PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui pengolahan lahan dikawasan tersebut
- Untuk mengetahui macam macam hama dilahan tersebut
- Untuk mengetahui macam macam pengendalian hama dikawasan tersebut
- Untuk mengetahui gejala dan tanda pada tanaman yg terlihat tidak normal
- Untuk menggolongkan tanaman yang terserang hama ataupun terkena
penyakit
- Untuk mengetahui sejarah lahan di desa Krajan Sumber Brantas
1.3 Manfaat
- Agar mahasiswa dapat membedakan antara hama penting,musuh alami, dan
serangga lain
- Agar mahasiswa dapat mengetahui gejala dan tanda akibat serangan hama
atau terkena penyakit
- Agar mahasiswa dapat lebih kritis mengahadapi permasalahan di lahan
pertanian
- Agar mahasiswa dapat menerapkan peranan petani pada lahan pertanian
tersebut
5.3.1 Pembahasan Mengenai Jenis OPT Yang Ditemukan Beserta Hubungannya
Dengan Pengendalian yang Dilakukan Dan Dibandingkan Dengan Literature
1. Ulat Grayak
Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan hama ulat grayak
merupakan salah satu hama pada tanaman wortel. Spodoptera litura merupakan hama
yang bersifat polifagus yang juga menyerang tanaman tembakau, kapas, kubis, dan
kacang hijau. Serangan Spodoptera litura dapat menimbulkan kerusakan sebesar 20-
40% pada tanaman kedelai sedangkan pada komoditi kubis serangan ulat grayak dapat
menyebabkan penurunan produksi lebih kurang 70%.
Ulat grayak bersifat polifag atau dapat menyerang berbagai jenis tanaman pangan,
sayuran, dan buah-buahan. Hama ini tersebar luas di daerah dengan iklim panas dan
lembap dari subtropis sampai daerah tropis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(1993), serangan ulat grayak di Indonesia mencapai 4.149 ha dengan intensitas serangan
sekitar 17,80%. Serangan tersebut menurun pada tahun 1994 menjadi 3.616 ha, dengan
intensitas serangan 14,40% (Badan Pusat Statistik 1994).
Lalat atau magot atau Psila rosae adalah hama pada tanaman wortel yang dapat
membuat tanaman tersebut berlubang lubang serta kualitasnya kurang bagus. Larva
masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian:
pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot insektisida Decis
2,5 EC dan lain-lain dengan dosis yang dianjurkan.(Pohan,2008)
3. Ulat Jengkal
Panjang ulat jengkal P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis
samping berwarna lebih muda. Gejala yang ditimbulkan akibat ulat ini antara lain:
daun-daun berlubang diatas permukaannya serta tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian yang dapat dilakukan: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu,
namun pengembangan ini cenderung tidak efektif dan jarang pula dilakukan; (2)
sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat
persembunyian hama tersebut; (3) dengan pestisida organik(campuran bawang putih,
cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, dansambiloto) dengan dosis di
perbesar.