Anda di halaman 1dari 8

1.

IDENTITAS BUKU
Judul Buku : 99 Cahaya Di langit Eropa
Penulis : Hanum Salsabila Rais
Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, November 2013
Halaman : 420 Halaman

3. UNSUR INTRINSTIK
Tema
Mendapat jejak islam di benua Eropa.

Tokoh dan Penokohan


Hanum : Mempunyai rasa
keingintahuan pada islam yang sangat
besar.
Rangga : Suami yang baik, selalu mendukung
Hanum menjelajahi islam di Eropa.
Fatma : Mengajak Hanum menyusuri rahasia-
rahasia kebesaran islam di Eropa.
Eyse : Anak dari Fatma yang selalu
menuruti perkataan ibunya.
Selim : Membantu Fatma dan menjelaskan
segala yang ia ketahui tentang islam
di Eropa.
Mariun : Membantu Hanum menjelajahi
Eropa.
Stepan : Teman kuliah doctorat sekaligus
teman Rangga di kampus. Pria ini
tidak memeluk agama.

Latar
Latar Tempat : Paris, Granada,Austria,
Cordoba, Mekkah.
Latar Waktu : Pagi, siang, malam.
Latar Suasana : Menyenangkan,
menegangkan, menyedihkan.

Alur : Maju Mundur.


Amanat : 1. Jadikanlah sejarah
sebagai pelajaran berharga bagi kita.
2. Jangan pernah untuk berhenti
mempelajari bagaimana
perkembengan sejarah peradaban islam
di Negara Eropa yang sebenarnya sangat
membanggakan bagi kita sebagai
pemeluknya.
Resensi Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa

JUDUL : 99 Cahaya Di Langit Eropa


PENGARANG : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
PENERBIT : Gramedia Pustaka Utama
TAHUN : 2013
JUMLAH HAL : 420

Buku ini bercerita tentang perjalanan sebuah “pencarian”. Pencarian 99 cahaya


kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua Eropa. Benua yang menyimpan
sejuta misteri tentang peradaban yang sangat luhur, yakni peradaban Islam. Yang mana pada
abad pertengahan, Islam pernah berjaya selama hampir 10 abad disaat bangsa barat sedang
terpuruk dalam masa kegelapan. Sang penulis yang bernama Hanum Salsabiela Rais bersama
suami Rangga Almahendra, menceritakan bagaimana pengamatan mereka selama 3 tahun
hidup di Eropa menelusuri jejak-jejak Islam di benua yang pada saat ini agama Islam menjadi
minoritas dan semakin hilangnya peradaban Islam karena umat yang salah mengartikan
“jihad” sebagai perjuangan pedang, bukan dengan melalui pengetahuan. Hanum dan Rangga
(penulis) berusaha menggali fakta – fakta mengenai masa – masa kejayaan Islam yang
sempat berjaya di Eropa seperti kota Wina di negara Austria, Paris di negara Prancis,
Cordoba dan Granada di negara Spanyol, dan Istanbul di negara Turki yang menyimpan
banyak saksi bisu bagaimana kejayaan Islam pada zaman dahulu.
Islam pertama kali masuk di Spanyol pada abad ke- 8, yang mana pada saat itu
didirikan masjid Cordoba (saat ini sudah menjadi gereja) dan universitas Islam. Kemudian
pada abad ke-14 ekspansi yang dilakukan Islam, meruntuhkan kekaisaran byzantium di
Constantinopel yang pada saat ini berubah nama menjadi Istanbul (Turki). Dan Wina yang
merupakan kota terakhir ekspansi Islam oleh pasukan Turki, di pukul mundur oleh gabungan
Jerman dan Polandia dari atas bukit Kahlenberg. Hingga akhirnya roti croissant (berbentuk
bulan sabit) menjadi simbol kekalahan Turki pada saat itu.
Dalam perjalanan menelusuri tapak kilas sejarah Islam, penulis buku ini bertemu
dengan orang – orang yang mengajarinya apa itu Islam rahmatan lil alamin dan bagaimana
menjadi agen muslim yang baik di Eropa. Perjalanan yang mempertemukannya dengan kisah
- kisah para pahlawan Islam yang memperjuangkan penyebaran Islam ke penjuru Eropa pada
masa lalu. Dan melihat bagaimana orang – orang Eropa yang pada saat ini tidak mempercayai
agama dan Tuhan (Atheis). Pada akhirnya di buku ini kita akan menemukan bahwa Eropa tak
sekedar menara Eiffel atau Colosseum saja. Tetapi lebih dari pada itu.
Opini Yang Berkaitan Dengan Komunikasi Antarbudaya
Di dalam buku ini banyak terpadat cerita tentang bagaimana budaya yang terdapat di
Eropa, baik budaya Barat dan juga budaya Islami yang terdapat di Eropa.
A. Bagian Wina (Austria)
Di negara Austria tepatnya di kota Wina, terdapat kisah bagaimana seorang wanita
imigran Turki beragama Islam yang kesulitan mendapatkan perkerjaan karena dia berjilbab.
Di tengah penduduk nonmuslim Eropa yang umatnya semakin bangga melepas semua atribut
agama, mengabaikan keniscayaan terhadap Tuhan (Atheis). Sama sekali bukan perkara
mudah. Tapi dia percaya keteladanan berbicara lebih keras daripada kata – kata.
Bagi imigran yang bernama fatma ini, meski dia telah mendapatkan izin dari
pemerintah Austria dan juga suaminya, tetapi tidak ada artinya karena perusahaan –
perusahaan di Austria tidak ada yang mau menerimanya. Di Eropa umumnya, Jilbab masih
menjadi permasalahan dalam dunia perkantoran. Kemudian hal lainnya adalah ketika ingin
melaksanakan sholat zuhur, di institusi sekuler sangat sulit menemukan tempat ibadah seperti
musholla dan bisa dipastikan tidak ada. Walaupun muslimah sejati dan berasal dari Turki, dia
tau banyak tentang kebudayaan di Wina seperti bentuk atau tipe gereja. Di rumahnya, fatma
menempelkan kertas bingkai yang bertuliskan, 1. Tebarkan senyum indah, 2. Kuasai bahasa
Jerman dan Inggris, 3. Selalu Jujur dalam berdagang.
Di negara Austria bahasa yang digunakan adalah bahasa Jerman dan Inggris. Di kota
wina, jadwal transportasi massal selalu tepat waktu dalam hal keberangkatan, contohnya bus.
Sama seperti negara – negara Eropa lainnya, Austria juga merupakan negara yang disiplin
waktu. Di Austria terdapat metode unik dalam penjualan koran. Tanpa loper atau kios
perantara, pembeli koran bisa langsung mengambil koran di dalam wadah plastik yang
menggantung di tiang listrik. Di sebelah plastik ada panel berlubang bertuliskan 1 Euro. Ini
adalah metode kejujuran dan sangat praktis, karena siapa pun bisa mengambil koran itu tanpa
harus membayar. Di Eropa model bisnis seperti itu sudah biasa, karena orang Austria sudah
terdidik untuk selalu berbuat jujur. Selain koran, ada juga bisnis restoran yang melakukan hal
serupa. Makan sepuasnya bayar seikhlasnya dan kalau tidak bayar juga terserah. Restoran ini
merupakan restoran ala Pakistan, restoran ini benar – benar memutarbalikkan konsep bisnis
dunia dan juga sudah pasti makanan yang disajikan adalah “Halal Food”.
Roti Croissant merupakan roti khas Austria yang melambangkan kekalahan bangsa
Turki dari Austria. Turki pernah hampir menguasai Eropa Barat. Pasukan Turki sudah
mengepung kota Wina dan akhirnya dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia
dari atas bukit Kahlenberg. Kopi untuk bahan membuat cappucino ternyata bukan dari Italia.
Aslinya biji – biji kopi itu juga berasal dari Turki yang tertinggal di medan perang
Kahlenberg.
Di Wina Gereja bukan hanya tempat peribadatan, gereja dijadikan objek wisata dan
juga terdapat cafetaria dengan patung – patung dan relief yang artistik.
Orang Eropa sangat peduli dengan detail. Bukti itu dapat dilihat dari gereja – gereja yang
dibangun pada ratusan tahun lalu dengan detail yang sangat rumit. Gereja yang memakai
menara tinggi disebut gereja bergaya gothic. Maknanya adalah semakin tinggi menara
dibangun, jemaat yang berdoa di dalam gereja akan merasa semakin dekat dengan tuhan.
Gereja yang berbentuk kubah seperti masjid, disebut bergaya baroque. Biasanya dalam
gerejabaroque, lukisan – lukisan gambaran malaikat dan mosaik bersepuh emas lebih
dominan. Tidak hanya Gereja di kota ini juga terdapat Masjid, yang bernama Vienna Islamic
Center, pusat peribadatan umat Islam terbesar Wina.
Jika berpergian ke Eropa, anda harus mempersiapkan diri untuk dijejali penampakan
berbagai macam istana, gereja, dan museum. Wisata sejarah merupakan salah satu kekayaan
yang dimiliki Eropa. Salah satu contohnya adalah istana Schoenbrunn yang menjadi ikon
kota Wina. Istana ini sepintas persis seperti Versailles di
Paris. Arsitektur Schoenbrunn sangat megah dan indah dengan dinding berlapis kuning emas,
berpermadani merah, berlangit coretan lukisan kanvas, dan ornamen dinding ukiran yang
detailnya sangat rumit. Tujuan dibangunnya Istana semegah ini adalah untuk menunjukkan
betapa besarnya kerajaan Austria dan tak mau dianggap sebelah mata oleh dominasi Prancis
dengan istananya Versailles. Di Eropa juga terdapat tradisi yang unik yaitu Death mask. Ini
merupakan tradisi bangsa eropa untuk membuat cetakan topeng wajah orang – orang besar
yang baru saja meninggal. Hal ini dilakukan untuk mengabadikan damainya wajah kematian
orang tersebut sebelum dia dikubur.

B. Bagian Paris (Perancis)


Di Paris, orang – orang lokal sungkan berbicara Inggris meskipun mereka bisa. Untuk
itu, bekal penguasaan bahasa Perancis, paling tidak sangat bisa membantu untuk
berkomunikasi. Paris juga terkenal dengan ketepatan waktunya. Untuk transportasi umum
seperti Metro, sang masinis tidak perduli terhadap perempuan yang lari demi mencapai pintu
Metro. Masinis akan tetap melajukan keretanya walaupun meninggalkan wanita cantik. Dan
semua orang di Paris dari tukang bangunan hingga bos, bangga dan rela menggunakan jalur
kereta bawah tanah dari pada menggunakan kendaraan pribadi.
Walaupun terkenal disiplin Paris juga memiliki sisi kriminalitas yaitu modus penipuan
yang berkedok judi jalanan. Sasaran si penipu ini adalah para turis – turis yang tergiur dengan
mendapatkan uang instan.
Di Paris dan kota - kota di Eropa, hampir setiap kota memiliki patung Saint Michel
sendiri – sendiri. Paris juga memiliki gereja yang sekarang telah menjadi kuburan tempat para
tokoh sastrawan, filsuf, atau ilmuwan disemayamkan yang bernama Patheon.
Salah satu sastrawan yang disemayamkan di Patheon bernama Voltaire yang tidak
memiliki agama (atheis) yang pernah menulis riwayat Rasulullah secara negatif dan pada
akhir hayatnya dia percaya akan adanya Tuhan dan menulis kembali sebuah esai tentang
Islam, agama yang menjunjung toleransi. Bahkan dia kagum dengan kepemimpinan Nabi
Muhammad yang adil dan toleran.
Di Paris terdapat museum Louvre yang mempunyai galeri – galeri Islam dimana
terdapat koleksi – koleksi seperti kaligrafi, keramik dan pernak pernik yang bernuansa islam.
Di dalam piring koleksi galeri islam tersebut terdapat tulisan Kufic, yaitu seni kaligrafi Arab
Kuno. Pada ruangan musem lainnya, terdapat tulisan Pseudo Kufic, yang dibuat oleh
nonmuslim yang mencoba meniru inkripsi Arab pada gambar Bunda Maria.
Di jantung kota Paris terdapat masjid Le Grande Mosquee de Paris atau Masjid Besar
Paris. Yang kontras dengan bangunan Renaissance di sekitarnya dan ornamen mosaik yang
tertempel di seputar masjid tampak artistik, kental dengan nuansa Islam. Paris tak hanya
menara Eiffel dan Museum Louvre saja. Akan tetapi ada misteri peradaban Islam yang
membuat Paris semaju ini. Seperti gerbang pintu masuk katedral yang berbentuk kubah. Ini
disebut ogive atau kurva lancip pengaruh budaya Islam. Jumlahnya selalu ganjil.

C. Bagian Cordoba dan Granada (Spanyol)


Di Spanyol, orang tua yang sudah pensiun juga masih semangat mencari uang
tambahan, meski sebenarnya mereka mendapatkan dana pensiun dari pemerintah. Salah
satunya menjadi tour guide. Tour guide objek wisata di Eropa khusunya Granada memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam penguasaan bahasa asing. Tour Guide di Granada
biasanya memakai kaos yang dihiasi emblem 4 bendera: Inggris, Spanyol, Italia dan Perancis.
Menunjukkan dia mampu berbicara dengan 4 bahasa yang berbeda.
Selain hal unik diatas, Cordoba dan Granada masih memiliki beberapa keunikan
yaitu, di Cordoba banyak terdapat kafe dan bar yang menawarkan pertunjukan tari dan lagu
Flamenco kesenian khas Spanyol yang memadukan lagu dan gerakan tarian, mengisyaratkan
kemahiran penarinya dalam mengolah kaki dan mengentakkan sepatu di lantai. Kemudian
jika wanita berkerudung itu identik dengan Islam, tidak halnya dengan wanita di Spanyol.
Sebahagian wanita di Spanyol juga ada yang memakai kerudung tetapi mereka bukan
muslim, melainkan agama Yahudi dan Kristen Ortodoks.
Cordoba yang beberapa ribu tahun yang lalu pernah menjadi pusat peradaban Islam,
pada saat ini telah berubah menjadi negeri yang amat bebas dimana perempuan dan laki –
laki yang berciuman adalah hal yang paling wajar. Di Spanyol tak terkecuali di kota bernama
Cordoba, sepak bola sudah seperti agama. Orang Spanyol beranggapan bahwa kemenangan
Spanyol di setiap pertandingan dunia seolah sebuah pesta yang harus dirayakan umat sedunia.
Termasuk juga turis – turis yang berada di Spanyol.
Eropa saat ini sangat menjunjung tinggi nama besarnya. Averroes atau Ibnu Rushd.
Filsuf terkenal Cordoba. Dia yang memperkenalkan the double truth doctrine, dua kebenaran
yang tak terpisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan. Sayang, karena trauma agama, kini
Eropa hanya percaya pada ilmu pengetahuan. Eropa pada saat ini sedang dilanda gelombang
ateisme yang tidak percaya lagi pada Gereja.
Saksi bisu peradaban Islam di Cordoba adalah Masjid yang saat ini telah menjadi
gereja yang bernama Mezquita. Namun sayangnya karena sudah menjadi gereja, bagi
pengunjung muslim tidak diperbolehkan sholat di dalam Mezquita. Juga ketika memasuki
Mezquita pengunjung tidak melepaskan sepatu atau alas kaki. Pada saat ini mihrab tempat
imam sholat sudah dibatasi oleh jeruji besi yang memisahkannya dari pengunjung mesjid.
Dalam sejarah pembuatan mimbar Mezquita, seorang Sultan yang saat itu bernama Al –
Rahman sengaja membuat arah mimbar lurus ke selatan. Yang seharusnya adalah miring ke
arah tenggara menghadap Ka’bah. Hubungannya adalah bagaimana caranya menyandingkan
orang – orang yang berbeda keyakinan di sebelah masjid yang sudah terlebih dulu ada gereja
berdiri disitu. Jika memaksakan Mihrab ke arah tenggara, mau tak mau gereja kecil itu haurs
dirobohkan. Dan Sultan tidak mau melakukannya. Meski mihrab itu dibangun ke arah
selatan, pada praktiknya orang – orang tetap sholat menyerong ke arah tenggara. Sehingga
esensi arah kiblat ke Mekkah tidak tergadaikan begitu saja karena letak dinding gereja itu.
Selain bukti peradaban Mezquita, di Granada juga terdapat Istana Al – Hambra dari
kekhalifahan Nasrid. Di dalam istana tersebut terdapat bagian istana yang diperuntukkan
sebagai pertahanan militer yaitu Alcazaba. Yang menariknya adalah di dalam Alcazaba
terdapat 5 tangan yang direnggangkan mewakili 5 pilar dalam Islam, maknanya adalah para
prajurit bertempur demi keadilan.
Hingga pada akhirnya ketika Islam Granada takluk ditangan Isabella dan Ferdinand,
dalam kurun waktu 10 tahun Ferdinand dan Isabella memerintahkan pembaptisan massal
kepada seluruh penduduk baik Islam maupun Yahudi. Sesuatu yang sebenarnya tidak
direstui, bahkan oleh penduduk Kristen Granada. Isabella dan Ferdinand menganggap non
Kristen adalah kafir. Sejak saat itu, penggunaan bahasa Arab dan tradisi yang berbau Arab
dilarang keras. Polisi memaksa setiap warga untuk berjualan babi dan makan babi di depan
mereka. Lalu mereka diwajibkan menggantung danging babi di pintu rumah mereka sebagai
bukti kesetiaan mereka kepada Isabella. Kewajiban yang dilakukan terus menerus, sehingga
saat ini sudah menjadi tradisi di Spanyol.

D. Bagian Istanbul (Turki)


Budaya di Turki cenderung budaya yang kurang disiplin. Di Turki jika berbicara
banyak menggunakan alasan – alasan untuk menghindari konflik. Kemudian hiruk pikuk di
Turki seperti dibandara tidak teratur dan tak tentu arah. Lalu diperparah dengan kebiasaan
waktu yang sering molor. Bus antar kota Turki sama hal nya dengan Indonesia, bus disana
tidak tepat waktu dalam hal keberangkatan. Yang mejadi patokan keberangkatan bukanlah
waktu, melainkan penumpang yang sudah ramai. Keterlambatan itu bisa sampai satu jam.
Di Istanbul terdapat Hagia Sophia, masjid raya yang menjadi ikon kemenangan
Dinasti Utsmaniyah atas Byzantium Romawi. Namun dari sisi agama Kristen, Hagia Sophia
adalah gereja termegah pada zamannya yang membuat bangga penganut Kristen. Di masjid
ini mempunyai 2 ruh desain yang berbeda. Menunjukkan pergantian dari satu masa ke masa
lainnya. Desain awal Hagia Sophia tergambar motif lukisan Yesus, Bunda Maria, Malaikat
Jibril, John the Baptist (Nabi Yahya) dan Kaisar Byzantium. Sementara itu, motif Islam
adalah kaligrafi Islami ukiran bunga yang menghiasi rel atap dan pucuk pilar Hagia. Ukiran
terinspirasi dari bahasa Qur’ani ini adalah kreasi 1.000 tahun sesudahnya, masa setelah
Byzantium jatuh ke tangan Dinasti Ottoman.
Turki merupakan bagian dari benua Eropa yang memiliki umat muslim terbesar dan
masjid – masjid yang menjamur. Masjid biru (Blue Mosque) merupakan masjid megah yang
dibangun oleh Sultan Ahmed tepat di depan Hagia Sophia dan ukurannya juga lebih besar
dari Hagia Sophia. Masjid biru ini juga dijadikan objek wisata. Syarat untuk memasuki
kawasan mesjid ini bagi turis adalah memakai pakaian yang tertutup dan sopan.
Selain masjid ada juga Istana Topkapi, istana yang sangat sederhana desian
arsitekturnya. Sultan yang membangun istana ini sengaja tidak menginginkan kesempurnaan,
karena bagi sultan yang sempurna itu hanya milik Allah swt. Di Turki ada tradisi baca Al –
Qur’an 24 jam. Tradisi ini sudah dilestarikan selama ratusan tahun sejak istana Topkapi
dibangun

Anda mungkin juga menyukai