Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 1

PENETAPAN BESI DAN MANGAN

2 Mei 2018

Oleh :

Kelompok 9

1. Nur Rezky Arifatunnisa (1152005013)


2. Wildan Kusuma (1162005004)

Asisten :

Rizki Rahayu

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BAKRIE

JAKARTA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ion besi dan mangan dapat menimbulkan masalah yang serius dalam
system penyediaan air minum . kedua macam ion tersebut biasanya banyak
terkandung dalam air tanah, air sungai dan air danau. Kandungan ion-ion besi
dan mangan akan bertambah pada musim-musim tertentu.
Besi dalam tanah mineral terdapat dalam bentuk yang tak terlarut yaitu sebagai
ferri oksida dan ferosulfida. Pada daaerah-daerah tertentu sebagai fero karbonat
yang agak mudah larut. Apabila air tanah mengandung CO2, fero karbonat akan
terlarut dalam jumlah yang besar dengan reaksi sebagai berikut:
FeCO3 + CO2 + H2O → Fe2+ + 2HCO3-

Di beberapa tempat besi terdapat dalam tanah sebagai senyawa ferri yang
tak mudah larut. Selama kadar oksigen terlarut cukuo besar, air di daerah ini
tidak mengandung besi walaupun kandungan CO2 cukup tinggi. Akan tetapi jika
kandungan oksigen terlarut habis (anaerobic), ion feri akan tereduksi menjadi ion
yang ada dalam air yang mengandung CO2.
Lain halnya dengan Mangan. Pada dasarnya Mangan terdapat dalam
tanah sebagai MnO2 yang tidak larut dalam air yang mengandung CO2. Dalam
kondisi anaerobic Mn4+ akan tereduksi menjadi Mn2+ yang lebih mudah larut
dalam air yang mengandung CO2.
Air yang mengandung besi atau mangan apabila berkontak dengan udara
akan menjadi keruh dan terlihat tidak menyenangkan karena terbentuknya
endapan koloid Fe3+ dan Mn4+ dalam air akibat oksidasi yang terjadi.
Kecepatan oksidasi akan bertambah dengan hadirnya katalis anorganik tertentu
atau oleh aktivitas mikroorganisme.
Ion besi memberikan rasa amis dalam air dan memberi kesempatan
tumbuhnya bakteri pengguna besi dalam system distribusi. Oleh karena itu
dalam

2
sitem penyediaan air minum kandungan besi ddibatasi sampai 0,3 mg/L dan mangan
0.05 mg/L.

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengukur kadar besi dalam air dengan metode presipitasi dan metode kolorimetri
atau spektrofotometri,
2. Mengukur kadar mangan dengan metode persulfat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetapan Kadar Besi

Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk.
Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat
atom 55,85g/mol, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-3 dan umumnya
mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang
dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk
mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian
kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur
besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam,
terutama karbon). (Eaton Et.al, 2005; Rumapea, 2009 dan Parulian, 2009).
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %, di tanah sekitar 0.5 – 4.3%, di
sungai sekitar 0.7 mg/l, di air tanah sekitar 0.1 – 10 mg/l, air laut sekitar 1 – 3
ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan biasanya
kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/L sedangkan
konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai dengan + 25
mg/l. Di alam biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite,
taconite, limonite, goethite, siderite dan pyrite (FeS), sedangkan di dalam air
umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam
ferro (Fe2+) (Eaton Et.al, 2005)
Pada air yang tidak mengandung oksigen O2, seperti seringkali air tanah,
besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai
yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut
pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa m g/l), bahkan dapat
menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat
padat dan bisa mengendap. (Alaerts,1987)
Konsentrasi besi dalam air minum dibatasi maksimum 0.3 mg/l (sesuai
Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002), hal ini berdasarkan alasan
masalah warna, rasa serta timbulnya kerak yang menempel pada sistem

4
perpipaan. Manusia dan mahluk hidup lainnya dalam kadar tertentu
memerlukan zat besi sebagai nutrient tetapi untuk kadar yang berlebihan
perlu dihindari. Garam ferro misalnya (FeSO4) dengan konsentrasi 0.1 –
0.2 mg/L dapat menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum.
Dengan dasar ini standar air minum WHO untuk Eropa menetapkan kadar
besi dalam air minum maksium 0.1 mg/l sedangkan USEPA menetapkan
kadar maksimum dalam air yaitu 0.3 mg/l. (Arifin, 2007; Eaton Et.al,
2005 dan Said, 2003).

2.2 Penetapan Kadar Mangan

Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang


merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94
g.mol- 1, nomor atom 25, berat jenis 7.43g.cm-3, dan mempunyai valensi
2, 4, dan 7 (selain 1, 3, 5, dan 6). Mangan digunakan dalam campuran baja,
industri pigmen, las, pupuk, pestisida, keramik, elektronik, dan alloy
(campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon), industri
baterai, cat, dan zat tambahan pada makanan. Di alam jarang sekali berada
dalam keadaan unsur. Umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan
berbagai macam valensi. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang
sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4,
valensi 6.

Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air,
senyawa mangan dan besi berubah-ubah tergantung derajat keasaman (pH)
air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan
besi valensi dua tersebut dengan berbagai cara dioksidasi menjadi senyawa
yang memiliki valensi yang lebih tinggi yang tidak larut dalam air sehingga
dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik. Mangan di dalam senyawa
MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut
dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl2, MnSO4,
Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air. (Eaton Et.al,
2005; Janelle, 2004 dan Said, 2003).

6
BAB III

METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Rabu, 2 Mei 2018
Waktu : 07.15 WIB
Alamat : Tj. Duren Barat Grogol Petamburan Jakarta Barat, 11510
Lokasi : Titik 9 (Jalan Tanjung Duren Barat No. 10)
Koordinat : -6. 173803, 106. 779789
Foto Lokasi :

Gambar 3.1 Foto Lokasi

7
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Sampling

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Sampling

No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Jumlah


1. Botol sampling 500 mL 1 buah - -
2. Dirigen sampel 1,5 L 1 buah - -
3. Meteran 5 meter 1 buah - -

3.2.2. Besi

Tabel 3.2 Alat dan Bahan Besi

3.2.3. Mangan

Tabel 3.3 Alat dan Bahan Mangan

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Cara Kerja Sampling

Tabel 3.4 Cara Kerja Sampling

No Cara kerja Gambar

Menyiapkan alat sampling yaitu


1
water sampler dan dirijen

8
Masukkan water sampler hingga
2 mencapai kedalaman ½ dari
kedalaman sungai

Diamkan beberapa saat hingga


water sampler terisi penuh, lalu
3
tarik ke permukaan secara
perlahan agar air tidak tumpah.

Water sampler yang telah terisi,


airnya kemudian dipindahkan
4 kedalam dirigen yang sudah
disiapkan dengan cara
dimiringkan

3.3.2. Cara Kerja Besi

Tabel 3.5 Cara Kerja Besi

No. Cara Kerja Gambar

Masukkan air sampel kedalam gelas beker


1.
secukupnya

9
Ambil 50 mL air sampel dengan
2. menggunakan pipet gondok kemudian
masukkan kedalam labu erlenmeyer

Tambahkan HCl sebanyak 2 mL dan 1 mL


3.
NH2OH.HCl

Kemudian didihkan hingga volume tersisa


4.
15 – 20 mL

Bandingakan dengan blanko volume


5.
dengan blanko

10
Dinginkan, kemudian masukkan kedalam
6.
labu ukur 50 mL

Setelah itu masukkan 10 mL larutan


7.
penyangga

Masukkan 4mL phenontrolin kedalam labu


8.
ukur

11
Kemudian tambahkan aquades hingga
9. tanda tera lalu homogenkan dan diamkan
selama 10 sampai 15 menit

Ambil sampel air yang telah diberi


perlakuan dan masukkan kedalam kuvet
10.
kemudian ukur dengan spektrofotometer
λ510nm

3.3.3. Cara Kerja Mangan

Tabel 3.6 Cara Kerja Mangan

No. Cara Kerja Gambar

Masukkan air sampel kedalam gelas beker


1.
secukupnya

12
Ambil 50 mL air sampel dengan
2. menggunakan pipet gondok kemudian
masukkan kedalam labu erlenmeyer

Masukkan 5 mL pereaksi khusus kedalam


3.
labu Erlenmeyer yang berisi sampel air

Kemudian tambahkan 1 tetes H2O2, I gr


4.
(NH4)2S2O8 dan aquades sebanyak 90 mL

5. Didihkan selama 1 menit

13
Dinginkan selama 1 menit, kemudian
6.
pindahkan kedalam labu ukur 100 mL

Ambil sampel air yang telah diberi perlakuan


7. dan masukkan kedalam kuvet kemudian ukur
dengan spektrofotometer λ525nm

3.4 Metode
3.4.1 Prinsip Penetapan Besi
Menggunakan metode presipitasi dan metode kolorimetri. Metode
presipitasi digunakan jika kadar besi dalam air sangat besar seperti pada air
limbah industri. Sementara metode kalorimetri digunakan untuk penetapan kadar
besi yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Umumnya pada air minum terkandung
kadar besi yang tidak terlalu banyak, oleh karena itu digunakan metode
kalorimetri yang diharapkan dapat memberikan hasil yang memuaskan dan tidak
memerlukan perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan analisis. Selain kedua
metode tersebut, besi dapat pula ditetapkan dengan menggunakan instrumentasi
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).

14
Pada praktikum ini menggunakan metode kalorimetri yang dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Phenathoroline. Besi yang terdapat
dalam larutan akan direduksi menjadi bentuk Fe2+ oleh pendidihan dengan
adanya asam hidroksilamin, serta direaksikan dengan 1,10 phenanthroline pada
pH 3,2 – 3,3. Tiga molekul phenanthroline mengilat masing – masing ion Fe2+
membentuk kompleks merah – jingga. Warna yang dihasilkan selanjutnya dapat
diukur secara visual seperti pada metode tiosianat atau dengan menggunakan
spektrofotometer.
1.3.1 Penetapan Mangan
Penetapan Mangan dilakukan secara kolorimetri dengan metode persulfat
yang diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 525
nm. Oksidasi Mn2+ oleh persulfat menjadi Mn7+ (sebagai MnO4-) yang berwarna
merah ungu dalam suasana asam menggunakan Ag+ sebagai katalis. Warna
merah ungu yang timbul dibandingkan dengan warna standar KmnO4 dan diukur
dengan spektrofotometer.

15
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


4.1.1. Pengamatan Insitu

Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Insitu

No. Gambar Keterangan


Pada saat melakukan sampling
1. terlihat cuaca di sekitar lokasi
sampling sangat cerah

Berdasarkan hasil pengukuran


terhadap lebar sungai
didapatkan lebar sungai
2.
sebesar 19,91 yang dilakukan
dengan mengukur dari ujung
ke ujung jembatan

Kondisi sungai tempat


melakukan sampling terlihat
3.
berwarna hitam, berbau, dan
banyak sampah.
Kedalaman sungai 0,9 m dan
4.
kedalaman sampling 0,45 m

Kecepatan aliran benda


5. terhadap panjang tetapan
sebesar 53,5 detik

16
pH sungai berdasarkan alat
6.
ukut pH meter sebesar 7,16

7. Suhu air sampel 27,40C

Berdasarkan pengukuran
menggunakan alat turbidimetri
8.
didapatkan turbiditas air
sampel sebesar 75,8NTU

17
Nilai DO air sampel sebesar
9.
4,24 mg/l

4.1.2. Hasil Pengamatan Eksitu


4.1.2.1. Hasil Pengamatan Besi

Tabel 4.1.2. Hasil Pengamatan Besi

Sebelum Sesudah Hasil Spektrofotometer Keterangan

terjadi
perubahan
warna larutan
setelah diberi
pereaksi azo
menjadi jingga

18
4.1.2.2. Hasil Pengamatan Mangan

Tabel 4.1.3. Hasil Pengamatan Mangan

Sebelum Sesudah Hasil Spektrofotometer Keterangan

Terjadi
perubahan
warna dari
bening menjadi
merah muda
seulas

4.2. Perhitungan
4.2.1. Debit Aliran Sungai

Diketahui : - Panjang sungai tetapan (P) = 2meter

- Lebar sungai (l) = 19,91 meter


- Kedalaman sungai = 1,96meter
- Kedalaman sampling (h) = 0,98 meter
- Waktu pergerakan benda (t) = 65 s

Ditanya :

1. kecepatan aliran (v) ?


2. Luas permukaan (A) ?
3. Debit air (Q) ?

Penyelesaian :

𝑝 2
1. v = 𝑡 = 65 = 0,03 m/s

2. A = l x h = 19,91 x 0,98 = 19,51 m2


3. Q = A x v = 19,51 x 0,03 = 0,585 m3/s

19
4.2.2. Penetapan Asiditas

Diketahui :

- Volume titrasi 1 = 0,5 ml


- Volume titrasi 2 = 0.5 ml
- BE CaCO3 = 50 mg/l
- N NaOH = 0,02N

Ditanya :

1. Asiditas total sebagai CaCO3 ?


2. Asiditas asam kuat (metil jingga) sebagai CaCO3 ?
3. Asiditas CO2 sebagai CaCO3 ?

Penyelesaian :

0.5+0.5
Volume total larutan = =0.5 mg/l
2
(𝐴+𝐵)𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
1. Asiditas total sebagai CaCO3 = 𝑥1000 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂₃
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(0+0.5)𝑥 0.02
= 𝑥1000 𝑥 50
50

= 10mg/l

2. Asiditas asam kuat (mj) sebagai CaCO3 =


𝐴 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 0 𝑥 0.02
𝑥1000 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂₃ = 𝑥1000x 50
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 50

= 0 mg/l
3. Asiditas CO2 sebagai CaCO3 = asiditas total – asiditas asam kuat

= 10 mg/l – 0 mg/l = 10mg/l

4.2.3. Penetapan Alkalinitas

Diketahui :

20
- Volume titrasi 1 = 4,5 ml
- Volume titrasi 2 = 4,5 ml
- BE CaCO3 = 50 mg/l
- N H2SO4 = 0,02N

Ditanya :

1. Alkali pp sebagai CaCO3 ?


2. Alkali mj sebagai CaCO3?
3. Alkali total sebagai CaCO3?

Penyelesaian :

4,5+4,5
Volume total titrasi = = 4,5 mg/l
2

𝐴 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 1000
1. Alkali PP sebagai CaCO3 = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0 𝑥 0.02 𝑥 50 𝑥 1000
=
50

= 0 mg/l
(𝐵−𝐴)𝑥 𝑁 H2SO4 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 1000
2. alkali mj sebagai CaCO3 = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(4,5−0)𝑥 0.02 𝑥 50 𝑥 1000
= 50

= 90 mg/l
𝐵 𝑥 𝑁 H2SO4 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 1000
3. alkali total sebagai CaCO3 = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(4,5−0)𝑥 0.02 𝑥 50 𝑥 1000
= 50

= 90 mg/l

4.2.4. Penetapan CO2


Diketahui : - Volume titrasi 1 = 0,5 ml

- Volume titrasi 2 = 0,4 ml

- Rata – rata volume = 0,45ml

- N NaOH = 0,02 N

21
- Volume sampel = 50 mg/l
Ditanya : - mg CO2/l = ?
Penyelesaian :
𝐴 ×𝑁 ×44 ×1000 0.45 𝑥 0.02 ×44 ×1000
mg CO2/l = = = 7,92 mg/l
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 50

4.3. Pembahasan

Praktikum ini dilakukan untuk menetapakan asiditas, alkalinitas dan CO2


pada sampel air yang berada di jalan tanjung duren barat nomor 10. Penetralan
asiditas, alkalinitas, dan CO2 ini dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan
standar NaOH 0,02N; larutan standar H2SO4 0,02 dan larutan standar Na2S2O3.

Sebelum melakukan sampling terlebih dahulu melakukan pengamatan


mengenai kondisi sekitar sungai dan keadaan sungai. Berdasarkan pengmatan
yang dilakukan didapatkan kondisi sungai yang kotor karena terdapat sampah
yang menumpuk pada sisi kanan dan kiri sungai, air berwarna kecoklatan, dan
terdapat pemukiman. Pengambilan sampel air dilakukan pada pukul 9.15 dengan
cuaca yang sangat panas. Setelah dirigen yang berisi air sampel penuh, kemudian
dilakukan pengukuran terhadap kedalaman sungai dengan cara memasukkan
water sampler kedalam sungai hingga menyentuh dasar sungai, hal tersebut
digunakan untuk menentukan kedalaman sampling sehingga didapat 0,98 m untuk
kedalaman sampling, pengukuran kedalaman ini bertujuan untuk mengetahui debit
air sungai, maka didapatkan debit air sebesar 0,585m3/s. selain itu dilakukan
pengukuran juga terhadap lebar sungai dan didapatkan lebarnya sebesar 19,91 m
dan panjang sungai berdasarkan kesepakatan sepanjang 2 m. Panjang sungai ini
digunakan untuk mengetahui waktu tempuh sebuah benda yang kemudian
waktunya dipakai untuk mencari kecepatan aliran sungai, berdasarkan perhitungan
yang dilakukan kecepatan aliran sungai didapat sebesar 0,03m/s.

Setelah melakukan pengambilan sampel air, kemudian dilakukan


pengukuran kualitas air berdasarkan beberapa parameternya yaitu : temperature,
pH, turbiditas, DO untuk mengetahui kandungan yang ada didalam air. Parameter

22
– parameter yang harus diukur merupakan parameter insitu yang sebaiknya diukur
ditempat pengambilan sampel, hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
perubahan parameter pada air sampel jika tidak langsung dilakukan pengukuran.

Hasil pengukuran terhadap pH didapatkan nilai 7,3 berdasarkan hasil


pengukuran tersebut parameter pH masih tergolong aman (tidak melebihi baku
mutu) dikarenakan menurut PP nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air pH untuk setiap kelas berada di angka 5-9.

Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap DO dengan menggunakan alat


DO Meter didapatkan hasil sebesar 7,58mg/l. DO (dissolved oxygen) merupakan
tolak ukur untuk mengetahui kualitas air. Semakin besar nilai DO nya maka
kualitas air akan semakin bagus. Tetapi kebutuhan oksigen hewan air cukup
bervariasi. Kebutuhan oksigen paling tinggi sebesar 6mg/l untuk ikan – ikan yang
dalam masa pemijahan. Maka sesuai dengan PP Nomor 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemar air DO yang didapatkan telah
melebihi batas (baku mutu) sehingga tidak terlalu baik bagi kehidupan hewan air
yang ada disungai tersebut. Kelarutan oksigen yang berlebih tersebut dipengaruhi
oleh suhu, luas dareah permukaan perairan, salinitas air, dan tekanan atmosfernya.

Pada sampel air dilakukan pengkuran terhadap turbiditas dan didapatkan


nilai sebesar 18,38 NTU yang nilainya berada dibawah standar yang ditetapkan
oleh Badan Air Permen. Kes. RI No. 173/Men.Kes./Per/VIII/1977 yaitu sebesar
25. Kekeruhan pada air ini disebabkan oleh adanya kandungan organik maupun
anorganik yang ada diperairan. Nilai turbiditas yang berada dibawah standar
berpengaruh terhadap nilai DO yang ada didalam air, karena semakin besar nilai
turbiditas maka nilai DO akan semakin menurun. Selanjutnya dilakukan
pengukuran suhu pada sampel air, untuk nilai suhu air sebesar 25, 60C yang
merupakan suhu udara yang standar bagi sungai.

Setelah melakukann pengukuran terhadap parameter insitu, kemudian


dilakukan percobaan penetapan asiditas, penetapan alkalinitas, dan penetapa CO2.
Pada penetapan asiditas untuk pH diatas 4,5 percobaannya hanya dilakukan

23
dengan menggunkan indikator fenolftalein (pp) sebanyak 3 tetes yang kemudian
dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,02 N yang dilakukan sebanyak 2
kali percobaan dengan memperhatikan volume titrasi larutan NaOH yang
digunakan. Pada titrasi pertama digunakan larutan NaOH sebanyak 0,5ml untuk
merubah warna sampel dari bening menjadi warna merah muda. Hal serupa
dilakukan pada percobaan kedua dengan menggunkan larutan NaOh sebanyak
0,5ml untuk merubah sampel yang bening menjadi berwarna merah muda.
Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil asiditas total sebagai CaCO3 sebesar ,
asiditas asam kuat sebesar , asiditas CO2 sebagai CaCO3 sebesar

BAB V

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen. 2017. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I.


Universitas Trisakti: Jakarta

Anonim. 2011. Laporan Penentuan Kadar Nitrat.


https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan
- penentuan-kadar-nitrat-spektrofotometer-shimadzu.
Politeknik Negeri Bandung: Bandung.. Sabtu 22
April 2017 pukul 15.53.

Romana, Setya. 2014. Analisis Kadar NO2 dengan


Spektrofotometer.
http://laporansetya.blogspot.co.id/2014/10/analisis-kadar-no2-
nitrit- dengan.html. Diakses pada 22 April 2017 pukul 16.52

24

Anda mungkin juga menyukai