Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOFARMASI

PERJALANAN OBAT DALAM TUBUH

“SALEP MATA”

Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si., Apt.

Di susun oleh:
Herlany Oktavia 16334077
Rizky Amelia 16334076

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Perjalanan Obat Dalam Tubuh tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi nilai dan tugas mata kuliah Biofarmasi
di Fakultas Farmasi Institus Sains dan Teknologi Nasional.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si.,
Apt. yang telah membimbing penulis sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis, Aamiin Ya Rabbal Alamin
.

Jakarta, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

BAB II........................................................................................................................................ 6

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6

BAB III .................................................................................................................................... 14

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 14

BAB IV .................................................................................................................................... 23

PENUTUP................................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastik dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh
(Djuanda, 2005).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m². Rata-rata tebal kulit 1-2 mm (Harahap, 2000).

Aditif adalah bahan yang tidak aktif dalam bentuk sediaan. Aditif adalah non obat
Komponen untuk penataan bentuk sediaan. Pemilihan bahan pembawa topikal sangat
tergantung Berbagai faktor dermatologis dan faktor farmasi. Di sini, perkutan penyerapan
dengan akumulasi obat sistemik yang cukup besar sangat penting. Idealnya, tidak akan ada
akumulasi obat secara lokal, namun akumulasi tersebut tidak dapat dihindari. Obat dipaksa
melalui jendela diffusional yang relatif kecil yang didefinisikan oleh area kontak Patch.
Konsekuensinya, konsentrasi tinggi dan berpotensi mengganggu atau sensitisasi dari Obat
dalam jaringan yang layak yang mendasari tambalan tersebut telah ditentukan sebelumnya
oleh sifat

Proses pengiriman Faktor dermatologi adalah penetrasi penyerapan, kondisi kulit,


Kompatibilitas, sifat emolien. Faktor farmasi adalah stabilitas, pelarut properti, properti
pengemulsi. Basis semprot sangat penting untuk kendaraan bentuk dosis topikal semipadat.
Dosis topikal dirancang untuk mengerahkan aktivitas lokal bila dioleskan ke kulit atau
selaput lendir. Bentuk dosis topikal adalah pelindung, emolien dan terapeutik.

Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang
memungkinkan analisis cermat tentang bentuk,intensitas cahaya,dan warna dipantukan
obyek.Mata adalah organ penglihatan berupa struktur yang sangat khusus dan
kompleks,menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.Mata terletak di dalam
struktur tengkorak yang melindunginya,yaitu orbita.
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata,ada beberapa bentuk
sediaan pada obat mata,dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja
tertentu.Penghantaran obat ke mata juga terhambat oleh ada barier yang melindungi
mata.Begitu banyak faktor yang mempengaruhi absorbsi sediaan obat mata.Begitu banyak
faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi 3 kategori,yaitu:

1.Faktor fisiologi

2.Faktor fitokimia

3.Faktor formulasi

B.Tujuan

Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai perjalanan
obat dalam tubuh untuk sediaan salep mata.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai
berikut :

1.Bagaimana perjalanan obat salep mata di dalam mata


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Anatomi Mata

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,terletak dalam lingkaran
bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang
baik dan kokoh.Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi,karena sekret mata
mengandung enzim lizozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
membantu mengeliminasi organisme dari mata.Mata adalah organ penglihatanyang mana
memiliki struktur yang sangat khusus dan komplek.Menerima dan mengirimkan data ke
korteks serebral.Indra penglihatan yang terletak pada mata(organ visus) terdiri dari organ
okoli assesoria(alat bantu mata) dan okulus (bola mata).

Gambar Anatomi Mata

 Organ Okuli Assesoria


Organ Okuli Assesoria (alat bantu mata),terdapat di sekitar bola mata yang sangat erat
hubungannya dengan mata dan terdiri dari:
a. Kavum Orbita
Merupakan rongga mata yang berbentuk seperti kerucut dan puncaknya
mengarah ke depan dan ke dalam.Dinding ronnga mata dibemtuk oleh
tulang:os.frontalis,os.Zigomatikum,os.Stenoidal,os.Palatum,os.Lakrimal,rongg
a mata mempunyai beberapa celah yang berhubungan dengan rongga
otak,rongga hidung,rongga etmoidalis,rongga bola mataini berisi jaringan
lemak,otak,fasia,saraf dan pembuluh darah.

b. Supersilium (alis mata)


Merupakan batas orbita dan potonga kulit tebal yang melengkung,dan
ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar
matahari.
c. Palpebra (kelopak mata)
Mrupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus
okuli.Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung mata terhadap gangguan
yang datang dari luar misalnya serangga,melindungi bola mata dari
trauma,serta mengeluarkan sekresi kelenjarnyayang membentuk film air mata
di depan kornea.
d. Aparatus Lakrimalis (air mata)
Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior.Melalui
duktus ekskretoriuslakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva.Sistem
sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.Sistem
ekskresi mulai pada pungtum lakrimalis,kanalikuli lakrimal,sakus
lakrimal,yang terletak di bagian depan rongga orbita,air mata dari duktus
lakrimal akan mengalirke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
e. Muskulus okuli (otot mata)
Merupakan otot ekstrinsik mata,yang terdiri dari 7 buah otot,dimana 6 buah
otot diantaranya melekat dengan os.Kavum orbitalis dan satu buah
mengangkat kelopak mata ke atas.
• Muskulus levator palpebris superior inferior,fungsinya mengangkat
kelopak mata.
• Muskulus orbikularis okuli otot linkar mata,fungsinya untuk menuup
mata.
• Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata),fungsinya
menggerakkan bola mata.
• Muskulus obliques okuli inferior,fungsinya menggerakkan bola mata
ke bawah dan kebawah
• Muskulus obliques okuli superior,fungsinya memutar bola mata ke
atas,ke bawah dan ke luar
f. Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata
(palpebra) dan kemudian berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior
bola mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet.

 Okulus
Okulus(mata) meliputi bola mata (bulbus okuli)
a. Tunika okuli
Terdiri dari:
• Kornea
Merupakan selaput yang tembus cahaya.Kornea berperan meneruskan
dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata.
• Sklera
Merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian putih
mata.
b. Tunika vaskulosa okuli
Merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh
darah.Lapisan ini menurut letaknya terbagi 3 bagian,yaitu:
• Koroid
Merupakan selaput yang tipis dan lembab,dimana fungsinya
memberikan nutrisi pada tunika
• Korpus siliaris
Merupakan lapisan yang tebal dan berfungsi dalam terjasinya
akomodasi
• Iris
Merupakan bagian terdepan tunika vaskuola okuli,yang berwarna
karena mengandung pigmen.Dibagian tengah terletak bagian yang
berlubang yang disebut pupil.Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya
yang masuk ke mata.

c. Tunika Nervosa
Merupakan lapisan terdalam bola mata yang disebut retina.Retina dibagi atas 3
bagian:
• Pars optika retina
Dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa
bola mata
• Pars siliaris
Merupakan lapisan yang dilapisibagian dalam korpussiliar
• Pars iridika
Melapisi bagian permukaan belakang iris

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:

1. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa Aqueous humor adalah suatu cairan jernih
yang mengisi bilik mata depan dan belakang.Komposisi aqueous humor sama
denan plasma,kecuali konsentrasi askorbat,piruvat,dan laktat yg lebih
tinggi,protein,urea dan glukosa yang lebih rendah.Aqueous humor diproduksi
oleh corpus ciliare.Setelah masuk ke bilik mata belakang,aqueous humor
mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di
sudut bilik mata depan.
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada di
belakang mata,mulai dari lensa hingga retina.(Evelin C Pearce: 317).Dalam
hal ini cairan yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit
glaukoma adalah aqueus humor,dimana cairan ini berasal dari badan sisiari
mengalir ke arah bilik anterior melewati iris dan pupil,diserap kembali
kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus
yang dikenal sebagai saluran schlemm.(Evelin C Pearce:317)

 Struktur Pelindung mata


Struktur yang melindungi mata antara lain adalah:
a. Orbita Adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata,otot-
otot,saraf,pembuluh darah,lemak dan struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan air mata,
b. Kelopak Mata merupakan lipatan kulis tipis yang melindungi mata.Kelopak
mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda
asing,angin,debu,dan cahaya yang sangat terang.
c. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata
dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier
(penghalang)
d. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan
kanan,menghasilkan air mata yang encer.Air mata berfungsi menjaga
kelembaban dan kesehatan mata,selain itu air mata kaya akan antibodi yang
membantu mencegah terjadinya infeksi.Pada manusia,selaput air mata yang
membungkus mata disebut sebagai selaput prekorneal (preconeal film),terdiri
dari 3 lapisan yang berbeda,dari luar sampai ke dalam:
• Lapisan lemak (lipid layer) berfungsi membungkus lapisan berair
(aqueous layer),memberikan halangan tahan air yang membungkus air
mata dan mencegahnya meluap ke pipi.
• Lapisan berair (aqueous layer) berfungsi meningkatkan penyebaran
selaput air mata,meningkatkan penanganan atas penyebab
infeksi,meningkatkan pengaturan osmosis.
• Lapisan mukosa (Mucous layer) berfungsi membungkus
kornea,meningkatkan lapisan tahan air,meratakan penyebaran air
mata,menutupi kornea.
e. Enam otot ekstraokuler mengelilingi tiap bola mata dan menggerakan mata.

 Gejala penyakit pada mata


Gejala penyakit pada mata antara lain sebagai berikut:
1) Kehilangan penglihatan
Bila pasien mengeluh tentang hilangnya penglihatan sangat penting untuk
memastikan sifat akut hilangnya penglihatan dan ada tidaknya perasaan
nyeri.Hilangnya penglihatan mendadak tanpa rasa nyeri dapat terjadi akibat
oklusi pembuluh darah retina atau ablastio retina.Hilangnya penglihatan
mendadak dengan disertai rasa nyeri terdapat pada serangan glaukoma sudut
sempit akut.Hilangnya penglihatan yang berangsur tanpa rasa sakit biasanya
pada glaukoma simpleks menahun.
2) Nyeri mata
Nyeri dimata banyak penyebabnya.Nyeri mungkin dirasakan seperti terbakar,
berdenyut,nyeri tekan atau perasaan tertarik yang kemungkinan hal tersebut
berkaitan dengan etiologinya.Fotofobia adalah nyeri mata yang berhubungan
dengan cahaya,seperti terdapat pada radang iris.
3) Diplopia
Diplopia atau peglihatan ganda merupakan keluhan yang umum.Terjadi akibat
penyesuaian yang yang keliru dari mata.
4) Mata berair atau kering
Kekeringan terjadi akibat gangguan sekresi kelenjar lakrimal.Penyebab umum
adalah Sindrom Sjogren.
5) Mata mengeluarkan screet
Berhubungan dengan keadaan alergi atau penyakit virus,sedangkan purulen
terdapat pada infeksi bakteri
6) Mata merah
Kemerahan tersebut dapat terjadi karena trauma,infeksi,alergi atau
peningkatan tekanan dalam mata

 Sediaan Obat Mata


 Salep Mata
Adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang
cocok.Cara pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau
sebagai serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steril ,hasil akhir
dimasukan secara aseptic salam tube teril.bahan obat dan dasar salep salep
disterilkan dengan cara yang cocok,sedangkan tube disterilkan dalam otoklaf
pada suhu antara 115º sampai 116º selama tidak kurang dari 30 menit.Salep
mata steril harus memenuhi syarat:
a. Homogenitas,tidak boleh mengandung bagian yang kasar yang dapat teraba.
b. Sterilitas

Metode evaluasi sediaan mata:

a. In Vitro
• Spesifikasi cara perlintasan melalui kornea
b. In vivo
• Pengukuran konsentrasi obat dalam cairan
Salep mata adalah sediaan semisolid steril yang mempunyai penampilan homogen dan
ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep mata dapat mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Basis yang umum digunakan
adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan pembantu yang
cocok seperti antioksidan, zat penstabil, dan pengawet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, yang dimaksud dengan salep mata adalah
salep yang digunakan pada mata.

Salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan homogen
dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik
dan diagnostik, dan mengandung obat seperti antimikroba (antibakteri dan antivirus),
kortikosteroid, antiinflamasi nonsteroid dan midriatik.

Salep mata dapat mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi
dalam basis yang sesuai.

Keuntungan sediaan salep mata yaitu sediaan optalmik umumnya memberikan


bioavailabilitas lebih besar dari pada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini
disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorpsi lebih
tinggi. Kekurangannya adalah salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali digunakan
saat akan tidur.

Syarat-syarat salep mata:


 Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan di bawah kondisi yang benar-benar
aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilitas yang resmi.
 Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan
menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
 Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk
mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya
ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan
adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik. Bahan obat yang ditambahkan ke
dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus.
 Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran
dan partikel logam pada Uji Salep Mata.
 Salep mata tidak boleh mengndung partikel yang dapat mengiritasi mata.
 Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama.
 Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat
dalam cairan mata dan teta mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu dalam kondisi penyimpanan yang sesuai.

STERILITAS

• Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan
mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa.

• Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling
utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digosok.

• Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan


sendirinya bahwa sediaan mata harus steril.

• Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya.

• Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana
pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim)
yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa
mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni
yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa
(Bacilllus pyocyamis).

• Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini ditunjukkan dengan suatu


pengujian literatur klinis yang penuh dengan istilah-istilah seperti enukleasi mata dan
transplantasi kornea.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bagaimana perjalanan obat sediaan salep mata dalam tubuh

Farkamokinetik obat dalam tubuh

Absorbsi, setelah pemerian obat topical, laju dan besar absorbs ditentukan oleh :

 Lamanya waktu obat tersebut berada di dalam cul-de-sac dan lapisan air mata
prakornea (waktu tinggal)
 Eliminasi melalui drainase nasolacrimal
 Ikkatan obat pada protein air mata
 metabolisme obat oleh protein air mata dan jaringan.
 difusi menembus kornea dan konjungtiva

Distribusi

Obat yang diberikan secara topical dapat distribusi sistemik terutama melalui absorbsi
mukosa hidung dan dapat juga terjadi pada distribusi ocular local melalui absorbs
transkornea/transkonjungtiva

Mekanisme setelah melalui absorbsi transkornea, aqueous humor, mengakumulasi obat.


Kemudian didistribusikan ke struktur intraokulardan di sirkulasi sistemik melalui jalur
trabecular meshwork.

Metabolisme dan Eliminasi

 Biotransformasi enzimatik obat-obat mata, terjadi keragaman enzim : esterase,


oksidoreduktase, enzim lisosom, peptidase, glukoronida, dan sulfat transferase, enzim
penngkonjungtiva, glutalion.
 Esterase dikembangkan menjadi produk untuk meningkatkan permeabilitas kornea.
Contohnya divedipin klorida (produk untuk epinefrin) dan latanopros (produk untuk
prostaglandin). Obat-obat tersebut digunakan untuk pengobatan glaucoma.
 Obat mata topical dieliminasi oleh hati dan ginjal setelah di absorbs secara sistemik.
Setiap pengobatan yang tersedia untuk mencegah penyakit mata salah satunya glaukoma
progresif melibatkan sejumlah resiko dan biaya keuangan.Pengobatan lini pertama
konvensional glaukoma biasanya dimulai dengan menggunakan topikal selektif atau
nonselektif β-blocker atau analog prostaglandin topikal.

Ada dua barier yaitu,barier statis dan dinamis yang membatasi pengiriman okular obat .Barier
statis terdiri dari segmen yang berbeda dari mata seperti kornea,sclera,retina dan barier darah-
retina sedangkan hambatan dinamis terdiri dari aliran darah neovasnkularisasi dan
konjungtiva,limfatik clearance,dan pengenceran air mata..Hambatan ini akhirnya
mempengaruhi ketersediaanhayati berbagai obat yang disampaikan melalui rute ini.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketersediaan obat salep mata yaitu:

1. Pengeluaran obat dengan lapisan air mata


Air mata keluar 16% per menit,kecuali selama waktu tidur atau selama
anestesi.Volume air mata normal adalah hanya 7 mikroliter,sehingga menyebabkan
obat hilang.
2. Terbatasnya kapasitas konjungtiva
Daerah precorneal dapat menyimpan sekitas 30 mikroliter,termasuk air mata ketika
mata tidak berkedip.
3. Pengenceran oleh air mata dan aqueous humor
Berdasarkan fungsi air mata yang dapat menetralkan efek sediaan obat mata,maka air
mata dianggap sebagai salah satu penghambat penghantaran obat mata sehingga obat
mata tidak memberikan efek farmakologis karena obat mengalami
pengenceran.Eliminasi dari mata terjadi biasanya selama aliran aqueous humor atau
bagian melintasi barier darah-okular.
4. Drainase ke saluran nasolakrimalis
Permukaan konjungtiva besar dan mukosa hidung memungkinkan sebagian obat
topical yang tidak diserap ke dalam mata untuk memasuki sirkulasi sistemik.
5. Mengikat protein
Ciliary aktif secara metabolik karena kehadiran reduktase esterase,aminopeptidases
dan keton.
Penyerapan obat dimata sering diasumsikan bahwa obat-obatan yang diberikan dalam mata
sepenuhnya dan dengan cepat diserap namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penghantaran obat pada mata.

3.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril:

a) Prinsip dari CPOB adalah memperkecil pencemaran mikroba, partikulat, dan


pirogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Keberadaan ruang penyangga untuk personil dan /atau peralatan dan bahan
 Pembuatan produk dan proses pengisian dilakukan pada ruangan terpisah
 Kondisi “operasional dan non operasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang
bersih.

b) Empat kelas kebersihan pada pembuatan produk steril:

1. Kelas A. Untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup karet,
ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) dengan kecpatan 0,36-
0,54 m/detik. Contoh kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik

2. Kelas B. Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona kelas A

3. Kelas C .Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih
rendah.Contoh kegiatan: Pembuatan larutan

4. Kelas D. Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih
rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah pencucian

c) Pembuatan Sediaan Steril

Gambaran umum pembuatan sediaan steril ada 2 macam, yaitu :

1. Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal persiapan hingga
sudah dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil yang diperoleh steril
2. Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic
processing, tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh.

3.3 KUALITAS DASAR SALEP

1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.

4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.

3.4 BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENYEDIAKAN


SEDIAAN SALEP MATA

1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas.

Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara
biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan
secara aseptik.

Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube
biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).

2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji


dibawah LAF.
3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila
wadah dibuka pada waktu penggunaan.

Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat
bakteriostatik .

3.5 WADAH SALEP MATA

• Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama.

• Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas
permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya
sampai tingkat yang minimum.

• Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada
tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan.

• Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan
garam airaksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air
(warna hitam).

3.6 EVALUASI SEDIAAN

1. Uji Sterilitas

2. Uji Ukuran Partikel Tebarkan secara merata dalam bentuk lapisan tipis sejumlah
sediaan yang mengandung sekitar 10 ìg zat aktif. Diamati di bawah mikroskop seluruh area
sampel. Disarankan untuk mengamati dengan perbesaran kecil (misal 50×) dan partikel yang
berukuran lebih besar dari jumlah 25 ìm diamati. Partikel-partikel yang besar ini dapat
diamati dengan perbesaran yang besar (misal 200× - 500×). Untuk setiap 10 ìg zat aktif, tidak
lebih dari 20 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 25 ìm, dan tidak lebih dari
2 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 50 ìm. Dan tidak ada dari partikel-
partikel ini memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 90 ìm.

3. Uji Salep Mata Bahan tambahan Bahan-bahan yang sesuai boleh ditambahkan pada
salep mata untuk meningkatkan kestabilan atau kegunaan, kecuali jika dilarang pada masing-
masing monografi dengan syarat tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak
boleh mempengaruhi efek terapi atau respon pada penetapan kadar dan pengujian yang
spesifik. Pada sediaan untuk penggunaan mata tidak boleh ditambahkan zat warna semata-
mata untuk tujuan pewarnaan pada sediaan akhir. Bahan atau campuran bahan yang sesuai
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme harus ditambahkan ke dalam salep mata yang
dikemas dalam wadah untuk pemakaian ganda, tanpa memperhatikan metode sterilisasinya,
kecuali jika disebutkan dalam masing-masing monografi, atau formula tersebut bersifat
bakteriostatik. Bahan tersebut digunakan dalam kadar tertentu yang akan mencegah
pertumbuhan atau mikroorganisme dalam salep mata. Proses sterilisasi dilakukan pada
produk akhir atau semua bahan jika salep dibuat dengan cara aseptis.. Kebocoran Pilih 10
tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik
bagian luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas
lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° + 3° selama 8 jam.
Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan
bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau
dari bagian ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak lebih dari satu
tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salep. Pengujian memenuhi syarat jika tidak
ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak
lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.

3.7 KARAKTERISTIK SEDIAAN SALEP MATA

• Kejernihan

Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara
normal diperoleh dengan filtrasi.

Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik sehingga bahan-
bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya.
Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan
LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas
dari partikel asing.Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam
langkah filtrasi yang sama.Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya
untuk pembersihan wadah dan tutup.Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak
tertumpahkan.

Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam
penyimpanan.Normalnya dilakukan tes sterilisasi

• Stabilitas

Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat,
pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutanb dan tipe
pengemasan.

Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH
6,8.Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa
hari atau bulan.

Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya
pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun

• Buffer dan pH

Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan
air mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai.

Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil
pada pH asam.Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi
biasanya paling stabil pada pH asam. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar
diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas
untuk durasi umur produk.
• Tonisitas

Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair.Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnitude sifat koligatif
larutan adalah sama.Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan
0,9 % larutan NaCl.

Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang
diusulkan.Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 % NaCl
intraokuler.

• Viskositas

USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu


kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil
selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range signifikan
meningkatkan lama kontak dalam mata.

• Bahan Tambahan

Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya


dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan
dalam konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam
epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan.
Antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.

3.8 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.
Penggunaan salep mata ini memiliki keuntungan dan kerugian diantaranya adalah:

Kelemahan dari formulasi salep mata:

• Mereka memiliki ketersediaanhayati yang sedikit karena cepatnya eliminasi


precornela,penyerapan konjungtiva,pengeringan larutan oleh gravitasi,disebabkan
lacrimasi,pergantian air mata normal.
• Penggunaan terkonsentrasi obat yang sering diperlukan untuk mencapai efek
teraupetik
• Jumlah obat yang disampaikan selama aplikasi eksternal dapat bervariasi.
• Untuk mengatasi efek samping dari pemberian dosis dan konsentrasi tinggi yang
diproduksi oleh sitem konvensional
• Menyediakan penghantaran obat berkelanjutan dan dikendalikan
• Meningkatkan ketersedianhayati obat okular oleh meningkatkan waktu kontak cornea.

Kelebihan dari formulasi salep mata:

 Kemudahan kenyamanan,pengobatan dilakukan sendiri,kepatuhan pasien ditingkatkan


dan peningkatan penetrasi hidrofil dan beratmolekul obat rendah.Penyerapancepat dan
onset cepat.
 tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak membawa
partikel dalam larutan selama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya dilakukan
tes sterilisasi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan.
 Sediaan steril adalah sedian yang selain memenuhi persyaratan fisika-kimia
juga persyaratan steril. Steril berarti bebas mikroba. Sterilisasi adalah proses
untuk mendapatkan kondisi steril. Sediaan steril secara umum adalah sediaan
farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari
mikroorganisme.

 Syarat salep mata yaitu harus aseptik. Mengandung campuran bahan untuk
mencegahpertumbujan mikroorganisme. Bebas partikel besar

 faktor dapat mempengaruhi ketersediaan obat salep mata yaitu:


-pengeluaran obat dengan lapisan air mata
- terbatasnya kapasitas konjungtiva
- pengenceran oleh air mata
- drainase ke saluran nasolakrimalis
- mengikat protein
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, M., 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta ; Hipokrates.


DEPKES RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI.
Kibbe, AH. 2000. Handbook of pharmaceutical Excipients. Third Edition. Washington D.C:
American Pharmaceutical AssociatioN.
Salvatore Turco & Robert E. King , Sterile Dosage Forms (1974), Lea & Febiger,
Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai