Anda di halaman 1dari 9

I.

JUDUL PERCOBAAN : TITRASI IODOMETRI

II. PRINSIP PERCOBAAN :


a. Reaksi oksidasi dan reduksi
b. Dalam suasana asam, kalium iodat atau kalium bromide atau kalium dikromat akan
mengoksidasi kalium iodide menjadi iod bebas. Kemudian iod bebas dititrasi dengan
larutan baku natrium tio sulfat.

III. MAKSUD DAN TUJUAN :


a. Praktikan memahami konsep dasar reaksi oksidasi reduksi
b. Untuk mengetahui konsentrasi larutan sampel secara oksidimetri

IV. REAKSI PERCOBAAN :


K2Cr2O7 + 6KI + 14HCl  3I2 + 2CrCl3 + 8KCl + 7H2O
I2 + 2Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6

V. TEORI PERCOBAAN :
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi
ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua
senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran. Karena
prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan
oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan
analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya
reduktor maka samplenya adalah oksidator.
Salah satu jenis titrasi redoks adalah titrasi iodometri. Iodometri adalah analisa titrimetri
yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga
(II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
Metode titrasi iodometri (tak langsung) menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran
untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks. Garam ini
biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer,
larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat
digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat.
Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak apa -
apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan
mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :
- Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan pH.
- Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
- Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya dikocok
dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan masuk dalam pelarut
organik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada dalam air.
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut :

IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + H2O


I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti
proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron.

Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan
oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan
oksidasi Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)
dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). (Khopkar, 2003).

Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan ion
iodidadigunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan
pereaksi reduksiyang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka
jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup
kuat untuk bereaksisempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses
iodometrik. Suatu kelebihan ioniodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat.Iodometri adalah suatu proses analitis tak
langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid
sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasidengan natrium tiosulfat.
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif , Edisi V. Hal. 294)

Terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan
larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara
kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan
mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak
langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion
iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara
kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau asam
arsenit).(Bassett,1994).

Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang
terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji.
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan
iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan
titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi
reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai pereaksi
oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri).
Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara
langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada
banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada
pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium thiosulfat.
Kegunaan iodine dalam alcohol yang di sebut tingtur yodium,merupakan obat antiseptic
bagi luka-luka agar tidak terkena infeksi. Dalam industry tapioca,maizena dan
terigu,larutan I2 dalam air dipakai untuk mengindentifikasi amilum, sebab I2 dengan
amilum akan memberikan warna biru.
Senyawa- senyawa iodine yang penting yaitu :
a. Kalium Iodat (KIO3) yang ditambahkan pada garam dapur agar tubuh kita
memeperoleh iodine
b. Iodoform (CHI3) suatu zat organic yang penting
c. Perak Iodida (AgI) yang juga di gunakan dalam film fotografi.(Underwood, Analisa
Kimia Kuantitatif, edisi 4, Erlangga, 1994)
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O . Larutan
tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang
(Day & Underwood, 1981)
Penggunaan air yang masih mengandung CO2 sebagai pelarut akan menyebabkan
peruraian S2O32- membentuk belerang bebas. Belerang ini menyebabkan kekeruhan.
Terjadinya peruraian itu juga dipicu bakteri Thiobacillus thioparus. Bakteri yang
memakan belerang akhirnya masuk kelarutan itu, dan proses metaboliknya akan
mengakibatkan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul
kekeruhan larutan harus dibuang.
Pembuatan natrium thiosulfat dapat ditempuh dengan cara :
1. Melarutkan garam kristalnya pada aquades yang mendidih
2. Menambahkan 3 tetes kloroform (CHCl3) atau 10 mg merkuri klorida (HgCl2) dalam
1 liter larutan
3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril,
dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi
tiosulfat oleh udara berlangsung lambat. Tetapi runutan tembaga yang kadang-kadang
terdapat dalam air suling akan mengkatalis oksidasi oleh udara ini.
Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan
mirip susu.
S2O32- +2H+ → H2S2O3 → H2SO3 + S
Tetapi reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan kedalam larutan iod
yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih
cepat dari pada reaksi penguraian.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat: I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan. Berat
ekivalen dari Na2S2O3. 5H2O adalah berat molekulnya, 248,17. Tiosulfat teroksidasi
secara parsial menjadi sulfat: 4I2 + S2O32- + 5H2O → 8I- + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul,
terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran.
Ada dua metode titrasi iodometri, yaitu :
1. Secara langsung (iodimetri)
Disebut juga sebagai iodimetri. Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara
langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indiator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat
ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak
berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam
larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari berwarna
menjadi berwarna biru.
2. Secara tak langsung (iodometri)
Disebut juga sebagai iodometri.Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah
menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3.
Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan
suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam
hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Iodium sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 C) dan sangat larut dalam
pelarutan yang mengandung ion iodide.
Berdasarkan reaksi :
I2 + I- → I3-
dengan tetapan kesetimbangan pada 25 ºC. Larutan baku ion dapat langsung dibuat dari
unsur murninya.
Cara titrasi oksidasi reduksi yang dikenal ada dua :
– Oksidimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat
oksidator.
Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide, timah (II) klorida , logam dan amalgam.
– Reduksimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat
reduktor.
Misal : Natrium dan Hidrogen Peroksida, Kalium dan amonium peroksidisulfat,natrium
Bismutat (NaBiO3).
Kegunaan Iodometri : Kegunaan iodometri adalah untuk menetapkan kadar larutan
iodin, larutan natrium tiosulfat dan zat-zat yang dapat bereaksi dengan iodida
membebaskan iodin.
Contoh Kegunaannya:
1. Penetapan kadar CaOCl2 dalam kaporit
CaOCl2 + 2HCl → CaCl2 + H2O + Cl2
Cl2+ 2 KI→ 2KCl + I2
2. Penetapan kadar NaClO dalam pemutih
Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan
dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini disebabkan karena
factor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indicator yang dapat dipakai untuk iodide.
Oleh sebab itu, titrasi kembali merubakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi
yang melibatkan iodide. Senyawaan iodide umumnya KI ditambahkan secara berlebih
pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah equivalent dengan
jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan
larutan standar tiosulfat (umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indicator
amilum jadi perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum I2 sampai warna ini tepat
hilang.
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut:
IO3- + 5 I- + 6 H+ -->3 I2 + H2O
I2 + 2 S2O32- --> 2 I- + S4O62-
Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat bereaksi
dengan 6 mmol S2O32- (ingat 1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2 mmol S2O32-) sehingga
mmol IO3- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O32-. Beberapa alasan yang dapat
dijabarkan karena analit yang bersifat sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat
menjadi senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya
reaksi ini tidak stoikiometri. Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion
kompleks dengan beberapa ion logam seperti Besi(II).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi Iodometri adalah sebagai
berikut:
1.) Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal ini
ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat akibat
terdapatnya I2 dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum I2 terdisosiasi sangat
lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum
ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada
media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amylum.
2.) Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi
iodide oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat
diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan
konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk
menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang
dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S). S2O32- + 2H+ -->
H2SO3 + S
Pastikan jumlah iod yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit tereduksi
dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak akan mengganggu
jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat
teroksidasi oleh udara menjadi I2.

Menstandarisasi Larutan Tiosulfat


Tiosulfat yang dipakai dalam titrasi iodometri dapat distandarisasi dengan
menggunakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian tinggi (analytical grade)
seperti K2Cr2O7, KIO3, KBrO3, atau senyawaan tembaga(II).Bila digunakan Cu(II) maka
pH harus dibuffer pada pH 3 dan dipakai tiosianat untuk masking agent, KSCN
ditambahkan pada waktu mendektitik akhir titrasi dengan tujuan untuk menggantikan I2
yang teradsorbsi oleh CuI. Bila pH yang digunakan tinggi maka tembaga(II) akan
terhidrolisis dan akan terbentuk hidroksidanya. Jika keasaman larutan sangat tinggi maka
cenderung terjadi reaksi I- sebagai akibat adanya Cu(II) dalam larutan yang megkatalis
reaksi tersebut.Senyawa-senyawa iodine yang penting, yaitu :
1. Kalium Iodat (KIO3) yang digunakan pada garam dapur agar tubuh kita memperoleh
iodin.
2. Iodoform (CHI3) suatu zat organik yang penting.
Namun demi kesederhanaan, biasanya lebih banyak ditulis rumus-rumus iod molekuler
daripada ion triiodida. Zat-zat pereduksi yang kuat (zat-zat dengan potensial yang jauh
lebih rendah), seperti timah (II) klorida, asam sulfat, hidrogen sulfida, dan natrium
tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat dengan iod

VI. ALAT DAN BAHAN :


A. ALAT :
1. Neraca atau Timbangan 7. Erlenmeyer asah atau bertutup
2. Buret 8. Labu semprot
3. Bulp 9. Statif + Klem
4. Labu ukur 10. Corong
5. Pipet seukuran 11. Kertas karbon
6 Plastik wrap

B. BAHAN :
1. Padatan kalium dikromat
2. Larutan Na2S2O3
3. Larutan KI 10%
4. Larutan HCl 4N
5. Larutan kanji atau amylum

VII. PROSEDUR :
Penetapan Konsentrasi Na2S2O3 dengan Baku Primer K2Cr2O7
1. Buat 100 ml larutan baku primer K2Cr2O7 0.1N
2. Pipet 10 ml larutan tersebut ke labu Erlenmeyer
3. Tambahkan 10 ml larutan HCl 4N dan 10 ml larutan KI 10%
4. Diamkan larutan selama 10-15 menit dalam keadaan gelap
5. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 dalam buret dari warna kuning coklat tua menjadi
hijau lumut
6. Tambahkan 3-5 tetes indikator amylum
7. Titrasi dilanjutkan hingga TA (larutan hijau terang atau hijau tosca)
8. Lakukan sebanyak 3x
9. Hitung konsentrasi Na2S2O3

VIII. DATA PENGAMATAN :


Standarisasi Na2S2O3 dengan baku primer K2Cr2O7
Volume K2Cr2O7 = 10 ml
Konsentrasi K2Cr2O7 = 0.1 N
Pengerjaan Volume Na2S2O3 (ml) Normalitas Na2S2O3 (N)
Simplo 10.10 0.0990
Duplo 10.15 0.0985
Triplo 10.40 0.0961
Rata-rata 10.22 0.0978

IX. PERHITUNGAN :
A. Pembuatan kalium dikromat 0.1 N sebanyak 500 ml
g K-dikromat 1000
N K-dikromat = Mr .
V
BE
Mr
N K-dikromat . . V
BE
g K-dikromat =
1000
294
0.1 N . . 500 ml
6
g K-dikromat =
1000
g K-dikromat = 2.45 g

B. Standarisasi Na2S2O3 dengan baku primer K2Cr2O7

Mgrek Na2S2O3 = Mgrek K2Cr2O7


V Na2S2O3 . N Na2S2O3 = V K2Cr2O7. N K2Cr2O7
VK2Cr2O7 . N K2Cr2O7
N Na2S2O3 =
V Na2S2O3
10 ml . 0.1 N
N Na2S2O3 =
10.22 ml

N Na2S2O3 = 0.0978 N
X. PEMBAHASAN :
1. Titrasi iodometri adalah salah satu jenis titrasi tidak langsung kerena yang akan
dititrasi merupakan hasil dari reaksi (I2). Didasarkan pada jumlah I2 yang terbentuk
dan menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai larutan penitrasi.
2. KI yang digunakan harus bebas iodat karena iodat dapat berekasi dengan I- menjadi I2
sehingga jika terdapat iodat, jumlah I2 yang terbentuk lebih banyak dari seharusnya.
IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O
3. Reaksi antara KI dengan K2Cr2O7 harus dalam suasana asam karena K2Cr2O7 bersifat
oksidator dalam suasana asam.
Cr2O72- + 14H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O
4. Penyimpanan dalam tempat gelap selama 10-15 menit berguna untuk
menyempurnakan reaksi antara I2 dan K2Cr2O7 sehingga I2 yang terbentuk maksimal
dan karena I2 pun dapat terurai dengan cahaya.
5. Penambahan KI harus berlebih agar I2 yang terbentuk dapat larut karena I2 mudah
larut dalam larutan KI.
6. Indikator yang digunakan adalah amylum karena amylum dapat berikatan dengan I2
membentuk warna biru.
7. Penambahan amylum dilakukan menjelang TE (menjelang I2 habis) agar jumlah iod-
amylum yang terbentuk sedikit sehingga titrasi saat TA berlangsung cepat.
8. Oksigen diudara dapat menyebabkan hasil titrasiterlalu tinggi karena dapat
mengoksidasi ion iodide menjadi I2.
O2 + 4I- + 4H+  2I2 +2H2O
9. Pada pH tinggi muncul bahan lain yaitu bereaksinya I2 yang terbentuk dengan air
(hidrolisa) dan hasil reaksinya berlanjut
I2 + 2H2O  HOI + I- + H+
4HOI +S2O32- + H2O  2SO42- + 4I- + 6H+
10. Konsentrasi K2Cr2O7 yang didapatkan adalah 0.097 N, menandakan bahwa larutan
tersebut masih dapat dikatakan mendekati konsentrasi 0.1N. Persentase penyimpangan
konsentrasi yang diperbolehkan 5 % dari 0.1 N yaitu antara 0.095 N – 0.105 N. Tetapi
dari segi volume titrasi terlalu berbeda jauh antara titrasi triplo, yang seharusnya
dikatakan konstan apabila penyimpangan volume hanya berbeda 0.02 ml. Pada titrasi
ke-3 didapat volume 10.40 ml karena terdapat kendala buret yang bocor dan tidak
dapat dilakukan percobaan kembali.

XI. KESIMPULAN :
Dari hasil percobaan titrasi iodometri didapatkan :
Konsentrasi Na2S2O3 = 0.0978 N
XII. TUGAS :
1. Apakah titrasi iodometri harus menggunakan erlenmeyer asah atau bertutup ? Jelaskan
!
Ya. Atau setidaknya Erlenmeyer yang ditutup dengan sesuatu atau plastic wrap yang
kuat. Karena pada saat reaksi antara kalium dikromat dan KI dalam suasana asam
menghasilkan I2 bebas yang akan bereaksi dengan Na2S2O3 dalam titrasi.

2. Mengapa indikator kanji tidak ditambahkan sebelum titrasi ? Jelaskan !


Karena apabila ditambahkan sebelum titrasi, I2 bebas dapat berikatan kuat dengan
amylum sehingga reaksi antara I2 dan Na2S2O3 tidak berlangsung sebagai mana
mestinya dan berakibat kepada volume Na2S2O3 yang ditambahkan dalam titrasi
semakin banyak.

3. Apa fungsi penambahan HCl pada titrasi iodometri ?


Sebagai suasana asam karena larutan K2Cr2O7 dapat bertindak sebagai oksidator
dalam suasana asam.

4. Bisakah titrasi iodometri tidak menggunakan indikator kanji ? Jelaskan !


Bisa jika baku primer yang dipakai yaitu KIO3 yang menunjukkan perubahan warna
dari coklat agak tua menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda dan seterusnya
hingga akhirnya lenyap. Tetapi untuk titrasi iodometri yang menggunakan baku
primer K2Cr2O7 disarankan untuk menggunakan indikator kanji agar TA mudah
teramati.

XIII. DAFTAR PUSTAKA :

Anonim.2011.Titrasi Iodometri.http://pharmacyhaluoleo.blogspot.co.id.diakses tanggal 29


Maret 2018
Basset,J et al.1994.Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.EGC :
Jakarta
Khopkar, S.M. 1985.KonsepDasar Kimia Analitik.Depok : UI Press.

Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr.2002 .Analisa Kimia Kuantiataif. Edisi


Keempat. Jakarta :Erlangga.

Yhoshiki Alifia.2015.Titrasi Iodometri.http://yhoshikialifiak.blogspot.co.id.diakses


tanggal 29 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai