Anda di halaman 1dari 2

Pertemanan dalam konteks berbagai budaya (moral)

Pengertian pertemanan

Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan "akrab" antara sesorang dengan orang lainnya. Teman
merupakan salah satu yang berpengaruh besar terhadap prilaku dan corak kehidupan seseorang. Suatu
pertemanan akan menimbulkan kebaikan dan keburukan sekaligus. Maksudnya, jika kita berteman
dengan orang baik maka kita akan terpengaruh menjadi orang yang baik pula, sebaliknya jika kita
berteman dengan orang yang buruk, maka kita terpengaruh menjadi orang yang buruk pula (Dariyo,
2004: 47).

Menurut Havighurst (Harlock, 2004: 209) remaja memiliki tugas perkembangan, salah satunya mencapai
hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, yaitu dengan relasi pertemanan.

Dorongan menuju ke arah teman-teman sebaya ini kemudian membentuk apa yang dinamakan relasi
pertemanan. relasi pertemanan bagi remaja berfungsi sama halnya dengan fase anak-anak yaitu
memberi kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan
keterampilan dan minat yang sesuai dengan usia, dan berbagi masalah dan perasaan bersama Hurlock
(Brehm, 2002: 179).

Relasi pertemanan merupakan bagian yang tak bisa terlepaskan dari dunia remaja. Hal ini menjadi sifat
khas dari remaja yang selalu berada dalam pencarian jati diri. Sehingga remaja akan mengalami berbagai
macam peralihan, yaitu peralihan dalam aspek biologis, kognisi, dan sosial (Hurlock, 1996: 84).

Masa remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk
dibicarakan karena pada masa remaja, seseorang banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang
harus dihadapi. Masa remaja dianggap sebagai periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-
kanak menjadi dewasa (Agustiani, 2006: 29).

1. Pertemanan pada budaya batak

Medan adalah salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia, dengan total jumlah penduduk ±
2.109.339 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.001 jiwa/km². Di kota Medan banyak terdapat beraneka
ragam budaya yang merupakan budaya tetap ataupun budaya yang di bawa oleh para pendatang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengetua adat Batak Toba J. Sinaga, diketahui bahwa cukup banyak
masyarakat di kota Medan yang bersuku Batak Toba yang masih melakukan kegiatan-kegiatan adat
seperti : acara kelahiran, pernikahan, kematian ataupun adat-adat sederhana seperti adat ucapan syukur
seperti ulang tahun, kenaikan pangkat, wisuda, dll. Dari hasil wawancara juga diperoleh informasi bahwa
75% dari para anggota suku Batak Toba secara keseluruhan dalam suatu perkumpulan marga tertentu di
kota Medan yang menganggap bahwa sangat penting berkumpul bersama dongan sahuta (orang satu
kampung) ketika diadakan acara tertentu (tradition value) dan menggunakan pelengkapan alat musik
tradisional (gondang) sebelum memulai suatu acara besar, misalnya pernikahan atau adat kematian
dengan tujuan untuk memberikan keamanan dan keselamatan selama acara tersebut diadakan (security
value).
2. Pertemanan pada budaya jawa

Orang Jawa berhasil hidupnya dalam bermasyarakat kalau dapat empan mapan, kalau dapat
menempatkan diri dalam hal unggah-ungguhing basa, kasar alusing rasa dan jugar genturing tapa. RMP
Sosro Kartono, kakak kandung RA Kartini merumuskan ajaran moralnya dengan ungkapan anteng
meneng sugeng jeneng. Kemudian, Soerjono soekanto mengatakan, bahwa moral atau tata kelakuan
mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas,
secara sadar maupun tidak oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan tersebut disatu
pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarangnya, sehingga secara langsung
merupakan suatu alat supaya anggota-anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata
kelakuan tersebut. Selain itu, moral menyangkut kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik
atau buruk, benar atau salah, tepat atau tidak tepat, atau menyangkut cara orang bertingkah laku dalam
hubungan dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai