m
 X4 = 42,5 m
A
Y4 = x (X2)
200. Lv
4
= x (42,52)
200.85
= 0,0043 m

Elevasi pada lengkung vertikal 5

 PPv asal = 965 m

PPv rencana = PPv asal + Ev
= 965 + 0,0043
= 965,0043 m
 x = ½.Lv.A
= 42,5 x 4 %
= 1,7 m

PLv = PPv + x

= 965 + 1,7

= 966,7 m

 PTv = PPv asal

= 965 m
 El. y1 awal = PLv – (A.x1)
= 966,7 – (0,04.10,625)
= 966,275 m
El. y1 rencana = El. y1 awal + y1
= 966,275+ 0,0003
= 966,2753 m
 El.y2 awal = PLv – (A.x2)
= 966,7 – (0,04.21,25)
= 965,85 m
El. y2 rencana = El. y2 awal + y2
= 965,85 + 0,0011

188
 = 965,851 m
 El.y3 awal = PLv – (A.x3)
= 966,7 – (0,04.31,875)
= 965,425 m
El. y3 rencana = El. y3 awal + y3
= 965,425 + 0,0024
= 965,427 m
 El.y4 awal = PLv – (A.x4)
= 966,7 – (0,04.42,5)
= 965 m
El. y4 rencana = El. y4 awal + y4
= 965 + 0,0043
= 965,004 m
 El.y5 awal = PPv awal
= 965 m
El.y5 rencana = PPv awal + y1
= 965 + 0,0003
= 965,0003 m
 El.y6 awal = PPv awal
= 965 m
El.y6 rencana = PPv awal + y2
= 965 + 0,0011
= 965,0011 m
 El.y7 awal = PPv awal
= 965 m
El.y7 rencana = PPv awal + y3
= 965 + 0,0024
= 965,0024 m
 El.y8 awal = PPv awal
= 965 m
El.y8 rencana = PPv awal + y4
= 965 + 0,0043
= 965,0043 m

4.4.6 Lengkung Vertikal 6 (STA 2+350)

189
Diketahui: A = | g1 – g2 |

=|4-0|

=4%

VR = 80 km/jam

Lv = 85 m (dilihat dari grafik Lampiran IV)

½.Lv = 42,5 m

A . Lv
 Ev =
800

4 x 125
=
800

= 0,0063 m

 X1 = 14,167 m
A
y1 = x (X2)
200. Lv
4
= x (14,1672)
200.85
= 0,0005 m
 X2 = 28,33 m

190
 A
Y2 = x (X2)
200. Lv
4
= x (28,332)
200.85
= 0,0019 m
 X3 = 42,5 m
A
Y3 = x (X2)
200. Lv
4
= x (42,52)
200.85
= 0,0043 m

Elevasi pada lengkung vertikal 6

 PPv asal = 965 m

PPv rencana = PPv asal + Ev
= 965 + 0,0063
= 965,004 m
 PLv = PPv asal
= 965 m
 x = ½.Lv.A
= 42,5 x 4 %
= 1,7 m

PTv = PPv + x

= 965 + 2,5

= 966,7 m

 El.y1 awal = PLv awal

= 965 m
El.y1 rencana = PLv awal + y1
= 965 + 0,0007
= 965,0005 m
 El.y2 awal = PPv awal
= 965 m
El.y2 rencana = PPv awal + y2
= 965 + 0,0028
= 965,0019 m
 El.y3 awal = PPv awal
= 965 m
El.y3 rencana = PPv awal + y3
= 965 + 0,0063
= 965,0043 m

191
 El. y4 awal = PPv awal + (A.x1)
= 965+ (0,04.14,167)
= 965,567 m
El. y4 rencana = El. y1 awal + y1
= 965,567 + 0,0005
= 969,166 m
 El.y5 awal = PPv awal + (A.x2)
= 965 + (0,04.28.33)
= 966,133 m
El. y5 rencana = El. y2 awal + y2
= 966,13 + 0,0028
= 966,135 m
 El.y6 awal = PPv awal + (A.x3)
= 970 + (0,04.42,5)
= 966,700 m
El. y6 rencana = El. y3 awal + y3
= 967,5 + 0,0063
= 966,704 m

192