Anda di halaman 1dari 2

LO Pemeriksaan Penunjang

Menurut Rampengan (2014), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis yaitu :
1. Pemeriksaan radiologis
Pada foto thorak dapat menunjukkan kardiomegali (pada pasien chf) dan adanya edema
alveolar disertai efusi pleura dan infiltrasi bilateral dengan pola butterfly, gambaraan vascular
paru dan hilus yang berkabut. Efusi pleura unilateral juga sering dijumpai dan berhubungan
dengan gagal jantung kiri. Bisa terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda
konsolidasi di sekelilingnya. Kavitas ini bisa multiple atau tunggal dengan ukuran 2- 20 cm.
2. Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)
Pada pemeriksaan EKG bisa menunjukkan gangguan pada jantung seperti ditemukannya sinus
takikardi dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium yang bisa menjadi penyebab gagal
jantung. Kemudian bisa juga ditemukan gambaran miokard iskemik maupun infark , hipertrofi
ventrikel kiri atau pun aritmia.
3. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada penurunan fungsi dari ventrikel kiri
dan adanya kelainan katup-katup jantung
4. Pemeriksaan lab enzim jantung
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis infark miokard.
Peningkatan kadar brain natriuretic peptide (BNP) di dalam darah sebagai respon terhadap
peningkatan tekanan di ventrikel ; kadar BNP >500 pg/ml dapat membantu menegakkan
diagnosis edema paru kardiogenik
5. Analisis gas darah (AGD)
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan penurunan P02 dan PCO2 pada keadaan awal tapi pada
perkembangan penyakit selanjutnya po2 akan semakin menurun sedangkan PCO2 akan
meningkat. Pada kasus berat biasanya dijumpai hiperkapnia dan asidosis respiratorik.
6. Kateterisasi Jantung Kanan
Dilakukan untuk mengukur PCPW (Pulmonary capillary wedge pressure) melalui kateterisasi
jantung kanan yang mana merupakan baku emas untuk pasien edema paru kardiogenik yaitu
akan ditemukan hasil berkisar 25-35 mmHg, sedangkan pada pasien ARD (non kardiogenik)
biasanya hasilnya berkisar 0-18 mmHg
7. Kadar protein cairan edema
Pengukuran rasio konsentrasi protein cairan edema dibandingan dengan protein plasma dapat
digunakan untuk membedakan edema paru kardiogenik dan non kardiogenik. Bahan
pemeriksaan diambil dengan pengisapan cairan edema paru melalui pipa endotrakeal atau
bronkoskop dan pengambilan plasma. Pada edema paru kardiogenik, konsentrasi protein cairan
edema relative rendah disbanding protein plasma (rasio <0,6). Sedangkan pada edema paru non
kardiogenik konsentrasi protein cairan edema relative lebih tinggi (rasio >0,7) karena sawa
mikrosvaskular berkurang (terjadi peningkatan permeabilitas )
8. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hasilnya tidak khas, bisa ditemukan penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium
serum normal, natrium urine rendah (<10 mEq/24 jam).

Gambar X. Tabel perbedaan hasil pemeriksaan penunjang edema paru kardiogenik dan non-kardiogenik
Sumber : Edema Paru Kardiogenik, 2014

Dapus
Rampengan, Starry H. 2014. Edema Paru Kardiogenik Akut. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado

Anda mungkin juga menyukai