Anda di halaman 1dari 4

Penyediaan air irigasi ditetapkan dalam PP No.

20 tahun 2006 tentang irigasi,


khususnya pasal 36 yaitu:
“Air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan
produksi pertanian yang maksimal , diberikan dalam batas tertentu untuk pemenuhan
kebutuhan lainnya.”

Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan air irigasi untuk tanaman adalah:

a. Jenis tanaman
b. Iklim dan keadaan cuaca
c. Jenis dan keadaan tanah
d. Pola pertanaman air
e. Cara pemberian air
f. Cara pengelolaan pemeliharaan saluran dan bangunan
g. Keadaan jaringan irigasi
h. Luas areal pertanian

Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balnace dengan parameter:

a. Kebutuhan air untuk tanaman


b. Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembasan
c. Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air
d. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
e. Curah hujan efektif

Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang
dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan, serta kehilangan selama
pemakaian. Sehingga dirumuskan sebagai berikut:

KAI = ET + KA + KK

Dimana: KAI = Kebutuhan air irigasi

ET = evapotranspirasi

KA = kehilangan air

KK = kebutuhan khusus

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi terdapat dua sumber utama, yaitu pemberian air irigasi (PAI)
dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan
yang ada di daerah perakaran serta konstribusi air di bawah permukaan.

Pemberian air irigasi dapat drumuskan sebagai berikut.

PAI = KAI – HE – KAT

Dimana: PAI = pemberian air irigasi

KAI = kebutuhan air

HE = hujan efektif
KAT = kontribusi air tanah

1. Kebutuhan Air Padi di Sawah


Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa factor berikut ini.
a. Pengolahan lahan
b. Penggunaan konsumtig
c. Perkolasi
d. Penggantian lapisan air
e. Hujan efektif

Kebutuhan air di sawah merupakan jumlah factor 1 – 4, sedangkan kebutuhan netto air di sawah
merupakan kebutuhan total dikurangi factor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat
dinyatakan dalam satuan mm/hari atau liter/detik.

a. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan padi


Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman tanah dan porositas
tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut.
(𝑆𝑎−𝑆𝑏)𝑁.𝑑
PWR = + 𝑃𝑑 + 𝐹1
104

Dimana: PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)


Sa = derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = derajat kejenuhan tanah sebeluh penyiapan lahan dimulai (%)
N = porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanah
D = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
F1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 25 mm, meliputi
kebutuhan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai.
(Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01)
Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakan metode Van de Goor dan
Ziljstra (1968) sebagai berikut.

𝑒𝑘
IR = M x (𝑒 𝑘 −1)
M = Eo + P
𝑀𝑇
k =
𝑆

dimana: IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)


M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)
Eo = evaporasi potensial (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
k = konstanta
T = jangka waktu pengolahan (hari)
S = kebutuhan air untuk perjenuhan (mm)
E = bilangan eksponen: 2,718
b. Penggunaan Konsumtif
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumptive use) dapat didekati dengan
menghitung evapotranspirasi tanaman, dimana besar evapotranspirasi tanaman dipengaruhi
oleh jenis tanaman, umur tanaman, dan factor klimatologi. Untuk keperluan perhitungan
kebutuhan air irgasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi
yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman dapat dirumuskan
sebagai berikut.

ET = kc x Eto

Dimana: ET = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)


Eto = evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari)
kc = koefisien tanaman

Untuk menentukan nilai Eto dapat digunakan rumus yang telah diusulkan oleh KPI 1986
berikut.

Eto = Epan x kpan

Dimana: Eto = evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari)


Epan = pembacaan panic evaporasi
Kpan = koefisien panic

c. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan
diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Oleh karena itu, diperlukan penyelidikan
kelulusan tanah. Untuk menentukan laju perkolasi, diperlukan data tinggi muka air tanahnya.
Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

d. Penggantian Lapisan Air


Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan.
Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan
setelah transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan).

e. Hujan Efektif
Untuk menentukan besar sumbangan hujan terhadap kebutuhan air oleh tanaman terdapat
beberapa cara, diantaranya secara empiric maupun dengan cara simulasi. Menurut KPI,
hitungan hujan efektif dapat didasari oleh data pengukuran curah hujan di stasiun terdekat
dengan panjang pengamatan selama 10 tahun.

2. Kebutuhan Air di Bangunan Pengambilan


Kebutuhan air di pintu pengambilan atau bangunan utama tidak terlepas dari kebutuhan air di
sawah. Untuk memenuhi jumlah air yang harus tersedia di pintu pengambilan guna mengairi
lahan pertanian dinyatakan sebagai berikut.
𝐼𝑅.𝐴
DR = 𝐸𝑓

Dimana: DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (1/dt)

IR = kebutuhan air irgasi (I/det/ha)

A = luas areal irigasi (ha)

Ef = efisiensi irigasi (%)

Anda mungkin juga menyukai