Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 02 No. 03 Desember 2014

Manajemen Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi pada Pelayanan Antenatal di
Tingkat Puskesmas Kabupaten Jepara

Management of High Risk Pregnancy Early Detection on Antenatal Care at


Primary Health Care in Jepara District

Triana Widiastuti1, Martha Irene Kartasurya2, Dharminto2


1
Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara, Jl. Karya Sokka Rt.002/ 002 Mayong Jepara 59465;
Telp : 081228272936; Email :tria_dias@yahoo.com
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Angka Kematian Ibu di Jepara tahun 2012 menduduki peringkat ke 10 di Jawa Tengah sebesar 21
per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbanyak preeklamsi berat 8 orang (30%). Data PWS KIA
menunjukkan cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan tahun 2012 sebesar 19,01%,
belum mencapai target nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen deteksi dini
ibu hamil risiko tinggi pada pelayanan antenatal di tingkat puskesmas Kabupaten Jepara.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Variabel pada penelitian ini adalah input (SDM, dana, sarana,
SOP), Proses (perencanaan, pembinaan, supervisi dan monitoring) dan Output. Informan utama
adalah kepala Puskesmas dan Bidan koordinator. Informan triangulasi adalah Kasi Kesga (kepala
seksi kesehatan keluarga) dari DKK (Dinas Kesehatan Kabupaten) dan 16 bidan desa. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion. Pengolahan data
dilakukan dengan metode analsis isi (content analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas dengan cakupan rendah mempunyai rasio bidan
per penduduk yang rendah, SOP belum ditempel, perencanaa dilaksanakan per tahun, pembinaan
dilakukan setiap 6 bulan dan umpan balik hasil supervisi disampaikan secara lisan. Puskesmas
dengan cakupan tinggi juga mempunyai rasio bidan per penduduk masih rendah, perencanaan
dilaksanakan per bulan melalui lokakarya mini, pembinaan dilakukan per bulan, umpan balik
supervisi disampaikan secara tertulis serta ada sangsi apabila laporan terlambat.
Disimpulkan bahwa manajemen deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dipengaruhi oleh perencanaan,
pembinaan, dan supervisi/ monitoring. Disarankan kepada puskesmas untuk melakukan perencanaan
dan pembinaan per bulan serta supervisi dan monitoring secara lebih intensif.
Kata kunci : Manajemen, Deteksi Dini, Risiko Tinggi, Pelayanan Antenatal, Puskesmas

ABSTRACT
Maternal Mortality Rate in Jepara District in 2012 placed the 10th rank in Central Java, namely 21
per 100.000 live births. Severe preeclampsia was the most common cause, namely 8 persons (30%).
Data of Local Area Monitoring in 2012 showed that coverage of high risk early detection by health
workers was only 19.01% and had not achieved the national target yet. This research aimed to
identify early detection management of a high risk pregnant woman on Antenatal Care services at
health center in District of Jepara.
This was qualitative research. Research variables were Input (human resources, funds, means, and
Standard Operating Procedure), Process (planning, actuating, supervising, and monitoring), and

261
Output. Main informants were head of health center and midwife coordinator. In addition, informants
for triangulation purpose were head of family health section at District Health Office and 16 village
midwives. Data were collected by conducting indepth interview and Focus Group Discussion.
Furthermore, data were analyzed using a method of content analysis.
The result of this research revealed that at health centers with low coverage, ratio between midwife
and population was low, Standard Operating Procedure had not been displayed, planning was
arranged annually, actuating was done every six month, and feedback of supervision results was
informed verbally. In contrast, health centers with high coverage indicated that ratio between
midwife and population was low, planning was arranged monthly through mini workshop, actuating
was done every month, feedback of supervision results was informed in writing, and there also was
any punishment if a report was late to submit.
As a conclusion, early detection management of a high risk pregnant woman was influenced by
planning, actuating, and supervising/monitoring. As a suggestion, head of health center needs to
make a plan and actuate every month, and also supervise and monitoring intensively.
Keywords : Management, Early Detection, High Risk, Antenatal Care, Health Center

PENDAHULUAN dan monitoring dari kepala Puskesmas.5 Cakupan


Angka Kematian Ibu merupakan tolok ukur deteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan belum
dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, memenuhi target, menunjukkan bahwa
oleh karena itu pemerintah sangat menekankan pelayanan antenatal dalam hal deteksi dini ibu
untuk menurunkan dengan melalui program- hamil risiko tinggi oleh bidan desa masih rendah,
program kesehatan.1 Menurut Riskesdas tahun perlu adanya keterlibatan Puskesmas untuk
2010 penyebab kesakitan ibu/ morbiditas di senantiasa memberikan perencanaan,
Indonesia meliputi penyebab langsung kematian pembinaan, pengawasan serta supervisi yang
ibu di dominasi oleh perdarahan, hipertensi/ dilakukan oleh pimpinan terkait.6 Berdasarkan
eklamsi dan infeksi, sedangkan penyebab tidak latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian
langsung masih banyak kasus 3 terlambat dan 4 yang bertujuan untuk mengetahui manajemen
terlalu.2 Kabupaten Jepara, Angka Kematian Ibu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi pada
tahun 2012 sebesar 21 per 100.000 kelahiran pelayanan antenatal di tingkat Puskesmas
hidup. Penyebab kasus kematian di Jepara pada Kabupaten Jepara.
tahun 2012 PEB/Eklamsia: 30% (8 orang),
Dekom : 25% (5 orang), Perdarahan : 20% (4 METODE PENELITIAN
orang), Sepsis : 20% (4 orang).4 Jenis penelitian ini adalah kualitatif.
Berdasarkan hasil analisa dari cakupan PWS Informan utama adalah kepala Puskesmas dan
KIA di Jepara Cakupan deteksi dini risiko tinggi Bidan Koordinator. Informan triangulasi adalah
pada tahun 2012 sebesar 19,01% belum Kasi Kesga dari DKK dan 16 bidan desa 6.
mencapai target nasional sebasar 20%.4 Kendala Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
pada Puskesmas meliputi keterbatasan tenaga mendalam dan Focus Group Discussion.
kesehatan menyangkut jumlah bidan, kualitas Variabel penelitian ini mencakup input (meliputi
petugas yang ada masih rendah; kekurangan SDM, dana, sarana, SOP), proses (perencanaan,
sarana kesehatan mencakup anggaran dana pembinaan, supervisi dan monitoring) dan
operasional, alat kesehatan, inventaris barang, Output (cakupan deteksi dini ibu hamil risiko
obat, reagen, bahan habis pakai dalam pelayanan tinggi). Instrumen penelitian pedoman
kesehatan; ketidaktertiban administrasi meliputi wawancara terbuka, alat perekam, format ceklist.
masalah pencatatan, pelaporan, pengarsipan Pengolahan data dilakukan dengan metode
dokumen kegiatan pelayanan yang masih kurang analsis isi (content analysis)7.
tertib, teratur dan terarah dan lemahnya supervisi

262
HASIL PENELITIAN
Aspek Input (SDM, Pendanaan, Sarana Kotak 2
Prasarana, SOP) “Sumber dana didanai dari BOK Pembinaan
Rasio bidan pada puskesmas yang cakupan dukun, ANC Integrasi, sementara yang ada
rendah lebih rendah (1:4845 jiwa) daripada diterima dulu karena udah diplot dari BOK
puskesmas dengan cakupan tinggi. Puskesmas itu dicukupkan untuk KIA digunakan untuk
cakupan resti rendah bidan yang D3 semua, menekan kematian ibu.” (IU 1.1)
sedangkan untuk Puskesmas yang cakupan resti “BOK, ANC itu dari jampersal ada dari
tinggi masih ada bidan yang D1 sebanyak 1 jamkesmas,.” (IU 1.3)
orang. Puskesmas dengan cakupan rendah dan
puskesmas dengan cakupannya tinggi tidak ada “Dana kami ambilkan dari DPA dimana
pelatihan khusus untuk deteksi dini resti yaitu pelayanan dan pertemuan ANC terintergrasi
melalui bimbingan teknis atau bimtek yang dan pertemuan pembinaan koordinasi.” (IT)
dilaksanakan setiap bulan sekali yang membahas
materi resti dan KIA. Berikut ini jawaban dari rendah serta di Puskesmas dengan cakupan tinggi
hasil wawancara mendalam kepada kepala masing-masing sudah cukupi, dan kondisi yang
Puskesmas dan bidan koordinator dari kedua baik.
Puskesmas dan dikuatkan oleh informan
triangulasi bidan desa pada kotak 1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada
Kotak 1 puskesmas yang cakupan rendah dilakukan setiap
1 tahun sekali dan puskesmas pertemuan bidan
“yang di pembinaan rutin kan ada setiap
yang ada dalam rangka pembinaan oleh bidan
bulan skali untuk bidan desa bimtek 6 bulan
koordinator dilakukan setiap satu bulan sekali,
sekali dari DKK, pertemuan bimtek bidan
bidan terlibat penuh dalam perencanaan,
desa.” (IU 1.4)
pembahasan pada perencanaan semua program
“Kalo terkait tentang ANC khususnya deteksi KIA sedangkan yang cakupan tinggi dilakukan satu
dini resiko tinggi memang tidak ada he’e ra. bulan sekali melalui kegiatan lokakarya mini, bidan
Cuma untuk tingkat puskesmas ada kelas ibu terlibat penuh dalam perencanaan, pembahasan
hamil, bimtek itu dek ya, bimtek setiap 1 semua program KIA yang menjadi prioritas,
bulannya, 1 bulan sekali.” (IT 1.1-IT 1.8) kendala perencanaan pada kesadaran masyarakat,
seperti petikan wawancara pada kotak 3
Wawancara diatas menunjukkan tidak ada Wawancara diatas menunjukkan
pelatihan khusus untuk penjaringan deteksi dini pelaksanaan perencanaan dilakukan setahun
risiko tinggi pada ibu hamil akan tetapi pelatihan sekali dan setiap bulan melalui lokakarya mini,
yang ada dalam bentuk bimbingan teknis. bidan terlibat penuh sebagai pelaksana,
Sumber dana yang dialokasikan untuk pengawasan, pelacakan dan tidak lanjut.
pelayanan ANC terutama dalam deteksi dini ibu Pembahasan hambatan tidak secara khusus
hamil resiko tinggi puskesmas yang cakupannya melainkan keseluruhan program KIA, kendala
rendah memperoleh dana dari pemerinah berupa perencanaan pada kesadaran masyarakat.
dana BOK, sedangkan puskesmas yang cakupan-
nya tinggi berupa dana BOK, Jampersal serta Jam- Pembinaan
kesmas, seperti petikan wawancara pada kotak 2. Bentuk pembinaan (pertemuan, kunjungan ke
Wawancara diatas menunjukkan bahwa dana desa) yang dilakukan puskesmas dengan cakupan
yang digunakan untuk deteksi dini risti berasal rendah berupa pembinaan dalam bentuk bimtek
dari dana pemerintah yang penggunaannya untuk rutin 1 bulan pelaksanaannya dilakukan setiap 6
pembinaan dukun, ANC terintegrasi dan bulan sekali, materi yang dibicarakan mengenai
menekan angka kematian ibu. Penyediaan sarana materi patologi dalam kehamilan, motivasi yang
dan prasarana di Puskesmas dengan cakupan diberikan oleh bidan koordinator mengingatkan

263
Kotak 3 kabupaten dan pembinaan di tingkat
“Perencanaan rutin seperti POA itu 1 tahun puskesmas, waktu 1 minggu sekali kami
sekali” (IU 1.1 adakan sidak ke PKD khususnya dan
puskesmas.” (IT)
“lokakarya mini setiap sebulan sekali,
kendalanya masalah rujukan” (IU 1.4)
Hasil wawancara diatas menunjukkan waktu
“Perencanaan untuk puskesmas kami pembinaan dilaksanakan rutin setiap 6 bulan
tekankan pada deteksi dini melalui lokakarya sekali dan sebulan sekali, pembicaran dalam
mini setiap 1 bulan sekali” (IT) pembinaan mengenai kehamilan risiko tinggi
“Dilibatkan, keterlibatan kita sebagai atau kehamilan patologi, motivasi yang diberikan
pelaksana program, pengawasan, pelacakan berupa bimbingan dan penyediaan sarana
dan tindak lanjut” (IT 2.2; IT 2.4; IT 2.8) prasarana untuk kunjungan rumah, pelaksanaan
pembinaan berjalan lancar. Pembinaan dari DKK
“Semua program puskesmas bukan kegiatan
berupa sidak ke PKD dan Puskesmas setiap 1
ibu dan anak yang menjadi prioritas saat itu”
minngu sekali bergiliran setiap Puskesmas.
(IU 1.2)
“Kendalanya cuma kesadaran masyarakat” Supervisi dan Monitoring
(IU 1.1) Bentuk supervisi yang dilaksanakan pada
puskesmas dengan cakupan rendah berupa
untuk kunjungan rumah, tidak ada kendala dalam kunjungan rumah serta laporan bulanan berupa
pelaksanaan pembinaan. Puskesmas dengan kohort, monitoring dengan menekan bidan untuk
cakupan tinggi pembinaan kepala puskesmas dan memeriksa ibu hamil risti dan melakukan home
bidan koordinator pelaksanaan satu bulan sekali, visite, umpanbalik pertelpon dialkukan bikor dan
materi yang dibicarakan mengenai materi patologi dokter kedua, kendala tidak ada. Puskesmas
dalam kehamilan, motivasi yang diberikan dengan cakupan tinggi bentuk supervisi laporan
mengingatkan untuk senantiasa melakukan bulanan berupa kohort , monitoring lewat
penjaringan bumil risti, tidak ada kendala dalam pemeriksaan ANC dan kunjungan rumah, umpan
pelaksanaan pembinaan. Berikut petikan balik dilakukan setiap 3 bulan untuk pemaparan
wawancara pada kotak 4 hasil dan melihat pencapaian target pelaporan
dan apabila pelaporan terlambat di berikan
Kotak 4 sanksi, kendala tidak ada. Berikut petikan
“Bentuk pembinaan berupa bimtek ,rutin tiap wawancara pada kotak 4
1 tahun 2 kali tiap 6 bulan.” (IT 1.1; IT 1.2;
IT 1.6; IT 1.7) Kotak 4
“Pembinaan rutin dari puskesmas bidan desa “Bentuk supervisinya itu, laporan bulanan”
tiap bulan bergiliran dipimpin oleh dokter (IU1.2)
atau bidan koordinator.” (IU 1.3)
“Memonitor ini lewat ANC” (IU 1.3)
“Pembicaraan mengenai tanda-tanda
bahaya resiko ibu hamil terutama (anemi, “paling kita umpan bliknya per telpon”(IU
PEB semuanya bu, pokoknya penjaringan, 1.1)
kita melakukan penjaringan).” (IT 2.7) “umpan baliknya kita evaluasi setiap 3 bulan
“Motivasi ya disediakan sarana dan kita paparkan hasil – hasilnya tersebut
prasarananya menganjurkan untuk kunjungan kemudian kita kan sudah mengetaui sudah
rumah.” (IT 1.2; IT 1.4; IT 1.7; IT 1.8) memenuhi tarjet atau belum” (IU 1.3; IU 1.4)
“Pembinaan gak ada masalah.” (IU 1.4) “supervisi kami lakukan 1 minggu sekali dan
“Pembinanaan pembianaan ditingkat 1 bulan sekali, daftarkan kejadian-kejadian

264
PEMBAHASAN
kematian bayi, ibu bersalin dan balita” (IT) Rasio Bidan dan penduduk menurut WHO
“Pencatatan pelaporan sudah lancar 1 bulan adalah 1:1000 orang, dan di katakan efektif jika 1
sekali dengan laporan 1 bulan sekali ini orang bidan di banding 1000 penduduk.7 Sumber
sehingga kita bisa menganalisa seberapa jauh daya manusia merupakan unsur terpenting dalam
puskesmas mengedarkan pelayanan ibu dan mencapai tujuan dimana pemanfaatan sumber
anak dan juga untuk deteksi dini dan daya lainnya tergantung dari bagaimana kita
penanganannya” (IT) memanfaatkannya sumber daya manusia.
Semakin tinggi jumlah sumberdaya manusia dan
Bentuk supervisi dan monitoring berupa pemanfaatan sumber daya manusia maka semakin
laporan kohort, monitoring yang dilakukan lewat tinggi juga tinggkat pemanfaatan sumber daya
pemeriksaan ANC, umpan balik yang dilakukan lainnya. Sehingga sumber daya manusia sebagai
baik perlisan (telpon) maupun secara tertulis. kendala dalam pencapaian target yang ada.8
Supervisi yang dilakukan DKK satu minggu Dana mempunyai peranan yang sangat
sekali dan setiap bulan, pelaporan yang masuk penting dalam melaksanakan Manajemen
ke DKK sudah lancar setiap bulan. Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Jika dana
Sosialisasi/ konseling tentang deteksi dini kurang maka motivasi kerja staf akan turun
risti di puskesmas yang cakupan rendah dan di akhirnya akan mempengaruhi kinerja staf
puskesmas yang cakupan tinggi biasanya sehingga target dan tujuan program tidak akan
sosialisasi dilakukan lewat pemeriksaan ANC, tercapai.9
kelas ibu hamil. Hal ini sesuai dengan pendapat Pengembangan SDM sangat diperlukan
informan pada kotak 5 untuk meningkatkan kemampuan dan skill
petugas pelaksananya. Pengembangan dapat
Kotak 5 dilakukan dengan memberikan pelatihan.
“Sosialisasinya biasanya lewat pemeriksaan Pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kinerja
ANC, kelas ibu hamil dan ditindaklanjuti atau kualitas petugas dalam pencapaian hasil
lewat kader” (IT 1.2; IT 1.7; IT 1.8) kerja yang telah ditetapkan.9
Pada program apapun, ketersediaan sarana
“Penyuluhan mengenai tanda bahaya pada menjadi hal yang penting demi menunjang
kelas ibu hamil” (IT 2.2; IT 2.7) keberhasilan program tersebut. Dedikasi
kemampuan kerja, keterampilan dan niat yang
Sosialisasi yang dilakukan bidan desa kepada besar untuk mewujudkan prestasi kerja yang
ibu hamil melalui pemeriksaan ANC dan melalui tinggi tidak akan besar manfaatnya tanpa sarana
kegiatan kelas ibu hamil berupa penyuluhan dan prasarana ang dibutuhkan.10
tanda bahaya kehamilan lanjut. SOP pada Puskesmas dengan cakupan
rendah sudah tersedia dan belum ditempel dan
Aspek Output puskesmas dengan cakupan tinggi tersedia dan
Puskesmas dengan cakupan rendah sudah ditempel. Tersedianya SOP memperlancar
mempunyai cakupan perdesa sebesar 14,96% tugas bidan dan tim, sebagai dasar hukum bila
dari 12 desa yang ada di wilayah kerja terjadi penyimpangan, mengetahui dengan jelas
Puskesmas. Hasil cakupan yang didapatkan hambatan-hambatannya dan mudah dilacak,
masih kurang dari target nasional yakni sebesar mengarahkan bidan untuk disiplin dalam bekerja,
20% dari total sasaran yang ada. sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
Puskesmas dengan cakupan tinggi rutin.11
didapatkan cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh Perencanaan merupakan salah satu fungsi
tenaga kesehatan sebesar 18,03% dari cakupan manajemen yang penting karena suatu program
diatas masih kurang dari target nasional, akan akan berjalan dengan baik apabila perencanaan
tetapi cakupan yang didapatkan dari 8 desa pada telah tersusun. Apabila terjadi hambatan dalam
wilayah kerja Puskesmas sudah cukup baik. melaksanankan program kesehatan maka akan

265
sia-sia pekerjaan yang sebenarnya tidak perlu kecepatan dalam berbicara, intonasi suara, waktu
dilakukan, oleh karena itu baik tidaknya atau yang tepat. Jika umpan balik dilakukan melalui
berhasil tidaknya suatu program kesehatan bahasa lisan kelemahannya pembicaran yang
ternyata banyak ditentukan oleh baik tidaknya disampaikan terlalu cepat sehingga susah untuk
suatu perencanaan itu dibuat, semakin sering diingat, intonasi suara yang disampaikan kurang
suatu program tersebut dibahas maka semakin jelas menyebabkan penerima pesan tidak dengar,
baik pencapaian terhadap cakupan tersebut. waktu dalam menyampaikan pesan tidak tepat
Kerena pentingnya perencanaan maka bagi misalnya peneima pesan sedang tidur, dalam
semua pihak yang terlibat dalam bidang perjalanan, dan lain-lain.16
perencanaan kesehatan harus memiliki Sosialisasi tindak lanjut jika ditemukan ibu
pengetahuan dan ketrampilan yang cukup tentang hamil risiko tinggi petugas kesehatan hendaknya
perencanaan.12 menjadi orang terdekat yang mempu
Setiap kegiatan hendaknya dimulai dari menyampaikan segala pengetahuan tersebut dan
perencanaan. Secara umum apabila pelaksanaan mempertahankan hubungan timbal balik yang
suatu upaya kesehatan tidak didukung suatu baik. petugas di tingkat puskesmas (bidan)
perencanaan yang baik maka akan sulit dapat hendaknya mendekatakan diri di tengah
diharapkan tercapainya tujuan dari upaya masyarakat, dikenal dan dipercaya, sehingga
kesehatan tersebut. Kerena pentingnya dapat berfungsi secara optimal dalam
perencanaan maka bagi semua pihak yang terlibat memberikan konseling pada ibu hamil risiko
dalam bidang perencanaan kesehatan harus tinggi sehingga ibu hamil risiko tinggi tersebut
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dapat melewati masa kehamilannya dengan baik,
cukup tentang perencanaan.13 dan menghasilkan bayi yang yang sehat. 17
Pembinaan merupakan salah satu cara untuk Output merupakan hasil dari suatu kegiatan
menimbulkan motivasi petugas dalam yang dilakukan. Semakin tinggi capaian cakupan
melaksanakan program menjadi optimal. maka semakin baik kinerja yang dilakukan
Motivasi tersebut diutamakan untuk seseorang. Berbagai upaya telah dilakukan bidan
menimbulkan rangsangan, dorongan dan ataupun desa untuk penjaringan ibu hamiln risti salah
pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun satunya dengan mendata sasaran ibu hamil di
sekelompok masyarakat tersebut mau berbuat setiap desa sampai dengan melakukan kunjungan
dan bekerjasama secara optimal melaksanakan rumah pada ibu hamil yang mengalami risiko
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tinggi untuk melalukan pendekatan rujukan.
tujuan yang telah ditetapkan. Penerapan bentuk Salah satu penjaringan yang dilakukan bidan
pembinaan adalah pada penemuan fakta dan dengan melakukan pemeriksaan ANC yang
bimbingan untuk mendorong perilaku yang meliputi pengkajian jika ada risiko dilanjutkan
diharapkan, Dari pendapat para ahli diambil dengan pemeriksaan laborat seperti protein urin
kesimpulan bahwa dalam setiap bentuk dan HB, kemudian melakukan kunjungan rumah
pembinaan disiplin kerja bagi pegawai banyak untuk ibu yang mengalami risiko tinggi.18
hal yang bisa dilakukan untuk merubah tingkah
laku seorang pegawai masalah pekerjaanya.14 KESIMPULAN
Pembinaan dilakukan dengan baik akan Disimpulkan bahwa manajemen deteksi dini
menghasilkan pegawai yang bermutu dan ibu hamil risiko tinggi dipengaruhi oleh
berkualitas yang berdaya guna dan berhasil guna, perencanaan, pembinaan, dan supervisi/
yang dilakukan secara sistematis dan monitoring. Disarankan kepada puskesmas untuk
pemanfaatan potensi dan kemampuan sesuai melakukan perencanaan dan pembinaan per
dengan kebutuhan organisasi.15 bulan serta supervisi dan monitoring secara lebih
Umpan balik lewat bahasa verbal melalui intensif.
lisan (telpon) susah untuk diingat kembali jika
dibandingkan tertulis. Komunikasi dipengaruhi

266
DAFTAR PUSTAKA 12. Prawirohardjo. JPOG. Pelayanan Kesehatan
1. Dep Kes RI. Upaya Akselerasi Penurunan Maternal Dan Neonatal. Jakarta. 2005
Angka Kematian Ibu. 1999. Jakarta 13. Azwar, A, 1998. Pengantar Administrasi
2. Kementrian Kesehatan RI. Manajement Kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara
Pelayanan. 2013. Bina Kesehatan gizi. 14. Nina, R. Kualitas Penjaringan Kehamilan
Jakarta Resiko Tinggi Oleh Petugas Pelaksana ANC
3. Dinas Kesehatan Provinsi. Profil Kesehatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi di
Jawa Tengah. 2011. Jawa Tengah Puskesmas Wilayah Jakarta Timur. Jakarta
4. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif (Tesis). 1993
Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta; 15. Ariyanti Dhiah Farida. Analisis Kualitas
2008 Pelayanan Antenatal Oleh Bidan Di
5. Santoso, Gempur. Metodologi Penelitian Puskesmas Di Kabupaten Purbalingga.
Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Prestasi (Tesis). 2010
Pustaka ; 2007 16. Hayadi, F. Analisis kinerja bidan Puskesmas
6. Moleong, L. Metodologi Penelitian dalam pelayanan Antenatal di Bengkulu
Kualitatif. Bandung : PT Remaja ; 2002 Selatan. Magister ilmu kesehatan masyarakat
7. Armanita, R. Gambaran Manajemen UGM Yogyakarta (Tesis). 2010
Program VCT Pada Di RSKO Jakarta. 17. Kunwahyuningsih, A. Faktor yang
(Tesis). 2008 berhubungan dengan kepatuhan bidan dalam
8. Depkes RI. Pedoman Bimbingan Teknis standar pelayanan antenatal di Kabupaten
Asuhan Kebidanan Dan Perinatal. Jakarta. Magelang. (Tesis). 2008
2006 18. Zulfansyah, W, dkk. Kebijakan pengelolaan
9. Kementrian kesehatan RI. Pedoman Bidan antenatal care bagi bidan desa di Kotamadya
Koordinator, Jakarta. 2010 Banda Aceh. (Tesis). 2008
10. Depkes RI. Pedoman Bimbingan Teknis
Asuhan Kebidanan Dan Perinatal. Jakarta.
2006
11. Mulastin. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Bidan Terhadap Deteksi Dini Resiko
Tinggi di Kabupaten Jepara. Jawa Tengah
(Tesis). 2008

267

Anda mungkin juga menyukai