Anda di halaman 1dari 2

Nathania Angelica Marsha

111811133133
BAGIAN 1
1. Manusia memiliki kebutuhan untuk bertahan hidup dan memiliki keturunan atau biasa
disebut prokreasi. Pada era zaman Victorian, seks dianggap sebagai suatu hal yang tabu.
Seks memiliki nilai yang dipandang negatif oleh masyarakat pada era Victorian. Dengan
adanya pandangan nilai tersebut, maka muncul pula superego yang membatasi perilaku
masyarakat pada saat itu. Mereka tidak akan melakukan seks jika bukan untuk tujuan
prokreasi. Dari sinilah muncul masalah dimana ada satu pasien yang datang kepada Freud
dengan kekhawatiran karena suaminya tidak dapat memberikan kepuasan kepada sang istri
saat melakukan seks. Hal ini dapat terjadi karena sang suami lebih memilih untuk menekan
id daripada superego-nya karena seks dianggapnya tabu. Dengan tertekannya id, sang
suami memiliki keterbatasan untuk memberikan kepuasan kepada sang istri. Dengan tidak
terpenuhinya kebutuhan untuk dipuaskan, sang istri pun merasakan kecemasan.
2. Sebelumnya, Freud pernah melakukan eksperimen dengan cara membedah 400 ekor belut
jantan untuk mencari letak alat kelamin belut tersebut namun eksperimennya gagal karena
ia tidak berhasil menemukan alat kelamin yang di carinya. Namun ia tidak berhenti sampai
situ. Pada tahun 1885, Freud mendatangi salah satu demonstrasi Charcot dimana ia bisa
membesarkan pupil beberapa pasien wanita dengan cara menekan daerah ovarium mereka.
Melihat hal ini, Freud menyadari dan menjadi semakin yakin bahwa ada alam bawah sadar
di dalam setiap diri manusia. Hal inilah yang memunculkan teori-teori Freud tentang
ketidaksadaran (Id, Ego, dan Superego).
3. Freud merasakan kecemasan neurotis dimana ia takut jika ia melakukan seks dengan
istrinya, maka istrinya akan hamil. Untuk menahan hasratnya, Freud harus melakukan
repression atau penekanan terhadap Id nya. Karena Freud me-repress hasrat untuk
berhubungan seksual dengan istrinya, hal ini membuat Freud merasa impoten. Freud
menyalahkan istrinya jika istrinya hamil merupakan salah satu bentuk defence mechanism
yang dilakukan Freud sebab ia merasa Id nya sedang terancam.

BAGIAN 2
1. Pernah. Saat saya masih duduk di bangku SD, saya selalu berpikiran bahwa seks adalah
hal yang sangat menjijikan dan tidak pernah mau membahasa ataupun menyebutkan
tentang hal itu lebih lanjut. Saya mulai menganggap bahwa seks adalah hal yang tidak tabu
dan hal manusiawi yang pasti akan dilakukan oleh semua orang di fase tertentu hidupnya
adalah ketika saya sudah duduk di bangku SMA.
2. Pertama kali saya tentu belum begitu paham karena saat pertama kali tahu saya masih kecil
dan tentunya karena saat itu saya tahu hanya dari pembicaraan dengan teman-teman saya,
saya merasa hal itu sangat menggelikan dan menjijikan. Saya juga sedikit terkejut karena
ternyata pemahaman saya tentang seks sangat berbeda dengan apa arti sesungguhnya.
3. Saat saya masih kecil yang saya tahu tentang seks adalah sebuah cara untuk membuat bayi.
Sekarang, saya mengetahui lebih bana lagi tentang seks. Seks dilakukan tidak hanya semata
untuk membuat bayi, tapi seks juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia
lainnya. Seks merupakan salah satu alat pemuas kebutuhan manusia dan juga jika menurut
Freud, seks merupakan salah satu perwujudan dari instink hidup manusia yaitu instink
seksual.
4. Lingkungan di Indonesia selalu menganggap bahwa seks adalah hal yang sangat tabu dan
tidak boleh di bicarakan secara terang-terangan. Bahkan edukasi tentang seks sangatlah
kurang di lingkungan saya. Dari sisi agama, di agama saya mengajarkan bahwa seks adalah
hal yang sebenarnya sangat indah dan suci karena seks bukan hanya semata untuk
memenuhi kepuasan manusia, tapi seks adalah cara untuk berkembang biak. Selain itu,
seks merupakan salah satu cara pasangan suami istri untuk lebih dekat satu sama lain.
Namun baik orang tua, lingkungan, social, budaya, dan agama semua mengajarkan untuk
hanya boleh melakukan seks setelah sah menjadi sepasang suami dan istri.
5. Saya pribadi belum pernah bermimpi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seks.
6. Saya memahami fungsi, tujuan, nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan
agama tentang baik dan buruknya seks.

Anda mungkin juga menyukai