Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI SISTEM SARAF

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Fisiologi Hewan

Dosen pengampu : Bunga Ihda Norra, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Mukarromah Norjannah (1708086050)


2. Shela Delfia R (1708086052)
3. Alfiani (1708086069)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh memiliki kemampuan untuk mengindra dan bereaksi yang berasal dari
miliaran tahun lalu dengan prokariota yang bisa mendeteksi perubahan dalam lingkungan
dan menanggapi dengan cara-cara yang meningkatkan kesintasan dan keberhasilan
reproduksi. Misalnya, bakteri terus bergerak kearah tertentu selama ia menemui
konsentrasi sumber makanan. Belakangan, modifikasi proses pengenalan dan respons
sederhana memberikan organisme multiseluler mekanisme untuk berkomunikasi diantara
sel-sel dalam tubuh. Saat ledakan Kambrium lebih dari 500 juta tahun lalu, sistem neuron
yang memungkinkan hewan mengindra dan bergerak cepat telah ada dalam bentuk-
bentuk yang mirip dengan betuk saat ini (Campbell, 2011).

Sebagian besar tubuh hewan dengan sistem saraf, gugusan neuron melakukan
fungsi-fungsi yang terspesialisasi. Akan tetapi, penggugusan semacam itu tidak
ditemukan pada knidaria, hewan paling sederhana yang memiliki sistem saraf. Didalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut terkait sistem saraf pada hewan meliputi pengertian
dari sistem saraf, komponen penyususn sistem saraf, hingga mekanisme jalannya impuls
pada sistem saraf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem saraf?
2. Apa saja komponen penyusun sistem saraf?
3. Bagaimana fisiologi sistem saraf?
4. Bagaimana mekanisme jalannya impuls pada sistem saraf?
5. Bagaimana pembagian system saraf pusat ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari sistem saraf.
2. Mengetahui komponen penyusun sistem saraf.
3. Mengetahui fisiologi sistem saraf.
4. Mengetahui mekanisme jalannya impuls pada sistem saraf.
5. Mengetahui pembagian sistem saraf.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Saraf

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya, karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis (Mulyati, 2015).

Ditinjau dari fungsinya, neuron atau sel saraf terbagi menjadi tiga macam yaitu
neuron motorik, sensorik, dan interneuron. Neuron sensorik ialah sel saraf yang berfungsi
untuk membawa rangsang dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf (otak dan sum-
sum tulang belakang atau medulla spinalis). Neuron motorik ialah sel saraf yang
berfungsi membawa rangsang dari pusat ke daerah tepi (perifer tubuh). Sedangkan
interneuron atau saraf penghubung ialah sel saraf yang terdapat di pusat saraf yang
menjadi penghubung atara neuron sensorik dan motorik.

Gambar 1.1 Susunan khas neuron sensorik, neuron motoric dan interneuron pada
hewan (https://usaha321.net/struktur-dan-fungsi-neuron-motorik.html)
Neuron memiliki bentuk yang bervariasi. Berdasarkan bentuknya neuron dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu neuron unipolar, bipolar, dan multipolar. Berikut macam-
macam bentuk neuron ;

Gambar 1.2. Macam-macam bentuk neuron

https://www.edubio.info/2015/10/struktur-dan-bagian-sel-saraf-neuron.html

Setiap sel saraf memiliki badan sel, dendrit dan akson. Badan sel merupakan bagian
utama dari neuron yang memiliki inti sel, dan sejumlah organel lain seperti mitokondria,
retikulum endoplasma, dan badan golgi. Dendrit merupakan tonjolan sitoplasmik yang muncul
dari badan sel saraf yang berukuran pendek, berjumlah banyak dan bercabang-cabang.
Sedangkan akson merupakan tonjolan sitoplasmik yang muncul dari badan sel saraf, berukuran
paling panjang dengan ujung sangat bercabang-cabang (Isnaeni,2006).

Gambar 1.3 Struktur sel saraf

https://www.perpusku.com/2016/10/jaringan-saraf-nervous-tissue.html?m=1
B. Komponen Penyusun Sistem Saraf

Sistem saraf tersusun atas neuron atau sel saraf dan sel glia. Neuron merupakan
sel fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi
dan menjalankan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial ini
berfungsi untuk memindahkan informasi serta melaksanakan fungsi kendali dan
koordinasi tubuh. Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel saraf didukung oleh sel
glia. Sel glia sendiri merupakan sel yang berkaitan erat dengan neuron yang berfungsi
sebagai pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam fungsi pelajarn
impuls.

Dalam otak manusia, jumlah sel glia jauh lebih besar daripada jumlah neuron.
Perbandingan antara jumlah sel glia dan neuron ialah 10:1. Sel glia berfungsi untuk
menjamin agar kondisi lingkungan ionik disekitar neuron dapat selalu tepat. Selain itu
juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron. Salah satu sel glia yang
sangat dikenal ialah sel schwan. Sel schwan merupakan salah satu jenis sel glia yang
berfungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang disebut selubung
mielin (Isnaeni, 2006).

Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam system saraf hewan yaitu otak,
serabut saraf, pleksus dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel
saraf baik sejenis atau tidak. Misalnya serabut saraf sejenis ialah serabut eferen (output)
dan serabut aferen (input). Sedangkan serabut campuran terdiri atas sejumlah akson dari
sel saraf motoric dan sensorik. Pleksus merupakan jaringan serabut saraf yang tidak
teratur. Didalam pleksus tidak selalu ditemukan adanya badan sel. Oleh karena itu,
diantara serabut saraf kadang-kadang ditemukan adanya sinaps. Sedangkan ganglia
merupakan kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat/membulat dan memiliki batas
yang jelas) yang bisanaya ditemukan sinaps, dilapisi jaringan konektiv dan mempunyai
badan sel saraf serta serabut saraf.

C. Pembagian Sistem Saraf


Sistem saraf secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan SST
utamanya terdiri dari saraf , yang merupakan serat panjang yang menghubungkan SSP
kesetiap bagian dari tubuh. SST meliputi saraf motorik, memediasi pergerakan-pergerakan
volunteer (disadari), sistem saraf otonom meliputi sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis dan fungsi regulasi (pengaturan) involunter (tanpa disadari) dan
sistem saraf enterik (pencernaan), sebuah bagian yang semi-bebas dari sistem saraf yang
fungsinya adalah untuk mengontrol sistem pencernaan.

D. Fisiologi Sistem Saraf

Telah disebutkan bahwa sistem sel saraf adalah sel saraf yang berfungsi untuk
menjalarkan rangsangan. Pada keadaan istirahat, sel saraf dikatakan berada dalam keadaan
polar, yaitu keadaan sedang tidak menjalarkan rangsangan. Keadaan polar ini ditandai
dengan adanya muatan yang lebih negatif disisi luar membran. Dalam keadaan semacam
itu, membrane sel saraf bersifat impermeabel terhadap ion natrium (Na+) dan permeabel
terhadap ion kalium (K+). Besarnya potensial membran yang diukur saat sel dalam keadaan
istirahat berbeda disebabkan adanya distribusi ion natrium dan kalium yang tidak seimbang
diantara kedua sisi membran sel saraf.

Potensial membrane dapat diukur menggunakan voltmeter. Besarnya potensial


membrane yang diukur saat sel dalam keadaan istirahat dinamakan potensial istirahat.
Besarnya potensial istirahat bervariasi, tergantung pada jenis selnya (berkisar antara -100-
30 mV). Tanda minus (-) didepan angka 30 dan 100 menunjukkan bahwa keadaan disisi
dalam membrane lebih negatif dari pada disisi luar membran. Perbedaan potensial tersebut
disebabkan oleh adanya distribusi ion natrium dan kaliaum yang tidak seimbang diantara
kedua sisi membrane sel saraf.

Ion natrium yang terdapat diluar sel lebih banyak jumlahnya dari pada yang
terdapat diluar sel. Dalam keadaan istirahat membrane akson bersifat impermeabel
terhadap ion natrium sehingga sejumlah besar ion natrium akan tetap berada diluar sel. Hal
ini ternyata menjadi faktor penentu bagi adanya muatan yang lebih positif disisi luar
membran. Muatan yang lebih negatif pada sisi sebelah dalam membran ditentukan oleh
adanya sejumlah besar molekul organik bermuatan negatif (anion organik) dalam
sitoplasma sel.
Depolarisasi : 1.Rangsang. 2. Impuls : gejala perubahan elektrokimia khas yang terjadi
pada membran yang dirangsang. 3.Potensial aksi : potensial membran yang diukur pada
saat sel terdepolarisasi.

E. Perpindahan Impuls Melintasi Sinaps


Impuls dapat menjalar atau menyebar dari tempat awal pembentukannya hingga ke
ujung akson, bahkan mungkin menyebar ke sel saraf lainnya (sel saraf lain, sel otot, atau
sel kelenjar). Impuls yang menjalar dari suatu sel saraf ke sel yang lain pasti akan melintasi
sinaps. Sinaps adalah tempat pertemuan antara akson dari suatu sel saraf dengan sel saraf
lainnya, kemudian menjadi transmisi sinaptik. Transmisi sinaptik terbagi menjadi dua yaitu
transmisi elektrik (pada sinaps elektrik), dan transmisi kimia (pada sinaps kimiawi) :
1. Transmisi elektrik
Merupakan penjalaran impuls dengan cara konduksi langsung pada sinaps yang
memiliki celah sempit. Sinap yang bekerja dengan cara transmisi elektrik disebut
sinaps elektrik.
2. Transmisi kimia
Merupakan penjalaran impuls dengan bantuan neurotransmitter pada sinaps yang
memiliki celah lebar. Sinaps yang bekerja dengan cara transmisi kimia disebut sinaps
kimia.
Sinaps berperan dalam menentukan arah penyebaran isyarat saraf didalam sistem
saraf, selain itu juga berperan dalam melakukan tindakan selektif, mengahambat isyarat
lemah, tetapi meneruskan isyarat kuat, sering menyeleksi dan menguatkan isyarat lemah
tertentu, dan tidak jarang menyalurkan isyarat ke berbagai arah, tidak hanya satu arah saja.
Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi
neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan
sinapsis disebut neuronpran-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai ke ujung neuron maka
vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurotransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurotransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh
tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik dan dopamin serta serotonin (di otak)
(Geneser, 1994).

Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (treshold) tidak akan
menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas
ambang, maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat
menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls
yang lemah atau di bawah ambang. Penghantar impuls melalui sinapsis, titik temu antara
terminal akson salah stu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis (Cormack, 1994).
Reseptor adalah bagian dari sistem aferen yang mengirimkan impuls ketika
dirangsang. Kebanyakan reseptor berupa satu ujung cabang suatu dendron. Panjang neuron
sensorik urutan pertama atau berupa kumpulan ujung cabang dendron. Reseptor-reseptor
tersebut tertanam dalam jaringan tubuh, banyak yang memiliki suatu struktur tertentu di
sekitarnya (contohnya tonjolan pengecap pada lidah). Reseptor terdapat ditemukan di
seluruh tubuh, baik di permukaan pada kulit, organ pengindera, otot rangka, dan lainnya
maupun jauh di dalam tubuh yang terhubung dengan organ dalam, dinding pembuluh darah
(Stockley, 2005).
Penghantar impuls yang baik yang berupa rangsangan melalui serabut saraf (akson)
dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam
sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif
terdapat di bagian sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra
menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan
potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara satu sampai dengan 120 meter per detik,
tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin (Geneser, 1994).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf tersusun atas neuron atau sel saraf dan
sel glia. Sistem saraf secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). Sistem sel saraf berfungsi untuk menjalankan rangsangan.
Perpindahan implus melintasi sinaps menyebar dari tempat awal pembentukannya hingga
ke ujung akson, bahkan mungkin menyebar ke sel saraf lainnya (sel saraf lain, sel otot, sel
kelenjar).
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah
ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mohon kritik dan sarannya guna
memperbaiki makalah yang kami buat dan sebagai pembelajaran bagi pembaca dan
pemakalah. Semoga bermanfaat, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Cormack, D.H. 1994. HAM Histologi. Jakarta: Binarupa Aksara.


Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Stockley, C. 2005. Kamus biologi bergambar. Jakarta: Erlangga.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Kanisius.

Mulyati.2015

Prasetyo, Bayu. 2016. https://www.perpusku.com/2016/10/jaringan-saraf-nervous-


tissue.html?m=1. Diakses pada 07 Maret 2019 pukul 15:26 WIB.

Anonym.2015. https://usaha321.net/struktur-dan-fungsi-neuron-motorik.html. Diakses pada 07


Maret 2019 pukul 11:19 WIB.

Anonym.2015. https://www.edubio.info/2015/10/struktur-dan-bagian-sel-saraf-neuron.html.
Diakses pada 07 Maret 2019 pukul 10:03 WIB.

Anda mungkin juga menyukai