Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MK TEKNOLOGI PENGENDELIAN PENCEMARAN INDUSTRI

“ANALISA PENANGANAN LIMBAH PADAT PADA PENJUAL KETOPRAK”


Oleh:
1. Rocky Permadi WR F34160014
2. Ikbal Fataya F34160018
3. Danur Hadid Agung F34160022
4. Kris Damayanti Permata F34160030
5. Nabilla Hanna Sofia F34160040
6. Tsabitah Shofiyana F34160059

Limbah padat yang terbentuk berasal dari bahan baku pembuatan ketoprak yaitu
timun, toge, kacang panjang, labu, dan sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pembeli.

Gambar 1. Bahan Baku Ketoprak

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pemilik usaha tidak mengetahui pasti jumlah
limbah yang terkumpul per hari. Hal tersebut dikarenakan ada petugas khusus yang bertugas
membuang sampah tersebut ke tempat pembuangan sampah Fateta IPB.

Gambar 2. Tempat Pembuangan Limbah Bahan Baku Ketoprak

Daya tampung tempat sampah tersebut yaitu 20 kg. Estimasi jumlah limbah yang terkumpul
yaitu 20 kilogram/hari. Limbah tersebut berasal dari bahan baku pembuatan ketoprak yaitu
sayur-sayuran yang memiliki kadar air 70-90 %. Jadi, jumlah limbah padat yang terbentuk
yaitu 2-4 kg/hari.
Berdasarkan karakteristiknya, sampah dibagi menjadi:
1. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang
umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel,
dan sebagainya.
2. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang
mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang
tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan
sebagainya
3. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok.
4. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan
jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan,
kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
5. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik.
6. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena
alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang.
7. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda
motor, dan sebagainya.
8. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing,
potongan-potongan kayu, besi,beton, bambu, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan, unit usaha ketoprak pada kantin sapta Fateta
menghasilkan limbah berupa sampah yang memiliki karakteristik sesuai pada sampah jenis
garbage. Sampah jenis garbage merupakan sampah hasil pembuangan dari pembuatan
makanan seperti sayuran , buah-buah-buahan , dll.
Sistem penanganan dari limbah padat yang dihasilkan dari usaha ketoprak (kantin
Sapta Fateta) yang kelompok kami lihat sudah cukup baik . Hal ini dapat dilihat dari beberapa
gambar yg telah kami dokumentasikan. Pertama, kebersihan dari tempat usaha sangat dijaga
baik dan nyaman . Kedua, penempatan olahan bahan baku ketoprak pun demikian disusun
rapi dan enak dipandang oleh para pembeli. Hal ini dikarenakan bahan olahan sebelumnya
disiapkan terlebih dahulu di rumah, yang mana kemudian olahan bahan baku tersebut
ditempatkan ke dalam wadah (Tupperware), sehingga setibanya di tempat usaha pedagang
pun tinggal memindahkan bahan tersebut ketempat yangg telah disediakan. Bahan olahan
tersebut meliputi lontong (yang dikemas dalam daun pisang), sayuran (wortel , timun , tauge ,
buncis , kubis ) , tahu , telor , dan bumbu ketoprak.
Hal tersebut dapat dilihat limbah padat yang dihasilkan tidaklah banyak, karena
sebelumnya telah di proses di rumah sehingga pedagang menghasilkan limbah usaha tersebut
dapat dikatakan sangat kecil. Di tempat usaha, limbah padat yangg dihasilkan meliputi,
sayuran yg tidak terpakai (kurang baik) seperti halnya pada ujung mentimun, daun pisang dan
kulit telur.
Penanganan limbah padat tersebut diawali dengan di tempatkannya pada tong sampah
kecil (dalam tempat usaha), lalu ketika sudah dianggap melebihi kapasitas angkut maka
tempat sampah tersebut diangkut ketempat yang lebih besar , dan diangkut ke TPS Fakultas.
Berdasarkan penanganan limbah yang telah disampaikan sebelumnya, permasalahan
yang timbul dari limbah padat hasil penjualan ketoprak, yaitu tempat sampah yang digunakan
untuk penampungan sementara tidak memiliki tutup. Hal ini mengakibatkan adanya lalat
yang mengerubung di atas tempat sampah tersebut. Selain itu, karena sisa makanan yang
tidak dihabiskan oleh konsumen mudah ditumbuhi oleh mikroba sehingga cepat basi/bau
seringkali menimbulkan bau tidak sedap di sekitar unit usaha.
Solusi yang dapat diberikan untuk memperbaiki kondisi limbah yang ada di usaha
ketoprak adalah saat ini penanganan limbah hasil usaha ketoprak yang dihasilkan tidak
dimanfaatkan secara maksimal. Limbah yang dihasilkan, hanya dikumpulkan ditempat
sampah sementara, setelah itu dibuang begitu saja di TPS Fateta. Jika ditilik lebih dalam,
sebenarnya, limbah yang dihasilkan dari usaha ketoprak adalah limbah hampir seluruhnya
limbah padat organik. Limbah padat organik tersebut berasal dari sisa-sisa sayuran matang
seperti sisa sayuran kangkung, kol, wortel dan yang lainnya. . Limbah sayuran adalah bagian
dari sayuran atau sayuran yang sudah tidak dapat digunakan atau dibuang. Sebenarnya,
limbah tersebut dapat diambil manfaatnya lebih banyak. Limbah padat organik sisa sayuran
dapat dibuat sebagai pupuk kompos. Limbah sayuran organik dapat dibuat menjadi pupuk
kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi petani. Pupuk kompos tersebut
dapat dibuat dengan menambahkan EM4 lalu dilakukan proses pengomposan selama
beberapa hari (Nurdini et al 2016). Alangkah lebih baik, jika pengelola usaha ketoprak
mengumpulkan limbah sayuran tersebut, dan tidak langsung dibuang ke TPS, tetapi
mengumpulkan dalam suatu tempat khusus untuk dijadikan sebagai pupuk kompos yang
mempunyai nilai tambah lebih, bukan hanya sekedar limbah. Solusi lain, adalah tentang
masalah tata letak tempat sampah di tempat usaha tersebut. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, pengelola usaha menyimpan tempat sampah tepat dibawah meja, yang di atasnya
digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan – bahan bersih. Hal tersebut kurang sesuai
dengan nilai estetika, dan juga akan berpotensi terhadap kesehatan, dikarenakan sisa sampah
yang dibuang sementara ke tempat sampah tersebut, dimungkinkan akan adanya lalat yang
hinggap. Lalat tersebut akan berterbangan bebas dan hinggap di makanan atau bahan yang
lainnya. Hingggapnya lalat tersebut dimana-mana, akan menjadi perantara mikroorganisme
bermigrasi ke bahan makanan. Menurut Sunarno (2011), menyatakan bahwa lalat betina akan
membawa telur dan melepaskan telurnya, dan telur tersebut akan berkembang sehingga ada
yang menjadi parasit.

Sumber:
Nurdini L, Amanah RD, Utami AN. 2016. Pengolahan limbah sayur menjadi pupuk kompos
dengan metode tatakura. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Hal :
F21 – F26

Sunarno. 2011. Ketertarikan serangga hama lalat buah terhadap berbagai papan perangkap
berwarna sebagai salah satu teknik pengendalian. Jurnal Agroforesti. Vol 6(2) : 130 -
134

Anda mungkin juga menyukai