Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kemuhammadiyahan. Di samping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu saya selama proses penyusunan makalah
ini hingga terselesaikannya makalah ini.

Dan dalampenyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak


kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah yang telah saya buat
ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Lamongan, 7 April 2019

Penyusun

1|AIK2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Kepribadian Muhammadiyah 4
B. Profil K.H. Ahmad Dahlan 4

C. Latar Belakang Muhammadiyah 8


D. Ideologi Muhammadiyah 9
E. Tujuan Muhammadiyah 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 14

2|AIK2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk


melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ahmad Dahlan ingin
mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berfikir dan beramal menurut tuntunan
Islam. Ia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perkumpulan ini bertepatan pada tanggal 18 November 1912.
Dan sejak awal Dahlan menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik
tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendidikan Muhammadiyah ini juga mendapatkan resistensi baik dari


keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnah, hasutan dan tuduhan
datang bertubi-tubi kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang
menyalahi agama Islam. Ada yang menuduh Kyai palsu, karena sudah meniru bangsa
Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lainnya. Bahkan ada pula yang
hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar.
Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di
tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepribadian Muhammadiyah?
2. Siapakah KH. A. Dahlan?
3. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah
4. Ideologi Muhammadiyah
5. Tujuan Muhammadiyah
C. Tujuan Penulisan
1. Agar memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang profil pendiri
Muhammadiyah, yaitu K.H.A. Dahlan lebih mendalam.
2. Untuk mengetahui Latar belakang berdirinya Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui Tujuan Muhammadiyah.
4. Agar mahasiswa mengenal lebih jauh tentang Muhammadiyah.

3|AIK2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepribadian Muhammadiyah

4|AIK2
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf
nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Keinginan dari K.H.A. Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat


dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron : 104 dan surat Al-Ma’un
sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid. 104 :
Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh
dengan ma’ruf (yang baik-baik) dan melarang dari yang mungkar dan mereka itulah
yang menang.
B. Profil K. H. Ahmad Dahlan

Muhammad Darwisy (nama kecil K.H. Ahmad Dahlan) dilahirkan di Kauman


Yogyakarta pada tahun 1868, beliau anak ke empat dari tujuh bersaudara. Ayahnya
bernama K.H. Abu Bakar yang menjabat sebagai Imam dan Khotib di Masjid besar
kraton Yogyakarta Hadiningrat. Sedangkan ibunya bernama Siti Aminah yaitu putri
dari K.H. Ibrahim yang pernah menjabat penghulu kraton Yogyakarta. Jika dilihat dari
garis keturunan K.H. Ahmad Dahlan masih mempunyai hubungan darah dengan
Maulana Malik Ibrahim penyebar agamaIslam di Jawa Timur dan sekitarnya pada
abad ke XV M.

Dalam silsilah itu beliau termasuk keturunan yang ke 12 dari Maulana Malik
Ibrahim seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantar para wali songo
sebagai pelopor pertama penyebaran dan pengembangan Islam di tanah Jawa (Kutojo
dan Safwan, 1999). Adapun sisilahnya adalah : Muhammad Darwisy bin K.H.
Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru
Kapindo bin Demang Djuru Kapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlulloh (prapen) bin Maulana Ainul Yaqin bin
Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (yunus Sala, 1968:6).

Muhammad Darwisy sejak kecil ia di didik di lingkungan pesantren yang


mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah Haji ketika
usia 15tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa Arab
di Mekkah selama lima tahun. Disinilah ia berinteraksi dengan pemikir-pemikir
pembaharuan dalam dunia islam, seperti Muhammad Abduh, Rosyid Ridho, Al-
5|AIK2
Afghani dan Ibnu Taimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh pembaharu dalam dunia
Islam ini memberi memberi pengaruh yang besar pada Darwisy. Jiwa dan pikirannya
penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian menampilkan
corak keagamaan yang sama yaitu melalui muhammadiyah, yang bertujuan untuk
memperbaharui pemahaman (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam yang saat itu
masih bersifat ortodoks (kolot). Ke ortodokan ini dipandang menimbulkan kebekuan
dalam ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) umat Islam. Oleh
karena itu, pemahaman Islam yang statis ini perlu dirubah dan diperbarui dengan
gerakan purifikasi atau pemurnian Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Al-
Hadits.

Tahun 1888 saat berusia 20 tahun Ia kembali ke kampungnya dan berganti nama
Ahmad Dahlan. Sekembalinya dari Mekkah ini, Ia pun diangkat menjadi Khati Amin
dilingkungan kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1902-1904 ia menunaikan ibadah
Haji yang ke dua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam Ilmu Agama kepada
beberapa guru di Mekkah. Sepulang dari Mekkah Ia menikah dengan Siti Walidah
sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan. Seorang pahlawan nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinan
dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu : Djohnah
(1890), Siradj Dahlan (1898), Siti Busyro (1903), Siti Aisyah (1905), Irfan Dahlan
(1905) dan Siti Zaharah (1908).

Sebagai seorang yang sangat berhati-hati dalam kehidupan sehari-harinya, dia


menulis sebuah nasehat dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri yaitu : “Wahai
Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan
mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mau
melewatinya dengan selamat, mungkin juga engkau akan biasa karenanya. Wahai
Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama
Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga dan neraka.
Dan dari sekian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan
tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi Hadikusumo)”. Dari pesan itu
tersirat sebuah semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan untuk mencapai
akhirat yang baik, maka Dahlan berfikir setiap orang harus mencari bekal untuk itu,
dengan cara memperbanyak amal ibadah, amal sholeh, menyiarkan dan membela
agama Allah, serta memimpin umat ke jalan yang benar dan membimbing mereka

6|AIK2
pada amal dan perjuangan menegakkan kalimat Allah. Dengan demikian untuk
mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaran
kolektif artinya upaya-upaya tersebut harus di serukan (dakwah) kepada seluruh umat
manusia melalui upaya-upaya kolektif dan sistematis. Kerjasama antar beberapa orang
itu tak mungkin tanpa organisasi.

Kesadaran seperti itulah yang menyebabkan Dahlan sangat merasakan


kemunduran umat Islam di tanah air, dan hal ini sangat merisaukan hatinya. Ia merasa
bertanggung jawab untuk membangunkan, menggerakkan dan memajukan mereka.
Dahlan sadar bahwa kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan seoran diri tetapi
harus dilakukan oleh beberapa orang yang diatur secara seksama. Kerjasama antara
beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi. Untuk membangun dakwah
tersebut Dahlan gigih membina angkatan muda untuk turut bersama-sama
melaksanakan upaya itu, dan juga untuk meneruskn cita-citanya membangun bangsa
ini dengan membangkitkan kesadaran akan keetrtindasan dan ketinggalan umat Islam
d Indonesia. Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya
tentang gerakan dakwah Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamong
praja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang
belajar di Kweekschool jetis Yogyakarta, karena ia sendiri diberi izin oleh pemerintah
kolonial untuk mengajarkan agama di kedua sekolah tersebut.

Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan Madrasah
Mu’allimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu’allimat (Kweekschool
Istri Muhammadiyah). Dahlan menyebarkan dan mengajarkan Islam serta tak lupa
menyebarkan cita-cita pembaharuannya. Disamping aktif mengulirkan gagasan
tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga tak lupa tugasnya sebagai pribadi
yang punya tanggung jawab kepada keluarganya. Ia dikenal sebagai keturunan
bangsawan yang menduduki jabatan sebagai khotib Masjid besar Yogyakarta yang
mempunyai penghasilan tinggi. Disamping itu ia dikenal sebagai wirausahawan yang
cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan entrepreneurship
yang menggejala di masyarakat. Sebagai orang yang aktif dalam kegiatan
bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan
mudah diterima dan dihormati ditengah kalangan masyarakat, sehingga dengan cepat
ia mendapatkan tempat di oganisasi Jam’iyatul Khoir, Budi Utomo, Syarikat Islam,
dan Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

7|AIK2
Pada tahun 1912 Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah
untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ahmad Dahlan
ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut
tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup
menurut tunan Al-Qur’an dan AL-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada
tanggal 18 November 1912. Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan
mengajukan permohonan kepada pemerintah kolonial Belanda unutk mendapatkan
badan hukum. Permohonan ini baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat
Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin ini hanya berlaku untuk
daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta.
Dari pemerintah Belanda timbul ke khawatiran akan perkembangan organisasi ini,
itulah sebabnya kegiatannya dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan,
Wonosari, Imogiri dan lain-lain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas
bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mrngatasinya
maka K.H. Ahmad Dahlan mensiasatinya agar cabang Muhammadiyah di luar
Yogyakarta memakai nama lain. Seperti Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Padang
dengan nama Al-Munir, sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah
Tabligh Fatonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah.

Muhammadiyah makin lama makin berkembang, oleh karena itu pada tanggal 7
Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini
dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921. Sebagai
seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerkan dakwah
Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk
proses evaluasi lerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiayh. Selama
hidupnya aktivitas gerakan dakwah Muhammadiya, telah diselenggarakan dua belas
kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah
Algemeene Vergadering (persidangan umum). Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan
dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan
pendidikan, maka pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan
Nasional dengan keputusan Presiden No. 657 tahun 1961.

C. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

8|AIK2
1. Faktor Subyektif
Faktor Subyektif yang sanfat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan
faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil
pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur’an dalam menelaah,
membahas dan meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap K.H. Ahmad
Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah
sebagaimana yang tersimpul dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad
ayat 24 yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan
penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat. Sikap seperti ini pula lah
yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan ketika menatap surat Al-Imran ayat 104 :
“Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung”.
Memahami seruan diatas, K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk
membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan
tertata rapi yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam
Amar Ma’ruf Nahi Munkar di tengah masyarakat kita.
2. Faktor Obyektif
Ada beberapa sebab yang bersfat objektif yang melatar belakangi berdirinya
Muhammadiyah, yang sebagian dapat dikelompokkan dalam faktor internal, yaitu
faktor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat
Islam Indonesia, dan sebagiannya dapat dimasukkan ke dalam faktor eksternal,
yaitu faktor-faktor penyebab yang ada di luar tubuh masyarakat Islam Indonesia.

Faktor Obyektif yang bersifat Internal

a. Ketidak murnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Qur’an dan


As-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat
Islam Indonesia.
b. Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mapu
menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku “Khalifah
Allah di atas bumi”.

Faktor Obyektif yang bersifat Eksternal

9|AIK2
a. Semakin meningkatnya Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah
masyarakat Indonesia.
b. Penetrasi Bangsa-bangsa Eropa, terutama Bangsa Belanda ke
Indonesia.
c. Pengaruh dari Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam.

D. Ideologi Muhammadiyah
1. Landasan Ideologi
Yaitu keyakinan dan cita-cita, pandangan hidup, hakekat atau jati diri. Hakekat
dan jati diri Muhammadiyah adalah wajah persyarikatan Muhammadiyah dan
wajah pesyarikatan Muhammadiyah adalah mencerminkan :
1) Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Muhammadiyah sebagai gerakan islam didasarkan segi azas (aqidah)
yaitu Ad-dinul islam sebagai undang-undang ilahi.
2) Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah
Upaya mengkondisikan masyarakat agar masyarakat lebih mengetahui,
memahami, mengimani dan mengamalkan dinul islam sebagai pandangan,
pedoman dan cita-cita hidupnya.
3) Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid
Pembaharuan maksudnya mengembalikan kepada ajaran islam yang
sebenarnya.

Tiga komponen tersebut merupakan jati diri muhammadiyah secara utuh.

2. Landasan Operasional
Agar pergerakan organisasi Muhammadiyah sesuai maksud dan tujuannya atau
tidak melenceng dari “rel” yang sudah digariskan, maka semua pimpinan dan
anggota butuh landasan dalam mengoperasikan atau menggerakkan dan
menjalankan persyarikatan. Landasan Operasional Muhammadiyah tersebut adalah
Khittah Perjuangan Muhammadiyah.

10 | A I K 2
Khittah yang pernah ada dari sejak Muhammadiyah didirikan sampai sekarang
sebagai berikut :
1. Khittah Langkah Dua belas (tahun 1938)
2. Khittah Palembang (tahun 1959)
3. Khittah Perjuangan/ Khittah Ponorogo (tahun 1969)
4. Khittah Ujung Pandang (tahun 1971)
5. Khittah Perjuangan/ Khittah Surabaya (tahun 1978)
6. Khittah Denpasar (tahun 2002)
E. Tujuan Muhammadiyah
Visi dan Misi Muhammadiyah :
1. Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif
dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang
dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menuju terciptanya
atau terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2. Misi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar
memiliki misi :
 Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
SWT yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as, hingga Nabi
Muhammad SAW.
 Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan.
 Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai
kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat
manusia.
 Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat.

11 | A I K 2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12 | A I K 2
13 | A I K 2
DAFTAR PUSTAKA

http://www.voaislam.com/news/upclose/2009/0/8/19/766/sang-pendiri-muhammadiyah-kh-
ahmad-dahlan/

http://www.theprofessional.biz/article/81/

14 | A I K 2
Nugraha, Adi.2010. Biografi singkat K.H. Ahmad Dahlan. Jogjakarta: Garasi House of
Book..

Rasyid, A. 2004. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam I. Metro: santri metro di 1:00 AM

Ina fauzia, MAKALAH MUQADDIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH, dalam


http://inafauzia95.blogspot.co.id/2014/10/makalah-muqaddimah-anggaran-
dasar.html. Di unggah pada rabu, 22 oktober 2014 pukul 06.29

Ukh Tyana, MUKADIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH, dalam


http://ukhtyan.blogspot.co.id/2013/09/mukadimah-anggaran-dasar-
muhammadiyah.html. Di unggah pada Sabtu, 14 September 2013 pukul 04.50

Asbar salim, LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH, dalam


http://asbarsalim009.blogspot.co.id/2014/02/latar-belakang-berdirinya-
muhammadiyah.html. Di unggah pada 20 februari 2014

Toni julianto, TUJUAN UTAMA MUHAMMADIYAH, dalam


https://tonijulianto.wordpress.com/tag/tujuam-utama-muhammadiyah/. Di unggah
pada 14 desember 2012

15 | A I K 2

Anda mungkin juga menyukai