Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L)

UNTUK MENDAPATKAN HASIL DAN KUALITAS YANG MAKSIMAL

Nama : Desiria Stevany Agnes Simanulang

Nim : 1703015096

Abstrak

Pengaruh mulsa alang-alang pada peningkatan produksi tanaman mentimun.


Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik,tanaman
mentimun membutuhkan tanah yang subur dan menggunakan mulsa. Penggunaan
mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Selain itu,dapat menekan
insiden virus trip maupun hama. Tanaman mentimun mulai menunjukan adanya
perkembangan yang cukup baik ditunjukkan dengan pertumbuhan daun yang lebat.
Penggunaan pupuk kandang juga sangat penting dalam budidaya mentimun karena
dapat memperbaiki struktur,tekstur,aerasi,dan mengaktifkan mikroorganisme
tanah. Penggunaan mulsa juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman mentimun. Dimana penggunaan mulsa berfungsi sebagai pencegahan
intensitas cahaya matahari yang tinggi. Faktor yang tidak kalah penting dalam
budidaya mentimun adalah pemeliharaan.
Kata kunci : Mentimun,mulsa,pupuk organik,pupuk anorganik,pertumbuhan

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang


bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang
berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah
buahnya. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam
hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar.

Mentimun merupakan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyarakat


secara mentah (lalap).Mentimun alias timun dapat pula dimakan sebagai
teman nasi. Buah mentimun ternyata banyak kandungan gizi yang
mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.
Tanaman mentimun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran
tinggi. Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di dataran rendah.
Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami
tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam sebagai tanaman sela
diantara tanaman palawija atau sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga

1
dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Pada
dasarnya tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua
jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang
bertekstur berat dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat
diusahakan sebagai tempat budidaya mentimun. Pengembangan budidaya
mentimun mempunyi penting dan sumbangan yang cukup besar terhadap
peningkatan taraf hidup petani, penyediaan bahan pangan bergizi, serta
perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai satu komoditas ekspor
non migas dari sector pertanian. Produksi mentimun di Indonesia masih
sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal produksi
mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman mentimun
dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada
umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek,
2006).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh mulsa alang-alang pada lahan budidaya terhadap


peningkatan produksi tanaman mentimun ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh mulsa alang-alang pada peningkatan produksi tanaman
mentimun.

2
2. METODE DAN HASIL ANALISIS
2.1 Metode
Tempat dan Waktu
Praktikum ini di laksanakan di Kebun milik bapak subagio pada
bulan Oktober 2018.
Bahan dan Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, pacul
parang, alat tulis menulis, kamera, sabit, kayu lanjaran, gembor, patok
dan tugal.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih


mentimun,pupuk kandang,mulsa, air dan tali rafia.

Cara Kerja
1. Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Lahan tempat praktikum terlebih dahulu dibarsihkan dari
tumbuhan penggangu (gulma) dan sisa-sisa tanaman. Selanjutnya
dilakukan pengolahan tanah dengan membalikkan top soil tanah
sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur. Selanjutnya
dilakukan pemberian pupuk kandang untuk memperbaiki struktur dan
tekstur tanah serta mengaktifkan mikroorganisme tanah.
Tanah diolah dengan dibajak atau dicangkul untuk membuat
guludan dengan tinggi antara 40-50 cm, lebar 60 cm, jarak antar
guludan 40 cm. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu.
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.

2. Penanaman
Proses penanaman tidak dilakukan dengan persemaian akan
tetapi bibit ditanam langsung atau tabela pada lubang tanam yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm.

3. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi di
lahan. Selama 2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun
harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara
abnormal.Bibit yang mati harus segera disulam.Cara menyulam adalah

3
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang
baru.Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada
saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu
panas.Biji mentimun untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau
ditanam ditempat yang teduh.
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma
yang tumbuh tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan
dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang
berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan dengan kondisi lahan
. Proses pencabutan tanaman yang populasinya terlalu banyak dalam
satu lubang. Beberapa penyakit dan hama yang menyerang mentimu
diantaranya dikenal dengan istilah cacantal atau oteng-oteng. Hama ini
menyerang daun dan bisa menyebabkan kematian pada tanaman. Selain
itu, hama yang kerap menyerang mentimun adalah ulat tanah. Hama ini
biasanya menyerang batang yang menjadi pangkal keluarnya daun atau
buah. Kedua hama ini bisa dikendalikan dengan menggunakan
biopestisida yang terbuat dari ekstrak kipait dan gadung yang dicampur
dengan air kencing kelinci.
Penyakit yang menyerang budidaya mentimun adalah busuk daun,
tepung putih, antraknosa, bercak daun dan busuk buah. Penyakit ini bisa
dikendalikan secara kultur teknis berupa rotasi tanaman dan
pembuangan bagian tanaman yang terkena penyakit.

2.2 Hasil Analisis


A. Hasil
Table 1. Varieabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 14 Hari
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun
E
Mo 6 cm 1 8.5 cm
M1 6.33 cm 1.33 9.66 cm
M2 9.66 cm 2 13.53 cm

Tabel 2. Varaiabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 21 Hari


Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun
M0 14 cm 3 61.78 cm
M1 19 cm 4.33 40.48 cm
M2 26 cm 5.66 61.78 cm

4
Tabel 3. Variabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 28 Hari
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun
M0 53.66 cm 9.33 67.38 cm
M1 65.66 cm 10.33 82.4 cm
M2 85 cm 13 147.6 cm

Tabel 4. Variable Produksi Tanaman Mentimun Umur


Perlakuan Tanaman
1 2 3
M0 3 3 2
M1 3 3 3
M2 3 4 4

B. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dimana pengamatan dilakukan
dengen memberikan beberapa perlakukan tiap bedengan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mentimun antara lain
kekeringan yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan ,
kurangnya pemeliharaan, pengaruh pemupukan, penggunaan mulsa, cuaca
dan iklim, hama, gulma dan penyakit pada tanaman sehingga bias
menjadikan tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
Pada percobaan diatas dilakukan dengan cara memberikan
perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan pertama yaitu tidak menggunakan
mulsa dan menggunakan pupuk kandang dengan bibit unggul yang sama.
Perlakuan kedua menggunakan mulsa alang-alang dengan perlakuan satu
lapis mulsa. Dan perlakuan ketiga menggunakan mulsa dengan perlakuan 2
lapis mulsa dan juga menggunakan pupuk kandang yang sama. Pengukuran
dilakukan setelah bibit yang ditanam sudah memunculkan daun dan umur
14 hari, 21 hari dan 28 hari. Pada saat pegukuran terjadi perpebedaan-
perbedaan pertumban karena perlakukan yang berbeda pula.

5
Pengukuran pertama yang dilakukan pada hari ke 14 menunjukkan
hasil bahwa perkembangan tinggi tanaman, jumlah daun, dan laus daun
tanaman yang berbeda-beda dimana tanaman yang diberi perlakuan dengan
menggunakan mulsa 2 lapis labih cepat pertumbuhannya ketimbang dengan
yang tidak menggunkan mulsa dan menggunakan mulsa 1 lapis. Ini
dipengaruhi oleh tingkat intensitas matahari yang tinggi menyebabkan
tanaman sulit untuk mendpatkan air dan menyebabkan tanah cepat kering.
Pada tanaman mentimun yang kami beri perkuan yang berbeda-beda
dilakukan penyiraman secara teratur. Sedangkan pda perlakuan
menggunakan satu lapis mulsa lebih besar dari pada tanaman yang tidak
diberikan perlakuan. Dan kondisi tanah yang tidak diberi perlakua jauh
lebih buruk ketimbang yang diberi perlakuan mengunakan mulsa. Selain
dari pada penyinaran matahari yang intensif ada beberapa hal yang juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu penyiraman. Penyiraman
yang intensif dilakukan pagi sore secara teratur pada musim kemarau atau
tidak ada hujan. Akan tetapi pada saat turun hujan penyiraman dihentikan
karena tanaman sudah bias tercukupi pegairannya
Pada pegukuran ke 2 minggu ketiga atau hari ke 21 menunjukkan
hasil yang sama dimana tanaman yang memiliki pertumbuhan yang cukup
bagus yaitu tanaman yang menggunakan 1 mulsa denga rata-rata tinggi
pertumbuhan yaitu 26 cm dan jumlah daun rata-rata 5.66dengan luas daun
61.78 cm , ini menunjukkan bahwa penggunaan mulsa sangat berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman. Pada usia 21 setelah sudah bisa dilakukan
pemupukan kedua yaitu biasanya menggunakan pupuk urea, NPK dan SP
36 yang sesuia kataran dan kebutuhan tiap tanaman.
Pengggunaan mulsa sangat berpengaruh untuk pertumbuhan
tanaman. Pada pengukuran terakhir dimana dilakukan minggu ke 4.
Tanaman mentimun mulai menunjukkan adanya perkembangan yang cukup
baik. Karena pertumbuhan tanaman yang subur ditunjukkan dengan daun
yang lebat. Dan belum menunjukkan cirri-ciri pembuahan ini dikarenakan
tidak lakukan pemangkasan daun. Pemangkasan dilakukan agar air atau
unsure hara yang manjadi kebutuhan buah akan tetapi diambil oleh daun.
Pada pengukuran minggu terakhir menunjukkan hasil pengukuran yang
sama yang mana tanaman dengan menggunakan dua mulsa yang lebih
tinggi.

6
Rendahnya produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya
matahari yang tinggi sehingga bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga
jantan dibanding bunga betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono
(2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang tinggi pada
tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga jantan. Berat buah
tanaman mentimun sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanaman. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rismunandar (1981) mengatakan bahwa
tanaman akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi tinggi apabila
tersedia cukup makanan. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pemupukan dengan NPK
mempengaruhi produksi tanaman terutana karena keberadaan unsur fosfat
karena dapat merangsang pembungaan dan menghasilkan buah yang
berkualitas dan berukuran maksimal. Menurut Lingga (2007) menyatakan
bahwa unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pembentukan
bunga dan buah yang baik.

7
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
kandang sangat penting dalam budidaya mentimun karena dapat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-
aktifkan mikroorganisme tanah.
Penggunaan mulsa sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
mentimun. Dimana penggunaan mulsa berfungsi sebagai
pencegaahan intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman
mentimun yang dapat mengakibatkan lebih dominan pembentukan bunga
jantan.
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam budidaya mentimun adalah
pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, pemangkasan cabang-
cabang yang kurang produktif serta pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu. Keseimbangan penggunaan pupuk juga sangat mempengaruhi
proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman mentimun.
3.2 Saran
Dari hasil praktikum ini disarankan penggunaan bahan organik
seperti pupuk kandang guna memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
Disarankan juga penggunaan pupuk yang tepat agar adanya
keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.

8
4. REFERENSI

Biro Pusat Statistik. 1991. “Produksi Tanaman Sayuran di


Indonesia”. BPS. Jakarta Indonesia.

Irianto, 2009. “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun


(Cucumis sativus L.)”Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Rukmana, R. 2007. “Budidaya Mentimun”. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.
Wijoyo, P. M. 2012. “Budidaya Mentimun yang Lebih
Menguntungkan”. Pustaka Agro. Jakarta.

Yamaguchi, Rubatzky, Vincent, E.1999. “Sayuran Dunia 3 Prinsip,


Produksi, dan Gizi”, Bandung : Penerbit ITB.

Yuda, A. N. S, dan Susilla, A.D 2011. “Pengaruh Jumlah Buah per


Tanaman dan Pangkas Pucuk (Toping) Terhadap Kualitas Buah Pada
Budidaya Melon (Cucumis Melo L.) Dengan Sistem Hidroponik”.
Jurnal. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai