Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

KASUS OBGYN
PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG SESUAI

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip


sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Diajukan Kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M. Kes (Pembimbing IGD)
dr. Benidiktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Inap dan Rawat Jalan)

Disusun oleh:
dr. Kenya Leilani

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN


KABUPATEN MALANG
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
KASUS OBGYN
PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG SESUAI

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip


sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui


pada tanggal:

Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat

2
dr. Hendryk Kwandang, M. Kes
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
KASUS OBGYN
PEMILIHAN KONTRASEPSI YANG SESUAI

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip


sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui


pada tanggal:

Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Inap dan Rawat Jalan

3
dr. Benidiktus Setyo Untoro
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga


penulis telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang
berjudul “Pemilihan Kontrasepsi yang Sesuai”. Dalam penyelesaian
portofolio laporan kasus ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. dr. Hendryk Kwandang, M. Kes selaku dokter pembimbing
instalasi gawat darurat.
2. dr. Benidiktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat
inap dan rawat jalan.
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus
ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Kepanjen, Agustus 2018

Penulis

4
DAFTAR ISI

Judul
………………………………………………………………………………………
…. i
Halaman Pengesahan
…………………………………………………………………….. ii
Halaman Pengesahan
……………………………………………………………………. iii
Kata Pengantar
……………………………………………………………………………. iv
Daftar
Isi ..................................................................................................................
... v

BAB 1 PENDAHULUAN
…………………………………………………………………... 1

BAB 2 LAPORAN KASUS


2.1 Identitas ………………………….…………………….….….…..….….….
…………. 3
2.2 Anamnesa ….….….…..….….….…..….….….…..….….….…..….….….
…..….….. 3
2.3 Pemeriksaan Fisik ….….….…..….….….…..….….….…..….….….…..….
….….… 4
2.4 Foto Klinis ….….….…..….….….…..….….….…..….….….…..….….….
………..... 8

5
2.5 Resume ….….….…..….….….…..….….….…..….….….…..….….….
……………. 9
2.6 Penatalaksanaan ….….….…..….….….…..….….….…..….….…....….….
….…. 10

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Definisi ……..………………………………………….………………….
……...…... 11
3.2 Kekerasan terhadap Anak ………………………….…………………….
….….….. 12
3.3 Visum et Repertum ……………..
………………………………………………….... 13
3.4 Jenis Luka
…………………………………………………………………………..... 22
3.5 Kualifikasi Luka …………………………………...……………………...
………….. 26

BAB 4 KESIMPULAN
……………………………………………………………………. 28

DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………………... 29

BAB I

6
PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk
menjarangkan kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring dengan
perkembangan, masalah kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari masalah
kesehatan reproduksi. Keberadaan metode dan alat-alat kontrasepsi terkini,
memaksa para penyelenggara pelayanan Keluarga Berencana untuk
memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah kontrasepsi telah memasuki
tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu menyangkut masalah kesetaraan gender dan
hak asasi manusia.
Pada saat ini sangat sedikit penyampaian informasi tentang dampak positif
kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi wanita. Padahal, kontrasepsi tidak
hanya memiliki dampak negatif, tetapi memiliki dampak positif seperti mencegah
jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali dijumpai pada wanita di
Indonesia.
Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi “contraceptive
technology update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar
mereka mampu mengikuti perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini.
Dengan meningkatnya pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia
diharapkan dapat meningkat kualitasnya. Teknologi tepat guna dalam kontrasepsi
dan sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan
oleh petugas yang kompeten dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat
atau keluarga yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas.
Kontrasepsi yang biasanya digunakan paska partus dan keguguran terdiri
dari beberapa macam yaitu Metode Amenorae Laktasi (MAL), Tubektomi /
Metode Operasi Wanita (MOW), Vasektomi / Metode Operasi Pria (MOP), Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD, kontrasepsi implant, Suntikan
Progestin, Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil) dan kondom.
85% pasien pasca persalinan dan keguguran tidak menginginkan hamil
terlebih dahulu selama 2 sampai 3 tahun. Jika pada masa itu pasien tidak

7
menggunakan kontrasepsi dan hamil kembali, maka kehamilan pasien tersebut
merupakan kehamilan berisiko.

Kurangnya penyebaran informasi kepada masyarakat tentang


kontrasepsi, terutama kontrasepsi paska partus dan keguguran keterbatasan tenaga
ahli di pelayanan kesehatan yang menyediakan alat kontrasepsi yang lengkap
Rendahnya cangkupan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Menurut laporan BKKBN pada bulan Oktober 2013 mencatat bahwa
sebanyak 96.270 peserta yang mengikuti pelayanan KB pasca persalinan/ pasca
keguguran dengan rincian sebanyak 14.728 peserta IUD (15,30%), 3.393 peserta
MOW (3,52%), 46 peserta MOP (0,05%), 2.909 peserta kondom (3,02%), 10.618
peserta implant (11,03%), 46.883 peserta suntikan (48,70%), 17.693 peserta pil
(18,38%).
Oleh karena itu, masih tingginya angka kematian ibu yang terjadi di
Indonesia yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan MDGS . Pelayanan
kontrasepsi sangat dibutuhkan, selain jenis dan mutunya, juga pelayanannya perlu
ditingkatkan sesuai standar. Makin tinggi kesadaran dan pendidikan masyarakat,
maka pelayanan kontrasepsi harus bermutu.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Nama : Ny. RS
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama/ Suku : Islam/ Jawa
Alamat : Kepanjen

8
Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2018
No. RM : 42830**

2.2 Anamnesa
Autoanamnesa ( 26 April 2018 )
Keluhan Utama
Konsultasi kontrasepsi terbaik
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kandungan ingin berkonsultasi perihal permasalahan
kontrasepsi. Pasien ingin mengganti kontrasepsi yang ia gunakan. Saat ini
pasien sedang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan sudah
menggunakannya selama kurang lebih 4 tahun. Tetapi sebulan belakangan
pasien mengeluh adanya perdarahan diluar siklus haid dan terasa tidak nyaman
ketika berhubungan dengan suami. Pasien sebelumnya pernah menggunakan
KB suntik, tetapi tidak cocok karena berat badan pasien cenderung bertambah
dan sering sakit kepala. Pasien pernah mendengar mengenai metode kontrasepsi
steril dan sudah diskusi dengan suami untuk melakukan metode kontrasepsi
tersebut karena pasien berpikir anak yang dimilikinya sudah cukup dan usia
pasien juga sudah berumur.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi, jantung, asma, kanker, dan diabetes pada pasien dan
keluarga disangkal.

Riwayat Menstruasi, KB dan Pernikahan


Menarche : 17 tahun
Siklus : Teratur 28-30 hari sekali
Banyaknya : makin bertambah usia semakin berkurang
Lamanya : 3-4 hari

Riwayat penggunaan KB
Menikah (usia 20thn) hingga 1 tahun kemudian : tidak KB
Setelah punya anak pertama hingga 5 tahun kemudian ( usia 26thn) : suntik KB
3bulan ( bidan )
Lepas KB dan memiliki anak ke 2

9
Usia 28 tahun – 31 tahun : KB implan (dokter obgyn)
Usia 32 tahun : hamil anak ke 3
Usia 34 – sekarang : AKDR (dokter obgyn)

Riwayat Pernikahan
Suami pertama dan terakhir, menikah selama 18 tahun, usia suami 42 tahun
Jumlah anak : 3 orang (hidup) ; usia anak terkecil 6 tahun

Riwayat Abortus
Tidak pernah mengalami keguguran

2.3 Pemeriksaan Fisik


26 April 2018 di poli Obgyn
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan
2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/60
b. Nadi : 88x/menit
c. Laju pernapasan : 18x/menit
d. Suhu aksiler : 36.4 C
3. Kepala
a. Bentuk : bentuk mesocephal.
b. Rambut : hitam, sukar dicabut
c. Mata
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Palpebra : edema -/-
Reflex cahaya : +/+
Pupil : bulat, isokor, 4mm|4mm
d. Telinga : bentuk normal, secret -/-
e. Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung-/-
f. Mulut : bibir kering, sianosis (-)
4. Leher
a. Inspeksi : normal
b. Palpasi : pembesaran KGB -/-
5. Thorax
a. Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

10
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi : S1S2 single, regular, gallop (-),
murmur (-)
c. Paru
Inspeksi : gerak napas simetris pada kedua dinding dada
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
vokal fremitus normal
Perkusi : sonor disemua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas dasar vesikuler. Ronki basah kasar -/-
WH-/-
6. Abdomen
a. Inspeksi : perut datar
b. Auskultasi : bising usus (+) 4x/menit
c. Perkusi : timpani
d. Palpasi : supel, nyeri ketok (-), nyeri tekan (-), tidak teraba
massa
7. Genetalia : inspekulo : darah + minimal, terdapat benang IUD
pada ujung portio 0.5cm, portio : merah peradangan
8. Ekstremitas : sianosis - | - CRT < 2 detik
-|-

2.4 Resume

Pasien datang ke poli kandungan ingin mengganti kontrasepsi yang ia gunakan.


Saat ini pasien sedang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim selama kurang
lebih 4 tahun. Tetapi sebulan belakangan pasien mengalami keluhan dan pasien
ingin mengganti kontrasepsi di steril saja. Sebelumnya pasien pernah
menggunakan kontrasepsi suntik dan implan tetapi tidak cocok.

2.5 Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa:
– PRO USG dan AFF IUD
– Memberikan pelayanan konseling mengenai kelebihan dan
kekurangan kontrasepsi MOW/ tubektomi
Medikamentosa:
- Asam traneksamat 3 x 500mg

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Menurut
Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk mencegah
terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu
kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi
non-hormonal (IUD, Kondom).
Berikut adalah macam-maca dari alat kontrasepsi yang dapat digunakan
untuk ibu paska melahirkan maupun keguguran, yaitu:

1. Metode Amenorae Laktasi (MAL)


Metode kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif
tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Kontrasepsi ini memiliki
efektifitas: perlindungan lebih dari 98% terhadap terjadinya kehamilan pada 6
bulan pertama paskapersalinan. Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi
yaitu,
a) Ibu belum mendapatkan menstruasi sejak melahirkan sampai 6 bulan
b) Memberikan ASI kepada bayi secara eksklusif selama 6 bulan tanpa
diberikan minuman atau makanan lainnya
c) Bayi belum berusia 6 bulan

Cara kerja pada kontrasepsi MAL ini merupakan menyusui ekslusif


(selama 6 bulan ) pertama akan menghambat pelepasan hormon kesuburan
sehingga tidak terjadi kehamilan.
Terdapat persyaratan agar efektivitas tinggi 98% yaitu:
a) Harus menyusui secara penuh/hampir penuh (sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman pada upacara adat/agama)

12
b) Bayi menghisap secara langsung ke puting susu ibu
c) Menyusui dimulai dari ½ - 1 jam setelah bayi lahir
d) Hindari jarak menyusui lebih 4 jam
e) Sering menyusui selama 24 jam temasuk malam hari

Keuntungan yang diperoleh oleh ibu dengan melakukan metode kontrasepsi


yang sederhana ini adalah dapat mengurangi perdarahan paskapersalinan, dapat
mengurangi risiko anemia, mengurangi risiko kanker payudara, meningkatkan
kontak batin antara ibu dan anak, mengembalikan berat badan ibu pada kondisi
semula, serta bayi dapat memperoleh kekebalan sehingga bayi tidak mudah
terkena penyakit, ASI juga merupakan sumber asupan gizi yang sempurna untuk
tumbuhkembang yang optimal serta bayi pun dapat terhindar dari pencemaran air,
alat minum, susu formula atau makanan lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ibu saat melakukan MAL, sang ibu harus
menyusui pada kedua payudara secara bergantian (tidak harus dalam waktu yang
sama), bayi harus menghisap langsung (tanpa alat), menyusui dilakukan pagi,
siang, dan malam dan hindari jarak menyusui lebih dari 4jam (supaya kesuburan
tidak cepat kembali).
Pada ibu pun juga memiliki cara menyusui bayi yang benar agar proses
menyusuipun berjalan dengan lancer dan mencapai tujuan dengan cara ibu harus
yakin, tenang, dan nyaman, ibu harus mencuci tangan terlebih dahulu, posisi yang
benar seperti kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus, badan bayi menghadap
ke dada ibu, badan bayi melekat ke ibu, seluruh anggota badan bayi tersangga
dengan baik tidak hanya leher dan bahu serta bayi melekat dengan baik: areola
bagian atas tampak lebih lebar, bibir bawah bayi terputar keluar (dower), mulut
bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu. Terdapat tanda-tanda bayi
menghisap tidak efektif yang meliputi bayi menghisap cepat dan dangkal, bayi
terlihat lekukan pada pipi, tidak terdengar suara menelan, pada areola ibu bawah
tampak lebar dan mulut bayi mencucu (menghisap pada puting).
Terdapat beberapa kriteria ibu yang tidak dapat menggunakan MAL sebagai
kontrasepsinya yaitu sang ibu sudah mendapat haid setelah bersalin, ibu tidak
menyusui secara eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan dan ibu
bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam. Beberapa Persiapan yang
harus dilakukan ibu untuk melakukan MAL dimana ibu harus sehat, yakin dan

13
punya kemauan, merawat kebersihan badan termasuk payudara, cukup minum dan
makan bergizi serta pengertian dan dukungan terutama suami.

2. Tubektomi / Metode Operasi Wanita (MOW)

Metode Operasi Wanita atau tubektomi merupakan metode kontrasepsi


mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi.
Metode ini memiliki efektivitas tinggi 99,5 % (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan). Cara kerjanya melalui prosedur bedah
sederhana dengan anestesi lokal dengan cara mengikat dan memotong/memasang
cincin di saluran telur sehingga sel telur dan sperma tidak bisa bertemu dan tidak
terjadi kehamilan
Beberapa manfaat yang didapat pada metode ini adalah tidak
mempengaruhi produksi ASI, tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak
ada perubahan dalam fungsi seksual dan berkurangnya resiko kanker indung
telur. Terdapat kriteria para wanita yang ingin melakukan tubektomi yaitu usia
ibu sudah lebih dari 26 tahun dan jumlah anak lebih dari 2 orang serta yakin telah
mempunyai jumlah anak sesuai dengan harapan keluarga.
Pada metode MOW ini para pasangan suami istri harus mertimbangan yang
matang sebelum dilakukan karena bersifat permanen kecuali dilakukan
rekanalisasi , rasa sakit/ketidaknyamanan dalam beberapa hari setelah tindakan.
Dilakukan oleh dokter terlatih/kompeten (dokter umum ,spesialis ginekologi dan
bedah), tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual(IMS) termasuk
hepatitis B, HIV, dan AIDS.
3. Vasektomi / Metode Operasi Pria (MOP)

Pada Vasektomi merupakan penghentikan kemampuan reproduksi pria


dengan melakukan penghambatan/pemotongan saluran pengeluaran sperma (vas
deferens) sehingga pengeluaran sperma terhambat dan pembuahan tidak terjadi
Efektivitas: sangat efektif 99,9% (0,1 kehamilan per100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus untuk melakukan metode ini
dimana suami harus tidak terdapat infeksi kulit pada daerah operasi, infeksi
sistemik yang menganggu kondisi kesehatan klien , tidak terdapat hernia didaerah
pangkal paha, anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang

14
menggunakan obat anti pembekuan darah. Hindari mengangkat barang berat
untuk 3 hari setelah tindakan, boleh bersenggama sesudah hari ke 2 atau ke 3
namun memakai kondom/cara kontrasepsi lain bagi pasangan selama 3 bulan
/sampai ejakulasi 15-20x untuk memastikan tidak ada lagi sperma didalam semen
lakukan pemeriksaan cairan semen 3 bulan paska vasektomi .

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD)

Alat kontrasepsi ini terbuat dari plastik yang fleksibel dipasang dalam rahim,
dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak
terjadi pembuahan. Memiliki efektivitas: 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan
perseratus perempuan selama tahun pertama penggunaan, dapat memberikan
perlindungan jangka panjang (10 tahun) untuk mencegah kehamilan.
Cara kerja IUD yaitu dengan menghambat terjadinya pembuahan dengan
menutup saluran tempat bertemunya sel telur dengan sperma, sehingga sperma
menjadi tidak aktif. PAda metode ini pun tidak menganggu hubungan suami istri,
tidak menghambat produksi ASI, dapat dipasang segera setelah persalinan atau
setelah keguguran, jika tidak terjadi infeksi ,setelah melahirkan dan tidak
menyusui bayinya dan setelah keguguran dan tidak ada tanda-tanda infeksi ,
memiliki resiko rendah dari IMS, dapat digunakan pada ibu-ibu yang gemuk
ataupun kurus , dapat dipakai pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun dan
perokok berat ,dapat digunakan sampai menopause, memiliki efek samping sangat
kecil ,dapat membantu mencegah kehamilan diluar kandungan (KE)
Ibu-ibu usia reproduktif yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang serta
ibu-ibu menyusui yang menginginkan memakai kontrasepsi dapat memilih
menggukana metode kontrasepsi IUD ini. Tetapi yang tidak boleh menggunakan
AKDR yaitu ibu yang sedang hamil , adanya perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya , terdapat kelainan bawaan atau kongenital pada rahim, atau
ada radang pada daerah panggul ,mempunyai riwayat kehamilan diluar rahim
(ektopik), kanker alat kelamin / payudara , sedang menderita infeksi alat genital
(vaginitis, servisitis), penderita penyakit tertentu seperti TBC, ca alat genitalia,
trofoblas ganas , ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. Waktu mulai

15
dipasangnya AKDR yaitu setiap waktu selama siklus haid, jika dipastikan ibu
tidak sedang hamil.
Pemakaian IUD paskapersalinan yaitu:
a) IUD post plasenta : bisa dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah
plasenta lahir
b) IUD post partum : bisa dilakukan sampai 48 jam pertama paskapersalinan
c) Bila belum waktu diatas, maka IUD dipasang 4 minggu / lebih sesudah
melahirkan.
d) IUD post sectio dipasang segera setelah operasi SC.

Pemakaian paska keguguran: dipasang segera / dalam 7 hari dengan syarat


tidak adanya infeksi setelah keguguran atau tindakan setelah keguguran
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika sudah memasang IUD yaitu kembali
memeriksakan diri setelah 4 – 6 minggu pemasangan AKDR, periksalah benang
AKDR secara rutin selama bulan pertama pemasangan, bila nyeri perut bagian
bawah, perdarahan diantara haid dan setelah senggama dan nyeri setelah
sanggama dan periksakan ke klinik bila tidak teraba benang, merasakan bagian
yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, siklus haid tenganggu / meleset, terjadi
pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan dan adanya infeksi.
5. Kontrasepsi Implan
Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang di bawah lapisan kulit pada
lengan atas. konsep cara kerja kontrasepsis ini dengan menjadikan lendir mulut
rahim menjadi kental sehingga akan mengganggu proses penanaman sel telur
yang sudah dibuahi, serta dapat mengurangi transportasi sperma dan menekan
proses pengeluaran telur. Memiliki Efektivitas: 99%-99,8% (0,2-1 kehamilan per
100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
Keuntungan pada metode ini dimana implan aman dipakai pada masa
menyusui, tidak mengganggu ASI, perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun,
tidak mengganggu saat hubungan seksual, dapat dicabut sesuai keinginan ,
kembalinya kesuburan cepat setelah dicabut. Ibu usia subur, ibu menyusui atau
tidak menyusui, paskapersalinan dan paskakeguguran ,tekanan darah kurang dari
180/110 mmHg diperbolehkan untuk menggunakan implant, tetapi untuk ibu yang
sedang hamil, perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya , ada riwayat
kanker payudara/mioma uterus tidak diperbolehkan menggukana kontrasepsi
implant.

16
Hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan implant yaitu daerah
pemasangan harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama untuk
mencegah infeksi, hindari benturan, gesekan atau penekanan pada daerah
pemasangan, sering ditemukan gangguan pola haid, terutama 6-12 bulan pertama,
bisa terjadi penurunan atau peningkatan berat badan, efektifitas menurun apabila
ibu mengkonsumsi OAT.

6. Metode Suntik

Metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan intra muskuler di daerah


bokong yang mengandung progestin. Terdapat dua jenis yaitu
a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)

Suntikan diberikan tiap 3 bulan sekali dan dapat digunakan mulai 7 hari
setelah bersalin. Cara kerjanya dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma serta selaput
lendir rahim menjadi tipis dan mengecil serta menghambat perjalanan sel telur
oleh saluran telur. Efektifitas pada metode suntikan ini mencapai 99,7% (0,3
kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). Waktu
pemakaian suntikan progestin bisa digunakan dalam 7 hari paskapersalinan dan
pada paskakeguguran, penggunaan kontrasepsi ditunda sampai anemia dapat
diatasi. Yang dapat menggunakan metode suntikan ini adalah ibu pada usia
reproduksi, ibu sedang menyusui dan memerlukan kontrasepsi yang tidak
mengganggu produksi AS, ibu paskakeguguran, ibu perokok, tekanan darah
kurang dari 180/110 mmhg.
Pada metode ini cocok untuk ibu menyusui karena tidak menekan produksi
ASI, menurunkan kejadian penyakit tumor payudara, tidak mempengaruhi
hubungan suami istri, menurunkan kasus anemi. Tetapi pada ibu hamil atau
dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang tidak jelas penyebabnya, menderita
penyakit payudara/ riwayat kanker payudara tidak diperbolehkan untuk
menggunakan kontrasepsi ini. Banyak hal yang perlu diperhatikan pada
kontrasepsi ini karena sering menimbulkan gangguan haid yang sifatnya
sementara, serta menjadikan berat badan bertambah, sakit kepala, dan nyeri pada

17
payudara dapat digunakan oleh ibu yang ingin menunda kehamilan berikutnya
dalam waktu dekat.

7. Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi yang diberikan secara oral dalam bentuk pil yang mengandung
hormon progestin atau dikenal dengan istilah minipil. Sangat dianjurkan bagi ibu
menyusui bayinya sampai 6 bulan (tidak menghambat produksi ASI) dapat
digunakan sebagai kontrasepsi darurat. Memiliki bebrapa efek samping yaitu
gangguan perdarahan, perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur.
Efektifitasnya mencapai 98,5% (1,5 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan). Cara kerjanya dengan mengentalkan lendir mulut
rahim sehingga menghambat masuknya sperma. Waktu penggunaannya mulai hari
1-5 siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi lain, dapat digunakan setiap saat,
syarat kehamilan (-). Bila menggunakan setelah hari-5 siklus haid, jangan
melakukan hubungan seksual selama 2 hari/menggunakan kontrasepsi lain untuk
2 hari saja. Metode ini dapat digunakan sejak 3 hari setelah bersalin.
Keuntungan kontrasepsi pi ini yaitu sangat efektif bila digunakan secara
benar, tidak menghambat produksi ASI, kesuburan cepat kembali jika putus
konsumsi kontrasepsi pil , nyaman dan mudah digunakan juga tidak mengganggu
hubungan seksual, dapat dihentikan setiap saat. Ibu usia produktif dan
menginginkan suatu metode kontrasepsi yang tidak mengganggu produksi ASI,
paskapersalinan dan menyusui , tidak mempunyai tekanan darah tinggi (kurang
dari 180/110 mmHg) dapat menggunakan metode kontrasepsi pil ini. Tetapi pada
ibu hamil, perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya, ibu yang
sedang minum OAT, riwayat stroke, kanker payudara tidak dapat memilih untuk
KB dengan cara ini.

8. Kondom

Alat kontrasepsi untuk pria berbentuk selubung atau sarung yang terbuat dari
lateks/karet, plastik (vinil) yang dipasang pada alat kelamin pria saat berhubungan
seksual. Mamiliki efektifitas: 88% - 98% (2-12 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan). Cara kerja kondom dapat menghalangi

18
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung
selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah
ke dalam saluran reproduksi perempuan, dapat mencegah penularan
mikroorganisme (IMS termasuk virus hepatitis B, HIV, dan AIDS dari satu
pasangan kepada pasangan yang lain)

BAB IV
PENUTUP

Pada pasien ini sudah tepat dilakukan prosedur kontrasepsi mantap atau
MOW, karena dilihat dari syarat – syarat MOW serta kriteria ibu sudah tepat. Jika
dilihat dari syarat – syarat, yang pertama sukarela, pasien dengan sukarela ingin
dilakukan metode kontap dan sudah berdiskusi dnegan suami, yang kedua
bahagia, pasien sudah menikah selama 18 tahun dan dikaruniai dengan 3 orang
anak, serta usia pasien sudah 38 tahun, sudah cukup untuk melakukan MOW,
yang ketiga dan terakhir yaitu pasien tidak memiliki kontraindikasi dalam
prosedur MOW.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variebel yang mempengaruhi
fertilisasi. Kontrasepsi adalah cara mencegah terjadinya konsepsi dengan
menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi menurut BKKBN, 2012 adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma. Adanya teknologi kontrasepsi terkini akan
terus mengantisipasi beberapa hambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi,
sehingga dapat mengurangi efek samping, menambah kenyamanan dalam
menggunakan kontrasepsi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka: Jakarta.


2. Saifuddin, Abdul Bari. 2005. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi.
PT Bina Pustaka: Jakarta.
3. Wijono, Wibisono. 2001. Panduan Baku Klinis Program Pelayanan Keluarga
Berencana. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Keluarga.
4. Bilian X. Intrauterine Devices. Best Practice & Research Clinical and
Gynaecology 2002;16(2):155-168.
5. BKKBN. Pelayanan Kontrasepsi Oktober 2013. Jakarta

20
21

Anda mungkin juga menyukai