“SALEP MATA”
Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si., Apt.
Di susun oleh:
Herlany Oktavia 16334077
Rizky Amelia 16334076
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Perjalanan Obat Dalam Tubuh tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi nilai dan tugas mata kuliah Biofarmasi
di Fakultas Farmasi Institus Sains dan Teknologi Nasional.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si.,
Apt. yang telah membimbing penulis sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis, Aamiin Ya Rabbal Alamin
.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 14
BAB IV .................................................................................................................................... 23
PENUTUP................................................................................................................................ 23
A. Latar belakang.
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastik dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh
(Djuanda, 2005).
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m². Rata-rata tebal kulit 1-2 mm (Harahap, 2000).
Aditif adalah bahan yang tidak aktif dalam bentuk sediaan. Aditif adalah non obat
Komponen untuk penataan bentuk sediaan. Pemilihan bahan pembawa topikal sangat
tergantung Berbagai faktor dermatologis dan faktor farmasi. Di sini, perkutan penyerapan
dengan akumulasi obat sistemik yang cukup besar sangat penting. Idealnya, tidak akan ada
akumulasi obat secara lokal, namun akumulasi tersebut tidak dapat dihindari. Obat dipaksa
melalui jendela diffusional yang relatif kecil yang didefinisikan oleh area kontak Patch.
Konsekuensinya, konsentrasi tinggi dan berpotensi mengganggu atau sensitisasi dari Obat
dalam jaringan yang layak yang mendasari tambalan tersebut telah ditentukan sebelumnya
oleh sifat
Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang
memungkinkan analisis cermat tentang bentuk,intensitas cahaya,dan warna dipantukan
obyek.Mata adalah organ penglihatan berupa struktur yang sangat khusus dan
kompleks,menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.Mata terletak di dalam
struktur tengkorak yang melindunginya,yaitu orbita.
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata,ada beberapa bentuk
sediaan pada obat mata,dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja
tertentu.Penghantaran obat ke mata juga terhambat oleh ada barier yang melindungi
mata.Begitu banyak faktor yang mempengaruhi absorbsi sediaan obat mata.Begitu banyak
faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi 3 kategori,yaitu:
1.Faktor fisiologi
2.Faktor fitokimia
3.Faktor formulasi
B.Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai perjalanan
obat dalam tubuh untuk sediaan salep mata.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai
berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
A.Anatomi Mata
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,terletak dalam lingkaran
bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang
baik dan kokoh.Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi,karena sekret mata
mengandung enzim lizozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
membantu mengeliminasi organisme dari mata.Mata adalah organ penglihatanyang mana
memiliki struktur yang sangat khusus dan komplek.Menerima dan mengirimkan data ke
korteks serebral.Indra penglihatan yang terletak pada mata(organ visus) terdiri dari organ
okoli assesoria(alat bantu mata) dan okulus (bola mata).
Okulus
Okulus(mata) meliputi bola mata (bulbus okuli)
a. Tunika okuli
Terdiri dari:
• Kornea
Merupakan selaput yang tembus cahaya.Kornea berperan meneruskan
dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata.
• Sklera
Merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian putih
mata.
b. Tunika vaskulosa okuli
Merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh
darah.Lapisan ini menurut letaknya terbagi 3 bagian,yaitu:
• Koroid
Merupakan selaput yang tipis dan lembab,dimana fungsinya
memberikan nutrisi pada tunika
• Korpus siliaris
Merupakan lapisan yang tebal dan berfungsi dalam terjasinya
akomodasi
• Iris
Merupakan bagian terdepan tunika vaskuola okuli,yang berwarna
karena mengandung pigmen.Dibagian tengah terletak bagian yang
berlubang yang disebut pupil.Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya
yang masuk ke mata.
c. Tunika Nervosa
Merupakan lapisan terdalam bola mata yang disebut retina.Retina dibagi atas 3
bagian:
• Pars optika retina
Dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa
bola mata
• Pars siliaris
Merupakan lapisan yang dilapisibagian dalam korpussiliar
• Pars iridika
Melapisi bagian permukaan belakang iris
1. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa Aqueous humor adalah suatu cairan jernih
yang mengisi bilik mata depan dan belakang.Komposisi aqueous humor sama
denan plasma,kecuali konsentrasi askorbat,piruvat,dan laktat yg lebih
tinggi,protein,urea dan glukosa yang lebih rendah.Aqueous humor diproduksi
oleh corpus ciliare.Setelah masuk ke bilik mata belakang,aqueous humor
mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di
sudut bilik mata depan.
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada di
belakang mata,mulai dari lensa hingga retina.(Evelin C Pearce: 317).Dalam
hal ini cairan yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit
glaukoma adalah aqueus humor,dimana cairan ini berasal dari badan sisiari
mengalir ke arah bilik anterior melewati iris dan pupil,diserap kembali
kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus
yang dikenal sebagai saluran schlemm.(Evelin C Pearce:317)
a. In Vitro
• Spesifikasi cara perlintasan melalui kornea
b. In vivo
• Pengukuran konsentrasi obat dalam cairan
Salep mata adalah sediaan semisolid steril yang mempunyai penampilan homogen dan
ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep mata dapat mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Basis yang umum digunakan
adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan pembantu yang
cocok seperti antioksidan, zat penstabil, dan pengawet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, yang dimaksud dengan salep mata adalah
salep yang digunakan pada mata.
Salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan homogen
dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik
dan diagnostik, dan mengandung obat seperti antimikroba (antibakteri dan antivirus),
kortikosteroid, antiinflamasi nonsteroid dan midriatik.
Salep mata dapat mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi
dalam basis yang sesuai.
STERILITAS
• Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan
mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa.
• Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling
utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digosok.
• Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya.
• Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana
pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim)
yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa
mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni
yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa
(Bacilllus pyocyamis).
Absorbsi, setelah pemerian obat topical, laju dan besar absorbs ditentukan oleh :
Lamanya waktu obat tersebut berada di dalam cul-de-sac dan lapisan air mata
prakornea (waktu tinggal)
Eliminasi melalui drainase nasolacrimal
Ikkatan obat pada protein air mata
metabolisme obat oleh protein air mata dan jaringan.
difusi menembus kornea dan konjungtiva
Distribusi
Obat yang diberikan secara topical dapat distribusi sistemik terutama melalui absorbsi
mukosa hidung dan dapat juga terjadi pada distribusi ocular local melalui absorbs
transkornea/transkonjungtiva
Ada dua barier yaitu,barier statis dan dinamis yang membatasi pengiriman okular obat .Barier
statis terdiri dari segmen yang berbeda dari mata seperti kornea,sclera,retina dan barier darah-
retina sedangkan hambatan dinamis terdiri dari aliran darah neovasnkularisasi dan
konjungtiva,limfatik clearance,dan pengenceran air mata..Hambatan ini akhirnya
mempengaruhi ketersediaanhayati berbagai obat yang disampaikan melalui rute ini.
3.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril:
1. Kelas A. Untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup karet,
ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) dengan kecpatan 0,36-
0,54 m/detik. Contoh kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik
2. Kelas B. Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona kelas A
3. Kelas C .Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih
rendah.Contoh kegiatan: Pembuatan larutan
4. Kelas D. Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih
rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah pencucian
1. Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal persiapan hingga
sudah dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil yang diperoleh steril
2. Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic
processing, tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh.
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas.
Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara
biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan
secara aseptik.
Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube
biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat
bakteriostatik .
• Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama.
• Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas
permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya
sampai tingkat yang minimum.
• Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada
tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan.
• Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan
garam airaksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air
(warna hitam).
1. Uji Sterilitas
2. Uji Ukuran Partikel Tebarkan secara merata dalam bentuk lapisan tipis sejumlah
sediaan yang mengandung sekitar 10 ìg zat aktif. Diamati di bawah mikroskop seluruh area
sampel. Disarankan untuk mengamati dengan perbesaran kecil (misal 50×) dan partikel yang
berukuran lebih besar dari jumlah 25 ìm diamati. Partikel-partikel yang besar ini dapat
diamati dengan perbesaran yang besar (misal 200× - 500×). Untuk setiap 10 ìg zat aktif, tidak
lebih dari 20 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 25 ìm, dan tidak lebih dari
2 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 50 ìm. Dan tidak ada dari partikel-
partikel ini memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 90 ìm.
3. Uji Salep Mata Bahan tambahan Bahan-bahan yang sesuai boleh ditambahkan pada
salep mata untuk meningkatkan kestabilan atau kegunaan, kecuali jika dilarang pada masing-
masing monografi dengan syarat tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak
boleh mempengaruhi efek terapi atau respon pada penetapan kadar dan pengujian yang
spesifik. Pada sediaan untuk penggunaan mata tidak boleh ditambahkan zat warna semata-
mata untuk tujuan pewarnaan pada sediaan akhir. Bahan atau campuran bahan yang sesuai
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme harus ditambahkan ke dalam salep mata yang
dikemas dalam wadah untuk pemakaian ganda, tanpa memperhatikan metode sterilisasinya,
kecuali jika disebutkan dalam masing-masing monografi, atau formula tersebut bersifat
bakteriostatik. Bahan tersebut digunakan dalam kadar tertentu yang akan mencegah
pertumbuhan atau mikroorganisme dalam salep mata. Proses sterilisasi dilakukan pada
produk akhir atau semua bahan jika salep dibuat dengan cara aseptis.. Kebocoran Pilih 10
tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik
bagian luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas
lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° + 3° selama 8 jam.
Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan
bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau
dari bagian ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak lebih dari satu
tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salep. Pengujian memenuhi syarat jika tidak
ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak
lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
• Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara
normal diperoleh dengan filtrasi.
Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik sehingga bahan-
bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya.
Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan
LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas
dari partikel asing.Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam
langkah filtrasi yang sama.Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya
untuk pembersihan wadah dan tutup.Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak
tertumpahkan.
Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam
penyimpanan.Normalnya dilakukan tes sterilisasi
• Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat,
pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutanb dan tipe
pengemasan.
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH
6,8.Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa
hari atau bulan.
Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya
pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun
• Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan
air mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai.
Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil
pada pH asam.Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi
biasanya paling stabil pada pH asam. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar
diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas
untuk durasi umur produk.
• Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair.Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnitude sifat koligatif
larutan adalah sama.Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan
0,9 % larutan NaCl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang
diusulkan.Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 % NaCl
intraokuler.
• Viskositas
• Bahan Tambahan
Salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.
Penggunaan salep mata ini memiliki keuntungan dan kerugian diantaranya adalah:
A. Kesimpulan.
Sediaan steril adalah sedian yang selain memenuhi persyaratan fisika-kimia
juga persyaratan steril. Steril berarti bebas mikroba. Sterilisasi adalah proses
untuk mendapatkan kondisi steril. Sediaan steril secara umum adalah sediaan
farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari
mikroorganisme.
Syarat salep mata yaitu harus aseptik. Mengandung campuran bahan untuk
mencegahpertumbujan mikroorganisme. Bebas partikel besar