Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013


UNIVERSITAS HASANUDDIN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

OLEH :
Mahadhir Md Jangnga
(C 111 08 152)

PEMBIMBING:
dr. Santi Yustikawati

KONSULEN:
dr. Maggie Wewengkang, Sp. OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

1
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

PENDAHULUAN
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan
ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa
lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal masyarakat umum
sebagai “morning sickness”. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena berdasarkan
penelitian pada lebih dari 360 wanita hamil, hanya 2% yang mengalami mual pada
pagi hari dan 80% pasien yang dilaporkan muntah sepanjang hari.1,2,3,4
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-sehari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia, dan penurunan berat
badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.1,3,5
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke 10, memberat pada minggu ke 11 sampai ke 13 dan biasa berakhir pada
minggu ke 12 ke 14. Hanya pada 1-10% kehamilan dimana gejala berlanjut melewati
minggu ke 20 sampai ke 22. Pada 0,3 – 2 % kehamilan terjadi hiperemesis
gravidarum yang menyebabkan ibu harus dirawat inap.3
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya
masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemeis gravidarum dirawat inap lebih
dari sekali.3

DEFENISI
Mual dan muntah pada kehamilan adalah gejala awal kehamilan umumnnya.
Hampir 80% wanita hamil mengalami keluhan mual dan muntah atau emesis
gravidarum. Emesis gravidarum adalah mual dan muntah yang dikeluhkan terus
melewati 20 minggu pertama kehamilan, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari,
tidak menimbulkan komplikasi patologis. Hiperemesis gravidarum adalah muntah dan
mual dalam kehamilan dimana telah terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dan defisiensi nutrisi. Batasan untuk hiperemesis gravidarum yaitu telah terjadi
episode muntah lebih dari 3 episode muntah setiap hari dengan ketonuria dan
kehilangan berat badan lebih dari 3 kilogram atau 5% dari berat badan. Keluhan
muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu

2
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam
urin.1,3,6,7

INSIDENSI
Di United States, hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,5 – 2% kehamilan. Dari
penelitian ditemukan angka kejadian 0,8% untuk hiperemesis gravidarum dan rata-
rata 1,3% yang dirawat dirumah sakit dengan rata-rata perawatan 2-4 hari.6
Sebelum ditemukan rehidrasi intravena, hiperemesis adalah penyebab mayor
kematian ibu. Saat ini kematian karena kasus ini sangat jarang tetapi angka morbidity
termasuk Wernicke encephalopathy karena defisiensi vitamin B1, Mallory-Weiss
tears, ruptur esophagus,pneumothorax, dan acute tubular necrosis. Hiperemesis adalah
penyebab kedua rawat inap dalam kehamilan setelah kehamilan preterm.6
Faktor resiko hiperemesis gravidarum termasuk kehamilan ganda atau gemelli,
primigravida, obesitas, gangguan metabolik, riwayat hiperemesis gravidarum pada
kehamilan sebelumnya, kelainan trofoblastic, kelainan psikologi (anorexia nervosa
atau bulimia).1,8,9

ETIOPATOGENESIS
Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan jelas meskipun
beberapa faktor biologi, psikologi, dan sosiokultural yang dapat berkontribusi sebagai
penyebab. Teori lain juga mengatakan bahwa muntah dan mual dalam kehamilan
mungkin merupakan sebuah evolusi adaptasi untuk mencegah intake makanan yang
berpotensial memiliki racun. Seperti substansi berbahaya berupa mikroorganisme
dalam daging atau toxin dalam sayur-sayuran. Dengan menghindari terkonsumsinya
komponen toksik tersebut, maka dianggap embrio terlindung dari keguguran. Namun,
hipotesis mengenai faktor endokrin adalah penyebab primer yang paling sering
dikutip. 1,3,6,10,11

Human Chorionic gonadotrophin (HCG)


HCG adalah faktor endokrin yang berpengaruh pada hiperemesis gravidarum.
Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara produksi HCG (pada pasien mola dan
gemeli) dan fakta bahwa insiden hiperemesis paling tinggi terjadi pada saat puncak
produksi HCG selama kehamilan (sekitar 9 minggu). Bagaimana HCG dapat
menyebabkan HG masih belum jelas, namun diperkirakan mekanisme termasuk efek

3
merangsang proses sekresi pada saluran pencernaan bagian atas (GIT) atau dengan
menstimulasi fungsi tiroid karena kesamaan struktural dengan thyroidstimulating
Hormon (TSH).10
Keragaman dalam metode assay dalam mengetahui tingkat HCG telah digunakan
untuk membandingkan kadar HCG antara pasien HG dan kontrol, dan HCG assay
dapat membedakan dengan jelas melalui kemampuannya untuk mendeteksi subunit,
isoform atau metabolit HCG (Berger et al, 1993;. Cole, 1997). Sebuah penjelasan
yang berbeda untuk temuan yang tidak konsisten dari peninggian kadar HCG pada
pasien HG adalah bahwa HG tidak hanya disebabkan oleh peningkatan kadar HCG
tapi isoform HCG spesifik dapat menyebabkan HG. Teori ini telah didukung oleh
temuan bahwa pasien HG ditampilkan konsentrasi HCG meningkat lebih ph asam (pH
<4) dari kisaran pH chromatofocusing dibandingkan yang terlihat pada subyek
kontrol (Jordan et al., 1999). Penelitian terkini menunjukkan hubungan antara HG dan
kadar HCG yang tinggi, namun peran HCG dalam patogenesis HG masih belum jelas.
Perawatan harus dilakukan dalam menyimpulkan bahwa hubungan kausal karena
kondisi lain terkait dengan tingkat HCG yang tinggi, seperti koriokarsinoma, tidak
menyebabkan mual dan muntah, dan banyak hamil wanita dengan kadar HCG yang
tinggi tidak menderita HG. Selain itu, proporsi besar pasien dengan HG di mana
gejala berlanjut setelah trimester pertama ketika kadar HCG yang telah turun, dan
juga pengamatan bahwa pemberian HCG sebagai fase luteal mendukung atau untuk
memicu pematangan oosit tidak menimbulkan gejala atau naik HG atau mual muntah,
mengurangi terhadap hipotesis HCG sebagai satu-satunya faktor dalam etiologi HG.
1,3,6,10,11

Gambar 1.
Hubungan peningkatan gejala mual dan muntah dengan level
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) 4

Progesteron
4
Karena aktivitas hormonal korpus luteum meningkat pada trimester awal ketika
hiperemesis umumnya muncul, peneliti mencari hubungan antara hiperemesis dan
level progesteron. Progesteron diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara
menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. 1,3

Estrogen
Esrogen memiliki efek pada beberapa mekanisme yaitu dapat memodulasi beberapa
faktor penyebab hiperemesis. Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang bisa
memodulasi faktor yang menyebabkan HG. Tingkat estrogen yang tinggi
menyebabkan waktu transit usus dan pengosongan lambung lebih lambat, dan
mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan oleh hormon steroid
tinggi. Pergeseran pH dalam GIT dapat menyebabkan manifestasi subklinis dari
Infeksi Helicobacter pylori, yang dapat berhubungan dengan gejala sistem pencernaan
(Walsh et al, 1996;.. Kocak et al, 1999)..1,3,6,10,11

Tiroid
Karena kesamaan struktural dengan TSH, meningkatnya kadar HCG dapat
menyebabkan stimulasi berlebihan hormon kelenjar tiroid (Kimura et al., 1993). Ia
mengemukakan bahwa insiden tinggi hipertiroidisme transien pada pasien HG
disebabkan oleh peningkatan sirkulasi kadar HCG, reseptor hormon tiroid
hipersensitif terhadap HCG atau produksi jenis HCG yang lebih potensial untuk
merangsang kelenjar tiroid. Selama kadar HCG puncak pada kehamilan normal, kadar
TSH serum turun dan merupakan bayangan dari gambaran puncak HCG, kadar
triiodothyronine dan T4 bebas meningkat secara signifikan pada saat ini (Harada et al,
1979;Glinoer et al, 1990). Temuan ini mengindisikan bahwa HCG memainkan peran
penting dalam menyebabkan hipertiroidisme dan didukung dengan ditemukannya
hiperstimulasi tiroid dalam kasus kehamilan mola dan gemmeli, yakni kondisi yang
berhubungan dengan kadar HCG tinggi (Hershman dan Higgins, 1971; Grun et al.,
1997).10
Dalam studi lanjutan, pasien HG dengan hipertiroidisme yang lebih cenderung
memiliki kadar elektrolit yang abnormal, peningkatan kadar enzim hati dan muntah
yang lebih parah (Goodwin et al., 1992a).10
Bukti mendukung hubungan antara kadar HCG dan kehamilan tirotoksikosis
transien, tetapi peran yang tepat dalam HG, bagaimanapun,masih belum jelas. Apakah

5
tingkat HCG dapat berpartisipasi dalam memicu terjadinya muntah atau menjadi
konsekuensi paralel dari hipersekresi HCG masih belum diketahui. Penyebab lain
hipertiroidisme seperti penyakit Graves 'tidak menimbulkan gejala HG. Selain itu,
hipertiroidisme lebih sering terjadi tetapi tidak eksklusif hanya pada pasien HG, dan
banyak pasien HG tidak menderita hipertiroidisme.10

Infeksi Helicobacter pylori


Peningkatan insidens infeksi Helicobacter Pylori ditemukan pada pasien HG dan
sehingga hal ini menjadi kandidat salah satu faktor etiologi HG. Pada total sebelas
penelitian case control prospektif, 5 di antaranya adalah kontrol, insidens Infeksi
Helicobacter pylori pada pasien HG diukur, sebagian besar menunjukkan secara
signifikan peningkatan laju infeksi pada pasien HG daripada kelompok kontrol.
Hanya satu penelitian menggunakan pemeriksaan histologi biopsi mukosa, dianggap
sebagai standar emas untuk pemeriksaan infeksi H.pylori, sebagai alat diagnostik.
Dalam studi ini, 95% dari semua pasien HG diuji positif untuk H. pylori dibandingkan
dengan 50% pada kelompok kontrol (Bagis et al., 2002). Mereka juga menemukan
secara signifikan densitas H. Pylori yang lebih tinggi pada antrum dan corpus
lambung pada pasien HG. Densitas H. Pylori berkorelasi dengan derajat keparahan
gejala dan mungkin menjadi sebuah penjelasan untuk perbedaan antara 'Morning
sickness' biasa dan HG yang parah. Infeksi Helicobacter pylori pada wanita hamil bisa
disebabkan oleh perubahan pH lambung atau perubahan sistem kekebalan tubuh yang
berhubungan dengan kehamilan. Sebuah manifestasi subklinis Infeksi H. Pylori dapat
terjadi akibat perubahan pH lambung karena peningkatan akumulasi cairan yang
disebabkan oleh peningkatan hormon steroid pada wanita hamil (Kocak et al., 1999).
Perubahan imunitas humoral dan selular selama kehamilan bisa menyebabkan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi H. pylori pada kehamilan,hal ini ini mungkin
yang lebih cocok pada pasien HG (Lanciers et al., 1999). 10
Hipotesis bahwa kerentanan terhadap H. Pylori yang merupakan hal sekunder
terhadap kadar steroid atau perubahan dalam sistem kekebalan tubuh tidak
memberikan penjelasan yang memuaskan. Jika infeksi berkaitan secara kausal dengan
hormon steroid tinggi, efek ini akan paling menonjol pada akhir kehamilan,
sedangkan fungsi kekebalan akan diaktifkan pada pasien HG dan tidak mungkin
menyebabkan kerentanan lebih besar terhadap infeksi. Tampaknya lebih mungkin

6
bahwa jika kerusakan pada GIT terjadi akibat muntah yang berlebihan meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi H.pylori subklinis.10

Gambar 2
Hipotesis efek endokrinologi dalam patogenesis hiperemesis
gravidarum10

Penyebab Psikologi
Secara historis, muntah pada wanita hamil dianggap mewakili berbagai konflik
psikologi. Mual dan muntah diyakini hasil penolakan terhadap keamilan atau
ketidaksiapan untuk menjadi seorang ibu akibat kepribadian yang tidak dewasa,
kecemasan dan tekanan yang dialami selama kehamilan. 12
Hipotesis lain mengemukakan bahwa hiperemesi gravidarum digambarkan
dengan gejala histeria atau depresi. Hiperemesis gravidarum dapat menajdi hasil dari
stres psikogenik, kemiskinan dan konflik perkawinan.12
Peneliti telah menemukan dukungan untuk patogenesis ini karena penyebab
biologis yang belum jelas dan memberikan penjelasan yang memuaskan, dimana
ditemukan adanya penurunan angka kejadian muntah setelah pasien masuk di rumah
sakit jauh dari pengaruh keluarga dan tanggung jawab. Peneliti lain menolak teori ini

7
dan menytakan bahwa gejala psikologi adalah hasil dari stres dan hanya beban fisik
dari hiperemesis bukan penyebab.12

KLASIFIKASI
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:3,12
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat
badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan
sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.

Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistoik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis biasanya tidak spesifik dan sangat penting untuk membedakan
dengan penyebab mual dan muntah lainnya. Termasuk didalamnya ulserasi peptic,
hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid, obstruksi gastrointestinal dan adrenocortical
insufficiency. Onset gejala yang dimulai pada kehamilan diatas 10 minggu adalah tipe
dari mual dan muntah dalam kehamilan dan setelah menyingkirkan penyakit-penyakit
diatas.1,13
Gejala mual dan muntah dalam kehamilan hanya memiliki sedikit gejala
pendukung selain pasien merasa lelah. Pirexia, sakit perut, sakit kepala atau tanda
neurologi lainnya biasanya mengarah ke penyebab lain, meskipun dalam kasus yang

8
jarang mengarah pada mual muntah yang lama atau berkepanjangan contohnya dalam
kasus Wernickee’s encephalopathy atau central pontine myelinolysis.1,8,13
Gejala lain yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan,
hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. 1,8,13

DIAGNOSIS
Pada anamnesis ditemukan amenore yang disertai dengan keluhan muntah pada
usis kehamilan kurang dari 20 minggu dan pekerjaan sehari-hari terganggu. Pada
pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti fungsi vital didapatkan nadi
meningkat 100 kali per menit, tekanan menurun pada keadaan berat, subfebril hingga
gangguan kesadaran (apatis-koma). Dapat juga ditemukan kulit pucat, ikterus,
sianosis, dan berat badan menurun.8,12
Pada pemeriksaan laboratorium termasuk hematokrit, elektrolit, transsaminase,
bilirubin, fungsi tiroid, dan status urin (ada tidaknya badan keton dan pH).
Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremia, hipokalemia, dan
8,12,13
peningkatan hematokrit. Hipertiroid yang abnormal juga dapat dijumpai.
Ultrasonography dapat dilakukan untuk menyingkirkan kehamilan ganda,
kelainan trophoblast dan neoplasia. Untuk mendiagnosa adanya kelainan psikologis
dibutuhkan konsultasi psikologi.12

KOMPLIKASI
Hiperemesis graviarum dapat menyebabkan komplikasi yang ringan dan buruk.
Berat badan menurun, dehidrasi, asidosis metabolik, alkalosis, hypokalemia,
kelemahan otot, EKG yang abnormal, tetani, dan gangguan psikologi dapat
dimasukkan dalam komplikasi yang ringan. Komplikasi yang mengancam hidup yaitu
ruptur esofagus karena muntah yang berat, wernicke’s encephalopathy, central
pontine myelinolysis, retinal haemorrhage, kerusakan ginjal, spontan
pneumomediastinum, intrauterin growth retardation, dan kematian janin.5
Hiperemesis gravidarum yang berat dapat menyebabkan persediaan karbohidrat
habis dan tidak memadai untuk mempertahankan tingkat glukosa darah. ketika hal ini
terjadi maka tubuh akan berespon dengan cara glukoneogenesis yaitu dengan
membentuk glukosa selain dari karbohidrat yaitu dari lemak dan protein. Produk
sampingan dari glukoneogenesis ini adalah benda keton yang bila berlebih dapat
ditemukan pada darah dan urin.12

9
PENATALAKSANAAN
Tata Laksana Awal
Pasien hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi berat atau ketonuria harus
dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida
atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48 jam, serta
pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Volume dan penggantian elektrolit (setidaknya
3 L per hari), perbaikan elektrolit potensial, vitamin dan nutrisi parenteral berupa
karbohidrat dan asam amino solution disarankan. Cairan dekstrosa dapat
menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100
mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan
sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil
laboratorium.2,3,4,5,7,11,13, 14

Pengaturan Diet
Pada pengaturan diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum disarankan untuk
minum sedikit namun frekuensi sering. Selain itu dianjurkan pula untuk mengubah
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering. Waktu bangun
pagi disarankan makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Pada suatu penelitian crossover
yag melibatkan 14 ibu hamil dengan muntah, makanan dengan komposisi protein leih
banyak menurunkan muntah lebih baik daripada makanan dengan jumlah yang sama
yang mengandung kalori dari karbohidrat dan lemak atau makanan nonkalori. 1,2,15

Terapi Farmakologi
Sekitar 10% dari wanita yang hamil yang mengalami mual muntah membutuhkan
pengobatan. Jika gejala tidak bisa diatasi dengan diet atau perubahan gaya hidup,
antiemetik dengan dosis kecil dapat diberikan. Terapi farmakologi yang diberikan
termasuk vitamin B6, antihistamin, agen prokinetik, dan obat yang lain. 2-5,7,11,13, 14
Kombinasi vitamin B6 dan antihisamin doxylamine telah diteliti pada lebih dari
6000 pasien dan kontrol dengan tidak ada bukti efek teraogenik dan pada penelitian
acak kombinasi ini berhubungan dengan 70% penurunan gejala mual dan muntah.
Kombinasi ini direkomendasikan oleh American college of Obstetricians and

10
Gynecologist (ACOG) sebagai terapi lini pertama untuk mual dan muntah pada
kehamilan. 2,4,5
Antihistamin lain dapat dilihat pada tabel dibawah. Tidak ada dari obat-obatan
tersebut yang menunjukkan efek teratogenik. 1,4
Phenothiazine atau methoclorpramide biasanya digunakan bila antihistamin
gagal. Prochlorperazine tersedia dalam buccal tablet dengan lebih kurang
menyebabkan kantuk dan sedasi bila dibandingkan dengan tablet oral. 4
Metoclorpramide adalah agen prokinetik, antagonis dopamin. Berhubungan
dengan beberapa kasus jarang dengan tardive dyskinesia, dan FDA (Food and Drug
Administration) telah mengeluarkan peringatan black-box sehubungan dengan
penggunaan obat ini. Resiko komplikasi meningkat seiring durasi pengobatan dan
total dosis kumulatif; penggunaan diatas 12 minggu harus dihindari. . 2,4,5,7,14
5-hydroxytryptamine receptor antagonist, seperti ondansetron, penggunanaanya
meningkat pada hiperemesis gravidarum tetapi informasi sangat terbatas tentang
kegunaannya untuk wanita hamil. Sebuah percobaan acak membandingkan
ondansetron dan promethazine dalam kehamilan menunjukkan kesamaan efektifitas,
tetapi ondansetron memiliki lebih sedikit efek sedatif. Dalam sebuah kasus melibatkan
169 bayi yang terekspose ondansetron pada trimester awal, 3,6% memiliki kelainan
mayor. 2,4
Droperidol dahulu efektif digunakan untuk mual dan muntah dalam kehamilan,
tetapi sekarang tidak digunakan karena beresiko menyebabkan interval QT
memanjang pada EKG dan aritmia. Telah dilaporkan kematian pada pasien yang
mendapat dosis kurang dari dosis standar obat ini. 1,4
Methylprednisolone adalah salah satu pilihan dalam kasus refrakter. Dalam
percobaan acak yang melibatkan 40 wanita, methylprednisolone lebih baik dari
promethazine untuk menangani mual dan muntah dalam kehamilan. 1,5,7,11
Dalam metaanalisis pada 4 penelitian, penggunaan glucocorticoid sebelum 10
minggu pada kehamilan berhubungan dengan resiko cleft lip dengan atau tanpa cleft
palatum. 1,4

Terapi Alternatif
Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan
mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah
salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya,

11
gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur
Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat
randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan
efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal
dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan
terhadap keluaran kehamilan.Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per
oral, empat kali sehari.2,3,4,14
Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih menjadi
kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan
lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya masih terbatas
karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang besar didapatkan tidak
terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan acupressure, namun The
Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada
pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual.
Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat
menurunkan mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan. 2,3,4,14

Gambar 3
Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam
kehamilan3

12
Tabel 1
Terapi farmakologi mual muntah dalam kehamilan4

13
PROGNOSIS
Pada sebagian besar kasus, mual dan muntah dalam kehamilan akan sembuh dengan
sendirinya setelah usia kehamilan 20 minggu. Dengan penangan yang baik
prognosisnya sangat memuaskan namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi
elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.1,12

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a


multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46.
2. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum: assessment and management. Australian
Family Physician.[Review article].2007;36(9):698-701
3. Gunawan K, Manengkei P, Ocviyanti D. Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesi
Gravidarum. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. [Review
article]. 2011;61(11):458-464.
4. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363:1544-50.
5. Kuscu NK, Koyuncu F.Hyperemesis Gravidarum: current concepts and management.
Journal by postgrad Med J. [Review article]. 2002:78:76-79.
6. Wilcox Susan R. Hyperemesis Gravidarum in Emergency Medicine. Medscape; 2013
[cited 2013 june 26]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/796564-
overview#showall.
7. Edmonds K. Miscellaneous Medical Disorders. In: Dewhurst’s Textbook of Obstetrics
& Gynaecology. 7th ed. Blackwell publishing; 2007
8. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum Clinical Presentation. Medscape;2013
[cited 2013 June 26].available from: http://emedicine.medscape.com/article/254751-
clinical#showall.
9. Roy KR. Gastrointestinal Disease and Pregnancy.Medscape;2013[cited 2013 june 26].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/186225-overview#showall
10. Verberg MFG, Gillott DJ, Al-Fardan N et al. Hyperemesis Gravidarum, a literature
review. Journal by Oxford university. [Review article].2005;11(5): 527-539.
11. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spon CY. Williams
Obstetric. 23nd ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2005.
12. Saifuddin A, Rachimhadhi T. Hiperemesis Gravidarum. In: Ilmu Kebidanan. 3rd ed.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2007
13. Pearlman M, Tintinalli J, Dyne P. Problems During the First 20 Weeks of Pregnancy.
In: Obstetric & Gynecologic Emergencies: Diagnosis and Management. 1st ed. The
McGraw-Hill Companies;2004.
14. Lord L, Pelletier K. Management of Hyperemesis Gravidarum with Enteral Nutrition.
Nutrition Issues in Gastroenterology. [review article] . 2008;63:15-31

15
15. DeCherney HA, Nathan L, Goodwin M et al. Renal, Urinary Tract, Gastrointestinal,
& Dermatologic Disorders in Pregnancy. In: Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology.10th ed. The McGraw-Hill Companies;2007.

16

Anda mungkin juga menyukai