Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

TEKNIK PEWARNAAN DAN PEMURNIAN ISOLAT

Oleh :

Kelompok 20

Nama :

Rahma Dewi Hutami

NIM :

1142005013

Asisten :

Nadiah Yola Putri

Puteri Denita Novianti

TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BAKRIE

JAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Teknik Pewarnaan
1.1. Pewarnaan Sederhana
1.1.1. Latar Belakang
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan
menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk
melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan
susunan selnya. Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan
basa. Pada umumnya antara lain kristal violet, metylen blue,
karbol, fuchsin, dan safranin (lay, 1994). Pewarnaan sederhana
merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-
pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik
(suka dengan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin.
Karena pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu
macam zat warna, hal ini dapat meningkatkan kontras antara
mikroorganisme dan sekelilingnya. Prosedur Pewarnaan
sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering
digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada
mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentuk yang bulat
(coccus), batang (basil), dan spiral. Pada coccus dapat terlihat
penataan seperti rantai (streptococcus), buah anggur
(stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang
terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).

1.1.2. Tujuan
- Mempelajari teknik pewarnaan dengan menggunakan satu
jenis pewarna
- Melihat bentuk-bentuk sel bakteri
1.2.Pewarnaan Gram
1.2.1. Latar Belakang
Pewarnaan gram merupakan salah satu bagian dari pewarnaan
diferensiasil. Pewarnaan gram merupakan salah satu metode pewarnaan
ganda yang digunakan sebagai dasar pengamatan dan awal dari
identifikasi bakteri untuk membedakan bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif berdasarkan sifat fisik dan kimia dinding sel
bakteri. Pewarnaan gram menggunakan pewarna utama Kristal
Violet dan pewarna tandingan Safranin. Pada zat warna basa bagian
yang berperan menempelkan warna disebut klorofor bermuatan positif.
Sedangkan zat warna asam yang berperan memiliki muatan negatif.
Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada dinding
sel, maka dari itu metode ini tidak dapat dilakukan pada bakteri
yang tidak memiliki dinding sel seperti genus.
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat
bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk
bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri
seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan
kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Pewarnaan ini dapat membagi bakteri menjadi gram positif
dan gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk menahan
pewarna primer (kristal ungu) atau kehilangan warna primer dan
menerima warna tandingan (safranin). Bakteri gram positif
menunjukkan warna biru atau ungu dengan pewarnaan ini,
sedangkan bakteri gram negatif menunjukkan warna merah.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa
keberhasilan dari pewarnaan gram ini bergantung pada dinding
selnya. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram
pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi
dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan
gram negatif mengandung lemak dalam presentase lebih tinggi
dan dinding selnya tipis.
Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan
bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar
permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel
dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram
negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya
terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori-pori mengkerut, daya
rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna
safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu, yang
merupakan warna dari Kristal Violet.

1.2.2. Tujuan
- Mengetahui prosedur pewarnaan gram, memahami
pentingnya setiap langkah dan secara umum memahami
reaksi-reaksi kimiawi dalam prosedur tersebut
- Mampu membedakan bakteri gram positif dan gram negatif

1.3. Pewarnaan Negatif


1.3.1. Latar Belakang
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan
pewarna asam seperti negrosin, eosin, atau tinta india sebagai
pewarna utama. Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang
sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti spirochaeta.
Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap
pada latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri.
Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan
negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan
memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang
juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak
dapat menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena
negative charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan
negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang).

1.3.2. Tujuan
- Mempelajari teknik pewarnaan negatif

1.4. Pewarnaan Spora


1.4.1. Latar Belakang
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora,
yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium. Struktur spora yang
terbentuk di dalam tubuh vegetatif bakteri disebut sebagai
‘endospora’ (endo = dalam, spora = spora) yaitu spora yang
terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi
dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki
beberapa lapisan tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk
membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada
kondisi yang ekstrim.
Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk
endospora ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan
pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk
melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel
vegetatifnya. Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam
pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang
dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan
yang dimaksudkan tersebut adalah dengan penggunaan larutan
Hijau Malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetatif juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga sel
vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau.
Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan
posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat
mewarnai spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding
spora itu sendiri. Semua spora bakteri mengandung asam
dupikolinat, yang mana substansi ini tidak dapat ditemui pada sel
vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki
oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam
dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai
menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau
malakit.
Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri,
diantaranya yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner.
Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah
hijau malaksit dan safranin, sedangkan pada metode Dorner,
pewarna yang digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan
dan negrosin. Pada pewarnaan spora menggunakan metode
Schaeffer-Fulton, spora berwarna hijau dan vegetatif berwarna.
Sedangkan pewarnaan spora dengan metode Dornen, dihasilkan
spora berwarna merah sedangkan vegetatif tidak berwarna
(transparan).
1.4.2. Tujuan
- Mempelajari teknik pewarnaan spora dengan cara Schaefler
dan Fulton
- Mengamati beberapa letak spora bakteri

B. Pemurnian Isolat
1.1.Latar Belakang
Dari proses penangkapan mikroba dari suatu tempat tertentu
dengan menggunakana cawan petri yang berisi Nutrient Agar (NA) yang
diisolasi selama 2 hari, didapatkan bahwa adanya pertumbuhan mikroba
dalam cawan petri tersebut. Karena penangkapan mikroba ini berdasarkan
udara, maka mikroba yang tertangkap dan tumbuh dalam cawan petri ini
heterogen. Untuk mengetahui apa saja mikroba yang usdah ditangkap
dalam suatu proses isolasi mikroba, maka perlu dilakukan purifikasi atau
pemurnia mikroba.
Pemurnian mikroba inipun menggunakan medium Nutrient Agar
(NA) sama halnya seperti isolasi mikroba. Tetapi Nutrient Agar (NA)
yang digunakan dalam purifikasi atau permurnian ini tidak dalam cawan
petri, tetapi dalam tabung reaksi kecil. Medium dalam tabung reaksi ini,
dalam keadaan miring. Hal ini dimaksudkan agar dengan dimiringkannya
permukaan medium, maka luas ruang pembiakan untuk pemurniannya
menjadi lebih luas disbanding dengna menggunakan medium yang datar.

1.2.Tujuan
1.2.1. Mempelajari cara memindahkan biakan mikroba dari satu tempat
ke tempat lain secara aseptik
BAB II

ALAT DAN BAHAN

A. Teknik Pewarnaan
2.1. Pewarnaan Sederhana

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


1. Mikroskop - 1 buah Aquades - 1 botol
2. Kawat ose - 1 buah Alkohol - 1 botol
Biakan
3. Bunsen - 1 buah (Staphylococcus - 1 tetes
sp.)
Botol
4. - 1 botol
semprot
Kaca
5. - 1 buah
preparat
Penjepit
6. - 1 buah
kayu

2.2. Pewarnaan Gram

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


1. Mikroskop - 1 buah Aquades - 1 botol
2. Kawat ose - 1 buah Alkohol - 1 botol
Biakan
3. Bunsen - 1 buah (Staphylococcus - 1 tetes
sp.)
Botol
4. - 1 botol Kristal violet - 1 tetes
semprot
Kaca
5. - 1 buah Iodin - 1 tetes
preparat
Penjepit
6. - 1 buah Alkohol 95% 1 tetes
kayu
7. Safranin - 1 tetes
2.3. Pewarnaan Negatif

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


1. Mikroskop - 1 buah Aquades - 1 botol
2. Kawat ose - 1 buah Alkohol - 1 botol
Biakan
3. Bunsen - 1 buah (Staphylococcus - 1 tetes
sp.)
Botol
4. - 1 botol Tinta cina - 1 tetes
semprot
Kaca
5. - 1 buah
preparat
Penjepti
6. - 1 buah
kayu

2.4. Pewarnaan Spora

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


1. Mikroskop - 1 buah Aquades - 1 botol
2. Kawat ose - 1 buah Alkohol - 1 botol
Biakan
3. Bunsen - 1 buah (Staphylococcus - 1 tetes
sp.)
Botol
4. - 1 botol Malachite green - 1 tetes
semprot
Kaca
5. - 1 buah Safranin - 1 tetes
preparat
Penjepit
6. - 1 buah
kayu

B. Pemurnian Isolat

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah


Nutrient Agar
Rak
(NA) miring
1. tabung - 1 buah - -
dalam tabung
reaksi
reaksi
Biakan dari
percobaan
Tabung
2. - 1 buah sebelumnya - -
reaksi
dalam cawan
petri
3. Bunsen - 1 buah
BAB III

CARA KERJA

A. Teknik Pewarnaan
3.1. Pewarnaan Sederhana

No. Keterangan Gambar

Membersihkan kaca preparat dengan


1.
aquades

Menyemprotkan alkohol ke kaca


2. preparat yang sudah dikeringkan dari
aquades

Mendiamkan dan mendinginkan kaca


3.
preparat di dekat bunsen
No. Keterangan Gambar

4. Mensterilkan kawat ose

Mengambil biakan (Staphylococcus sp.)


5.
dengan kawat ose

Menambahkan biakan (Staphylococcus


sp.) di tengah kaca preparat dan
6.
menghomogenkan dan memfiksasi
biakan tersebut dengan kawat ose

7. Mengamatinya dengan mikroskop


3.2. Pewarnaan Gram

No. Keterangan Gambar

Membersihkan kaca preparat dengan


1.
aquades

Menyemprotkan alkohol ke kaca


2. preparat yang sudah dikeringkan dari
aquades

Mendiamkan dan mendinginkan kaca


3.
preparat di dekat bunsen

4. Mensterilkan kawat ose


No. Keterangan Gambar

Mengambil biakan (Staphylococcus sp.)


5.
dengan kawat ose

Menambahkan biakan (Staphylococcus


sp.) di tengah kaca preparat dan
6.
menghomogenkan dan memfiksasi
biakan tersebut dengan kawat ose

Meneteskan kristal violet di atas biakan


7.
(Staphylococcus sp.)

Mendiamkan lalu mencuci kaca


8.
preparat dari kristal violet
No. Keterangan Gambar

Mengeringkan dan mendinginkan kaca


9.
preparat di dekat bunsen agar tetap steril

Meneteskan iodin ke kaca preparat di


10. tempat biakan ((Staphylococcus sp.)
sebelumnya dan mendiamkan sejenak

Mencuci iodin dari kaca preparat


11. dengan air mengalir lalu
mendinginkannya di dekat Bunsen

Meneteskan alkohol di atas tempat


12.
biakan (Staphylococcus sp.)
No. Keterangan Gambar

Mencuci bekas alkohol di kaca preparat


13. dengan air mengalir lalu
mendinginkannya di dekat Bunsen

Meneteskan safranin di atas tempat


14.
biakan (Staphylococcus sp.)

Mencuci safranin di kaca preparat


15.
dengan air mengalir

Mengamati kaca preparat dengan


16.
mikroskop
3.3. Pewarnaan Negatif

No. Keterangan Gambar

Membersihkan kaca preparat dengan


1.
aquades

Menyemprotkan alkohol ke kaca


2. preparat yang sudah dikeringkan dari
aquades

Mendiamkan dan mendinginkan kaca


3.
preparat di dekat Bunsen

Menambahkan tinta cina di pojok kanan


4.
preparat
No. Keterangan Gambar

Mengambil biakan (Staphylococcus sp.)


5. dengan kawat ose lalu
menambahkannya di atas tinta cina

6. Meratakan tinta cina ke kaca preparat

7. Mengamatinya dengan mikroskop

3.4. Pewarnaan Spora

No. Keterangan Gambar

Membersihkan kaca preparat dengan


1.
aquades

Menyemprotkan alkohol ke kaca


2. preparat yang sudah dikeringkan dari
aquades
No. Keterangan Gambar

Mendiamkan dan mendinginkan kaca


3.
preparat di dekat bunsen

4. Mensterilkan kawat ose

Mengambil biakan (Staphylococcus sp.)


5.
dengan kawat ose

Menambahkan biakan (Staphylococcus


sp.) di tengah kaca preparat dan
6.
menghomogenkan dan memfiksasi
biakan tersebut dengan kawat ose
No. Keterangan Gambar
Meneteskan malachite green di atas
7. biakan (Staphylococcus sp.) dan
mendiamkannya sejenak
Mencuci malachite green dari kaca
8.
preparat dengan air mengalir

Meneteskan safranin di atas tempat


9.
biakan

Mencuci safranain dari kaca preparat


10.
dengan air mengalir

11. Mengamati dengan mikroskop


B. Pemurnian Isolat
No. Keterangan Gambar
Menyiapkan tabung Nutrient Agar (NA)
1.
miring dan member label nama
Memegang kawat ose di tangan kanan
2. dan cawan petri yang berisi biakan di
tangan kiri
Menyeterilkan kawat ose diatas bunsen
3. dan menjaga agar cawan petri tidak jauh
dari bunsen
Menyeterilkan bagian samping cawan
petri yang akan dibuka sedikit untuk
4.
mengambil biakannya sambil menjaga
kawat ose agar tidak jauh dari bunsen
Mengambil biakan dari cawan pteri
5. dengan kawat ose yang sebelumnya
sudah didinginkan di dinding cawan
Setelah terambil biakannya, memegang
6. tabung berisi NA miring dengan tangan
kiri
Membuka kapas penutup tabung dengan
kelingking tangan kanan dan menaruh
7.
biakan secara zig zag ke permukaan
Nutrient Agar (NA) miring
Segera menutupkan kembali kapas
8. penutup tabung dengan kelingking
tangan kanan
9. Menyeterilkan kembali kawat ose
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Teknik Pewarnaan
4.1. Pewarnaan Sederhana

No. Keterangan Gambar

Mikroba : Staphylococcus sp.


1. Bentuk : Coccus (bulat) bergerombol
Warna : Hitam
bakteri

Mikroba : Vibrio sp. bakteri


2. Bentuk : Comma
Warna : Hitam

Mikroba : Bacillus sp. bakteri


3. Bentuk : Bacillus (Batang)
Warna : Hitam

bakteri
Mikroba : Streptococcus sp.
4. Bentuk : Coccus (Bulat) rantai
Warna : Hitam
4.2. Pewarnaan Gram

No. Keterangan Gambar

Mikroba : Staphylococcus sp.


1. Bentuk : Coccus (Bulat) bergerombol
Warna : Ungu bakteri

bakteri
Mikroba : Vibrio sp.
2. Bentuk : Comma
Warna : Ungu

Mikroba : Bacillus sp.


3. Bentuk : Bacillus (Batang)
Warna : Ungu
bakteri

Mikroba : Streptococcus sp. bakteri


4. Bentuk : Coccus (Bulat) rantai
Warna : Ungu
4.3. Pewarnaan Negatif

No. Keterangan Gambar

Mikroba : Staphylococcus sp.


1. Bentuk : Coccus (bulat) bergerombol
Warna : -

Mikroba : Vibrio sp.


2. Bentuk : Comma
Warna : Putih bening bakteri

Mikroba : Bacillus sp.


3. Bentuk : Bacillus (Batang) -
Warna :

bakteri

Mikroba : Streptococcus sp.


4. Bentuk : Coccus (Bulat) rantai
Warna : Putih bening
4.4. Pewarnaan Spora

No. Keterangan Gambar

bakteri

Mikroba : Staphylococcus sp.


1. Bentuk : Coccus (bulat) bergerombol
Warna : Hijau

Mikroba : Vibrio sp.


2. Bentuk : Comma bakteri
Warna : Hijau

Mikroba : Bacillus sp. bakteri


3. Bentuk : Bacillus (Batang)
Warna : Merah spora

Mikroba : Streptococcus sp. bakteri


4. Bentuk : Coccus (Bulat) rantai
Warna : Hijau
B. Pemurnian Isolat
No. Keterangan Gambar

Hasil pemurnian dari isolasi di pojokan


1 taman lantai 9 ditemukan banyak mikroba
BAB V

PEMBAHASAN

A. Teknik Laboratorium
5.1. Pewarnaan Sederhana
Dalam prosedur pewarnaan sederhana yang dilakukan
praktikan, tidak disebutkan adanya pemakaian pewarna seperti kristal
violet atau metilen biru. Oleh karena itu, praktikan menduga bahwa
dalam pewarnaan sederhana ini, yang bekerja sebagai pewarnanya
adalah aquades.
Pada hasil pengamatan terhadap bakteri Staphylococcus sp.
menggunakan mikroskop, didapatkan bahwa memang bentuk bakteri
tersebut adalah coccus (bulat) dan bergerombol seperti anggur. Akan
tetapi gambar yang dihasilkan praktikan kurang jelas bentuk dan
penataannya, hal ini mungkin dikarenakan kurangnya perbesaran yang
digunakan. Tetapi dengan melihat bakteri tersebut, kita tahu bahwa
bakteri tersebut bergerombol. Sehingga praktikan menduga, memang
benar jika bakteri yang diamati praktikan merupakan Staphylococcus
sp..
Pada hasil pengamatan bakteri Vibrio sp., didapatkan bahwa
memang bentuk dari bakteri yang diamati adalah vibrio atau
berbentuk spiral seperti coma. Sehingga, praktikan menduga bahwa
memang benar jika bakteri yang diamati merupakan bakteri Vibrio sp..
Pada hasil pengamatan terhadap bakteri Bacillus sp.,
seharusnya didapatkan bentuk bekteri seperti bacillus (batang), tetapi
hasil dari pengamatan dengan mikroskop kurang jelas bahwa bentuk
dari bakteri tersebut adalah batang. Hal ini mungkin disebabkan
perbesaran yang digunakan praktikan kurang besar.
Pada hasil pengamatan terhadap bakteri Streptcoccus sp.,
didapatkan bahwa memang bentuk bakteri tersebut adalah coccus
(bulat) dan berjajar seperti rantai.. Sehingga praktikan menduga,
memang benar jika bakteri yang diamati praktikan merupakan
Streptococcus sp..

5.2. Pewarnaan Gram


Pada hasil pengamatan terhadap bakteri Staphylococcus sp.
menggunakan mikroskop didapatkan bahwa bentuk dari bakteri yang
telah diamati oleh praktikan adalah coccus (bulat) yang bergerombol.
Tetapi dalam hasil pengamatan praktikan, bentuk bakterinya memang
kurang terlihat jika bentuknya adalah bulat, tetapi jika gambar
diperbesar, maka akan terlihat bahwa bakteri tersebut bulat dan
bergerombol. Dan karena bakteri tersebut berwarna ungu, maka
praktikan menduga bahwa bakteri Staphylococcus sp. merupakan
bakteri gram positif yang berbentuk bulat dan bergerombol.
Pada bakteri Vibrio sp., didapatkan bahwa bakteri yang
diamati oleh praktikan seharusnya berbentuk vibrio. Tetapi bakteri
yang diamati oleh praktikan tidak terlalu terlihat bentuk vibrionya. Hal
ini mungkin dikarenakan kurangnya perbesaran yang digunakan. Dan
warna dari bakteri yang diamati praktikan adalah ungu. Sehingga
praktikan menduga bahwa bakteri Vibrio sp. tersebut termasuk dalam
bakteri gram positif.
Pada bakteri Bacillus sp., didapatkan bahwa bakteri yang
diamati praktikan memang ada yang berbentuk bacillus (batang),
tetapi ada beberapa bakteri yang bentuknya tidak terlalu terlihat kalau
bentuknya bacillus (batang). Dan warna dari bakteri yang diamati oleh
praktikan berwarna ungu. Sehingga praktikan menduga bahwa bakteri
Bacillus sp. yang diamati merupakan bakteri gram positif.
Pada bakteri Streptcoccus sp., didapatkan bahwa bakteri yang
diamati oleh praktikan seharusnya berbentuk coccus (bulat) dan
berbentuk rantai. Tetapi karena mungkin perbesaran yang digunakan
oleh praktikan kurang, maka bentuk coccus (bulat) dari kurang
terlihat dengan jelas. Tetapi memang terlihat kalau ada bakteri yang
berbentuk rantai. Dan warna dari bakteri Streptcoccus sp. yang
diamati praktikan adalah ungu. Sehingga, praktikan menduga bahwa
bakteri Streptcoccus sp. tersebut termasuk bakteri gram positif.

5.3. Pewarnaan Negatif


Pada hasil pengamatan terhadap bakteri Staphylococcus sp.
menggunakan mikroskop, praktikan mendapatkan bahwa praktikan
tidak dapat melihat bakteri. Hal ini mungkin dikarenakan kurang
homogennya saat mencampurkan tinta cina dengan biakan. Ataupun
dikarenakan terlalu banyaknya tinta cina yang dipakai.
Pada bakteri Vibrio sp., didapatkan bahwa
Pada bakteri Bacillus sp., didapatkan bahwa
Pada bakteri Streptcoccus sp., didapatkan bahwa
5.4. Pewarnaan Spora
Pada hasil pengamatan terhadap bakteri Staphylococcus sp.
menggunakan mikroskop
Pada bakteri Vibrio sp., didapatkan bahwa
Pada bakteri Bacillus sp., didapatkan bahwa
Pada bakteri Streptcoccus sp., didapatkan bahwa

B. Pemurnian Isolat
BAB VI

KESIMPULAN

1. Dari pengamatan keempat bakteri tersebut dan dari latar belakang yang
ada, maka dapat diketahui bahwa dinding sel bakteri tersebut
komposisinya didominasi dengan protein pada bakteri gram positif dan
lemak pada bakteri gram negatif.
2. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar
belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat
terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah
pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan
negatif, yang juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna
tidak dapat menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena
negative charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini,
sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang).
3. Penggunaan larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk memperjelas
pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5%
sehingga sel vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna
hijau.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.academia.edu/10414811/Pewarnaan_Bakteri_1_MAKALAH_
PEWARNAAN_SEDERHANA_NEGATIF_KAPSUL_dan_GRAM
diakses pada Selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 01.49
2. http://www.academia.edu/11704012/Pewarnaan_Sederhana diakses pada
Selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 01.57
3. http://www.academia.edu/8884921/PEWARNAAN_BAKTERI diakses
pada Selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 02.09
4. http://www.academia.edu/6554037/5_Pewarnaan_Gram diakses pada
Selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 02.15
5. http://ilmuveteriner.com/ciri-ciri-dan-bentuk-bakteri/ diakses pada Selasa,
6 Oktober 2015 pada pukul 03.07
6.

Anda mungkin juga menyukai