TRI WAHYUNI
F 231 14 005
UNIVERSITAS TADULAKO
Kegunaan PDRB
PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan
perkembangan ekonomi suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan regional.
PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan
perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur
perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi masing-masing sektor
ekonomi terhadap total nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Selain itu,
pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga
berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat digunakan
untuk membanding tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya.
Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga
konstan dapat juga digunakan untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang
terjadi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Regional yang disajikan
secara berkala akan dapat diketahui:
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi;
b. Gambaran struktur perekonomian;
c. Perkembangan pendapatan per kapita;
d. Tingkat kemakmuran masyarakat;
e. Tingkat inflasi dan deflasi.
INFLASI
Inflasi (inflation) adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus, bukan hanya satu barang dan bukan dalam tempo
sesaat. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi.
Contohnya : jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan
pokok menjadi naik ini baru bias disebut inflasi.
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika naiknya
barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang
minimal bulanan.
Ada beberapa faktor masalah sosial yang muncul dari inflasi yaitu :
1. Menurunya tingkat kesejahtraan rakyat
2. Memburuknya distribusi pendapatan
3. Terganggunya stabilitas ekonomi.
JENIS-JENIS INFLASI
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
1) Inflasi Ringan (Creeping Inflation)
Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
2) Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
3) Inflasi Berat
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
4) Hiper Inflasi
Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah
dialami Indonesia pada masa orde lama.
Inflasi Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibedakan menjadi berikut ini.
1. Inflasi karena defisit APBN. Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat adanya
pertumbuhan jumlah uang yang beredar melebihi permintaan akan uang.
2. Imported inflation. Imported inflation yaitu inflasi yang terjadi di suatu
negara, misalnya beberapa barang di luar negeri yang menjadi faktor
produksi di suatu negara, harganya meningkat, maka kenaikan harga
tersebut mengakibatkan meningkatnya harga barang di negara tersebut.
Penyebab Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi secara umum bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Demand-pull inflation
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya
permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan
istilah demand pull inflation.
2. Cost-push inflation
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Dampak Inflasi
Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan
perekonomian secara luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif atau
pun positif, tergantung pada tingkat keparahannya.
1. Dampak Positif
Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada
persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu
tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi
negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi, karena para
pengusaha/ wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan
harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.
2. Dampak Negatif
Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak sedikit terhadap
perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak
inflasi tersebut, antara lain:
o Dampak Inflasi terhadap Pemerataan Pendapatan
o Dampak Inflasi terhadap Output (Hasil Produksi)
o Mendorong Penanaman Modal Spekulatif
o Menyebabkan Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi
Investasi
o Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi di Masa Depan
o Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran
Cara Mengatasi Inflasi
Berikut ini, Anda akan mengenal beberapa kebijakan pemerintah dalam
mengendalikan inflasi.
1. Kebijakan Moneter
Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah
uang beredar. Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah untuk
mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu
sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat
tajam, Bank Indonesia akan segera menerapkan berbagai kebijakan
moneter untuk mengurangi peredaran uang.
2. Kebijakan Fiskal
Bagaimana kebijakan fiskal dapat mengendalikan inflasi? Seperti Anda
ketahui, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dilakukan
pemerintah untuk mengurangi inflasi adalah mengurangi pengeluaran
pemerintah, menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman
pemerintah.
3. Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal
Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan
kebijakan nonmoneter/ nonfiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil
produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta
distribusi barang.
(SINGAPURA)
Singapura, negara ini tercatat memiliki angka produk domestik bruto (PDB)
per kapita terbesar. Dalam laporan yang terbit pekan dari Knight Frank dan Citi
Private Wealth memperkirakan PDB per kapita Singapura mencapai $56.532
pada 2010, berdasarkan paritas daya beli. Angka ini terbesar di dunia,
mengalahkan Norwegia ($51.226), AS ($45.511), dan Hong Kong ($45.301).
Laporan itu juga meramalkan Singapura akan mempertahankan posisinya
sebagai negara terkaya dunia pada 2050 berdasarkan PDB per kapita. Hong Kong,
Taiwan, dan Korea Selatan diperkirakan akan menggeser posisi Norwegia dan
Swiss.
Pencapaian Singapura itu ditopang oleh banyaknya jutawan yang menetap
di negara itu. Knight Frank dan Citi Private Wealth memperkirakan jumlahnya
akan terus bertambah. Menurut perhitungan mereka, jumlah warga Singapura
dengan kekayaan bebas (disposable wealth) di atas $100 juta akan meningkat
67% dalam empat tahun ke depan.
Singapura bukan satu-satunya negara yang mendapat manfaat dari
pertumbuhan kekayaan Asia Tenggara. Menurut laporan itu, jumlah warga Asia
Tenggara dengan kekayaan bebas (tak termasuk properti, misalnya) di atas $100
juta meroket 80% dalam lima tahun terakhir. Antara 2010 hingga 2011,
pertumbuhannya 13% atau lebih besar dari rata-rata global di angka 4%. Tahun
2016, pertumbuhan ini diperkirakan mencapai 44%. Salah satu pengaruhnya
adalah lonjakan harga properti dalam setahun terakhir. Di Bali, harga properti
naik 15% sedangkan di Jakarta meningkat 14,3%.
Saat ini Asia Tenggara, Cina, dan Jepang menaungi sekitar 18.000 orang
dengan nilai disposable asset di atas $100 juta. Jumlah itu lebih tinggi dibanding
Amerika Utara dengan 17.000 orang dan Eropa Barat dengan 14.000 orang.
Meski demikian, Knight Frank menemukan bahwa orang-orang kaya ini
masih belum yakin bahwa kekayaan mereka tak akan terpengaruh oleh gejolak
ekonomi dunia dan perubahan situasi politik. Di Singapura, warga-warga kaya
mencemaskan dampak krisis finansial global. Orang-orang kaya Hong Kong lebih
khawatir akan devaluasi mata uang, sedangkan kaum jetset India
mengkhawatirkan inflasi dalam negeri.
Sementara dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Singapura
sebanyak 39 juta dolar AS dan telah dikalahkan Indonesia yang sudah berada
pada angka 846.450 juta dolar AS.
Untuk Tingkat inflasi di Singapura dibulan Juni 2014 terpantau
melambat menjadi 1,8 persen setelah sebelumnya berada pada level 2,7 persen.
Jika dilihat, tingkat inflasi di Singapura terpantau cukup fluktuatif dalam
beberapa tahun terakhir. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini: