Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA


SEISMIK REFLEKSI TG 3231

MODUL KE – 01
AKUISISI DATA SEISMIK AKTIF DI LAPANGAN

Oleh:
Ahmad Rowatul Irham 12116005

Asisten :
Andho Marendra 12115006
Asido Saputra Sigalingging 12115023
Diana Rizky Yuliza 12115024
Gabrio Hikma Januarta 12115012
Kristina Manurung 12115020
M Hanif Syamri 12114003
Nadya Agnesia Sinaga 12115037
Neneng Risda Ulfa 12115034
Putu Pradnya Andika 12115017
Roy Limbong 12115027

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
I. TUJUAN
1.1. Memahami cara kerja akuisisi 2D di lapangan secara sederhana
1.2. Memahami perilaku rekaman gelombang seismic refleksi dengan
menganalisa hubungan waktu dan jarak (T-X)
1.3. Membedakan antara noise yang tidak diinginkan pada rekaman
gelombang seismic

II. DASAR TEORI


2.1. Konsep Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang muncul
akibat adanya gempa bumi. Pengertian gelombang secara umum
ialah fenomena perambatan gangguan atau (usikan) dalam medium
sekitarnya. Gelombang seismik juga disebut gelombang elastik
karena osilasi partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi
antara gaya gangguan (gradient stress) melawan gaya-gaya elastik.
Dari interaksi ini muncul Gelombang Longitudinal, Gelombang
Transversal dan kombinasi diantara keduanya. Apabila medium
hanya memunculkan Gelombang Longitudinal saja (misalnya di
dalam fluida), maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering
dianggap sebagai gelombang akustik. Dalam eksplorasi minyak
dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada
seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena seismik refleksi
mempunyai kelebihan dapat memberikan informasi yang lebih
lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah permukaan.
2.2. Komponen Seismik Refleksi
2.2.1. Impendansi Akustik
Impedansi akustik adalah fungsi perkalian antara
densitas media rambat dengan kecepatan media rambat
dan dinyatakan dalam rumus:

IA = .V
dimana,

IA = Impedansi Akustik
 = densitas
V = kecepatan.

Kecepatan memiliki peran yang lebih penting dalam


mengontrol harga IA karena perubahan kecepatan lebih
signifikan daripada perubahan densitas secara lateral
maupun vertikal. Perubahan nilai Impedansi Akustik
dapat menandakan perubahan karakteristik batuan
seperti litologi, porositas, kekerasan, dan kandungan
fluida. IA dapat dianalogikan berbanding lurus terhadap
kekerasan batuan dan berbanding terbalik dengan
porositas.

2.2.2. Wavelet
Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah
gelombang harmonik yang mempunyai amplitudo,
frekuensi, dan fase tertentu. Wavelet bila
dikonvolusikan dengan nilai koefisien refleksi akan
menghasilkan seismogram sintetik. Ada empat jenis
wavelet yang umum diketahui, yaitu zero phase,
minimum phase, maximum phase, dan mixed phase.
2.2.3. Koefisien Refleksi
Koefisien refleksi merupakan cerminan dari bidang
batas media yang memiliki harga Impedanasi Akustik
yang berbeda. Untuk koefisien refleksi pada sudut
datang nol derajad dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :

KR = (IA2 - IA1) / (IA2 + IA1) = ρ2V2 – ρ1 V1 /


ρ2V2 + ρ1 V1

Dimana :

KR = Koefisien Refleksi
IA1 = Impedansi Akustik lapisan atas
IA2 = Impedansi Akustik lapisan bawah

Persamaan KR menunjukkan bahwa koefisien refleksi


dapat berharaga positif maupun negatif, tergantung pada
besarnya Impedansi Akustik kedua medium yang
bersangkutan dan nilai absolutnya tidak lebih dari 1.

2.2.4. Polaritas Seismik


Polaritas seismik menggambarkan nilai dari harga
koefisien refleksi (positif atau negatif). SEG
mendefinisikan polaritas normal seismik sebagai:
a. Sinyal seismik positif akan menghasilkan tekanan
akustik positif pada hidrofon di air sinyal atau
pergerakan awal keatas pada geofon di darat.
b. Sinyal seismik positif akan direkam sebagai bilangan
negatif pada tape, defleksi negatif pada monitor, dan
sebagai trough pada penampang seismik.
2.2.5. Resolusi
Resolusi didefinisikan sebagai jarak minimum antara
dua objek yang dapat dipisahkan oleh gelombang
seismik (Sukmono, 2008). Resolusi juga didefinisikan
sebagai kemampuan untuk memisahkan dua bentuk
yang berdekatan. Dalam seismik refleksi, yang
dimaksud adalah batas antar lapisan. Keterbatasan yang
memiliki gelombang seismik ini disebabkan range
frekuensinya antara 10-70 Hz. Hal ini berhubungan
langsung dengan resolusi yang dimiliki. Dalam
interpretasi seismik, resolusi terbagi menjadi dua arah,
yaitu resolusi vertical dan resolusi horizontal.
III. LANGKAH KERJA
3.1. Flow Chart
3.2. Langkah Pemasangan Alat
1. Bentangkan kabel line sepanjang 54 meter.
2. Pasang geophone dengan jarak 2 meter antar geophone (24
geophone) sepanjang kabel line dengan geophone ke 24 berjarak
4.5 m dari geophone ke 23 dan jarak geophone ke 24 dengan Alat
Summit-X-one .
3. Pasang Remote Unit pada tiap geophone kemudian jepit ke kabel
line.
4. Pasang Power supply ke Accu dengan urutan positif -negatif
(Untuk pelepasan negatif-positif).
5. Pasang kabel Ethernet Pada port ethernet ,kemudian sambungkan
ke PC dan lihat ‘Apakah sudah online’.
6. Pasang kabel line pada port line dan Pasang Kabel Triger pada port
triger

3.3. Langkah Akuisisi


1. Hubungkan Accu ke DC,setelah DC bertenaga,LED kuning akan
mulai berkedip.

2. Sambungkan DC ke PC(Laptop) dan mulai aktifkan SUMMIT X
 ONE.

3. Atur Recording Time:

Atur recording time,sampling rate,dan gain yang di inginkan.


Kemudian pilih”With Hammer”,karena sumber getaran berasal
dari pukulan Hammer.
Pilih banyak Stacking yang dilakukan.
Staking/shoot adalah banyaknya pukulan hammer yang dilakukan
pada satu titik pengukuran yang kemudian data dari setiap
pukulan itu akan digabungkan dalam satu kolom sinyal.Banyak
nya shoot biasanya dilakukan 3 kali,atau sampai sinyal yang
terekam bagus. Save
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Picking
1. Shot 1

2. Shot 2

3. Shot 3
4. Shot 4

5. Shot 5
b. Koordinat Geophone
c. Tabel Shot dan jarak

space shot 1 shot 2 shot 3 shot 4 shot 5


0 158 149 155 155 147
2 156.5 144 148.5 150.5 141
4 148 138.5 141.5 146.5 137
6 133.5 131.5 141.5 140 133
8 126.5 127.5 139 127 130
10 123.5 114 122.5 124.5 121
12 110 107 111 116.5 106.5
14 102 103 107 112 103.5
16 95 97.5 102.5 109.5 98.5
18 90 93.5 99.5 104 91.5
20 87.5 89.5 93 100 85.5
22 85.5 85.5 90 96.5 84.5
24 80.5 80 86 92 81.5
26 73.5 68 80.5 88.5 76.5
28 62.5 61.5 76.5 83 75.5
30 52 54.5 73 79 70
32 37 49 72 74.5 66
34 34 47.5 69 70 64
36 27.5 43.5 66 64 60
38 22.5 42 59.5 60.5 54
40 22 40.5 56.5 59.5 53
42 1.5 40.5 52.5 59.5 53
44 13 37 51 57 51
46 10 34 48 53.5 48

d. Kurva T-X
1. Shot 1

SHOT 1
200
SHOT 1
150

100 Linear (SHOT


50 1)
Linear (SHOT
0 y = -3.4372x + 156.22 1)
0 20 40 60
-50
2. Shot 2

SHOT 2
200

150
SHOT 2
100
Linear (SHOT 2)
50 Linear (SHOT 2)
y = -2.646x + 143.3
0
0 20 40 60

3. Shot 3

SHOT 3
200

150 SHOT 3

100 Linear (SHOT


3)
50 Linear (SHOT
y = -2.3286x + 146.95
3)
0
0 20 40 60

4. Shot 4

SHOT 4
200

150
SHOT 4
100
Linear (SHOT 4)
50 y = -2.2413x + 148.34 Linear (SHOT 4)

0
0 20 40 60
5. Shot 5

SHOT 5
200

150
SHOT 5
100
Linear (SHOT 5)
50 Linear (SHOT 5)
y = -2.211x + 139.67
0
0 20 40 60

e. Nilai Vrms
1. Nilai Vrms 1 :
Vrms = 1/3.4372
= 0.288018
2. Nilai Vrms 2 :
Vrms = 1/2.646
= 0.377929
3. Nilai Vrms 3 :
Vrms = 1/2.3286
= 0.429443
4. Nilai Vrms 4 :
Vrms = 1/2.2413
= 0.44617
5. Nilai Vrms 5 :
Vrms = 1/2.211
= 0.452284

Pada data pengambilan data ini , apabila dilihat dari perhitungan Vrms,
nilai kecepatan Rms meningkat pada tiap shot pada source.
V. KESIMPULAN

1. Mampu memahami cara kerja akuisisi 2D di lapangan secara


sederhana yaitu dengan menggunakan gelombang akustik.

2. Hasil dari pengukuran seismik refleksi berupa penampang seismik


yang memperlihatkan penampang lapisan di bawah permukaan bumi
beserta strukturnya. Sumber energi seismik refleksi menghasilkan
getaran yang menjalar di bawah permukaan bumi yang kemudian
akan terpantulkan kembali ke atas permukaan melalui bidang reflektor
yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang yang terpantulkan
tersebut direkam dan diterima oleh alat perekam gelombang bernama
geophone yang terpasang di permukaan.

3. Pemrosesan data merupakan proses untuk mendapatkan data seismik


dengan hasil yang lebih baik serta menghilangkan berbagai macam
noiseyangmuncul ketika akuisisi data dilakukan. Sehingga
pemrosesan data seismik dapat meningkatkan Signal to Noise
ratio(S/N)
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmono, S., 1999, Interpretasi Seismik Refleksi, Lab. Teknik Geofisika,


Institut Teknologi Bandung
2. Sukmono, S., 2007, Diktat Kuliah Seismik Atribut untuk Karakterisasi
Reservoar, Laboratorium Geofisika Reservoar, Jurusan Teknik Geofisika,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai