Anda di halaman 1dari 6

Nama : Faradila Saphira

NIM : 6662160012 ( 6C
Audit PR )

1. Bagaimana perbedaan antara audit, audit komunikasi, dan


audit humas. Serta bagaimana urgensi audit Humas dalam
tugas profesi humas ?
Jawab :

Perbedaan antara audit, audit komunikasi dan audit humas ialah


pada audit secara umum dapat dikatakan sebagai proses audit
sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang
berhubungan dengan tindakan dan kejadian ekonomi yang akan
dikomunikasikan hasilnya ke pihak yang berkepentingan.

Pada audit komunikasi lebih mengedepankan pada suatu analisis


lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari
suatu organisasi. lingkupnya merentang dari sekedar
pertimbangan salah satu divisi sama ke iklim organisasi
keseluruhan. Sedangkan, audit humas ialah adanya kajian
mendalam mengenai komunikasi kehumasan yang tersusun
berskala luas, yang menyelidiki hubungan masyarakat
perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.

Urgensi audit profesi PR ialah saat terjadi perubahan kondisi


keuangan dan ingin menyusun anggaran belanja untuk kegiatan-
kegiatan lembaga umumnya dan PR Khususnya. Seperti terjadi
turun naik penghasilan yang drastis, ketika lembaga melakukan
perubahan arah. Audit akan memberi petunjuk, apakah harus
melakukan go-publik, mergers, akuisis dan penekanan produk
atau jasa.

Urgensi audit PR lainnya yaitu ketika terjadi perubahan besar


dalam struktur lembaga, seperti keberhasilan yang diraih,
pengaturan manajemen baru, dan penata ulang bagian biro. Audit
akan menyiagakan pimpinan dalam menghadapi perubahan yang
diterima dari publik dalam dan luar.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan continues


improvement terkait dengan audit humas ?
Jawab :

Continuous improvement merupakan bagaimana mencapai


standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah
perbaikan yang sistematis dan dilaksanakan secara
berkesinambungan. CI lebih menekankan pada beberapa tindakan
perbaikan yang sederhana namun dilakukan secara terus
menerus yang kemudian akan menumbuhkan banyak ide atau
inovasi sebagai sebuah solusi atas masalah yang timbul.

Selain itu Continuos Improvement juga usaha-usaha


berkelanjutan yang dilakukan untuk mengembangkan dan
memperbaiki produk, pelayanan, ataupun proses. Usaha-usaha
tersebut bertujuan untuk mencari dan mendapatkan “bentuk
terbaik” dari improvement yang dihasilkan, yang memberikan
solusi terbaik bag imasalah yang ada, yang hasilnya akan terus
bertahan dan bahkan berkembang menjadi lebih baik lagi.

3. Sebutkan nama kelompok tugas anda, serta instansi tempat


tugas anda. Bagaimana langkah-langkah yang anda
lakukan ketika melaksanakan tugas kelompok tersebut.
Jelaskan ?
Jawab :

Saya Faradila Saphira, Risa Setiawati, Niswa M Sopian, Agus m


azan dan Muhamad hendri melakukan audit pr seputar
kehumasan polda banten. Langkah-langkah yang kami lakukan
ialah sebagai berikut :
 Langkah pertama kami datang langsung ke Polda Banten,
sebelumnya kami telah mengirim surat perizinan dan
akhirnya setelah 1 minggu disposisi surat kami diberikan
izin untuk melakukan audit humas
 Kami diantar oleh Polwan yang saat itu ada didepan
ruangan untuk masuk kedalam ruang tamu divisi humas
 Setelah itu, kami bertemu dengan staff humas sebelum
bertemu langsung dengan kepala divisi humas bapak AKBP
Edy yang saat itu sedang ada konferensi pers
 Lalu kami mmeperkenalkan diri dan memberi tahu maksud
kedatangan kami ke Polda Banten
 kami melakukan wawancara mengenai kekuatan dan
kekurangan yang dimiliki oleh Humas Polda Banten
 Kami bertanya mengenai kelengkapan
data,perencanaan,strategi dari humas polda Banten
 Staff humas yang kami wawancara sangat berhati-hati
dalam menjawab, Dikarenakan kepala divisi humas sedang
tidak ada ditempat. Kami pun berencana untuk melakukan
observasi kembali.
 Data yang kami peroleh lalu kami olah menjadi laporan
audit PR.
 Selesai

4. Dari tugas kelompok tersebut :


 Jelaskan temuan yang masuk kategori KTS
(Ketidaksesuaian) dan OB (observasi)
Jawab :

a. Kategori OB (Observasi)
Temuan yang kami lakukan saat melakukan audit humas
di Polda Banten dalam kategori OB didapati pada form 2
dan 3 yaitu pada organisasi dan perencanaan yaitu pada
indikator keberhasilan sasaran dan tujuan humas dan
metode pengukurannya, keefektifan komunikasi
organisasi, upaya perbaikan berkelanjutan dan analisis
organisasi terkait proses kerja masih membutuhkan OB
atau observasi lebih lanjut.

b. Kategori KTS (Ketidaksesuaian)


Kategori KTS yang ditemukan dalam audit humas di
Polda Banten adalah pada audit internal humas bukan
dilakukan oleh organisasi humas Polda Banten itu
sendiri. Hal ini menjadi ketidaksesuaian data yang kami
terima.
 Bagimana langkah tindak lanjut terhadap temuan
yang KTS dan OB tersebut. Jelaskan dengan relevansi
dengan model audit humas mana yang tepat
dilakukan ?

Relevansi tindak lanjut terhadap temuan KTS dan OB yaitu


menggunakan Model Profil Komunikasi Keorganisasian
yang dapat menjadi acuan dalam menganalisis fungsional
sistem organisasi. Menggunakan model ini, humas polda
banten dapat mencari kesalahan-kesalahan dalam
organisasi dan perencanaan.

Langkah-langkahnya ialah dengan melakukan analisis


fungsional dengan cara :
a. Menganalisis unit komunikasi Humas Polda Banten
(Peran unit kerja humas Polda Banten, prosedur kerja
humas polda banten, buat job description tiap unit kerja
b. Menganalisis jaringan komunikasi yang digunakan
humas Polda Banten dalam memberikan informasi
kepada publiknya dalam temuan data OB mengenai
adanya kefektifan organisasi.
c. Analisis hambatan-hambatan yang terjadi pada proses
organisasi Humas Polda Banten.
d. Setelah itu, melakukan evaluasi mengenai keputusan-
keputusan kelompok dalam organisasi Humas Polda
Banten, apakah telah sesuai dengan norma-norma
kelompok.
e. Melakukan perbaikan berkelanjutan untuk menghindari
konflik organisasi di Humas Polda Banten.
REFERENSI

Andre Hardjana. Audit komunikasi: Teori dan Praktek,2000

Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi


Komunikologis, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Ramadani, Dian. Audit Komunikasi Organisasi Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta. 2015. Vol. 2
No.4 hlm 282-290.

Anda mungkin juga menyukai