Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 3

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK GORENG

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami teknik pengadukan dan pemisahan dua cairan yang tidak bercampur dengan
metode dekantasi.
2. Memahami proses dasar dalam sintesis biofuel melalui reaksi transesterifikasi.
B. Pendahuluan
Biofuel merupakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil sebagai sumber
energi. Minyak sayur, secara teoritis, dapat digunakan sebagai bahan bakar, namun, karena
memiliki viskositas yang tinggi, minyak sayur tidak dapat langsung digunakan. Perlu
dilakukan modifikasi untuk menurunkan viskositas minyak sayur sehingga dapat digunakan
pada mesin kendaraan. Modifikasi ini dilakukan melalui reaksi transesterifikasi.

Gambar 1. Reaksi transesterifikasi

Minyak sayur mengandung berbagai senyawa trigliserida. Dengan mereaksikan


minyak sayur dengan suatu basa dan alkohol (MeOH atau EtOH), akan dihasilkan gliserol
dan metil dan etil ester. Reaksi transesterifikasi merupakan proses terkatalisis yang terdiri
dari dua tahap. Pada tahap pertama, katalis basa bereaksi dengan MeOH dalam suatu reaksi
asam basa membentuk natrium metoksida dan air. Pada tahap kedua, natrium metoksida
berperan sebagai nukleofil yang menyerang karbon karbonil pada trigliserida menghasilkan
suatu intermediet tetrahedral. Pada tahap akhir, metil ester terpisah dari gliserol. Ketika
eksperimen dilakukan dengan menggunakan bahan dasar minyak sayur, reaksi terjadi secara
lunak dan menghasilkan metil ester dalam rendemen yang cukup baik. Jika bahan dasar yang
digunakan adalah minyak sayur bekas (minyak jelantah), proses menjadi lebih komplek
karena adanya keberadaan asam lemak bebas yang terbentuk selama proses penggorengan.
Dalam proses transesterifikasi terkatalisis basa, asam lemak bebas akan terdeprotonasi
menghasilkan karboksilatyang tidak bereaksi menghasilkanmetil ester. Hal ini tidak hanya
menurunkan rendemen reaksi, namun juga memperumit proses pemisahan karboksilat rantai
panjang yang biasanya menghasilkan emulsi.

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Erlenmeyer 100 mL 1. Sampel (minyak goreng)


2. Labu alas rata 250 mL 2. NaOH
3. Gelas ukur 3. Metanol
4. Magnetic stirrer
5. Corong pisah
6. Batang pengaduk

D. Prosedur Kerja

Sintesis Biodiesel
1. Ke dalam erlenmeyer 100 mL yang telah dijepit dengan klem, campurkan 40 mL MeOH
dan 1,3 g NaOH sambil diaduk pada temperatur ruang hingga larut seluruhnya.
2. Siapkan tempat reaksi dengan menambahkan 130 mL minyak sayur ke dalam labu alas
rata 250 mL
3. Panaskan labu dengan menggunakan penangas minyak pada temperatur 50oC sambil
diaduk menggunakan magnetik stirrer.
4. Tambahkan larutan natrium metoksida ke dalam minyak sayur, lanjutkan pemanasan
pada 50oC selama 1 jam sambil diaduk.
5. Dinginkan campuran reaksi hingga temperatur ruang. Masukkan campuran reaksi ke
dalam corong pisah dan biarkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan
biodiesel dan lapisan bawah merupakan gliserol. Proses pemisahan ini biasanya terjadi
selama 1 hingga beberapa jam tergantung pada kualitas minyaknya.
6. Keluarkan lapisan bawah dengan menggunakan keran (stopcock) dan keluarkan biadiesel
dari bagian mulut corong pisah dengan menggunakan pipet tetes.
7. Volume biodiesel yang dihasilkan kemudian diukur menggunakan gelas ukur dan
timbang dalam gelas ukur yang sama untuk menentukan densitasnya.
Pemurnian Biodiesel
1. Siapkan 200 mL akuades hangat pada temperatur 70-80oC.
2. Masukkan biodiesel kotor ke dalam corong pisah.
3. Masukkan 50 mL akuades hangat ke dalam corong pisah, kocok perlahan (hindari
pembentukan gelembung udara), dan biarkan beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan.
Keluarkan lapisan air (lapisan bawah) melalui keran (stopcock). Lakukan prosedur ini
hingga empat kali (4 × 50 mL akuades).
4. Masukkan 30 mL larutan NaCl pekat ke dalam corong pisah, kocok campuran, dan
biarkan beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan. Keluarkan lapisan air (lapisan
bawah) melalui keran (stopcock).
5. Masukkan lapisan biodiesel ke dalam beaker 100 mL.
6. Keringkan lapisan biodiesel yang diperoleh dengan menambahkan Na2SO4 anhidrat
secukupnya ke dalam biodiesel.
7. Saring biodiesel dengan menggunakan penyaringan gravitasi.
8. Ukur volume biodiesel yang dihasilkan.
E. Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi transesterifikasi!
2. Tuliskan jenis-jenis katalis yang dapat digunakan dalam reaksi transesterifikasi.

F. Daftar Pustaka

Wagner, E.P.; Koehle, M.A.; Moyle, T.M; Lambert, P.D., How Green Is your Fuel? Creation
and Comparison of Automotive Biofuels, J. Chem Educ. 2010, 87, 711-712
Isac-Garcia, J., Dobado, J.A., Calvo-Flores, F.G., Martinez-Garcia, H., 2016, Experimental
Organic Chemistry: Laboratory Manual, Elsevier, London.
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
Topik:
Nama: Tanggal:
NIM: Asisten:
Kelompok:

Percobaan Pengamatan
PERCOBAAN 5
EKSTRAKSI PIPERIN DARI LADA HITAM

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu mengisolasi piperin dari lada hitam dengan menggunakan teknik dasar
laboratorium.
B. Tinjaun Teoritis
Lada merupakan tumbuhan merambat dari familia Piperaceae. Biji kering dari
tumbuhan ini sering digunakan sebagai bumbu dapur dan obat-obatan tradisional. Biji dari
tumbuhan ini dikenal memiliki aroma dan rasa pedas yang khas sehingga sering digunakan
meningkatkan cita rasa makanan. Aroma ini diketahui berasal dari minyak lada yang
mengandung senyawa-senyawa atsiri, sedangkan rasa pedas diketahui berasal dari senyawa-
senyawa alkaloid yang banyak terkandung di dalam biji lada seperti piperin, piperanin,
piperetin, pipersida, piperilin A, piperolein B, piperisin, dan lain-lain. Diantara senyawa-
senyawa alkaloid tersebut, piperin merupakan komponen terbesar dengan kandungan hingga
2-4%. Senyawa ini diketahui bersifat basa lemah dan dapat terdekomposisi melalui reaksi
hidrolisis terkatalisis asam atau basa menghasilkan piperidin dan asam piperat.

Gambar 1.1. Beberapa senyawa yang terkandung dalam lada hitam


Secara umum, piperin biasanya diisolasi melalui metode ekstraksi menggunakan
berbagai jenis pelarut seperti etanol, petroleum eter, diklorometana, atau atil asetat dan
diendapkan menggunakan larutan KOH 10% alkoholik. Beberapa metode tradisional dapat
digunakan pada ekstraksi ini antara lain seperti perendaman, maserasi, dan ekstraksi Soxhlet.
Metode-metode ini biasanya membutuhkan waktu ekstraksi yang cukup lama dan/atau
temperatur yang tinggi sehingga seringkali mengakibatkan dekomposisi beberapa senyawa
yang sensitif terhadap panas. Selain itu, penggunaan pelarut dalam jumlah besar dan
selektivitas yang rendah seringkali mengurangi efektivitas metode-metode ini. Beberapa
metode modern telah banyak dikembangkan untuk meminimalisasi kelemahan metode seperti
ekstraksi piperin menggunakan cairan CO2 superkritis, sonikasi, dan gelombang mikro.
Ketika metode ini cukup potensial digunakan dalam memaksimalkan rendemen hasil dalam
isolasi piperin, meski masih dalam tahap pengembangan.
Pada praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode refluks dimana serbuk
kering lada hitam direfluks selama 20 menit dalam pelarut diklorometana. Metode ini sangat
cocok digunakan dalam isolasi piperin skala kecil. Metode ini juga menggunakan pelarut
organik dalam jumlah kecil dan dilakukan dalam waktu yang cukup singkat sehingga dapat
menghemat biaya dan waktu isolasi.
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Labu alas bulat 1. Lada hitam
2. Kondensor 2. KOH
3. Blender 3. Diklorometana
4. Batu didih
4. Alat penyaring vakum’
5. Etanol 95%
5. Rotary evaporator 6. Aseton
6. Lemari pendingin 7. n-heksana
7. Gelas beaker 100 mL, 250 mL 8. dietil eter
8. Oven
9. Hot plate
10. Chiller
D. Prosedur Percobaan
Ekstraksi piperin dari lada hitam
1. Haluskan lada hitam kering secukupnya dengan menggunakan blender.
2. Masukkan sebanyak ± 20,0 g serbuk lada hitam ke dalam tabung Soxhlet
3. Masukkan 250 mL etanol 95%, dan batu didih ke dalam labu alas bulat 500 mL.
4. Rangkai alat Soxhlet sesuai dengan Gambar dibawah dan lakukan proses sokletasi
hingga 1-2 siklus.

Contoh rangkaian alat untuk merefluks campuran


5. Setelah disoklet, dinginkan campuran hingga suhu ruang selama 5 menit.
6. Saring campuran dengan menggunakan penyaring vakum dan cuci padatan dengan
menggunakan etanol 95% secukupnya.
7. Pekatkan campuran dengan menggunakan evaporator vakum.
8. Tambahkan 10 mL larutan KOH 10% dalam etanol ke dalam campuran sambil diaduk
selama 5 menit.
9. Saring campuran untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut.
10. Tambahkan akuades secukupnya hingga endapan muncul.
11. Diamkan endapan semalaman di dalam lemari pendingin untuk memperbesar ukuran
endapan.
12. Saring endapan dengan penyaring vakum dan cuci endapan dengan akuades.
13. Keringkan endapan dengan oven pada suhu 60oC.
14. Hitung rendemen piperin yang dihasilkan.
Rekristalisasi piperin
1. Masukkan padatan piperin yang dihasilkan dari prosedur sebelumnya ke dalam tabung
reaksi dan tambahkan ±5 mL campuran aseton:heksana (3:2).
2. Panaskan campuran hingga mendidih dan sebagian besar padatan melarut.
3. Dekantasi larutan jika terdapat padatan pengotor yang tidak larut.
4. Dinginkan larutan selama 15 menit hingga suhu kamar dan 30 menit pada penangas es.
5. Saring padatan yang diperoleh dengan penyaring vakum dan cuci menggunakan 4 mL
dietil eter dingin.
6. Keringkan endapan yang diperoleh hingga diperoleh berat yang konstan.
7. Masukkan filtrat yang dihasilkan pada prosedur sebelumnya ke dalam tabung reaksi dan
panaskan filtrat secara perlahan hingga dihasilkan padatan kristal.
8. Dekantasi padatan yang dihasilkan dan keringkan.
E. Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi semua bahan yang digunakan!
2. Tuliskan struktur komponen alkaloid dari lada hitam seperti piperine, isopiperine,
chavicine, isochavicine, piperanine, piperettine, piperylin A, piperolein B, dan
pipericine!
3. Tuliskan metode lain yang bisa digunakan dalam mengisolasi piperin dari lada hitam
(minimal 2 metode) dan tuliskan kekurangan/kelebihan masing-masing metode!
F. Referensi
Epstein, W. W.; Netz, D. F.; Seidel, J. L. Isolation of Piperine from Black Pepper. J. Chem.
Ed. 1993, 70, 598-599.
Gorgani, L., Mohammadi, M., Najafpour, G.D., and Nikzad, M., 2017, Piperine—The
Bioactive Compound of Black Pepper: From Isolation to Medicinal Formulations,
Compr. Rev. Food. Sci. F., 16, 124-140.
Ikan, R. Natural Products, A Laboratory Guide, 2nd ed.; Academic Press: New York, 1991.
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
Topik:
Nama: Tanggal:
NIM: Asisten:
Kelompok:

Percobaan Pengamatan
PERCOBAAN 6
REAKSI SUBSTITUSI AROMATIK ELEKTROFILIK:
NITRASI FENOL

A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari reaksi substitusi aromatik elektrofilik melalui reaksi nitrasi fenol.
2. Mempelajari aspek green chemistry dari reaksi nitrasi fenol.
B. Tinjauan Teoritis
Nitrasi senyawa aromatik merupakan salah satu contoh reaksi substitusi aromatik
elektrofilik. Reaksi ini sangat penting karena banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
seperti dalam pembuatan bahan pewarna, obat-obatan, agrokimia, bahan peledak, dan
pembuatan plastik. Reaksi ini dimediasi oleh pembentukan ion nitronium (NO2+) yang
berinteraksi lebih lanjut dengan cincin aromatik menghasilkan cincin aromatik ternitrasi.
Secara tradisional, pembentukan ion nitronium biasanya dilakukan dengan menggunakan dua
asam pekat yang korosif yaitu asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Penggunaan kedua
asam ini seringkali mengakibatkan oksidasi bahan dasar sehingga menurunkan rendemen
produk yang dihasilkan. Selain itu, penggunaan asam pekat yang berlebihan seringkali
mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Gambar 2.1 Reaksi nitrasi fenol


Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, beberapa metode alternatif telah
dikembangkan dengan menggunakan reagen-reagen yang lebih lunak seperti asetil nitrat
(AcNO3), triflil nitrat (TfNO3), NaNO3 /HCl dengan katalis La(NO3)3,
Bi(NO3)3/montmorilonit KSF, NaNO3/SiO2 basah, NaNO2/asam sulfat silika,
Mg(NO3)2.6H2O, Cu(NO3)2/lempung, Fe(NO3)2.9H2O/cairan ionik, VO(NO3)3, dan lain-lain.
Metode-metode ini dinilai cukup efektif untuk digunakan dalam nitrasi senyawa aromatik,
meski masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut.
Pada praktikum kali ini, kombinasi HNO3 pekat dan asam asetat glasial digunakan
untuk menitrasi fenol. Pada reaksi ini, HNO3 bereaksi dengan asam asetat glasial
menghasilkan ion nitronium. Reagen ini secara teori cukup baik digunakan dalam reaksi
nitrasi senyawa aromatik. Selain itu, reagen ini juga mudah diperoleh, murah, dan memiliki
efek pencemaran lingkungan yang minim.
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Erlenmeyer 50 mL 1. Fenol
2. Pipet ukur 10 mL 2. HNO3 pekat
3. Rubber Bulb 3. Asam asetat glasial
4. Penangas minyak 4. Etil asetat
5. Gelas beaker 100 mL dan 250 mL 5. Es batu
6. Hot plate 6. Akuades
7. Chiller 7. n-heksana
8. Alat uji titik leleh
9. FTIR
D. Prosedur Percobaan
1. Campurkan vanilin (1,00 g; 0,0106 mol) dan asam asetat glasial (10 mL) ke dalam suatu
erlenmeyer 50 mL dan aduk hingga homogen.
2. Dinginkan campuran dengan menggunakan penangas es.
3. Tambahkan HNO3 pekat (1 mL; 0,0127 mol) ke dalam campuran secara perlahan. Aduk
hingga 1 jam.
4. Campuran dituangkan ke dalam gelas beaker berisi air es, diaduk hingga homogen, dan
disimpan selama seharian di dalam lemari pendingin untuk meningkatkan endapan.
5. Endapan kemudian disaring dengan penyaring vakum dan dicuci dengan akuades dingin.
6. Masukkan endapan ke dalam labu alas bulat 50 mL dan masukkan akuades sebanyak 25
mL.
7. Lakukan distilasi uap untuk memisahkan senyawa 2-nitrofenol (kuning) dan 4-nitrofenol
(putih). Distilat yang diperoleh berupa campuran 2-nitrofenol dan air. Adapun residu
yang diperoleh berupa campuran 4-nitrofenol dan air.
8. Dinginkan residu dan distilat yang diperoleh dengan penangas es.
9. Saring endapan yang terbentuk dengan menggunakan penyaring gravitasi.
10. Endapan bersih dikeringkan di dalam desikator dan ditimbang untuk mendapatkan data
rendemen produk.
11. Tentukan titik leleh dan gugus fungsi senyawa dengan alat titik leleh dan FTIR
E. Pertanyaan
1. Manakah dari senyawa berikut yang mengalami nitrasi lebih cepat? Fenol, toluena, atau
nitrobenzena? Jelaskan!
2. Apa fungsi HNO3 pekat dan asam asetat glasial dalam reaksi nitrasi tersebut?
3. Tuliskan metode lain yang sering digunakan dalam reaksi nitrasi!
F. Referensi
Yadav, U., Mande, H., and Ghalsasi, P., 2012, Nitration of phenols using Cu(NO3)2: green
chemistry laboratory experiment, J. Chem. Ed., 89, 268-270.
Bose, A.K., Ganguly, S.N., Manhas, M.S., Rao, S., Speck, J., Pekelny, U., and Pombo-
Villars, E., 2006, Microwave promoted rapid nitration of phenolic compounds with
calcium nitrate, Tetrahedron Lett., 47, 1885-1888.
Bisarya, S.C., Joshi, S.K., and Holkar, A.G., 1993, Calcium nitrate—a new nitrating agent for
nuclear nitration of substituted phenols, Synth. Commun., 23(8), 1125-1137.
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
Topik:
Nama: Tanggal:
NIM: Asisten:
Kelompok:

Percobaan Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai