Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adapun latar belakang dilaksanakannya fieldtrip Dasar Perlindungan


Tanaman yang bertempat dikawasan Desa Krajan Sumber Brantas yaitu para
mahasiswa disarankan untuk aktif serta efektif dalam mengamati hama hama
yang berada dikawasan tersebut. Lahan yang bertempat di desa Krajan itu
bercuaca sejuk dan lembab, dan seperti yang kita tahu berdasarkan sifat sifatnya
hama sangat menyukai tempat tempat lembab. Maka dari itu, alasan yang
mendukung untuk para mahasiswa pertanian meneliti tanaman ditempat tersebut
yaitu karna lingkungan fisik yang mendukung bagi perkembangan hama. Selain
itu, banyak pula kita menemukan tanaman yang janggal atau tidak normal
seperti tanaman sehat pada umumnya. Dilahan yang berisikan tanaman wortel
tersebut, kami banyak menemukan daun daun tanaman wortel yang menguning
pada permukaan daunnya, layu pada tangkai daunnya, lubang lubang pada daun,
serta bercak cercak. Alasan itupula yang lagi lagi membuat kita ingin
mengetahui penyebab dari gangguan atau kerusakan pada tanaman tersebut.
Dengan kita mengetahui gejala dan tanda serta mewawancarai petani dilahan itu,
akan lebih mempermudah para mahasiswa untuk meneliti apakah tanaman
tersebut terserang pathogen atau terserang hama.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui pengolahan lahan dikawasan tersebut
- Untuk mengetahui macam macam hama dilahan tersebut
- Untuk mengetahui macam macam pengendalian hama dikawasan tersebut
- Untuk mengetahui gejala dan tanda pada tanaman yg terlihat tidak normal
- Untuk menggolongkan tanaman yang terserang hama ataupun terkena
penyakit
- Untuk mengetahui sejarah lahan di desa Krajan Sumber Brantas

1.3 Manfaat
- Agar mahasiswa dapat membedakan antara hama penting,musuh alami, dan
serangga lain
- Agar mahasiswa dapat mengetahui gejala dan tanda akibat serangan hama
atau terkena penyakit
- Agar mahasiswa dapat lebih kritis mengahadapi permasalahan di lahan
pertanian
- Agar mahasiswa dapat menerapkan peranan petani pada lahan pertanian
tersebut
5.3.1 Pembahasan Mengenai Jenis OPT Yang Ditemukan Beserta Hubungannya
Dengan Pengendalian yang Dilakukan Dan Dibandingkan Dengan Literature

1. Ulat Grayak

Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan hama ulat grayak
merupakan salah satu hama pada tanaman wortel. Spodoptera litura merupakan hama
yang bersifat polifagus yang juga menyerang tanaman tembakau, kapas, kubis, dan
kacang hijau. Serangan Spodoptera litura dapat menimbulkan kerusakan sebesar 20-
40% pada tanaman kedelai sedangkan pada komoditi kubis serangan ulat grayak dapat
menyebabkan penurunan produksi lebih kurang 70%.

Ulat grayak bersifat polifag atau dapat menyerang berbagai jenis tanaman pangan,
sayuran, dan buah-buahan. Hama ini tersebar luas di daerah dengan iklim panas dan
lembap dari subtropis sampai daerah tropis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(1993), serangan ulat grayak di Indonesia mencapai 4.149 ha dengan intensitas serangan
sekitar 17,80%. Serangan tersebut menurun pada tahun 1994 menjadi 3.616 ha, dengan
intensitas serangan 14,40% (Badan Pusat Statistik 1994).

Pengendalian Spodoptera litura dapat dilakukan dengan Pengendalian Hama Terpadu


(PHT). Pengendalian secara terpadu merupakan langkah pengendalian dengan
mengikutsertakan beberapa komponen pengendalian, termasuk komponen biologi yaitu
predator, parasitoid dan patogen serta pemanfaatan Pestisida Nabati. Pemanfaatan
Pestisida nabati untuk mengatasi serangan Spodoptera litura merupakan alternatif
pengendalian selain penggunaan insektisida kimia. Penggunaan pestisida sintetis yang
berlebihan dan tidak tepat telah menyebabkan dampak negatif baik terhadap serangga
dan juga terhadap lingkungan, misalnya timbulnya resistensi hama, resurgensi hama,
punahnya musuh-musuh alami dan serangga berguna lainnya serta kontaminasi pada
lingkungan seperti pada tanah, air dan produk yang dihasilkan. Hal ini tentu saja akan
merugikan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha-
usaha untuk menghindari dampak tersebut, saat ini sudah banyak dilakukan usaha
secara global untuk mencari pestisida baru yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Sejalan dengan perundang-undangan yang ada, dimana sistem Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilakukan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT).

2. lalat atau manggot

Lalat atau magot atau Psila rosae adalah hama pada tanaman wortel yang dapat
membuat tanaman tersebut berlubang lubang serta kualitasnya kurang bagus. Larva
masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian:
pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot insektisida Decis
2,5 EC dan lain-lain dengan dosis yang dianjurkan.(Pohan,2008)

3. Ulat Jengkal

Panjang ulat jengkal P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis
samping berwarna lebih muda. Gejala yang ditimbulkan akibat ulat ini antara lain:
daun-daun berlubang diatas permukaannya serta tanaman menjadi kerdil.

Pengendalian yang dapat dilakukan: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu,
namun pengembangan ini cenderung tidak efektif dan jarang pula dilakukan; (2)
sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat
persembunyian hama tersebut; (3) dengan pestisida organik(campuran bawang putih,
cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, dansambiloto) dengan dosis di
perbesar.

Pohan, R. A.2008. Analisis Usaha Tani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pendapatan Petani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai