Anda di halaman 1dari 26

SKENARIO 1 NEUROPSIKIATRI

Kepalaku mau pecah.....

Seorang perempuan berusia 25 tahun datang puskesmas dengan keluhan nyeri kepala berdenyut sejak
4 bulan yang lalu. Nyeri kepala hilang timbul. Intensitas nyeri kepala hampir sama sejak awal, terutama
di bagian kepala sisi kanan. Saat nyeri kepala pasien tak mampu melakukan aktivitas sehari hari. Durasi
sakit kepala sekitar 4 sampai 5 jam. Keluhan kadang disertai mual tetapi tidak disertai demam.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : GCS 456

Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Temp 37,0 C

Pemeriksaan Neurologis : Dalam Batas Normal

BAB I

1
KATA SULIT

1. Intensitas :
Keadaan tingkatan/ukuran.
2. Durasi :
Lamanya sakit kepala, rentang waktu suatu peristiwa
3. Berdenyut :
Rasa sakit yang datang hilang timbul dengan beberapa detik saja
4. Pemeriksaan Neurologis:
Pemeriksaan saraf yang terdiri dari status mental, fungsi luhur, tingkat kesadaran, Fungsi
kranial, fungsi motorik, refleks, cara jalan, koordinasi, sensorik, dan tes khusus.
5. Mual :
Sensasi tidak nyaman di bagaian perut bagian atas, serta rasa ingin muntah.
6. GCS :
Glasgow coma scale, pemeriksaan tingkat kesadaran. Tingkat paling tinggi 456. Eye 4. Verbal
5. Motorik 6.

BAB II

2
RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa pasien mengalami nyeri kepala berdenyut sejak 4 bulan yang lalu?
2. Mengapa ciri nyeri kepala hilang timbul dgn intensitas yg sama?
3. Mengapa terutama di bagian kepala sisi kanan?
4. Seberapa besar intensitas nyeri kepala tersebut hingga tidak bisa melakukan aktivitas?
5. Apa yang menyebabkan pasien nyeri kepala tanpa demam?
6. Adakah kaitan jenis kelamin dan usia dengan keluhan?
7. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan neurologis?
9. Apa working diagnosis dari skenario ini?

BAB III

3
BRAINSTORMING

1. Mengapa pasien mengalami nyeri kepala berdenyut sejak 4 bulan yang lalu?
- Adanya nyeri kepala karena vasokontriksi intrakranial dan vasodilatasi ekstrakranial.
Vaasokontriksi menyebabkan kekurangan aliran darah. Sehingga kekurangan oksigen
menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob, menghasilkan asam laktat dan
merangsang nyeri di struktur peka nyeri(kulit kepala, otot, tendon, n. C c2-c2, arteri
meningeal, nervus kranialis). Vasodilatasi, Pembuluh darah melebar dan berdenyut.
- Hipotalamus mengatur irama sirkardian sehingga nyeri hanya 4-5 jam. Disertai disinhibis
jalur nosiseptif dan otonomik jalur otonomik tidak terkendali mual muntah
- Nyeri dari sistem Nervus trigeminal yang merangsang hipotalamus.
- Ada perubahan pola sirkuit dari neuro trigeminus terkait rangsangan nyeri.
- Hipotalamik mengalami aktivasi yang dipengaruhi genetik.
- Konsentrasi histamin yang tinggi di daerah nyeri.
2. Mengapa ciri nyeri kepala hilang timbul dgn intensitas yg sama?
- Karena ada pengaturan dari hipotalamaus melalui irama sirkardian.
3. Mengapa terutama di bagian kepala sisi kanan?
- Karena bagian yang terangsang nyeri dibagian kepala sisi kanan.
- Konsentrasi histamin yang tinggi di daerah kepala kanan.
- Ada perubahan pola sirkuit dari neuro trigeminus terkait rangsangan nyeri sehingga
menyebabkan nyeri hanya pada satu sisi
4. Seberapa besar intensitas nyeri kepala tersebut hingga tidak bisa melakukan aktivitas?
- Intensitas : Sedang-berat
- Karena tidak ada penilaian kuantitatif maka tidak bisa dikatakan tingkat intensitas nya
secara pasti.
- Mungkin jika melakukan aktivitas bisa memperparah kesakitan.
5. Apa yang menyebabkan pasien nyeri kepala tanpa demam?
- Hipotalamus memiliki banayk fungsi. Yang terganggu hanya pusat pengaturan irama
sirkardian. Tidak ada gangguan di fungsi yang mengatur suhu tubuh karena tidak adnya
piogenik.
6. Adakah kaitan jenis kelamin dan usia dengan keluhan?
- Efek perubahan hormon biasa pada perempuan, diantaranya fase mens, kehamilan dan
menopause
- Usia : beban kerja semakin tinggi pada usia produktif yang memicu stress pada dirinya.
7. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
- GCS Normal. Kesadaran Penuh. TTV normal.
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan neurologis?

4
- DBN. Tidak ada gangguan pada sistem neuro nya.
9. Apa workng diagnosis dari skenario ini?
- Nyeri kepaala sisi kanan, berdenyut, durasi 4-5 jam, serta mualWorking Diagnosis :
migrain
- Karena berdenyut dan tidak ada gangguan neurologis, tidak ada mata berair  Migrain
Umum.
- Migrain ada 2, umum dan klasik. Working diagnosis Migrain Klasik.
- Cluster headache

BAB IV

5
PETA MASALAH

Faktor
Risiko
Wanita
25 tahun
Epidemiologi

Patofisiologi
Pemeriksaan
Etiologi
Penunjang
Komplikasi
Gejala klinis ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Prognosis
-Nyeri kepala berdenyut sejak 4 bulan lalu -KU: GCS 456 dbn
Komplikasi -Nyeri kepala hilang timbul
-Intensitas nyeri kepala hampir sama sejak
-TTV: TD 120/80 mmHg (normal), nadi
80x/menit (normal), RR 20x/menit (normal), Tx
awal terutama di sisi bagian kanan 37 derajat C (normal)
-Px tidak bisa aktivitas sehari-hari
-Durasi sakit kepala 4-5 jam
-Keluhan disertai mual tapi tidak disertai
demam

Faktor
risiko

DIAGNOSIS
Kriteria
Diagnosis Klasifikasi
Migrain

Diagnosis
Tatalaksana PENATALAKSANAAN
banding

Pencegahan

BAB V

6
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Nyeri Kepala
2. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Epidemiologi Nyeri Kepala
3. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Etiologi Nyeri Kepala
4. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Faktor Risiko Nyeri Kepala
5. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Pencegahan Nyeri Kepala
6. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Patofisiologi Nyeri Kepala
(+Struktur Anatomi Peka Nyeri Intra dan ekstra kranial)
7. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Manifestasi klinis Nyeri Kepala
8. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Nyeri
Kepala
9. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Kriteria Diagnosis dan Diagnosis Nyeri
Kepala
10. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Diagnosis banding Nyeri Kepala
11. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Tatalaksana Nyeri Kepala
(Farmakologis dan Non Farmakologis, penggunaan,efek)
12. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Prognosis Nyeri Kepala
13. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Komplikasi Nyeri Kepala
14. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Integrasi mengenai penyakit Nyeri

BAB VI

7
TINJAUAN PUSTAKA

1. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Nyeri Kepala
Sakit kepala adalah istilah umum yang mengacu pada nyeri yang menetap atau terus-
menerus di daerah kepala. (WebMD Medical Refference, 2017). Gangguan sakit kepala,
ditandai dengan sakit kepala berulang, adalah salah satu gangguan yang paling umum dari
sistem saraf. Sakit kepala itu sendiri menyakitkan dan sejumlah kecil gangguan sakit kepala
primer, yaitu migrain, sakit kepala tipe tegang, dan sakit kepala klaster dapat memberikan rasa
nyeri. Sakit kepala juga dapat disebabkan oleh penyebab sekunder atau terjadi pada kondisi
lain, yang paling umum adalah sakit kepala yang terlalu sering menggunakan obat. (WHO,
2016)
Menurut The International Classification of Headache Disorders edisi ketiga, gangguan
sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sakit kepala primer
1) Migraine
Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer. Nyeri
kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri
kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan
aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
Migren bila tidak diterapi akan berlangsung antara 4-72 jam dan yang klasik
terdiri atas 4 fase yaitu fase prodromal (kurang lebih 25 % kasus), fase aura (kurang
lebih 15% kasus), fase nyeri kepala dan fase postdromal.
2) Tension-type Headache (TTH)
3) Trigeminal autonomic cephalalgias (TACs)
4) Sakit kepala primer lainnya
b. Sakit kepala sekunder
1) Sakit kepala dikaitkan dengan trauma atau cedera pada kepala dan atau leher
2) Sakit kepala dikaitkan dengan gangguan vaskular pada cranium atau cervical
3) Sakit kepala dikaitkan dengan gangguan nonvaskular pada intrakranial
4) Sakit kepala dikaitkan dengan suatu zat atau yang mengikutinya
5) Sakit kepala dikaitkan dengan infeksi
6) Sakit kepala dikaitkan dengan gangguan homoeostasis
7) Sakit kepala atau nyeri wajah dikaitkan dengan gangguan pada tengkorak, leher, mata,
telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur wajah atau leher rahim lainnya.
8) Sakit kepala dikaitkan dengan gangguan psikiatrik
c. Neuropathi dan nyeri wajah
2. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Epidemiologi Nyeri Kepala

8
a. Migrain
Migrain adalah gangguan utama nyeri kepala primer yang umum. Banyak studi
epidemiologi telah mendokumentasikan tingginya prevalensi dan dampak sosial-ekonomi
dan pribadi. Dalam Global Burden of Disease Study2010 (GBD2010), itu digolongkan
sebagai gangguan paling umum ketiga di dunia. Di GBD2015, itu menduduki peringkat
ketiga tertinggi penyebab kecacatan di dunia pada pria dan wanita di bawah usia 50 tahun.
Migrain memiliki dua tipe utama. Migrain tanpa aura adalah sindrom klinis yang
dicirikan oleh sakit kepala dengan fitur-fitur spesifik dan gejala-gejala terkait. Migrain
dengan aura terutama ditandai oleh gejala neurologis fokal sementara yang biasanya
mendahului atau kadang-kadang menyertai sakit kepala. Beberapa pasien juga mengalami
prodromalphase, terjadi berjam-jam atau berhari-hari sebelum sakit kepala, dan / atau fase
postdromal mengikuti resolusi sakit kepala. Gejala prodromal dan postdromals termasuk
hiperaktivitas, hypoactivity, depresi, mengidam untuk makanan tertentu, menguap
berulang, kelelahan dan kekakuan leher dan / atau nyeri.
Ketika seorang pasien memenuhi kriteria untuk lebih dari satu jenis, subtipe atau
subformulir migrain, semua harus didiagnosis dan dikodekan. Sebagai contoh, seorang
pasien yang sering menyerang aura tetapi juga beberapa serangan tanpa aura harus
dikodekan sebagai Migrain dengan aura dan Migrain tanpa aura. Namun, karena kriteria
diagnostik untuk migrain kronis telah menggolongkan semua jenis, subtipe atau subforms,
maka pengkodean tambahan tidak diperlukan untuk subtipe episodik migrain.

b. Tension-type Headache (TTH)


Sakit kepala tipe ketegangan disebutkan dalam berbagai studi sebagai kejadian yang
sangat umum, dengan prevalensi seumur hidup pada populasi antara 30% dan 78%. Sakit
kepala ite ini memiliki dampak sosio-ekonomi yang tinggi. Meskipun sebelumnya
dianggap sebagai psikogenik primer, sejumlah penelitian sejak ICHD-I sangat
menyarankan dasar neurobiologis untuk Sakit kepala tipe tegang, setidaknya untuk subtipe
yang lebih parah.
Sakit kepala tipe ketegangan dibagi menjadi tipe episodik dan kronis, diperkenalkan
pada ICHD-I, terbukti sangat berguna. Pada ICHD-II, tipe episodik dibagi lagi menjadi tipe
yang jarang, dengan episode sakit kepala kurang dari sekali per bulan, dan tipe yang sering.
Sakit kepala tipe ketegangan episodik yang sering dapat dikaitkan dengan kecacatan yang
cukup besar, dan kadang-kadang memerlukan pengobatan dengan obat-obatan yang mahal.
Sebaliknya, Sakit kepala tipe ketegangan episodik yang jarang, yang terjadi di hampir
seluruh populasi, biasanya memiliki dampak yang sangat kecil pada individu dan, dalam
banyak contoh, tidak memerlukan perhatian dari profesi medis. Pemisahan sakit kepala tipe
tegang episodik yang jarang dari sakit kepala tipe ketegangan episodik yang sering terjadi

9
dapat membedakan individu yang biasanya tidak memerlukan manajemen medis, dan
menghindari pengelompokan hampir seluruh populasi sebagai memiliki gangguan sakit
kepala yang signifikan, namun memungkinkan sakit kepala mereka untuk tetap
diklasifikasikan. Sakit kepala tipe tegang kronis adalah penyakit serius, menyebabkan
penurunan kualitas hidup dan kecacatan yang tinggi.

c. Trigeminal-Autonomic Cephalagias (TACs)


Cephalalgia trigeminal-otonom (TACs) memiliki gambaran klinis nyeri kepala
unilateral dan, biasanya, gambaran autonom kranial parasimpatik yang menonjol, yang
lateral dan ipsilateral terhadap sakit kepala. Pencitraan eksperimental dan fungsional
menunjukkan bahwa sindrom ini mengaktifkan refleks trigeminal-parasimpatis manusia,
dengan tanda-tanda klinis disfungsi simpatis kranial sekunder. Aura migrain khas dapat
dilihat namun jarang pada TACs.

d. Sakit kepala primer lainnya


Penggolongan ini mencakup sejumlah gangguan sakit kepala primer yang secara klinis
heterogen. Mereka dikelompokkan ke dalam empat kategori dan dikodekan secara
berurutan dalam ICHD-3.
1) Sakit kepala berhubungan dengan aktivitas fisik,
Primary cough headache, Primary exercise headache, Primary headache
associated with sexual activity and Primary thunderclap headache
2) Sakit kepala dikaitkan dengan rangsangan fisik langsung (dianggap sebagai gangguan
sakit kepala primer karena mereka disebabkan oleh rangsangan fisiologis)
Cold-stimulus headache and External-pressure headache
3) Sakit kepala epikranium (mis., Nyeri kepala di kulit kepala)
Primary stabbing headache and Nummular headache
4) Gangguan sakit kepala utama lainnya
Hypnic headache and New daily persistent headache

Patogenesis gangguan ini masih kurang dipahami, dan perawatan mereka disarankan
berdasarkan laporan anekdotal atau uji coba yang tidak terkontrol.Sakit kepala dengan
karakteristik yang mirip dengan beberapa gangguan ini dapat menjadi gejala gangguan lain
(sakit kepala sekunder)
Permulaan dari beberapa sakit kepala ini dapat menjadi akut, dan pasien yang terkena
kadang-kadang dinilai di bagian gawat darurat. Investigasi yang tepat dan lengkap
(khususnya neuroimaging) adalah wajib dalam kasus-kasus ini.

10
3. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Etiologi Nyeri Kepala
a. TTH (Tension Type Headache)

Penyebab dari nyeri kepala tegang otot ini masih belum diketahui. Diduga dapat
disebabakan oleh faktor psikis maupun fakor fisik. Secara psikis, nyeri kepala ini dapat
timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi maupun konflik
emosional. Sedangkan secara fisik, posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan
kontraksi otot-otot kepala dan leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang,
kesalahan dalam posisi tidur dan kelelahan juga dapat menyebabkan nyeri kepala tegang
otot ini. Selain itu, posisi tertentu yang menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher
yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan
fungsi mata dalam jangka waktu lama misalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri
kepala jenis ini. Selain penyebab tersebut di atas, ada pula beberapa pemicu yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri kepala jenis ini, antara lain konsumsi coklat, keju dan
penyedap masakan (MSG). orang yang terbiasa minum kopi juga akan mengalami sakit
kepala bila yang bersangkutan lupa untuk minum kopi. Jika nyeri kepala tegang otot ini
akibat pengaruh psikis maka biasanya akan menghilang setelah masa stress berlalu.

b. Migrain

Penyebab terjadinya migraine masih belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya migraine

1. Riwayat penyakit migren dalam keluarga. 70-80% penderita migraine memiliki


anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine juga (faktor herediter).

2. Perubahan hormone (esterogen dan progesterone) pada wanita, khususnya pada fase
luteal siklus menstruasi.

3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor


(keju, coklat) serta zat tambahan pada makanan.

4. Stres dan faktor psikologis : cemas, marah, sedih

5. Faktor fisik, tidur tidak teratur

6. Rangsang sensorik (cahaya silau dan bau menyengat)

7. Alkohol dan Merokok

8. Banyak tidur atau kurang tidur

c. Cluster

11
Penyebab pasti CH tidak diketahui. Gangguan ini sporadis, meskipun kasus langka
dari pola dominan autosomal dalam satu keluarga telah dilaporkan.

Beberapa faktor telah terbukti memprovokasi serangan CH. Injeksi histamin


subkutan memicu serangan pada 69% pasien. Stres, alergen, perubahan musiman, atau
nitrogliserin dapat memicu serangan pada beberapa pasien. Alkohol menginduksi
serangan selama cluster tetapi tidak selama remisi. Sekitar 80% pasien CH adalah
perokok berat, dan 50% memiliki riwayat penggunaan etanol berat.

4. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Faktor Risiko Nyeri Kepala


a. Migrain
 Jenis kelamin perempuan
 Usia
 Stres psikogenik
 Kebiasaan merokok
 Konsumsi minuman berakohol
 Konsumsi makanan yang mengandung tiramin / MSG
b. TTH
 Jenis kelamin perempuan
 Usia (20-40 tahun)
 Adanya gangguan tidur
 Stres psikososial
 Depresi
 Penggunaan obat obatan
 Penyandang penyakit metabolik dan struktural
c. Cluster
 Jenis kelamin pria.
 Usia (20-50 tahun).
 Kebiasaan merokok.
 Konsumsi minuman beralkohol.
 Riwayat keluarga.
 Adanya trauma sebelumnya.

5. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Pencegahan Nyeri Kepala


Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat membantu mencegah sakit kepala :

12
1. Istirahat yang cukup
Sangat disarankan untuk memiliki waktu istirahat yang cukup dan teratur. Tujuh hingga
delapan jam per hari adalah waktu tidur rata-rata yang diperlukan oleh orang dewasa. Jangan
menggantikan kekurangan waktu tidur pada hari kerja di hari libur, karena ini tidak efektif.
Usahakan untuk tidur dan bangun di waktu yang sama.

2. Kurangi kafein
Usahakan untuk tidak mengonsumsi kafein atau menguranginya, karena walaupun
beberapa pengobatan sakit kepala menggunakan kafein untuk meredakan gejalanya tapi bisa
memperparah juga.

3. Hindari pemicu sakit kepala


Cari tahu pemicu yang bisa menyebabkan Anda mengalami sakit kepala agar bisa
terhindar dari sakit kepala dengan cara mencatat secara rinci setiap Anda mengalami sakit
kepala, seperti kapan dan apa yang baru Anda konsumsi sebelum terkena sakit kepala.
Misalnya, beberapa orang perlu menghindari minuman dengan kandungan kafein karena
dipercaya dapat memicu serangan migrain.

4. Kurangi stres
Dengan mengelola stres dan tekanan hidup dengan baik, seseorang bisa mengurangi
risikonya mengalami sakit kepala. Anda bisa mencari cara untuk mengatur kegiatan sehari-
hari dan menyusun waktu agar produktivitas Anda lebih maksimal.

5. Makan secara teratur


Jalani pola hidup sehat dengan makan secara teratur tiga kali sehari dan camilan di
antaranya jika diperlukan. Disarankan untuk selalu makan di waktu yang sama setiap
harinya dan mengawali hari dengan sarapan sehat.

6. Santai
Luangkan waktu untuk bersantai, seperti membaca buku, mandi dengan air hangat,
dan mendengarkan musik. Selain itu, Anda juga bisa melakukan meditasi, latihan relaksasi,
atau yoga.

7. Kurangi konsumsi obat


Konsultasikan dengan dokter jika Anda terlalu sering mengonsumsi obat pereda sakit,
termasuk obat yang dijual secara bebas, karena mengonsumsi obat lebih dari dua kali dalam
sepekan bisa membuat sakit kepala lebih sering kambuh.

13
8. Rutin berolahraga
Olahraga yang dilakukan secara rutin bisa membantu mengurangi stres. Mulailah
berolahraga secara perlahan untuk mengurangi terjadinya cedera, dan pilihlah olahraga yang
Anda gemari, seperti berenang, bersepeda, atau berjalan. Namun, pastikan Anda konsultasi
dengan dokter untuk memastikan kondisi fisik Anda.

6. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Patofisiologi Nyeri Kepala


(+Struktur Anatomi Peka Nyeri Intra dan ekstra kranial)

7. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Manifestasi klinis Nyeri Kepala


a. Migrain
Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau seluruh tanda dan gejala,
sebagai berikut:
1) Nyeri sedang sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya
pada satu sisi kepala, hanya sedikit yang merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
2) Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
3) Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
4) Saat serangan nyeri kepala penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
5) Disertai mual dengan atau tanpa muntah.
6) Fotofobia dan atau fonofobia.
7) Apabila terdapat aura, paling sedikit terdapat dua dari karakteristik di bawah ini:
 Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥ 5 menit, dan/atau dua
atau lebih gejala terjadi secara berurutan.
 Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit
 Setidaknya satu gejala aura unilateral
 Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala dalam waktu 60 menit.
b. H
c. k
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
1. Nyeri kepala : bersifat unilateral (pada salah satu sisi), bentuknya berdenyut menandakan
adanya rangsangan aferean pada pembuluh darah.
2. Mual : mual adalah gejala yang paling sering dikemukakan oleh penderita, menunjukkan
adanya ekstravasasi protein.
3. Aura : aura yang timbul biasanya berupa gangguan penglihatan (fotofobia atau
fonofobia), bunyi atau bebauan tertentu, menandakan adanya proyeksi difus locus
ceruleus ke korteks serebri, adanya gejala produksi monocular pada retina dan produksi
bilateral yang tidak normal.

14
4. Rasa kebal / baal
5. Vertigo : pusing, karena gerakan otot yang tidak terkontrol,menandakan adanya gejala
neurologic yang berasal dari korteks serebri dan batang otak.
6. Rasa lemas waktu berdiri : disebabkan oleh turunnya tekanan darah waktu berdiri
(postural hypotension).
7. Kontraksi otot-otot : disekitar dahi, pipi, leher, dan bahu, menandakan adanya ganguan
mekanisme internal tubuh yang disebut jam biologis (biological clock).
Gejala-gejala yang bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :
1. Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
2. Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.
3. Tempat sakitnya tidak dapat ditentukan
4. Frekuensi, fluktuasi, dan intensitas nyeri sangat bervariasi. Biasanya akan bertambah
pada masa penuh tekanan seperti pubertas, pindah sekolah, masalah pekerjaan atau
perkawinan.
Biasanya nyeri kepala tipe tegang dikaitkan dgn kelainan yg disebut spasmohilia. Kelainan ini
adalah kecenderungan seseorang yg otot otot lebih mudah utk kontraksi (tegang). Spasmohilia
memiliki kemungkinan diturunkan atau ada faktor keluarga. Selain itu juga akan ditanyakan
mengenai kemungkinan adanya stres fisik maupun psikis.

8. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Nyeri
Kepala
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Nyeri kepala
1. Pemeriksaan mata yaitu ukuran pupil, bentuknya, dan reaksinya terhadap cahaya,
pemeriksaan visus dan lapang pandang penglihatan, serta pemeriksaan gerakan bola
mata
2. Pemeriksaan funduskopi untuk menentukan oedema pada papil nervus optikus atau
atrofi papil nervus optikus et causa papil odema tahap lanjut.
3. Pemeriksaan saraf kranialis yang lain.
4. Pemeriksaan motorik yaitu gerak, kekuatan, tonus, trofi, refleks fisiologis, refleks
patologis, klonus.
5. Pemeriksaan sensibilitas

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah :


a. Migrain
1) Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi, untuk menyingkirkan
penyebab sekunder)

15
2) CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
Neuroimaging diindikasikan pada :
 Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup penderita.
 Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren.
 Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
 Sakit kepala yang progresif atau persisten.
 Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren tanpa aura atau
hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
 Defisit neurologis yang persisten.
 Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan gejala-gejala
neurologis yang kontralateral.
 Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
 Gejala klinis yang tidak biasa.
b. H
c.

1. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik sebagai
penyebab nyeri kepala.
2. Spesimen CSS bila ada indikasi kecurigaan perdarahan subarahnoid atau infeksi
susunan saraf pusat.
3. Electroencephalography (EEG) dengan indikasi berupa:
a. Adanya kecurigaan neoplasma intrakranial
b. Adanya nyeri kepala pada satu sisi yang menetap disertai kelainan
visual, motorik, atau sensibilitas atau sensibilitas sisi kontralateral
c. Adanya defek lapang pandang, defisit motorik atau sensibilitas yang
menetap.
d. Adanya serangan migren disertai sinkope.
e. Adanya perubahan intensitas, lamanya, dan sifat nyeri kepala.
4. Pemeriksaan radiologik berupa :
a. Rontgen polos kepala dengan indikasi bila nyeri kepala tidak termasuk nyeri
kepala seperti pada neoplasma intrakranial, hidrosefalus, perdarahan
intrakranial.
b. Rontgen vertebrae servikal dengan indikasi bila ada nyeri oksipital atau
suboksipital yang bukan disebabkan oleh nyeri kepala tipe tegang.
c. Arteriografi dengan indikasi bila ada kecurigaan aneurisma, angioma, atau
perdarahan pada proses desak ruang

16
d. CT scan kepala dengan indikasi bila ada kecurigaan gangguan struktural otak
seperti neoplasma, perdarahan intrakranial, dan lain-lain.

9. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Kriteria Diagnosis dan Diagnosis Nyeri
Kepala
a. Migrain
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik
umum dan neurologis.
Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura:
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-4
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
a) Lokasi unilateral
b) Kualitas berdenyut
c) Intensitas nyeri sedang atau berat
d) Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
a) Nausea dan atau muntah
b) Fotofobia dan fonofobia
5) Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient
ischemic attack harus dieksklusi

b. Tension Type Headache


Kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen:
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln (<12hr/thn),
dan memenuhi kriteria 2-4.
2) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
a) Lokasi bilateral.
b) Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
c) Intensitasnya ringan atau sedang.
d) Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
e) Tidak didapatkan:
 Mual atau muntah (bisa anoreksia).
 Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.

17
4) Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.

Disebut sebagai nyeri kepala TTH Episodik frekuen bila terjadi sedikitnya 10 episode
yang timbul selama 1–14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (12–180 hari/tahun) atau
TTH kronik bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180
hari/tahun). Dapat disertai/tidak adanya nyeri tekan perikranial (pericranial tenderness) yaitu
nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal, temporal, masseter, pteryangoid,
sternokleidomastoid, splenius dan trapezius) pada waktu palpasi manual, yaitu dengan
menekan secara keras dengan gerakan kecil memutar oleh jari-jari tangan kedua dan ketiga
pemeriksa. Hal ini merupakan tanda yang paling signifikan pada pasien TTH.

c. Cluster Headache
1) Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-4.
2) Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang berlangsung antara
15-180 menit jika tidak ditangani.
3) Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
a) Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
b) Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
c) Edema palpebra ipsilateral
d) Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
e) Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
f) Gelisah atau agitasi
g) Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
h) Tidak berhubungan dengan kelainan lain

Catatan;
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Episodik:
1) Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster.
2) Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung 7–365 hari dan dipisahkan
oleh periode remisi bebas nyeri > 1 bulan.

Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Kronis:


1) Serangan-serangan yang memenuhi kriteria 1-5 untuk nyeri kepala klaster.
2) Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi atau dengan
3) periode remisi yang berlangsung kurang dari 1 bulan.

10. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Diagnosis banding Nyeri Kepala

18
a. Migrain
1) Tension Type Headache
2) Nyeri kepala klaster
3) Nyeri kepala servikogenik
b.
11. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Tatalaksana Nyeri Kepala
(Farmakologis dan Non Farmakologis, penggunaan,efek)
A. Migrain
Penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi migren:
1. Istirahat total, mengurangi/menghindari factor pencetus, dan kompres dingin
2. Simtomatik :misalnya metoclopramid 10 mg peroral,parenteral atau bias juga
dengandomperidon 10 mg peroral bila mengeluh mual.
3. Abortif :
Asetosal tablet : merupakan obat pilihan pertama pada serangan migren dengan
dosis 600-1500 mg/hari
Ergotamin 1 mg/kafein 100 mg tablet, mulai dengan 1-2 tablet per oral yang
dapat diulangi setiap ½ - 1 jam sampai maksimal 5 mg ergotamine saat
serangan/hari atau 10 mg ergotamine/minggu 4. Sedativum dan hipnotikum
(golongan benzodiazepine atau barbiturate per oral atau parenteral), misalnya :
Diazepam 10 mg i.v, atau 6-15 mg/hari peroral
Lorazepam 3-6 mg/hari peroral
Klordiazepoksid 15-30 mg/hari peroral
Klobazam 20-30 mg/hari peroral
Fenobarbital 100 mg i.m., atau 100-150 mg/hari peroral
5. Preventif Diberikan terapi preventif bila frekuensi serangan migren lebih dari dua
kali sebulan atau bila serangan sangat berat
Ergotamin 0,3 mg/alkaloid beladona 0,1 mg/ fenobarbital 200 mg tablet : 3-6
tablet sehari dalam dosis terbagi selama 4-6 bulan
Propanolol 10-40 mg tablet : 40-120 mg sehari dalam dosis terbagi selama 6
bulan
Flunarizin 5-10 mg tablet : 5-10 sehari yang diminum menjelang istirahat malam
atau dalam dosis terbagi selama 6-12 bulan
Amitriptilin 25 mg tablet : 50-75 mg sehari dalam dosis terbagi selama 3-4 bulan
Klonidin 25 mg tablet : 50 mg sehari dalam dosis terbagi selama 6 bulan
Dimetotiazin 10-20 mg kapsul : 30-4- mg sehari dalam dosis terbagi selama 6
bulan

19
Pizotifen 0,5-1,5 mg tablet : 0,5-4,5 mg sehari dalam dosis terbagi selama 4
bulan

6. Latihan pengendoran otot-otot misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga, semedi,


“biofeedback‟, manipulasi servikal,tusuk jarum, dll

B. TTH
1. Analgetikum, misalnya :
Asam asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hari
Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hari
Glafenin 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hari
Asam mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hari
2. Penenang/ansiolitik, misalnya :
Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg / hari
Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hari Lorazepam 1-2 mg tablet dengan
dosis 3-6 mg/ hari
3. Antidepresan, misalnya :
Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hari
Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hari
4. Anestesia/analgetika local, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein kompleks,
lidokain, dll
5. Latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga, semedi,
ayap balik hayati („biofeedback‟), manipulasi, tusuk jarum, dll
C. CLUSTER
1. Istirahat total dan mengurangi atau menghindari factor pencetus
2. Abortif

Oksigen : diberikan 7 liter per menit selama 10-15 menit

Ergotamin : lebih dianjurkan dalam bentuk sublingual atau supositoria ( sesuai


dengan terapi migren)

3. Preventif
Yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
- di bawah 30 tahun : metisergid 2 mg tablet dengan dosis 4-8 mg sehari dalam
dosis terbagi selama 3-6 bulan
- 30-45 tahun ; prednison 5 mg tablet dengan dosis 40 mg sehari dalam dosis
terbagi selama 5 hari dan selanjutnya tapering off dalam 3 minggu

20
- diatas 45 tahun : litium karbonat dengan dosis permulaan 300 mg dan perlahan-
lahan dinaikkan sampai 600-1200 mg sehari dalam dosis tbagi. Zat ini sangat
toksik bila kadarnya dalam darah mencapai 1,2 mg/dl

Siproheptadin, pizotifen, propanolol, dimetotiazin (sesuai dengan terapi migren)

Indometazin 25 mg tablet : 75 mg sehari dalam dosis terbagi selama beberapa bulan

12. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Prognosis Nyeri Kepala


a. Migrain
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia at malam
Migrain tidak dapat disembuhkan
Ad fungsionam : bonam
b. Klaster / Cluster Headache
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
c. Nyeri Kepala Tegang Otot / TTH ( Tension Type Headace )
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
13. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Komplikasi Nyeri Kepala
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada migrain yaitu
1) Status migrain
Serangan migrain dengan nyeri kepala lebih dari 72 jam walaupun telah diobati
sebagaimana mestinya. Telah diupayakan memberi obat yag berlebihan namun
demikian nyeri kepala tidak kunjung berhenti. Contoh pemberian obat yang
berlebihan misalnya minum ergotamin setiap hari atau lebih dari 30 mg tiap bulan,
aspirin lebih dari 45 gram, morfin lebih dari 2 kali sebulan, dan telah menggunakan
lebih dari 300mg diazepam atau sejenisnya setiap bulannya.
2) Infark migrain
Penderita termasuk dalam kriteria dengan aura. Serangan yang terjadi sama tetapi
defisit neuroloik tetap ada setelah 3 minggu dan pemeriksaan CT scan menunjukkan
hipodensitas yang nyata pada waktu itu. Sementara itu penyebab lain terjadinya infark
dapat disingkirkan dengan pemeriksaan angiografi, pemeriksaan jantung, dan darah.

21
b. TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan olehpenggunaan
obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dan lain-lain yang
berlebihan(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia,2016)

14. Mahasiswa Memahami dan dapat menjelaskan Integrasi mengenai penyakit Nyeri

Cara Rasulullah untuk mengatasi dan mengobati sakit migrain. Rasulullah SAW
menggunakan metode bekam untuk menyembuhkan sakit kepala yang dideritanya. Dari Salma,
seorang pelayan Rosulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam dia bercerita, “Tidak seorangpun
mengadukan rasa sakit di kepalanya kepada Rosulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam melainkan
Beliau mengatakan : ‘Berbekamlah’ dan tidak juga rasa sakit di kedua kakinya melainkan
Beliau bersabda, ‘Pakaikanlah khidhab/Pacar pada keduanya.” (Shahih Sunan Abi Dawud
(II/732), karya Syaikh Albani).

Efektifitas bekam menurunkan nyeri kepala (cephalgia), ada beberapa penjelasan:


1. Bekan berperan mengeluarkan zat prostaglandin. Zat prostaglandin ini berfungsi mengirim
sinyal rasa nyeri ke otak. Melalui proses bekam, zat ini dikeluarkan sehingga rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien berkurang (Ahmad Razak Sharaf, 2012).
2. Teori gate control. Bekam bisa mengurangi rasa nyeri disebabkan oleh kuatnya isapan alat
bekam yang berperan menyibukkan jalur saraf yang mentransmisi sinyal rasa nyeri ke
otak. Adanya stimulus atau sinyal rasa lain yang sampai ke otak, sehingga orang tidak
merasa nyerinya lagi (Ahmad Razak Sharaf, 2012).
3. Bekam juga menstimulasi pelepasan endorfin dan enkefalin yang berperan mengurangi
kepekaan (sensitivitas) terhadap nyeri. Zat-zat ini dilepaskan karena terjadi nyeri ringan
akibat isapan dan sayatan alat bekam. Rasa nyeri menyebabkan timbulnya kram otot pada
otot-otot yang melingkupi lokasi nyeri (Ahmad Razak Sharaf, 2012).
4. Bekam menstimulasi sirkulasi darah ditubuh secara umum melalui zat nitrit oksida(NO)
yang berperan meluaskan pembuluh darah. Profesor Kentaro Takagi, dosen di Universitas
Nagayo, menegaskan bahwa semua terapi yang menstimulasi dan mengaktifkan sirkulasi
darah dikulit, bermanfaat untuk meningkatkan respon sistem peredaran darah dan
pembuluh darah didalam tubuh secara umum. Efek serupa juga ditimbulkan oleh kuatnya
isapan yang ditimbulkan oleh bekam terhadap bagian yang diterapi (Ahmad Razak Sharaf,
2012)
5. Amani Umar Wadda (2006) mengatakan pada saat dilakukan bekam, tubuh akan
mengeluarkan zat-zat seperti serotonin, prostaglandin, bradikinin, histamine dan zat
lainnya. Keluarnya zat tersebut menyebabkan dilatasi pembuluh darah arteriol, sehingga
memperlancar sirkulasi darah dan menurunkan tekanan darah

22
6. Menurut Azib Susiyanto (2013), nyeri kepala karena adanya timbunan oksidan disensor
saraf pusat yang mengakibatkan sirkulasi darah kekepala dan suplai oksigen ke kepala
terganggu dan berkurang sehingga berakibat kepala bergoyang dan tidak mempunyai
keseimbangan tubuh ketika berdiri. Dengan dikeluarkannya oksidan (melalui terapi
bekam) yang menekan sensor saraf pusat dan membuat sempit pembuluh darah, maka
spontan keluhan nyeri kepala akan hilang.

BAB VII

PETA KONSEP

23
BAB VIII

SOAP

Subjective
Wanita, 25 tahun

24
KU: Nyeri kepala
RPS: Nyeri kepala hilang timbul dengan intensitas nyeri sama sejak awal terutama di sisi bagian
kanan. Pasien tidak dapat beraktivitas sehari-hari. Durasi sakit kepala 4-5 jam. Keluhan disertai mual
tapi tidak demam.
RPD: Nyeri kepala berdenyut sejak 4 bulan lalu
RSE: -
Objective
Pada pemerisaan fisik didapatkan:
-KU GCS 456
-TTV normal
Assessment 1
WDx: Migrain
DDx: TTH, Cluster Headache
Planning 1
 PET
Assessment 2
Migrain
Planning 2
Tata Laksana Farmakologis
- Metoklopramid

Tata Laksana Non-Farmako


a. KIE: Menjaga kondisi psikologis, makanan, gaya hidup

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Razak Sharaf, A. R. (2012). Penyakit dan Terapi Bekamnya. Surakart: Thibbia

25
Ahmed, F. (2012). Headache Disorders: Differentiating and Managing The Common Subtypes.
British Journal of Pain, 6(3), pp. 124-132.

Azib Susiyanto. (2013) Hijamah or Oxidant Drainage Therapy (ODT): semua penyakit insya Allah
Sembuh. Cet. 1. Jakarta: Gema Insani.

Cady,R.2007. Pathophysiology of Migraine. In: The Pain Practitioner


Davis, LE., King M.L.,Schulz JL. Disoerder of pain and headache. In: Fundametals of Neurologic
Disease Demos Medical Publishing,New York, 2004
Khalil, et al. (2012). Chronic Daily Headaches. Annals of Indian Academy of Neurology,
15(Supplement 1), pp. S40-S50.

Manshur bin Abdul Aziz Al-Ujayyan, Taman Untuk Orang Yang Dicintai (Mutiara Hikmah Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah), Darul Haq. 2002.

Panduan Praktik Klinis. 2016. Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

Ropper AH, Robert HB., Adams Victor, Principles of Neurology, eight ed. Mc. Graww Hill, 2005,
11-13, 541-542. 3
The International Classification of Headache Disorder Third Edition (https://www.ichd-3.org/ )
WebMD-What is the definition oh headache? (https://www.webmd.com/g00/migraines-
headaches/qa/what-is-the-definition-of-
headache?i10c.encReferrer=&i10c.ua=1&i10c.dv=8)
WHO-Headache Disorder (http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/headache-disorders)
Wreksoatmodjo BR. Karakteristik Penderita Nyeri Kepala Menahun/BerWang di Poliklinik
SarafFKUI/RSCM. Skripsi Pasca Sarjana, 1987. The great indestructible mirace is man's
faith in miracle (Jean Paul) 6

26

Anda mungkin juga menyukai