Disusun oleh:
Nabilla Hanna Sofia F34160040
Faiz Muttaqin F34160049
Tsabitah Shofiyana F34160059
Rosyida A’yun R F34160064
Nato Alamsyah F34160068
Tabel 2. Perbandingan antara cara pengolahan teh hitam sistem Orthodox dan sistem CTC
3 Tangkai atau tulang terpisah, disebut Bubuk basah ukuran hampir sama
badag
4 Diperlukan pengeringan ECP Pengeringan cukup FBD
5 Cita rasa air seduhan kuat Cita rasa kurang kuat, air seduhan
cepat merah
6 Tenaga kerja banyak Tenaga kerja sedikit
7 Tenaga listrik besar Tenaga listrik kecil
8 Sortasi kering kurang sederhana Sortasi kering sederhana
Berikut Penjelasan Proses Pengolahan Teh Hitam secara Sistem Orthodox dan Sistem
CTC (Crushing, Tearing and Curling)
1. Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem Orthodox
Menurut Setiawan (2010), proses pengolahan teh hitam sistem orthodox adalah sebagai
berikut:
1) Penerimaan Bahan Baku
Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu
daun segar hasil petikan. Mutu teh hitam yang baik sebenarnya akan lebih mudah dicapai
apabila bahan segarnya (pucuk) bermutu baik. Secara fisik, pucuk yang bermutu adalah daun
muda yang utuh, segar, dan berwarna kehijauan. Menurut beberapa ahli pengolahan, 75%
mutu teh ditentukan di kebun (ketinggian tempat, jenis petikan, dan penanganan hasil
petikan), sisanya (25%) ditentukan oleh proses pengolahan.
Tahap awal pada proses pengolahan adalah penerimaan bahan baku, yaitu
penimbangan. Kemudian hasil penimbangan dicatat setelah itu diturunkan dengan bantuan
monorail untuk mengangkut teh dari truk ke withering trough.
2) Pembeberan dan Pelayuan
Aspek fisik pelayuan ialah suatu proses dimana pucuk teh melepaskan air yang
dikandung ke udara bebas tanpa terjadi kerusakan pada pucuk teh, oleh karena itu udara pada
ruangan pelayuan hendaknya kering dengan suhu tidak terlalu rendah. Pada proses pelayuan
tahap pertama yang dilakukan adalah pembeberan pucuk yang mana pucuk disebar merata
sampai palung (trough) penuh dengan ketebalan ± 30 cm atau bisa disebut 30 cm pucuk per
m2. Sementara itu udara segar akan dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk
dengan pintu palung terbuka. Setiap selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, pintu
palung akan ditutup dan udara terus dialirkan. Setelah pucuk layu maka segera diisi ke bak
kayu untuk ditimbang lalu dibawa ke jubung (lubang/saluran pemasukan pucuk teh layu ke
mesin penggilingan) untuk proses turun layuan dilanjutkan ke proses penggilingan.
3) Penggilingan dan Fermentasi Awal
Proses penggilingan pucuk teh dan fermentasi awal hasil gilingan merupakan tahap
pengolahan untuk menyiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun fisik. Secara
umum proses penggilingan dan fermentasi awal adalah sebagai berikut :
a. Penggulungan
Pada proses penggulungan (rolling) akan membuat daun memar dan dinding sel
rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu sudah mulai
terjadi proses oksidasi enzimatis (fermentasi). Dengan adanya penggulungan, secara fisik
daun yang sudah digulung akan memudahkan tergiling dalam proses penggilingan.
Penggulungan dilaksanakan dalam alat penggulung yang disebut open top roller selama 30 –
40 menit yang mempunyai kapasitas 350 kg.
b. Penggilingan
Mesin penggilingan yang biasa dipakai dalam proses pengolahan teh hitam orthodox
adalah press cap roller dan rotor vane. Pada proses penggilingan, gulungan akan tergiling
menjadi partikel yang lebih kecil sesuai dengan yang dikehendaki konsumen, gulungan akan
berukuran lebih pendek, cairan sel keluar semaksimal mungkin, dan dihasilkan bubuk basah
sebanyak-banyaknya. Proses penggilingan yang dilakukan di pabrik pengolahan teh hitam
orthodox yaitu program giling orthodox–rotorvane. Hasil penggilingan adalah bubuk basah
yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk pada sortasi basah.
c. Sortasi bubuk basah
Sortasi bubuk basah bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam,
memudahkan sortasi kering, serta memudahkan dalam pengaturan proses pengeringan. Mesin
sortasi basah yang biasa dipakai adalah rotor ball breaker. Mesin ini memasang ayakan
dengan mesh (jumlah lubang per inci persegi ayakan) yang berbeda-beda sesuai dengan
grade (jenis bubuk) yang diinginkan.
4) Fermentasi
Fermentasi atau proses oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa
polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxsidase. Fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembapan relative, kadar
enzim, jenis bahan, serta tersedianya oksigen.
5) Pengeringan
Tujuan utama pada proses pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi
senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai
keadaan optimal dan menentukan mutu akhir teh hitam yang dihasilkan. Dengan adanya
pengeringan, kadar air dalam teh bubuk akan berkurang, sehingga teh kering akan tahan lama
dalam penyimpanan.
6) Sortasi Kering
Meskipun telah dilakukan proses sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh
kering yang dihasilkan oleh mesin pengering masih heterogen, oleh sebab itu perlu dilakukan
sortasi kering. Pada prinsipnya proses sortasi kering yang dilakukan adalah kegiatan
memisahkan bubuk teh kering menjadi jenis tertentu. Tujuannya adalah mendapatkan ukuran,
warna partikel teh kering yang seragam.
Secara ringkas, proses pengolahan teh hitam dengan Sistem Orthodox dapat dilihat
pada gambar 1.
Gambar 1. Proses pengolahan teh hitam dengan Sistem Orthodox
2. Proses Pengolahan Teh Hitam secara Sistem CTC (Crushing, Tearing and Curling)
Menurut Arifin (1994) dalam Primanita (2010), diagram proses pengolahan teh hitam
secara CTC sebagai berikut :