PENDAHULUAN
Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di
Indonesia. Pada Riskesdas 2007, didapatkan 13% balita dengan gizi kurang dan 5,4% gizi buruk.
Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi dan protein, MEP diklasifikasikan menjadi
MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum
menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan dan anak tampak
kurus. Pada gizi buruk, di samping gejala klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan
bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus dan
marasmik-kwashiorkor, walaupun demikian dalam penatalaksanaannya sama.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat
badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit
yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh.
Pemeriksaan Fisik
1. MEP ringan
1
Anemia ringan
Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat
2. MEP berat
a. Kwashiorkor
Perubahan mental sampai apatis
Anemia
Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut/rontok
Gangguan sistem gastrointestinal
Pembesaran hati
Perubahan kulit (dermatosis)
Atrofi otot
Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh
b. Marasmus
Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
Perubahan mental, cengeng
Kulit kering, dingin dan mengendor, keriput
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang
Otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat jelas
Kadang-kadang terdapat bradikardi
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
c. Marasmik-kwashiorkor
Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan kwashiorkor secara bersamaan
Crazy Pavement Dermatosis
Kriteria Diagnosis:
2
BB/TB <-3SD
Lingkar lengan atas < 11,5
Pemeriksaan Penunjang
Kadar gula darah, darah tepi lengkap, urin lengkap, feses lengkap, elektrolit serum, protein
serum (albumin, globulin), ferritin.
Tes mantoux
Radiologi (dada, AP dan lateral)
EKG
TATALAKSANA
MEP berat ditatalaksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dengan 10 langkah
tindakan seperti pada tabel di bawah ini:
Medikamentosa:
a. Atasi/cegah hipoglikemi
Gula darah ≤ 25 mg/dL atau dengan gejala: koreksi secara IV bolus dekstrosa 10% 2
cc/kgBB
Gula darah > 25 - < 47 mg/dL: nutrisi oral/enteral segera: ASI atau PASI, maka 100
ml/kg/hari (hari pertama)
3
b. Atasi/cegah hipotermi (<36,0oC):
Pada bayi atau anak kecil: pemasanan suhu tubuh anak yang hipotermia adalah dengan
cara ‘kangguru’, kontak langsung kulit ibu dan kulit anak untuk memindahkan panas
tubuh anak dan anak diselimuti seluruh tubuhnya.
Pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan lampu, diletakkan
50 cm dari tubuh anak
Suhu dimonitor tiap 30 menit, dihentikan pemanasan bila suhu tubuh mencapai 37,0oC
c. Atasi dehidrasi
4
d. Atasi gangguan elektrolit: pemberian ReSoMal
- Rehidrasi secara oral dengan Resomal, secara parenteral hanya pada dehidrasi berat
dan syok. Dosis: 5-10 ml/kgBB/pemberian
5
f. Mulai pemberian makanan F-75
6
g. Pemberian makanan untuk tumbuh kejar F-100
7
h. Pemberian mikronutrien:
Vitamin A, dosis sesuai usia yaitu <6 bulan: 50.000 SI (setengah kapsul biru), 6-12
bulan: 100.000 SI (kapsul biru), > 1 tahun: 200.000 SI (kapsul merah) pada awal
perawatan dan hari ke-15 atau sebelum pulang
Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg per hari
Pemberian tablet Fe:
i. Stimulasi: kasih sayang, lingkungan yang ceria, terapi bermain terstruktur selama 15-30
menit/hari (permainan ci luk ba, dll), aktivitas fisik segera setelah sembuh, keterlibatan ibu
(memberi makan, memandikan, bermain dan sebagainya)
j. Tindak lanjut: memberikan contoh kepada orang tua mengenai menu dan cara membuat
makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat, sesuai umur berat badan anak
dan terapi bermain terstruktur. Saran: memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering,
sesuai dengan umur anak, membawa anak kembali untuk kontrol secara teratur (bulan 1:
1x/minggu, bulan 2: 1x/2 minggu, bulan 3-4: 1x/bulan), pemberian suntikan/imunisasi
8
dasar dan ulangan (booster), pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis
sesuai umur.
Pemantauan
Kriteria Pemulangan
Tumbuh Kembang
Edukasi
a. Pengetahuan gizi
b. Melatih ketaatan dalam pemberian diet
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Langkah Promotif/Preventif
Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial. Tindakan pencegahan
bertujuan untuk mengurangi insidens dan menurunkan angka kematian. Oleh karena ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat
dilakukan beberapa langkah, antara lain:
9
a. Pola makan
Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan)
b. Pemantauan tumbuh kembang dan pemantauan status gizi secara berkala (sebulan sekali
pada tahun pertama)
c. Faktor sosial
Mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu
yang sudah berlangsung secara turun-menurun dan dapat menyebabkan terjadinya MEP
d. Faktor ekonomi
Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya
persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan,
sedangkan kemisikinan penduduk merupakan akibat lanjutannya. Ditekankan pula
perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya.
e. Faktor infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam derajat ringan,
menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
10