Anda di halaman 1dari 19

KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP)

Oleh :

Kelompok 2

 Alif Akira
 Erlina Lestari
 Juwita Chesiawati
 Lidya Adrian
 Ni Kadek Yuni Sugiari
 Pande Made Dwi Suryana
 Wayan Mita Yuliantini

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN
KKP ANAK

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Ada beberapa pengertian Kekurangan kalori protein pada anak
diantaranya :
a. Kurang kalori protein adalah keadaan kuang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG).
b. Kurang kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.

2. Etiologi
a. Kekurangan kalori
b. Kekurangan protein

3. Patofisiologi
Terjadinya kwasiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar
proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam
amino esensial dengan dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan
dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang,
sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat
menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata,
kulit dan lain-lain.
Sedangkan terjadinya marasmus juga dapat disebabkan faktor makanan
dengan kadar kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh,
sehingga dapat terjadi atropi jaringan khususnya pada lapisan subkutan
dan akhirnya kelihatan kurus seperti orang tua.

2
KKP

Marasmus Kwasiorkor

Energi yang
Defisiensi kalori Defisiensi protein
dibutuhkan tubuh
dalam diet
berkurang

Gangguan
pertumbuhan disertai Asam amino esensial
atropi otot berkurang untuk
sintesis

Pembentukan albumin
Gangguan pertumbuhan
oleh hepar berkurang
lipoprotein β

Perlemakan hati
Edema

Terganggunya tranfortasi lemak


dari hati ke depot hati

Akunulasi lemak dalam hepar

3
4. Komplikasi
a. Kwashiorkor : diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang,
hipokalemi dan hipernatermi.
b. Marasmus : infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi
kronik, gangguan tumbuh kembang.
5. Manifestasi klinis
Kekurangan kalori protein secara klinis terdapat 3 type yaitu
kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor.
a. Kwashiorkor
Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum
pedis )
 Lethargi
 Wajah membulat dan sembap
 Pandangan mata sayu
 Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah
dicabut tanpa rasa sakit, rontok
 Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
 Pembesaran hati
 Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa dengan
posisi berdiri atau duduk
 Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkupas (crazy
pavement dermatosis)
 Alopecia
 Anorexsia
 Sering disertai : infeksi, anemia, diare
 Gagal dalam tumbuh kembang

4
b. Marasmus
 Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
 Wajah seperti orang tua
 Lethargi
 Iritabel
 Cengeng, rewel
 Ubun-ubun cekung pada bayi
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada
 Turgor kulit jelek
 Malaise
 Apatis
 Perut cekung
 Sering disertai : penyakit kronik, diare kronik
c. Marasmus-kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Dengan BB/U < 60% baku median WHO-
NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
Pada setiap penderita KEK berat, selau periksa adanya gejala defisiensi
nutrient mikro yang sering menyertai seperti xerophtalamia (defisiensi
vitamin A), anemia (defisiensi Fe,Cu, vitamin B12, asam folat), stomatitis
(vitamin B,C).

6. Penatalaksanaan diagnostic
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium :albumin, creatinine dan nitrogen,
Elektrolit, Hb, Ht, transferin.
7. Penatalaksanaan teraupetik

5
a. Diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c. Penanganan diare bila ada ; cairan, antidiare, dan antibiotic.

Pasien KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin sebagai


berikut:
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35°C, suhu rectal
35,5 °C). pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah
kedua kondisi tersebut. Bial kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan :
a. 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5
sdm air) secara oral atau sonde/ pipa nasogastrik
b. Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap
kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk2 jam)
c. Berikan antibiotic
d. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam
2. Atasi/ cegah hipotermia
Bila suhu <35,5°C
a. Segera berikan makanan cair/ formula khusus (mulai dengan rehidrasi
bila perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas)
atau peluk anak di dada ibu, selimuti
c. Berikan antibiotik
d. Suhu diperiksa sampai mencapai >36,5°C
3. Atasi/ cegah dehidrasi
Jangan menggunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/
renjatan.lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan pelan-pelan
untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam

6
khusus yaitu resomal (rehydration solution for malnutrition atau
penggantinya). Anggap semua anak KEP berat dengan diare encer mengalami
dehidrasi sehingga harus diberi :
a. Cairan resomal/pengganti sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit
serlama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik
b. Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB/jam selam 4-10 jam berikutnya
:jumlah yang tepat yang harus diberikan tergantung berapa banyak
anak menginginkanya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja
dan muntah
c. Ganti/resomal atau pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula
khusus sejumlah yang sama. Bila keadaan rehidrasi menetap/stabil
d. Selanjutnya mulai dari formula khusus
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi bewrlebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah.defisiensi kalsium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan
paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut
andil pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian deuretik).
Berikan :
a. Tambahan K 2-4 mEq/kgBB/hari (= 150-300 mg KCL/kgBB/hari)
b.Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (= 7,5-15 mg KCL/kgBB/hari)
c. Siapkan makanan tanpa diberi garam
Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan ditambahkan
langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula.
5. Obati/cegah infeksi
Antibiotik spectrum luas dengan pilihan :
a. Bila tanpa komplikasi. Kotrimoksasol 5 ml, suspense pediatri secara oral 2
x sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB <4 kg) atau
b. Bila anak sakit berat (apatis, latergi)atau ada komplikasi
(hipoglikemia,hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran

7
kencing), beri ampisilin 50 mg /kgBB/IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari,
kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam selam 5 hari.
Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam
secara oral
Dan :
Gentamisin 7,5 mg/kgBB IM,IV sekali sehari selama 7 hari
Bila dalam 48 jam tidak ada kemajuan klinis, tambahkan kloramfenicol 25
mg/kgBB,IM,IV setiap 6 jam selama 5 hari.
Bila terdeteksi kuman yang spesifik, beri pengobatan spesifik.
Beberapa ahli menambahkan metronidazol (7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama
7 hari)
Bila anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik, lengkap
pemberian hingga 10 hari.
Vaksinasi campak bila anak umur >6 bulan dan belum pernah diimunisasi
(tunda bila syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi
baik.
6. Koreksi defisiensi nutrient mikro
Berikan setiap hari :
a. Tambahan multivitamin
b. Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama)
c. Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
d. Bila BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10
mg/kgBB/hari
e. Virtamin A oral pada hari 1.2, dan 14
Umur > 1 tahun :200.000 SI
Umur 6-12 bulan :100.000 SI
Umur 0-5 bulan :50.000 SI
Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan mata untuk
mencegah prolaps lensa :

8
a) Beri kloramfenikol atau tetrasiklin tetes mata, setiap 2-3 jam selam
7-10 hari
b) Teteskan atropin tetes mata, 3 kali 1 tetes sehari, selama 3-5 hari
c) Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
7. Mulai pemberian makan
Pada wala fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-hati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk
memenuhi metabolisme basal.
Prinsip pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah :
a. Porsi kecil, sering, rendah serat dan laktosa
b. Oral atau nasogastrik (jangan mulai dengan nutrisi parenteral)
c. Energi :100 kkal/kgBB/hari
d. Protein :1-1,5 g/kgBB/hari
e. Cairan :130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB bila ada udema berat)
f. Bila anak mendapat ASI, teruskan, tetapi beri formula khusus lebih dulu.
Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan
dengan sendok/pipet. Jadwal dan cara pemberian yang dianjurkan adalah
volume makanan ditambah bertahap disertai pengurangan frekuensi
pemberian makanan, seperti contoh
Hari frekuensi vol/kg/kali makan vol/kg hari
1-2 setiap 2 jam 11/2 sendok makan 130 ml
3-5 setiap 3 jam 2 sendok makan 130 ml
6-7 setiap 4 jam 3 sendok makan 130 ml
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, jadwal dapat
diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap tahap). Bila asupan
makanan kurang dari 80 kkal/kgBB/kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.
8. Fasilitas tumbuh kejar

9
Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar
tercapai asupan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan
>10g/kgBB/hari. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera
makan, biasanya 1-2 minggu setelah dirawat transisi secara perlahan
dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat terjadi bila
anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak secara mendadak.
Pada periode transisi dianjurkan untuk merubah secara perlahan –
lahan dari formula khusus awal keformula khusus lanjutan.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9- 1g per 100
ml)dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 g per
100 ml)dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur / makanan keluarga
dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai ada sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapainya jumlah 30 ml /kgBB/kali (=200
ml/kgBB/hari).
Bila terjadi peningkatan frekuensi nafas > 5x/menit dan denyut nadi >
35x/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berurutan, kurangi volume
pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume
seperti diatas
Setelah periode transisi dilampaui anak diberi :
1) Makanan / frormula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
2) Energi :150 – 220 kal/kgBB/hari
3) Protein 4 – 6 g/kgBB/hari
4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan tetapi beri formula lebih dulu
karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh
kejar
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :
1) Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

10
2) Setiap minggu, kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hari)
Bila kenaikkan BB :
1) Kurang (< 5 g/kgBB/hari), perlu reevaluasi menyeluruh
2) Sedang (5-10 g/kgBB/hari), cek apakah asupan makanan mencapai
target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
9. Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi / mental
Pada KKP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :
a. Kasih sayang
b. Lingkungan yang ceria
c. Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari
d. Aktivitas fisik segera setelah sembuh
e. Keterlibatan ibu (member makan, memandikan, bermain )
10. Siapkan fellow up setelah sembuh
Bila berat anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan
dirumah setelah penderita dipulangkan.
Tunujukkan kepada orang tua :
a. Pemberian makan yang sering dan kandungan energi dan nutrient yang
padat
b. Terapi bermain terstruktur
Sarankan :
a. Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur
b. Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster)
c. Pemberian vitamin A setiap 6 bulan
Selain itu atasi penyakit penyerta yaitu :
a. Defisiensi vitamin A. seperti koreksi defisiensi nutrient mikro
b. Dermatosis

11
Umumnya defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis
membaik dengan pemberian Zn. Selain itu :
1) Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1%
selama 10 menit
2) Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
3) Jaga daerah perineum agar tetap kering
c. Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari
d. Diare melanjut
Diare biasanya mentertai dan berkurang dengan sendirinya pada
pemberian makanan secara berhati-hati. Bila ada intolerasi laktosa
(jarang),obati hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan
umum . berikan formula bebas/ rendah laktosa. Kerusakan mukosa usus
dan giardiasis merupakan penyebap lain melanjutnya diare. Bila mungkin
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri metronidazol 7,5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari
e. Tuberculosis, obat sesuai pedoman TB
Bila pasien pulang sebelum rehabilitasi tuntas (BB/U ≥90%), dirumah
harus sering diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hari)dan tinggi
protein (4 g/kgBB/hari)
1) Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein), paling sefikit 5
kali sehari
2) Beri makanan selingan diantara makanan utama
3) Upayakan makanan selalu dihabiskan
4) Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
5) Teruskan ASI

Kegagalan pengobatan tercermin pada :


1) Tingginya angka kematian
Bila mortalitas > 5 % perhatikan apakah kematian terjadi pada :

12
 Dalam 24 jam : kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis terlambat
atau tidak diatasi atau proses rehidrasi kurang cepat
 Dalam 72 jam : cek apakah volume formula terlalu banyak atau pemulihan
formula tidak tepat
 Malam hari : kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai,
tidak diberi makan
2) Kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi penilaian
kenaikan BB :
 Baik : > 10 g/kgBB/hari
 Sedang :5-10 g/kgBB/hari
 Kurang: > 5 g/kgBB/hari
Kemungkinan kenaikan BB, antara lain :
 Pemberian makanan tidak adekuat
 Defisiensi nutrient tertentu : vitamin, mineral
 Infeksi yang tidak terdeteksi, sehingga tidak diobati
 HIV/AIDS
 Masalah psikologik

Tindakan pada kegawatan


1) Syok
Sulit membedakan dehidrasi atau sepsis. Syok karena dehidrasi akan
membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena. Pedoman
pemberian cairan.
a. Berikan 15 ml/kgBB dalam 1 jam pertama cairan dekstrosa 5 % :
NaCl 0,9 % = 1 : 1 atau larutan ringer dengan dektrosa 5%. Evaluasi
setelah 1 jam
b. Ulangi pemberian cairan seperti diatas, kemudian lanjutkan dengan
cairan peroral atau nasogastrik (resomal / penggantinya) sebanyak 10

13
ml/kgBB/jam sampai 10 jam bila tidak ada perbaikan klinis setelah
pemberian cairan pertama, anggap anak menderita sepsis, sehingga
beri cairan rumat 4 ml/kgBB/jam. Berikan darah segar 10 ml/kgBB
perlahan-lahan (selama 3 jam). Selanjutnya mulai berikan formula
khusus.
2) Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
a. Hb < 4 g/dl
b. Atau bila ada distress nafas atau hb 4-6 g/dl
Beri transfuse darah berupa darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk transfusi
dengan jumlah yang sama, beri furosemid 1 mg/kgBB.IV pada saat
transfusi dimulai.
Bila pada anak dengan distress pernafasan setelah transfuse Hb tetap <
4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan ulangi pemberian darah

B. Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian
- Riwayat status social-ekonomi
- Riwayat pola makan
- Pengkajian antropometri
- Kaji manifestasi klinis
- Monitor hasil laboratorium
- Timbang berat badan
- Kaji tanda-tanda vital
2. Diagnose keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi

14
b. Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya
intake cairan
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan
makanan yang cukup
d. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder dari
malnutrisi
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan intake
nutrisi yang adekuat pada anak
3. Perencanaan
a. Anak akan memperlihatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat yang
ditandai dengan berat badan normal sesuai dengan usia. Nafsu makan
meningkat, dan tidak ditemukan manifestasi malnutrisi.
b. Anak tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi yang ditanndai dengan ubun-
ubun tidak cekung, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab, outpute
urine sesuai, berat jenis urine normal dan anak menunjukan kebiasaan buang
air besar dengan konstitensi lembek.
c. Anak menunjukan keutuhan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tidak
bersissik, tidak kering dan elastisitas kulit normal.
d. Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan sushu tubuh normal dan
leukosit dalam batas normal.
e. Orang tua memahami pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.
4. Implementasi
a. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan status nutrisi
 Kaji antropometri
 Kaji pola makan
 Berikan intake makanan tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
 Frekuensi makan dapat ditingkatkan setiap 3-4 jam dan selingi dengan
makanan kecil yang tinggi kalori dan protein

15
 Timbang berat badan setiap hari
 Tingkatkan pemberian asi dengan pemasukan intake nutrisi yang adekuat pada
pada orang tua (ibu)
2. Meningkatkan hidrasi dan mencegah konstipasi
 Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi
 Berikan cairan peroral
 Berikan cairan atau nutrisi perparenteral ; pantau kecepatan infuse.
 Ukur intake dan output ; 23 ml/kg/jam
 Ukur berat jenis urin
 Auksultasi bising usus
 Kaji tanda-tanda dehidrasi
 Pantau adanya overload cairan
3. Meningkatkan integritas kulit
 Kaji keutuhan kulit setiap pergantian dinas
 Berikan suplemen vitamin
 Berikan alas matras yang lembut
 Berikan krim kulit
 Ganti segera pakaian yang lembab atau basah
 Lakukan kebersihan kulit
 Hindari pengguanaan sabun yang dapat mengiritasi kulit
4. Mencegah terjadinya infeksi
 Kaji tanda-tanda infeksi ; ukur suhu tubuh setiap 4 jam
 Gunakan standar pencegahan universal ; kebersihan, mencuci tangan yang
benar bila akan kontak pada anak, menghindari dari anak yang infeksi
 Berikan imunisasi bagi anak yang belum imunisasi.
5. Meningkatkan pengetahuan orangtua
 Ajarkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat

16
 Jelaskan kondisi yang terkait dengan malnutrisi
 Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk menungkatkan
produksi ASI
 Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk pemenuhan kebutuhan sehari-
hari
Perencanaan pulang
- Jelaskan kebutuhan nutrisi yang adekuat dengan menggunakan gambar-
gambar.
- Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi
- Ajarkan dan jelaskan orang tua untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
kalori, protein, mineral dan vitamin.
- Berikan penjelasan, tentang makanan formula yang perlu diberikan pada
anak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat., A.Aziz Alimun.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Salemba Medika :


Jakarta.
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : ECG
Mansjoer, Arif, Suprohaita, Ika Wardhani, Wahyudi, Setiowulan Wiwiek,
editor.2000. Kapita selektra kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius
Suriadi,Yuliana Rita.(2010).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta:Perpustakaan
Nasional RI:Katalog Dalam Terbitan (KDT)

18
19

Anda mungkin juga menyukai