Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia


kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah
artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada
kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan.

Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di


antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian
besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ
reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?

2. Apa penyebab dari Endometriosis ?

3. Apa tanda gejala dari Endometriosis ?

4. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis

2. Untuk mengetahui penyebab endometriosis

3. Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometri


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan


dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis.

Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium


tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di
dalam lapisan rahim.

Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan


endometrium diluar uterus.

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih


dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri.

B. Klasifikasi

Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis
dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium
dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring
yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4
adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang
(stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).

C. Penyebab

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:

- Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )


- Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)

- Menstruasi yang lama (>7 hari)

- Peningkatan jumlah estrogen dalam darah

- Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.

- Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis

- Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah
perkotaan.

Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand.
Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke
tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

 Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)

Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke


tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga
panggul/perut.

 Teori sistem kekebalan

Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah


selain rahim.

 Teori genetik

Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang


tinggi terhadap endometriosis.
D. Patofisiologi

Endometriosisdipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau


saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan
sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan


mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan
sel abnormal.

Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen


endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii
menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.

Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju
ke bagian tubuh lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi


siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.

Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di


tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum
ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.

E. Gambaran Klinik

Tanda dan gejala endometriosis antara lain :

1. Nyeri :

- Dismenore sekunder

- Dismenore primer yang buruk

- Dispareunia

- Nyeri ovulasi

- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.

- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

- Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan abnormal

- Hipermenorea

- Menoragia
- Spotting sebelum menstruasi

- Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan buang air keci

- Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar

- Darah pada feces

- Diare, konstipasi dan kolik

F. Penanganan

Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi


hormonal, pembedahan dan radiasi

1. Pencegahan

Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling


baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang
pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan
sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan
profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya
infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan
yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.

2. Observasi dan Pemberian Analgetika

Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala


dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu
bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis
hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak
mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai
anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang
diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti
perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri.

3. Terapi Hormonal

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis

Obat

Efek samping

Pil KB kombinasi estrogen-progestin

Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan


pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam

Progestin

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrofika

Danazole

Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina
kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara
mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal

Agonis GnRH

Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati

4. Pembedahan

Ada 2 macan yaitu :


a. Konservatif

- Laparatomi

- laparaskopi

b. Radikal

Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi,


yakni :

a) Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.

b) Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali


sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.

c) Ongkos perawatan lebih murah.

Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya


hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas disertai banyak
keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total, salpingo-ooferektomi
bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan
tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan
sebagian dari jaringan ovarium yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat
timbul gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan
timbulnya osteoporosis.

5. Radiasi

Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini
tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan


dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)

2. Teori sistem kekebalan

3. Teori genetik

Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan
buang air kecil. Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja,
terapi hormonal, pembedahan dan radiasi

B. Saran

Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi,


penyebab, patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan penanganan.

Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins :


Philadelphia

Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta

http://linkshrink.net/7QMJB0

Anda mungkin juga menyukai