HIDROSEFALUS KONGENITAL
OLEH
PRESEPTOR
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena dengan izin-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Clinical Science Session (CSS) yang
berjudul “Hidrosefalus Kongenital” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Bedah Universitas Andalas RSUP
DR.M.Djamil Padang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan dan
meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang Hidrosefalus Kongenital,
terutama bagi penulis sendiri dan bagi rekan-rekan sejawat lainnya.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang hidrosefalus kongenital.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro artinya air dan cephalus
artinya kepala. Hidrosefalus merupakan keadaan dimana adanya peningkatan volume
cairan serebrospinal intrakranial. Walaupun pada kebanyakan kasus cairan ini
berakumulasi di ventrikel, cairan serebrospinal terkadang berakumulasi di luar ventrikel
dan di rongga subaraknoid sekitar otak, sehingga kasus-kasus tersebut disebut dengan
hidrosefalus eksterna.1
Hidrosefalus dibagi menjadi hidrosefalus kongenital dan didapat. Hidrosefalus
kongenital adalah hidrosefalus yang terjadi sejak bayi baru lahir.
2.2 Epidemiologi
Kondisi ini merupakan penyebab signifikan dari morbiditas dan mortalitas pada
populasi anak-anak dengan prevalensi sekitar 6 per 10.000 kelahiran hidup dan
mortalitas neonatus sebelum pulang dari rumah sakit sebanyak 13%. 4
Di Amerika Serikat, kejadian hidrosefalus keseluruhan pada saat kelahiran
hidup sebanyak 0,5-4 per 1000 kelahiran hidup dimana angka ini khususnya meliputi
hidrosefalus kongenital. Insiden hidrosefalus terbanyak terjadi di Afrika dan Amerika
Latin sebanyak 145 dan 316 per 100.000 kelahiran. Di Indonesia, sebanyak 40% hingga
50% dari kunjungan berobat atau tindakan operasi bedah saraf.3
2.3 Klasifikasi
Hidrosefalus dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu hidrosefalus komunikan
dan non-komunikan. Kedua hal tersebut dibedakan berdasarkan normal atau tidak
normalnya aliran anatomis di dalam sistem ventrikel.
a. Hidrosefalus komunikan (malreseptif/hipersekretoris), terdapat hubungan antara
sistem ventrikel dengan rongga subaraknoid otak dan spinal. Keadaan ini terjadi akibat
ensfealokel, perdarahan subaraknoid atau meningitis sehingga terjadi adhesi oklusif
granulations arachnoidales.
b. Hidrosefalus non-komunikan atau obstruksi, terdapat obstruksi di sistem ventrikel
4
atau salurannya ke rongga subarachnoid. Hal ini terjadi akibat lesi desak ruang. seperti
tumor dan perdarahan, terutama pada fossa posterior, atau malformasi.
Hidrosefalus juga dibagi menjadi hidrosefalus interna dan eksterna.
a. Hidrosefalus interna, adanya dilatasi ventrikel akibat obstruksi salah satu bagian
ventrikel.
b. Hidrosefalus eksterna, adanya pelebaran rongga subaraknoid atau subdural di atas
permukaan korteks.
Klasifikasi lain membagi hidrosefalus berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut
(dalam beberapa hari), subakut (dalam minggu), kronis (bulan-tahun). Selain itu,
hidrosefalus juga dibagi menjadi hidrosefalus arrested dan ex vacuo.
a. Hidrosefalus arrested, keadaan dimana faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel
pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
b. Hidrosefalus ex-vacuo, pada kasus ventrikulomegali yang diakibatkan oleh atrofi
otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.
2.4 Etiologi
Penyebab hidrosefalus diklasifikasikan menjadi penyebab pre natal dan post
natal. Pada hidrosefalus kongenital, disebabkan oleh penyebab pre natal yang
bermanifestasi pada in utero ataupun setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh malformasi,
infeksi, dan kelainan vaskuler. Pada sebagian kasus yang tidak diketahui penyebabnya,
keadaan ini dapat disebut hidrosefalus idiopatik.
5
Pada keadaan ini, terjadi ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis
serebelum. Hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga rubaraknoid yang
tidak adekuat sehingga menyebabkan hidrosefalus dan bermanifestasi saat lahir,
namun 80% kasusnya dalam 3 bulan pertama. Sering terjadi bersama anomali lain,
seperti agenesis korpus kalosum, labiopalathoskizis, anomali okuler, anomali
jantung, dll.
Infeksi in-utero juga dapat menyebabkan hidrosefalus. Pada keadaan ini, infeksi
mengganggu aliran cairan serebrospinal dan menyebabkan kerusakan parenkimal.
Infeksi toksoplasmosis sekunder perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan stenosis
akuaduktus, kerusakan rongga subaraknoid, dan parenkim otak. Lesi-lesi ini terjadi
pada trimester kedua.
Hidrosefalus dapat terjadi karena genetik atau familial. Hidrosefalus “x-linked”
(sindrom Briker Adam) yang diturunkan secara resesif. Gen yang terkena pada kasus ini
adalah gen L1CAM pada Xq28 dengan ciri-ciri ibu jari yang teraduksi, paralisis
spastik, stenosis akuaduktus, dan retardasi mental yang berat.4
2.5 Patofisiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke
dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana
cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis
dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi
melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna
laterales dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya
peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf
(suatu jalan ke circulus lymphaticus).
6
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume
total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS dalam 24
jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan jumlah total CSS adalah 150 cc, berarti dalam
1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada
neonatus jumlah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai
mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak
seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS.6,7
Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi, hidrosefalus juga dapat
timbul akibat : Disgenesis serebri dan atrofi serebri.
7
Gambaran klinik hidrosefalus dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab,
lokasi obstruksi, durasi dan perlangsungan penyakit. Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi dari peningkatan TIK. Rincian gambaran klinik adalah sebagai
berikut :6,7
1. Neonatus
Gejala hidrosefalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah
iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, kadang-kadang kesadaran
menurun ke arah letargi. Anak kadang-kadang muntah, jarang yang bersifat proyektil.
Pada masa neonatus ini gejala-gejala lainnya belum tampak, sehingga apabila dijumpai
gejala-gejala sepeti diatas, perlu dicurigai hidrosefalus.
2. Anak berumur kurang dari 6 tahun
Pada umumnya anak mengeluh nyeri kepala, sebagai suatu manifestasi
peningkatan TIK. Lokasi nyeri tidak khas. Kadang-kadang muntah di pagi hari. Dapat
disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan Visus.
Gangguan motorik dan koordinasi dikenali melalui perubahan cara berjalan. Hal
ini disebabkan oleh peregangan serabut kortikospinal korteks parietal sebagai akibat
pelebaran ventrikulus lateral. Serabut-serabut yang medial lebih dahulu tertekan,
sehingga menimbulkan pola berjalan yang khas.
Anak dapat mengalami gangguan dalam hal daya ingat dan proses belajar.
Apabila dilakukan pemeriksaan psikometrik akan terlihat adanya labilitas emosional
dan kesulitan dalam hal konseptualisasi.
Pada anak dibawah enam tahun, termasuk neonatus, akan tampak pembesaran
kepala karena sutura belum menutup secara sempurna. Pembesaran kepala ini harus
dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar kepala. Kepala yang besar
(makrosefal) belum tentu disebabkan oleh hidrosefalus tetapi bisa disebabkan oleh
kraniostosis.
Fontanela anterior tampak menonjol, pada palpasi terasa tegang dan padat.
Tidak ditemukannya fontanela yang menonjol bukan berarti tidak ada hidrosefalus.
Pada umur satu tahun, fontanela anterior sudah menutup atau oleh karena rongga
tengkorak yang melebar maka TIK secara relatif akan mengalami dekompresi.
Perkusi pada kepala anak memberi sensai yang khas. Pada hidrosefalus akan
terdengar suara yang sangat mirip dengan suara ketuk pada semangka masak. Pada
anak lebih tua akan terdengar suara kendi retak (cracked-pot). Hal ini menggambarkan
adanya pelebaran sutura.
8
Vena-vena di kulit kepala sangat menonjol, terutama bila bayi menangis.
Peningktan TIK akan mendesak darah vena dari alur normal di basis otak menuju ke
sistem kolateral.
Mata penderita hidrosefalus memperlihatkan gambaran yang khas, yang disebut
sebagai setting-sun sign : skelera yang berwarna putih akan tampak diatas iris. Paralisis
nervus abdusens, yang sebenarnya tidak menunjukkan letak lesi, sering dijumpai pada
anak yang lebih tua atau pada orang dewasa. Kadang-kadang terlihat nistagmus dan
strabismus. Pada hidrosefalus yang sudah lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi
papil.
3. Dewasa
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu gangguan
visus, gangguan motorik/bejalan dan kejang terjadi pada 1/3 kasus hidrosefalus pada
usia dewasa. Pemeriksaan neurologi pada umumnya tidak menunjukkan kelainan,
kecuali adanya edema papil dan atau paralisis nervus abdusens.
4. Hidrosefalus tekanan normal
Hidrosefalus ini dicirikan dengan trias demensia, gangguan berjalan dan
inkontinensia urin. Hal ini terutama pada penderita dewasa. Gangguan berjalan
dicirikan oleh berjalan lambat, langkah pendek dengan pengurangan ketinggian langkah
dan ataksia dimana kaki diletakkan di permukaan jalan dengan kekuatan yang
bervarisasi. Pada saat mata tertutupakan tampak jelas ke tidak stabilan postur tubuh.
Tremor dan gangguan gerakan halus jari-jari tangan akan mengganggu tulisan tangan
penderita.
9
3. Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau
kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium
bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko
yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah
ditinggalkan. 7
Gambaran Radiologi
1. Foto Polos Kepala
Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran
tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta kalsifikasi
abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran ukuran
kepala yang lebih besar dari orang normal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica,
gambaran vena-vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula
eksterna dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering
ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.
Gambar 8. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus.Tampak kepala yang membesar
kesemua arah. Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada foto diatas.7
2. USG
10
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan
degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat jarang
digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus.
(a)
(b)
Gambar 9a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga. Tampak dilatasi
bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan penipisan jaringan otak
(gambar b).8
3. CT Scan
Dengan menggunakan CT Scan, kita dapat menentukan ukuran dari ventrikel.
Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari
tumor tersebut. Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi dari ventrikel
pada foto CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang menyebabkan
terjadinya hidrosefalus. Dengan CT-Scan hidrosefalus sudah bisa ditegakkan.
11
Gambar 10. CT Scan kepala potongan axial pada pasien hifrosefalus, dimana tampak
dilatasi kedua ventrikel lateralis.8
4. MRI
Dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosefalus, kita dapat melihat adanya
dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan penyebab dari hidrosefalus tersebut.
Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari
tumor tersebut. Selain itu pada MRI potongan sagital akan terlihat penipisan dari
korpus kalosum.
Gambar 11. MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi
12
pada foramen Luschka dan magendie. Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis dan
quartus serta peregangan korpus kalosum.9
Gambar A. Gambar B.
Gambar 12a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus nonkomunikans akibat
obstruksi pada foramen Luschka dan magendie. Tampak dilatasi dari ventrikel
lateralis (gambar B) dan ventrikel quartus (gambar A).9
Gambar 13. MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan hidrosefalus obstruktif
(nonkomunikans).Tampak massa menekan ventikulus quartus dan menyebabkan
hidrosefalus obstruktif.9
13
Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan
hematom subdural
Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang
yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
Tumor otak
Kepala besar
Megaloensefali : jaringan otak bertambah
Makrosefali : gangguan tulang
Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro
(saraf) dan bedah neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.
Komplikasi hidrosefalus :
Atrofi otak dan Herniasi otak yang dapat berakibat kematian
Atrofi Otak : Secara progresif volume otak akan semakin
menurun diikuti dengan dilatasi ventrikel karena penuaan. Tetapi
Atrofi didefinisikan sebagai hilangnya sel atau jaringan, jadi
atrofi serebri dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan otak
(neuron dan sambungan antarneuron). Biasanya disebabkan oleh
penyakit-penyakit degeneratif seperti multiple sklerosis, korea
huntington dan Alzheimer. Gejala yang muncul tergantung pada
bagian otak yang mengalami atrofi. Dalam situasi ini, hilangnya
jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara
pasif dengan CSS.
2.9 Tatalaksana
1. Medikamentosa
dengan farmakologi tidak efektif untuk jangka waktu yang lama. Pengobatan secara
14
farmakologi bekerja dengan mengurangi produksi CSS (Acetazolamide atau
operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kgBB. Pada keadaan akut
dapat diberikan manitol. Diuretik dan kortikosteroid dapat diberikan walaupun hasinya
kurang memuaskan.7
2. Operasi
Shunt merupakan terapi yang banyak dilakukan pada kebanyakan orang. Hanya 25%
pasien dapat diobati tanpa melakukan shunt. Prinsip dari shunt adalah membentuk
hubungan atau saluaran antara ventrikulus dengan rongga plura atau peritoneum.12
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi
penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili
Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan
Tindakan lumbal pungsi dianggap gagal jika terjadi dilatasi ventrikel menetap,
cortical mantel makin tipis, pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks, dan dilatasi
ventrikel yang progresif. Komplikasi dari tindakan ini dapat berupa herniasi
15
b. Shunting3
Jenis lain dari shunt adalah lumbo peritoneal shunt. Pda shunt ini CSS dialirkan
dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau
2.10 Prognosis
1. Kelangsungan Hidup
16
meninggal saat masih dalam uterus atau dilakukan terminasi pada kehamilan karena
ventricolomegaly yang progresif. Pada bayi seperti ini, segera dilakukan Shunt dan
2. Kelangsungan Organ
keterbelakangan mental,verbal dan ingatan. Selain itu juga menyebabkan kelainan pada
mata.13
BAB III
KESIMPULAN
pemeriksaan khusus.
medikamentosa (pada beberapa kasus dengan tingkatkan yang masih ringan) dan juga
dengan menggunakan operasi (pada kasus yang berat). Prognosis atau keberlangsungan
penyakit sangat ditentukan oleh adanya kelainan neural dan ekstraneural yang menetap.
Pada sebagian besar kasus, 50 % kasus meninggal saat masih dalam uterus, sisanya
17
berkembang menjadi ventricolomegaly yang progresif. Pada bayi seperti ini, segera
mental dan kognitif. Kemampuan atau pengetahuan sangat berkurang bila dibandingkan
keterbelakangan mental, verbal, ingatan dan juga menyebabkan kelainan pada mata.
DAFTAR PUSTAKA
18
9. Horenstein M. Aqueductal stenosis causing obstructive hydrocephalus. 2009
September 25]. Available From : URL : http://www.ultrasound-images.com.
Diakses tanggal 03 Februari 2013
10. Espay AJ. Hydrocephalus. 2009 Agustus 20. Available from :
URL : http://www.emedicine.medscape.com/artikel/1135286. Diakses tanggal 04
Februari 2013
11. Pedoman diagnosis dan terapi, LAB/UPF ILMU BEDAH 2008 EDISI III,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO SURABAYA. (Hal
20-23)
12. Bonnemann CG, Golden JA. Developmental Structural Disorders. In : Goetz CG,
Editor.Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed. Pennsylvania: Saunders; 2003. p
553-6.
13. Johnston MV, Kinsman S. Congenital Anomalies of the Central Nervous System.
In : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Editors. Nelson Textbook of
Pediatrics. 17th Ed. Pennsylvania: Saunders; 2004. p 1983-92.
19