Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN (PNEUMOTHORAKS)

OLEH

KELOMPOK 6 :

1. Baiq Nesa Supriantini


2. I Nyoman Janu Arimbawa
3. Kurniawan
4. Luh Cakrawartya Bella Apsari
5. Ni Kadek Yuni Sugiari
6. Novita Sri Wardani
7. Siti Haulah
8. Wirana Ecy Septana’im

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN MATARAM
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya
pneumotorak hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang
hebat dapat ditemukan pneumotorak bilateral. (Halim danusantoso dalam
Andra Saferi Wijaya dan Yessie Mariza Putri, 2013).
Penumotorak hanya adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura (Silvia. A Price, 2006). Pneumotorak adalah keluarga
udara dari paru yang cederakedalam rongga pleura (Dieae C
Baughman,2000).
Pneumothorak merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di
dalam rongga paru pleura (Arif Mustaqqin, 2008). Dari definisi tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumothorak adalah keadaan adanya
udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.
A. Klasifikasi dan Etiologi
Berdasarkan penyebabnya penumotorak dapat dibagi atas :
a. Penumotorak Traumatik
Pneumotorak traumatik yaitu pneumotrak yang terjadi akibat penetrasi
ke dalam rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, luka tembak
atau tusukan jarum.
Pneumotorak traumatik dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Pneumotorak traumatik bukan latrogenik
Peumotorak traumatik bukan latrogenik adalah penumotorak yang
terjadi karena jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka /
tertutup, barotrauma.
2) Pneumotorak trauma letrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis
a) Pneumotorak traumatik latrogenik aksidental
Pneumotorak yang terjadi pasa tindakan medis karena
kesalahan/ komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada
tindakan biopsi pleural, biopsi transbronkial biopsi/ aspirasi
paru perkutaneus,barotrauma
b) Pneumotorak traumatik latrogenik artifisial (deciberate)
Penumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi
udara kedalam pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxuell
Box biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik)
atau untuk menilai permukaan paru.
c) Pneumotorak spontan
Pneumotorak spontan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pneumotorak yang terjadi secara tiba-
tiba dan tak terduga atau tanpa penyakit paru-paru yang
mendasarinya, pneumotorak spontan ini dapat menjadi 2 yaitu :
1) Pneumotorak spontan primer
Pneumotorak spontan primer adalah suatu penumotorak
yang terjadi adanya penyakit paru yang mendasari
sebelumnya umumnya pada individu sehat, dewasa muda,
tidak berhubungan dengan aktivitas belum diketahui
penyebabnya.
2) Pneumotorak spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu
penumotorak yang terjadi adanya riwayat penyakit paru
yang mendasarinya (pneumotorak, asma bronkial, TB
paru, tumor paru dll). Pada klien pneumotorak spontan
sekunder bilateral, dengan resetasi torakoskopi dijumpai
metatasis paru yang primernya berasal dari sarkoma
jaringan lunak di luar paru.
B. Manifestasi klinis
a. Dispnea (jika luas)
b. Nyeri pleuritik hebat
c. Treakea bergeser menajauhi sisi yang mengalami pneumotorak
d. Takikardia
e. Sianosis (jika luas)
f. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
g. Perkusi hipersonor diatas pneumotorak
h. Perkusi meredup di atas paru-paru yang kollaps
i. Suara napas berkurang pada sisi yang terkena
j. Premitus vokal dan raba berkurang

C. Patofisiologi
Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjung oleh
jaringan ikat,pembuluh-pembuluh dara kapiler dan pembuluh getah
bening, rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri
atas pleura parietalis yang melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan
kartilago, diapragma dan menyusup kedalam pleura dan tidak sinsitif
terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat terisi cairan (10-20ml) dan
berfungsi sebagai pelumas diantara kedua lapisan pleura.
Patogenesis pneumotorak spontan sampai sekarang belum jelas.
a. Pneumotorak Spontan Primer
Pneumotorak spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong
udara dekat pleura viseralis. Penelitian secara petologis membuktikan
bahwa pasien pneumotorak spontan yang parunya dipesersi tampak
adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk blab dan bulla.
Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pelura
fibrotik yang menebal sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri dan
sebagian lagi oleh jaraingan paru emfisematus. Blab terbentuk dari
suatu alveoli yang pecah melalui suatu jaringan intertisial kedalam
lapisan tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam bentuk
kista. Mekanisme pembentukan bulla/blab belum jelas, banyak
pendapat mengatakan terjadainya kerusakan bagian apeks paru akibat
tekanan pleura lebih negatif. Pada pneumotorak spontan terjadi apabila
dilihat secara patologis dan radiologis terdapat bulla di apeks paru.
Observasi klinik yangdilakukan pada pasien pneumotorak spontan
primer ternyata mendapatkan pneumotorak lebih banyak dijumpai
pada pasien pria berbadan kkurus dan tinggi. Kelainan intrinsik
jaringan konetif mempunyai kecenderungan terbentuknya blab atau
bulla yang meningkat. Blab atau bulla yang pecah masih belum jelas
hubungan dengan aktivitas yang berlebihan,karena pada orang-orang
yang tanpa aktivitas (istirahat) juga dapat terjadi pneumotorak.
Pecahnya alveoli juga dikatakan berhubungan dengan obstruksi check-
valve pada saluran napas dapat diakibatkan oleh beberapa sebab antara
lain : infeksi atau infeksi tidak nyata yang menimbulkan suatu
penumpukan mukus dalam bronkial.
b. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkann bahwa terjadinya pneumotorak iniadalah akibat pecahnya
blab viseralis atau bulla pneumotorak dan sering berhubungan dengan
penyakit paru yang medasarinya. Patogenesis penumotorak ini
umumnya terjadi akibat komplikasi asma, fibrosis kistik, TB paru,
penyakit-penyakit paru infiltra lainnya (misalnya pneumotoral
supuratif, penumonia carinci) Pneumotorak spontan sekunder lebih
serius keadaanya karena adanya penyakit yang mendasarinya.
D. Komplikasi
Timbulnya infeksi sekunder pada fungsi toraks darurat maupun secara
akibat pemasangan WSD sangat ditakutkan. Infeksi dapat berupa epiema
ataupun abses paru.

E. Prognosis
Pneumotorak pada orang dewasa muda prognosisnya sangat baik. Hal ini
diakibatkan karena jaringan parunya sendiri masih cukup baik, kecuali
daerah tempat terjadinya kebocoran dengan terapi yang tepat, kesembuhan
yangdicapai selalu sempurna dan kemungkinan kambuh praktis kecil
sekali, terkecuali bila penderita kemudian hari menjadi seorang perokok,
juga bila terapi terhadap penyakit dasarnya (TB) tidak sempurna.
Sebaliknya pneumotorak pada orang dewasa setengah tua atau memang
sudah tua apabila kalau dia seorang perokok, maka pada sudah ada
emfisema paru dengan tekanan udara intrapulmonal yang tinggi, maka
pada keadaan sedemikian kesembuhan dapat disusul dengan suatu
kekambuhan yang bahkan dapat sampai berkali-kal

F. Penata laksanaan
a. Berikasn oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksi
b. Ubah menjadi pneumotorak sederhana dengan memaskukkan jarum
berdasarkan besar kedalam rongga pleura untuk menghilangkan
tekanan
c. Selang dada dimasukkan untuk membuang udara dan cairan yang
tersisa.
(Diane C Baughman,2000)

G. Penatalaksaan medis
Penatalaksanaan pneumotorak bergantung pada jenis pneumotorak yang
dialaminya, derajat kolaps,berat ringannya gejala, penyakit dasar, dan
penyulit yang terjadi saat melaksanakan pengobatan yang meliputi :
Tindakan dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan
cara ;
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga ke rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan
berubah menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar
melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukan ke
rongga pleura memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
a) Penggunaan pipa wter Sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (kateter thoraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura
dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen)
pemasukan pipa plastic (kateter thoraks) dapat juga dilakukan
melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari
seala iga ke-4 pada garis klavikula tengah.
Selanjutnya, ujung sealng plastik di dada dan pipa kaca WSD
dihubungkan melalui pipa plastic lainyya.Posisi ujung pipa kaca
yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan
air supaya gelembung udara dapat mudah keluar melalui
perbedaan tekanan tersebut.
b) Pengisapan kontinu (continous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura
tetap positif. Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi
tekanan negatif sebesar 10-20 cmH2O. Tujuannya adalah agar paru
cepat mengaembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura
visceral danpleura parietalis
c) Pencabutan drain
Apabila paru telah mengambang maksimal dan tekanan negatif
kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup
dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, drain dapat dicabut.
d) Tindakan bedah
Pembedahan dinding thoraks dengn cara operasi, maka dapat
dicari lubang yang kmenyebabkan terjadinya pneumotorak, lalu
lubang tersebut di jahit
e) Pada pembedahan,jika dijumpai adanya penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dapat
dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
Pembedahan paru kembali dilakukan bila ada bagian paru yang
mengalami robekan atau bila ada fitsel dari paru yang rusak,
sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali
H. Konsep Askep Klien Dengan Pneumotorak
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur ,
jenis kelamin, alamt rumah, agama tau kepercayaan, suku bangsa,
bangsa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/
asuransi keseahtan Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas
terasa berat pada dada, dan keluhan susah untuk melakukan
pernapasan
b. Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin
lama semakin berat.Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa
berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.
Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat trauma yang mengenai
rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan
yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan
di dada yang mendadak menyebabkan tekanan dalam paru
meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma
tumpul di dada atau tusukan benda tajam langsung menembus
pleura.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti
Tb paru di mana sering terjadi pada pneumotorak spontan
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotorak
seperti kanker paru, dan lain-lain
e. Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap
penyakitnya, bagaiman cara mengatasinya, serta bagaimana prilaku
kien pada tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
2. Pengkajian Data Dasar
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengn aktivitas atau istirahat
2) Sirkulasi
Tanda :
a. Frekuensi TAK teratur/ disritmia
b. S3/S4 atau irama gallop (gagal jantung sekunder terhadap
efusi)
c. Nadi apikal berpinah oleh adanya penyimpangan mediastinal
dengan tegangan pneumotorak)
d. Tanda hormon (bunyi renyah sehubungan dengan denyut
jantung,menunjukkan udara dalamm mediatinum)
e. TD : hipotensi atau hipertensi
f. DVJ
g. Takikardi
3) Integritas EGO
Tanda : ketakutan,kegelisahan.
4) Maknanan atau cairan
Tanda : adanya pemasangan IV sena sentral atau infus tekanan
5) Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan,batuk
b. Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan
pneumotorak spontan, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat
oleh napas dalam, kemungkinan menyebabkan keleher, bahu,
abdomen efusi pleura).
Tanda :
a) Berhati-hati pada area yang sakit
b) Perilaku distraksi
c) Mengkerutkan wajah
6) Pernapasan
Gejala :
a. Kesulitan bernafas
b. Bau, riwayat bedah dada atau trauma, infeksi paru, Ca
c. Pneumotorak sebelumnya, ruptur episematus bulla spontan, bleb
sub pleural
Tanda :
a) Pernapasan, peningkatan frekuensi (takipnea)
b) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris
pernapasan pada dada leher, retraksi iterkostal, ekspirasi
abdominal kuat
c) Bunyi napas menurun atau tidak ada
d) Premitus menurun (sisi yang terlibat)
e) Perkusi pada ; Hipersonan di atas area bersih udara
f) Observasi dan palpasi dada; gerakan dada tidak sama
(pardoksik) bila trauma atau kempes, penurunan
pengembangan toraks
g) Kulit ;pucat, cianosis, berkeringat, krepitas sub kutan
h) Mental ; ansietas, gelisah, bingung,pengsan
7) Keamanan
Gejala :
a. Adanya trauma dada
b. Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan
8) Pemeriksaan
Gejala :
a. GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang
dipengaruhi , gangguan mekanisme pernapasan dan kemampuan
mengkompensasi. P4CO2 mungkin normal atau menurun,
saturasi O2 biasanya menurun
b. Sinar X dada : Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada
era pleura, dapat menunjukkan penyimpanan struktur mediatinal
jantung)
c. Torasentesis : menyatakan darah atau cairan sero anguinora
(hemotorak)
d. HB : Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
(Marilyn E Doenges,2000)

3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis pneumotorak akan tampak hitam, rata dan paru
yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi berbentuk
lobuler yang sesuai dengan lobus paru.Adakalanya paru yang
mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti masa yang berada di
daerah hilus.Keadaan ini menunjukkan kolpas paru yang luas
sekali.Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan
sesak napas yang dikeluhkan. Perlu diamati ada tidaknya pendorongan.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakhea ke arah paru yang
sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotorak ventildengan
tekanan intrapleura yang tinggi

4. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Pola napas tidak efektif b/d ekspansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan
b. Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflekspasme otot sekunder
c. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow
drainage
5. Rencana Asuhan Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
O KEPERAWATA KRITERIA HASIL
N
1 Ketidakefektifan NOC NIC
Pola Nafas  Respiratory status Airway Management
:ventilation - Buka jalan nafas,
 Respiratory Status: gunakan teknik
airway patency chinlift atau
 Vital sign status jawthrust bila
Kriteria Hasil: perlu
 Mendemonstrasika - Posisikan pasien
n batukefektif dan untuk
suara nafas yang memaksimalkan
bersih,tidak ada ventilasi
sianosis dan - Identifikasi pasien
dyspneu (mampu perlunya
mengeluarkan pemansangan alat
sputum, mampu jalan nafas buatan
bernafas dengan - Pasang mayo bila
mudah, tidak ada perlu
pursed lips) - Lakukan
 Menunjukkan jalan fisioterapi dada
nafas yang paten bila perlu
(klien tidak merasa - Keluarkan sekret
tercekik, irama dengan batuk atau
nafas, frekuensi suction
pernafasan dalam - Auskultasi suara
rentang normal, nafas, catat adanya
tidak ada suara suara tambahan
nafas abnormal) - Lakukan suction
 Tanda-tanda vital pada mayo
dalam rentang - Berikan
normal (tekanan bronkodilator bila
darah, nadi, perlu
pernafasan) - Berikan pelembab
udara, kasa basah,
NaCL lembab
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor repirasi
dan status O2
OKSIGEN TERAPI
- Bersihkan mulut,
hidung dan sekret
trakea
- Pertahankan jalan
nafas yang paten
- Atur peralatan
oksigenasi
- Monitor aliran
oksigen
- Pertahankan posisi
pasien
- Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
VITAL SIGN
MONITOR
- Monitor TD, nadi,
suhu dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
paien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
- Monitor TD, nadi,
RR sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualita
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, braikardi,
peningkatan
sistolik)
- Identifkasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
2 Nyeri akut NOC : NIC:
Pain level Pain management
Pain control - Lakukan
Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil secara
 Mampu komprehensif
mengontrol nyeri termasuk lokasi,
(tahu penyebab karakteristik,
nyeri, mampu durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas dan faktor
tehnik presipitasi
nonfarmakologi - Observasi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri, mencari ketidaknyamana
bantuan) - Gunakan tehnik
 Melaporkan bahwa komunikasi
nyeri berkurang terapeutik untuk
dengan mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri
managemen nyeri pasien
 Mampu mengenali - Kaji kultur yang
nyeri (skala, mempengaruhi
intensitas, respon nyeri
frekuensi dan tanda - Evaluasi
nyeri) pengalaman nyeri
 Menyatakan rasa masa lampau
nyaman setelah - Evaluasi bersama
nyeri berkurang pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
- Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
- Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi
dan interpersonal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istrihat
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri
Analgesic administration
- Tentukan lokasi,
karakter, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosi, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic
ketika pemberian
lebih dari satu
- Tentukan pilihan
analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
- Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
anlgesik pertama
kali
- Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
- Evalusi efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
3 Kerusakan NOC NIC
Integritas Kulit Tissue integrity : skin and Pressure management
mucous membranes - Anjurkan pasien
Hemodyalisis akses untuk
Kriteria hasil menggunakan
 Integritas kulit pakaian yang
yang baik bisa longgar.
dipertahankan - Hindari kerutan
(sensai, elastisitas, pada tempat tidur
temperature, - Jaga kebersihan
hidrasi, kulit agar tetap
pigmentasi) bersih dan kering.
 Tidak ada luka/lesi - Mobilisasi pasien
pada kulit (ubah posisi
 Perfusi jaringan pasien) setiap dua
baik jam sekali
 Menunjukkan - Monitor kulit akan
pemahaman dalam adanya kemerahan.
proses perbaikan - Oleskan lotion
kulit dan mencegah atau minyak/baby
terjadinya cedera oil pada daerah
berulang yang tertekan
 Mampu - Monitor aktivitas
melindungi kulit dan mobilisasi
dan pasien
mempertahankan - Monitor status
kelembaban kulit nutrisi pasien
perawatan alami - Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
Insision site care
- Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan
proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan,
klip atau straples
- Monitor proses
kesembuhan area
insisi
- Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
- Bersihkan area
sekitar jahitan atau
straples,
menggunakan lidi
kapas steril
- Gunakan preparat
antiseptic sesuai
program
- Ganti balutan pada
interval waktu
yang sesuai atau
biarkan luka tetap
terbuka (tidak
dibalut) sesuai
program
Dialysis acces
maintenance

6.Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penetuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
7. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien pneumothoraks disesuaikan
dengan criteria hasil yang telah ditentukan pada intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. 1996. Perawatan Medical Bedah.Pajajaran Bandung

Brunner & Suddarth.2005.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 2.Jakarta : EGC

David C, 1994. Buku Ilmu Bedah, Jakarta : EGC


Muntaqqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika

Prince,Sylvia.2006. Ptofisiologi ; Komsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.


Ptofisiologi ; Komsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.Jakarta : EGC.

Saferi,Andra Wijaya dan Yessie Mariza Putri.2013. KMB Keperawatan Dewasa.Jakarta


: Numed

Anda mungkin juga menyukai