Sandiyanto
Andrini Ariesti
MAKALAH TAHAP II
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah ini akan dibahas mengenai anatomi dan pemeriksaan papil
nervus optikus dengan Heidelberg Retina Tomograph.
1
BAB II
PAPIL NERVUS OPTIKUS
2
Ukuran optic disc adalah salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan fundus. Ukuran optic disc bervariasi antar individu, ukurannya lebih
kecil pada orang kulit putih, dan hiperopia. Ukuran optic disc biasanya simetris
antara kedua mata. 2,6,7
Optic disc memiliki batas yang tegas, batas nasal biasanya lebih kabur dan
sulit diamati. Cup adalah bagian sentral optic disc yang mengalami depresi, area
ini terlihat lebih pucat karena hilangnya akson parsial ataupun komplit.
Normalnya luas cup adalah 30-50% dari area optic disc. Jaringan antara cup dan
batas optic disc disebut neuroretinal rim atau neural rim. Neuroretinal rim lebih
luas pada daerah inferior diikuti oleh bagian superior kemudian bagian nasal dan
terakhir di bagian temporal atau yang dikenal dengan istilah ISNT Rule ( Inferior-
Superior-Nasal-Temporal). Daerah neuoretinal rim akan berkurang dengan
bertambahnya umur dan peningkatan TIO (gambar 2). 2,6,7
Daerah peripapil adalah garis pinggir putih tipis yang menjadi batas optic
disc, tampak sebagai garis pinggir yang penuh sejauh 360°. Daerah ini mewakili
perluasan anterior sklera antara koroid dan optic disc. Daerah ini terdiri dari zona
alfa dan zona beta. 6,7
3
retina (percabangan dari arteri oftalmika) melewati selubung pembungkus nervus
optikus dan menuju nervus optikus. Kemudian arteri ini berjalan di sepanjang
sentral nervus optikus dan berakhir di optic disc. Arteri sentralis retina tidak
berkonstribusi secara langsung terhadap sirkulasi optic disc tapi berasal dari
sirkulasi Zinn-Haller (gambar 3). Sirkulasi Zinn-Haller berasal dari anastomosis
tiga pembuluh darah utama, yaitu pembuluh darah koroid, empat sampai lima
arteri siliaris posterior brevis dan konstribusi kecil dari sirkulasi arteri pial. 6,7,9
Gambar 3. Suplai darah dari papil nervus optikus berasal dari sirkulasi Zinn-
Haller. 9
4
BAB III
HEIDELBERG RETINA TOMOGRAPH
Data yang didapat dari pemeriksaan HRT merupakan data dasar dan dapat
digunakan sebagai perbandingan dalam mengidentifikasi perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu. Karena itu pengukuran optic disc yang berulang
menggunakan HRT dapat mengetahui progresifitas kerusakan optic disc akibat
glaukoma lebih cepat dibandingkan pemeriksaan lapangan pandang. 10,12,13
5
yang dipisahkan dari cahaya laser kemudian dibelokkan ke detektor. Berdasarkan
gambar 2 dimensi yang dihasilkan iluminasi cahaya laser dibelokkan secara
periodik tegak lurus di aksis optikal yang menggunakan cermin scaning. Karena
itu objek discan titik demi titik secara berurutan dalam 2 dimensi (gambar 5).
4,10,14,15
6
Aplikasi umum HRT adalah pengukuran kuantitatif topografi retina dan
dapat memperlihatkan perubahan kuantitas topografi seperti deskripsi dari optic
disc yang glaucomatous, analisis macular hole dan edem makula serta analisis
defek nerve fiber layer. Pada glaukoma, terjadi kehilangan serabut-serabut saraf
yang diikuti kehilangan lapangan penglihatan. Hilangnya serabut saraf
menimbulkan perubahan topografi 3 dimensi dari optic disc yang dapat dipakai
sebagai dasar hilangnya lapangan penglihatan bertahun-tahun sebelum hal itu
terjadi. 1,10,12,16
HRT III menggunakan unit laser yang terhubung dengan laptop dan meja
kecil. HRT III juga mudah dipindahkan ke ruangan lain. Ada fasilitas tambahan
dibandingkan generasi sebelumnya, yaitu adanya pengambilan gambar disc secara
otomatis yang disebut Glaucoma Probability Score (GPS). Satu kali pengambilan
gambar didapatkan 3 scan disc dan proses data topografi, kemudian GPS otomatis
akan menganalisa profil disc secara spesifik dalam bentuk 3 dimensi, lalu
dibandingkan dengan data spesifik grup etnik yang akan menghasilkan analisa.
HRT III juga dapat digunakan secara manual untuk menentukan disc yang
kemudian dibandingkan dengan MRA (gambar 6).11,19,20
7
Gambar 6. Contoh laporan standar HRT III (kedua mata): analisa ukuran disk,
cup, rim dan RNFL tiap mata20
8
3. Pengaturan fokus (dalam dioptri) digunakan untuk akuisisi gambar yang
ditampilkan.
4. Ukuran optic disc sebagai area dalam mm2: diklasifikasikan sebagai kecil,
rata-rata atau besar.
5. Gambar topografi untuk penilaian kualitatif optic disc:
Merah sebagai cup
Biru sebagai area kemiringan rim
Hijau sebagai area datar rim
6. MRA, memberikan penilaian dari enam segmen optic disc, ditambah
penilaian global terhadap data dasar normatif etnis tertentu.
Untuk MRA, klasifikasi normal diberikan untuk masing-masing sektor rim.
Tanda hijau betul hijau berarti normal
Tanda seru kuning berarti borderline
Tanda silang merah berarti diluar batas normal
7. Cup: hasilnya ditunjukkan sebagai sebuah lembaran atas gambar topografi,
dan area penipisan rim. Hasil analisa perubahan topografi ditampilkan
sebagai lembaran pada gambar reflektivitas hitam dan putih.
8. Rim adalah daerah tertutup oleh garis kontur dan terletak diatas bidang
referensi. Klasifikasi bidang dari rim optic disc berdasarkan hubungan dari
rim ke area diskus untuk tiap bidang.
9. Profil RNFL adalah profil tinggi sepanjang margin diskus disekitar optic disc
dari sisi temporal, ke superior, nasal, inferior, dan kembali ke sisi temporal
(TSNIT). Ketinggian sepanjang kontur sebagian besar sesuai dengan
ketebalan RNFL.
10. Parameter asimetris inter mata mengevaluasi derajat asimetris profil RNFL
antara mata dan diberikan sebagai persentase dengan nilai 0% menunjukkan
simetris profil RNFL.
Nilai asimetris adalah perbedaan ukuran antara kedua mata. Perbedaan dalam
profil RNFL antara dua mata diplot dalam grafik ini untuk memudahkan
perbandingan.
9
11. Parameter cup, rim, dan RNFL diklasifikasikan berdasarkan nilai-p, yang
menunjukkan statistik probabilitas bahwa nilai rentang normal dihubungkan
dengan data dasar normatif yang berdasarkan usia dan dasar etnik.
nilai-p > 0,05 menunjukkan nilai batas normal
nilai-p < 0,05 tapi lebih dari 0,001 adalah borderline, dan
nilai-p < 0,001 diluar batas normal.
Batas normal sudah ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan pada mata
normal :
> 700 orang Kaukasia dengan ukuran diskus 1,0-3,6 mm2
> 200 orang normal dari asli Afrika dengan ukuran diskus 1,4-3,4 mm2,dan
lebih dari 100 orang India Asia Tenggara dengan ukuran diskus 0,9-4,1
mm2
12. Komentar: komentar mengenai laporan HRT III akan dimasukkan dalam surat
laporan yang dikirim ke praktisi (dokter yang meminta).
10
Gambar 7. Contoh hasil pelaporan GPS untuk penilaian struktur objektif dari papil
nervus optikus. 20
Keterangan gambar 7: 20
1. Etnik pasien, kualitas gambar dan pengaturan fokus ditampilkan di bagian
atas print out dalam Laporan standar.
2. Klasifikasi normal sektoral GPS terhadap data dasar normatif yang
ditampilkan pada gambar reflektansi dan dalam tabel format. Parameter yang
diukur meliputi kecuraman rim, ukuran dan kedalaman cup, dan lapisan serat
saraf peripapiler.
11
3. Klasifikasi GPS keseluruhannya untuk setiap mata di bagian bawah laporan.
dalam kasus diskus sangat dangkal, perangkat lunaknya tidak dapat
mengidentifikasi diskus sentral dengan benar.
4. Tanda betul hijau menunjukkan parameter yang diukur dalam batas normal,
tanda seru kuning menunjukkan borderline, dan tanda silang merah
menunjukkan di luar batas normal.
5. Klasifikasi GPS juga ditunjukkan dalam format grafik batang dimana tinggi
dari setiap sektor adalah dalam batas normal, borderline, dan diluar batas
normal.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Introduction to Glaucoma. In: Glaucoma.
American Academy of Ophthalmology. San Francisco. 2014-2015; pp 3-12.
2. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Clinical Evaluation. In: Glaucoma.
American Academy of Ophthalmology. San Francisco. 2014-2015; pp 27-72.
4. Tanaka HG, Lin S. Digital Imaging of the Optic Nerve. In: Clinical Glaucoma
Care. Philadelphia. 2014; pp 103-116.
6. Fudemberg SJ, Cvintal V, Myers JS, et all. Clinical Examination of the Optic
Nerve. In: Clinical Glaucoma Care. Philadelphia. 2014; pp 73-96.
7. Ferreras A. Optic Nerve Head Assessment and Retinal Nerve Fiber Layer
Evaluation. In: Glaucoma Imaging. Switzerland. 2016; 149-172.
9. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Cranial Nerves: Central and Peripheral
Connections. In: Fundamentals and Principles of Ophthalmology. American
Academy of Ophthalmology. San Francisco. 2014-2015; pp 83-107.
14
11. Cvenkel B. Heidelberg Retina Tomograph for the Detection of Glaucoma. In:
Zdrav Vestn Supl. Ljubljana. 2012; pp 157-169.
13. Patel D. Optic Nerve. In: I Notes Glaucoma. First Edition. 2014; 43-55.
19. Prata TS,Meira-Feitas D, Lima VC. Factors affecting the variability of the
Heidelberg Retina Tomograph III measurements in newly diagnosed
glaucoma patients. In: Arq Bras Oftalmol . 2010;73 (4): 354-357.
15