Anda di halaman 1dari 59

HALAMAN PENGESAHAN

PROFIL ANEMIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA


“BUDHI LUHUR” DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-FAKTOR
RESIKONYA

Diajukan Oleh :

Maria Ulfa
20080310125

Telah diseminarkan pada tanggal 17 Januari 2012

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. H. Adang M. Gugun, Sp.PK, M.kes dr. H. Suryanto, Sp.PK

Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Yogyakarta

dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Maria Ulfa
NIM : 20080310125
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya /
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam pustaka.

Yogyakarta, 26 April 2012

Yang membuat pernyataan,

Tanda Tangan

Maria Ulfa

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada:

Allah SWT

Nabi Muhammad saw

Bapak dan Ibu Tercinta

Atas segala kesabaran dan pengorbanan

Atas segala cinta dan kasih sayang yang telah diberikan

Atas perjuangan beliau

Atas segala sesuatu yang diberikan

Atas segala kepercayaan....

Ribuan terimakasih penulis ucapkan....

“Tanpa mereka, penulis tidak akan bisa menjadi seperti ini”

iv
HALAMAN MOTTO

"kebenaran yang tidak diperjuangkan akan kalah oleh kelemah lembutan


kejahatan"

(Noerudin M. Djani)

“Katakanlah, seluruh pertolongan itu milik Allah semata. Kepunyaan-Nya


kekuasaan langit dan bumi, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(Q.S Az-zumar (39) :44)

”Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang


yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”

(Al-Furqon)

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,

rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

yang berjudul PROFIL ANEMIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA “BUDHI LUHUR” DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-

FAKTOR RESIKONYA. Dengan karya tulis ilmiah yang sederhana ini, penulis

berharap dapat menyumbangkan sesuatu hal yang dapat berperan dalam kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat diambil manfaatnya untuk meningkatkan

kesejahteraan umat manusia.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

2. dr. H. Ardi Pramono, SpAn., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. dr. H. Adang M Gugun, SpPK., M.kes selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih atas

bimbingannya dan bantuannya selama ini.

4. dr. H. Suryanto, SpPK., selaku dosen penguji seminar KTI.

5. Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur”, terima kasih atas izinnya karena telah

memperbolehkan penulis melakukan penelitian di PSTW tersebut.

vi
vii

6. Bapak (H. Badarudin), Ibu (Hj. Fahnur) tercinta, yang selalu ingin anaknya

menjadi manusia yang berguna, terima kasih atas doa, kasih sayang, dan

semuanya. Semoga Allah membalas keridloan-Nya. “You are the best parents

that I have and I am grateful to have you mom, dad. Love you.”

7. Kakak-kakak tersayang Mas Wijdan Hilal beserta Istri (Mbak Latifah), Mas

Wildan Fu’adi beserta Istri (Mbak Nurul Ulfa) dan keponakan tercinta (Kireina

Thohirrotunnida dan Khanza Indra Alvaro), terima kasih atas semangat dan

doanya.

8. Keluarga besar Bani Kasbollah dan Bani Dahlan, terima kasih untuk semangat,

masukan serta doanya.

9. Rekan seperjuangan sekaligus sahabat saya, “my BFF” (Mayang, Nopi, Shorea,

Sari, Lintang, Fetty) terima kasih untuk persahabatannya, terima kasih sudah

membuat hari-hari saya indah bersama kalian.

10. Sahabat saya Rizqi Novita Hudy, terima kasih atas kebersamaannya selama 4

tahun ini dan selalu ada untuk saya dalam suka maupun duka.

11. Rekan saya Triyanita Susana, terima kasih untuk kerjasama dan bantuannya

“sukses KTInya ya dek”.

12. Mas dr. Febri Ahmad Belinda terima kasih untuk saran, kritikan, dan kejahilannya

selama ini.

13. Teman-teman yang sudah membantu dalam penelitian dan pembuatan KTI ini

(Aa Wowo Masthuro, Kurnia Eka, Alfina, Sakinah, Dina Eka, Doni Revai,

Laboratorium “PRIMA”), terima kasih atas bantuannya.


viii

14. Seluruh teman-teman seperjuangan KU 2008.

15. Semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Masih banyak kekurangan baik dalam segi isi maupun penulisannya, untuk itu

penulis memohon maaf dan demi kebaikan karya tulis ilmiah ini, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata,

penulis mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 26 April 2012

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii
Intisari ........................................................................................................................ xiv
Abstract ....................................................................................................................... xv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH .............................................................................. 4
C. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................... 4
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................................ 5
E. KEASLIAN PENELITIAN ............................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 8
A. ANEMIA ............................................................................................................ 8
B. LANSIA ........................................................................................................... 17
C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANEMIA PADA LANSIA ............................ 18
D. JENIS-JENIS ANEMIA PADA LANSIA ....................................................... 19
E. KERANGKA KONSEP ................................................................................... 23
F. HIPOTESIS ...................................................................................................... 23

ix
x

BAB III ....................................................................................................................... 25


METODE PENELITIAN ............................................................................................ 25
A. DESAIN PENELITIAN ................................................................................... 25
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ........................................................ 25
C. SUBYEK PENELITIAN ................................................................................. 25
D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI PENELITIAN ................................ 26
E. VARIABEL PENELITIAN ............................................................................. 27
F. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN .................................................... 27
G. INSTRUMEN PENELITIAN .......................................................................... 29
H. RENCANA KERJA ATAU PENGUMPULAN DATA ................................. 30
I. ANALISIS DATA ........................................................................................... 31
J. RENACANA PENELITIAN ........................................................................... 32
BAB IV ....................................................................................................................... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 33
A. HASIL .............................................................................................................. 33
B. PEMBAHASAN .............................................................................................. 37
BAB V......................................................................................................................... 41
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 41
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 41
B. SARAN ............................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 43
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Prevalensi anemia di Amerika. ............................................................ 9

Tabel 2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit ........................... 12

Tabel 3. Klasifikasi anemia berdasarkan berat-ringan anemia ........................ 13

Tabel 4. Definisi Operasional Penelitian ......................................................... 27

Tabel 5. Rencana Penelitian ............................................................................. 32

Tabel 6. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin ...................................... 33

Tabel 7. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin ........................................ 34

Tabel 8. Hasil penelitian berdasarkan kategori usia dan jenis kelamin ........... 34

Tabel 9. Hasil penelitian berdasar berat-ringannya.......................................... 35

Tabel 10. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik anemia........................... 35

Tabel 11. Hasil penelitian berdasarkan kemungkinan etiologi ........................ 36

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prevalensi kejadian anemia menurut NHANES III; WHO,

1988-1994 (Steensma, Tefferi, 2007). .......................................................... 10

Gambar 2. Retikulosit (pewarnaan brilliant cresyl blue) dengan untai RNA

berwarna biru ................................................................................................ 16

Gambar 3. Kerangka Konsep ...................................................................... 23

Gambar 4. Bagan Alur Penelitian ............................................................... 31

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)...................................... 46

Lampiran 2. Lampiran Kuesioner (Formulir Data Penelitian)............................... 47

Lampiran 3. Surat Keterangan Kelayakan Etika penelitian.................................... 49

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Pemerintah Provinsi DIY................................. 50

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA........................................................ 51

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur”..... 52

xiii
PROFIL ANEMIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
“BUDHI LUHUR” DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-FAKTOR
RESIKONYA

Maria Ulfa1, Adang M Gugun2


1Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UMY

Intisari
Lansia merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap orang ketika
telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun atau lebih. Anemia terjadi ketika tidak cukupnya sel darah
merah yang sehat dalam tubuh. Kondisi ini bisa dideteksi ketika ada angka
hemoglobin dalam darah dibawah normal. Oleh Badan Kesehatan Dunia telah
ditetapkan batasan anemia yaitu untuk wanita apabila konsentrasi hemoglobinnya di
bawah 12 gr/dL (hematokrit 38%) dan untuk pria apabila konsentrasi hemoglobinnya
di bawah 13 gr / dL (hematokrit 36%).
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah berupa penelitian
observasional dengan pendekatan cross sectional, untuk mengetahui prevalensi, jenis
dan faktor resiko kejadian anemia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi
Luhur”. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sampel darah dan
alat yang digunakan adalah spuit 3 cc dan ABX Micros 60 Hematology Analyze.
Penelitian berhasil mendapatkan 30 orang lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha “Budhi Luhur”. Setelah para lansia menyetujui dan mengisi lembar informed
consent, didapatkan subyek untuk penelitian ini berjumlah 30 orang lansia, yaitu laki-
laki sebanyak 14 orang (46,7%) dan perempuan sebanyak 16 orang (53,3%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan prevalensi anemia pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur” sebanyak 12 orang (40%) dengan jumlah
laki-laki 6 orang (50%) dan perempuan 6 orang (50%). Karakteristik anemia
berdasarkan morfologi darah tepi, didapatkan hasil berdasarkan nilai MCV, yaitu: 2
orang (16,7%) mengalami anemia mikrositik, 10 orang (83,3%) mengalami anemia
normositik, dan 0 orang (0%) mengalami anemia makrositik. Jenis anemia
berdasarkan kemungkinan etiologinya, yaitu: anemia peyakit kronik pada 5 orang,
anemia penyakit kronik atau perdarahan kronik pada 1 orang, anemia perdarahan
kronik pada 1 orang, anemia aplastik pada 1 orang, anemia karena defisiensi nutrisi
pada 1 orang, dan terdapat 3 orang mengalami anemia yang tidak diketahui
penyebabnya .

Kata kunci : anemia, lansia, prevalensi, etiologi

xiv
The Profile Anemia on Elderly at Tresna Werdha “Budhi Luhur” Social
Institution and Its Relation with Risk Factors

Maria Ulfa1, Adang M Gugun2


1Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UMY

Abstract

Elderly is a nature statue and suffered by any person when it has reached a
certain age. According to Law no. 13, 1998 on Elderly Welfare is a group of elderly
who has attained by the age of 60 years or more. Anemia occurs when it doesn’t have
enough healthy red blood cells in the body. This condition can be detected when there
are a number of hemoglobin in the blood below normal. By the World Health
Organization, it has set limits for women are anemic when hemoglobin concentration
below 12 g / dL (hematocrit 38%) and for men when the concentration of hemoglobin
below 13 g / dL (hematocrit 36%).
This type of research is conducted in this study is observational research with
cross sectional approach and it determines the prevalence, types and risk factors in
the incidence of anemia in elderly in tresna werdha "Budhi Luhur" social institution.
The materials in this study using blood samples and instruments were 3 cc syringes
and ABX Micros 60 Hematology Analyze.
The study has gotten 30 people in the elderly in tresna werdha "Budhi Luhur"
social institution. The elderly agree and complete an informed consent, the subjects
obtained for this study are 30 elderly people, there are men are 14 people (46.7%) and
women are 16 people (53.3%).
The research results can be concluded that the prevalence of anemia in the
elderly in tresna werdha "Budhi Luhur” social institution are 12 people (40%) by the
number of men are 6 people (50%) and females are 6 people (50%). The
characteristics of anemia is based on morphology of erythrocyte, the obtained results
based on the value of MCV, there are 2 people (16.7%) had microcytic anemia, 10
people (83.3%) had normocytic anemia, and 0 people (0%) had macrocytic anemia.
This type of anemia based on the possibility of etiology, there are anemia cronic
disease was 5 people, anemia of chronic disease or chronic bleeding was 1 person,
anemia of chronic bleeding was 1 person, aplastic anemia was 1 person, anemia due
to nutritional deficiencies was 1 person, and there were 3 people who have anemia of
unknown causes.

Keywords: anemia, elderly, prevalence, etiology

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lansia merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap orang ketika

telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lansia yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun atau lebih (Besral, Meilianingsih, Sahar, 2007).

Pada tahun 2000 jumlah orang lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada

tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data USA-Bureau of the Census,

bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di

seluruh dunia, antara 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Darmojo, 2009).

Anemia terjadi ketika tidak cukupnya sel darah merah yang sehat dalam

tubuh. Kondisi ini bisa dideteksi ketika ada angka hemoglobin dalam darah dibawah

normal (Anonim, 2009). Oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO: World Health

Organization) telah ditetapkan batasan anemia yaitu untuk wanita apabila konsentrasi

hemoglobinnya di bawah 12 gr/dL (hematokrit 38%) dan untuk pria apabila

konsentrasi hemoglobinnya di bawah 13 gr / dL (hematokrit 36%) (Bakta, 2007).

Berdasarkan pengamatan klinik dan laboratorik, didapatkan bukti bahwa pada batas

umur tertentu, sumsum tulang mengalami involusi, sehingga cadangan sumsum

tulang pada usia lanjut mengalami penurunan (Suharti P, Soenarto, 2009).

Hasil survei kesehatan rumah tangga (1995) menunjukkan bahwa prevalensi

anemia tertinggi (57,9%) terjadi pada lansia, kemudian diikuti oleh remaja (57,1%)

1
2

dan ibu hamil (50,9%) (Kurniawan, 2006). Prevalensi anemia pada lansia adalah

sekitar 8–44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki–laki usia 85 tahun atau lebih.

Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada laki–laki

lansia adalah 27–40% dan wanita lansia sekitar 16–21% (suryadi, 2003). Dari tiga

puluh empat tempat penelitian dengan menggunakan kriteria WHO, didapatkan

prevalensi rata-rata terjadinya anemia pada lansia dalam keseluruhan populasi

sebanyak 17% (30-50%), dan terdapat 12% (3-25%) dalam masyarakat, 47% (31-

50%) pada panti jompo, dan 40% (40-72%) kasus terjadi di rumah sakit (Gaskell, et

al, 2008) . Prevalensi Anemia meningkat dengan usia, sedikit lebih tinggi pada pria

daripada wanita, dan lebih tinggi pada orang kulit hitam dari putih. Anemia pada

lansia di atas 85 tahun juga diasosiasikan dengan meningkatnya mortalitas dan

meningkatnya risiko mortalitas tersebut bahkan meningkat dua kali lipat jika

dibandingkan dengan lanjut usia dengan kadar hemoglobin yang normal (Prasetyo,

2008).

Beberapa faktor yang menyebabkan anemia pada lansia seperti penyakit

kronik, peradangan gigi, dan kekurangan gizi yang mungkin terjadi pada waktu yang

sama. Peningkatan prevalensi anemia berkaitan dengan fakta bahwa penduduk lansia

umumnya kurang mandiri dan memiliki gangguan fisik yang berlebih sehingga

membuat para lansia membutuhkan perawatan dari orang lain (Anonim, 2010).

Adapun proses yang mendasari terjadinya anemia pada lansia adalah karena proses

“menua” yang merupakan proses menghilangnya secara perlahan-perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan


3

struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2009).

Proses menua merupakan hal yang mutlak dialami oleh semua manusia

termasuk kita sendiri juga akan mengalami proses menua, oleh karena itu kita harus

selalu menghormati orang tua kita. Hal ini disebutkan dalam firman ALLAH SWT

surat Al Israa’ ayat 23 yang berbunyi:

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-

baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur

lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada

keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah

kepada mereka perkataan yang mulia”

Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah anemia

penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi

sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat,

perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Ada 2 alasan untuk

mempertimbangkan bahwa anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya


4

penyakit, yaitu: 1. Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel darah

merah normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya, 2. Kebanyakan

pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan hemoglobin < 12 gr / dL,

penyakit dasarnya telah diketahui (Suryadi, 2003).

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya adalah:

1. Berapa prevalensi kejadian anemia pada populasi lansia?

2. Apa sajakah jenis-jenis anemia pada lansia?

3. Faktor-faktor resiko apa saja yang mempengaruhi terjadinya anemia pada lansia?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui problem-problem anemia pada lansia.

2. TUJUAN KHUSUS

- Untuk mengetahui prevalensi kejadian anemia pada lansia.

- Untuk mengetahui jenis-jenis anemia pada lansia.

- Untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab anemia pada lansia.


5

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur”

Sebagai bahan informasi tentang faktor-faktor yang beresiko menyebabkan

anemia pada lansia.

2. Bagi Kedokteran Geriatric

Sebagai sumber informasi untuk pencegahan terjadinya anemia pada lansia

dengan menghindari faktor-faktor resikonya.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan acuan keluarga dalam perawatan lansia dengan anemia.

4. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang faktor resiko penyebab

anemia pada lansia.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Dari hasil Beberapa penelitian yang pernah diteliti yaitu:

1. Yudha Fitrian Prasetyo. (2008) hubungan usia terhadap anemia pada pasien

geriatri dengan penyakit kronik. Penelitian tersebut menunjukkan dari 161 pasien

lanjut usia, didapatkan 63 pasien memiliki kadar hemoglobin yang normal, 70

pasien menderita anemia ringan, dan 28 pasien menderita anemia sedang-berat.

Rata-rata usia pasien adalah 69,90 dengan usia termuda adalah 60 tahun dan usia

tertua adalah 85 tahun. Sedangkan kadar hemoglobin rata-rata adalah 11,487

dengan kadar hemoglobin terendah adalah 7,2 dan tertinggi adalah 16,1.
6

2. Yalcin Onema, Hakan Terekecia, Yasar Kucukardalia, et al. (2009) Albumin,

hemoglobin, body mass index, cognitive and functional performance in elderly

persons living in nursing homes. Adapun hasil penelitiannya menyatakan bahwa

ada korelasi positif antara fungsi kognitif dan hemoglobin, berat badan, ADL dan

yang negatif dengan natrium serum. Konsentrasi Hemoglobin menunjukkan

kejadian anemia diamati dalam 30% dari subyek, 3,9% dari mereka telah

mengalami hiponatremia dan 26,7% mengalami hipernatremia. Ada korelasi

positif antara skor fungsi kognitif dan fisik dan hemoglobin, kadar albumin pada

pasien usia lanjut. Hasil ini menunjukkan bahwa pemulihan tingkat hemoglobin

dan albumin dapat meningkatkan status fungsional kognitif dan fisik pada

populasi lanjut usia.

3. Fatimah Eliana, Czeresna H Soejono, Abidin Widjanarko, et al. (2005) Iron

Deposit State and Risk Factors for Anemia in The Elderly. Penelitian

menunjukkan bahwa indeks massa tubuh, albumin serum, dan asupan kalori

merupakan faktor risiko anemia pada lansia tersebut. Deposit besi dalam batas

normal 57,9% pada lansia pria dan wanita 55,6%. Adapun presentase anemia

dengan deposit besi tinggi pada lansia laki-laki 42,1% dan 44.4% pada

perempuan.

4. Eileen O’Meara, Tim Clayton, Margaret B. McEntegart, et al. (2006) Clinical

Correlates and Consequences of Anemia in a Broad Spectrum of Patients With

Heart Failure: Results of the Candesartan in Heart Failure: Assessment of

Reduction in Mortality and Morbidity (CHARM) Program. Hasil dari penelitian


7

tersebut adalah Anemia merupakan kejadian umum yang terjadi pada gagal

jantung, terlepas dari LVEF. Rendahnya kadar hemoglobin dikaitkan dengan

tinggi LVEF, namun merupakan prediktor independen kematian yang merugikan

dan hasil morbiditas. Pada gagal jantung, penyebab

anemia dan kumpulan macam-macam anemia merupakan sesuatu yang

kompleks.

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada penelitian mengenai Profil

Anemia pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Luhur” dan

hubungannya dengan Faktor-faktor Resikonya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANEMIA

1. Definisi

Gagal Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin

darah. Walaupun nilai normal dapat bervariasi antar laboratorium, kadar

hemoglobin biasanya kurang dari 13,5 g/dl pada pria dewasa dan kurang dari

11,5 g/dl pada wanita dewasa. Menurunnya kadar hemoglobin biasanya

disertai dengan penurunan jumlah eritrosit dan hematokrit (packed cell

volume, PCV) akan tetapi kedua parameter tersebut mungkin normal pada

beberapa pasien yang memiliki kadar hemoglobin subnormal. Perubahan

volume plasma sirkulasi total dan massa hemoglobin sirkulasi total

menentukan konsentrasi hemoglobin (Hoffbrand, Pettit, Moss, 2005).

2. Epidemiologi

Anemia merupakan kelainan dijumpai baik di klinik maupun di

lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang

menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. De Mayer

memberikan gambaran prevalensi anemia di Amerika untuk tahun 1985:

8
9

Tabel 1. Prevalensi anemia di Amerika.


Lokasi Anak Anak Laki Wanita Wanita
0-4 th 5-12 th dewasa 15-49 th hamil
Negara maju 12 % 7% 3% 14 % 11 %
Negara berkembang 51 % 46 % 26 % 59 % 47 %
Dunia 43 % 37 % 18 % 51 % 35 %

Untuk Indonesia, Husaini dkk memberikan gambaran prevalensi

anemia pada tahun 1989 sebagai berikut :

Anak usia prasekoloah : 30-40%

Anak usia sekolah : 25-35%

Perempuan dewasa tidak hamil : 30-40%

Perempuan hamil : 50-70%

Laki-laki dewasa : 20-30%

Pekerja berpenghasilan rendah : 30-40%

(Bakta, 2007).

Sebuah jumlah yang sangat besar pada lansia yang berpotensi

memiliki kadar hemoglobin rendah. Lebih dari 9 juta lansia di Amerika

Serikat memiliki tingkat hemoglobin yang kurang dari ideal. NHANES III

menemukan kurang lebih 10,6% terjadi anemia pada 36,3 juta penduduk

lansia yang berusia 65 tahun ke atas, dan Sensus Amerika Serikat

mengungkapkan bahwa hampir 4 juta orang lansia Amerika mengalami

anemia.
10

Gambar 1. Prevalensi kejadian anemia menurut NHANES III; WHO, 1988-1994

(Steensma, Tefferi, 2007).

3. Etiologi dan Klasifikasi Anemia

Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan bermacam

penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena adanya gangguan

pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh

(perdarahan), dan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum

waktunya (hemolisis).

Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis :

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang

1.) Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit

 Anemia defisiensi besi

 Anemia defisiensi asam folat

 Anemia defisiensi vitamin B12


11

2.) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

 Anemia akibat penyakit kronik

 Anemia sideroblastik

3.) Kerusakan sumsum tulang

 Anemia aplastik

 Anemia mieloptisik

 Anemia pada keganasan hematologi

 Anemia diseritropoietik

 Anemia pada sindrom mielodisplastikl

B. Anemia akibat kekurangan eritopoietin

Anemia pada gagal ginjal kronik

C. Anemia akibat perdarahan

1.) Anemia pasca perdarahan akut

2.) Anemia akibat perdarahan kronik

D. Anemia hemolitik

1.) Anemia hemolitik intrakorpuskular

 Gangguan membran eritrosit (membranopati)

 Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD

 Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati): Thalassemia dan

Hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dll


12

2.) Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler

 Anemia hemolitik autoimun

 Anemia hemolitik mikroangiopatik

E. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang

kompleks (Bakta, 2007).

Adapun klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit, dibagi atas

: (Suryadi, 2003)

Tabel 2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit


No. Mikrositik Normositik Makrositik
Hipokromik Normokromik Normokromik
(MCV <80 fl, (MCV 80-100 fl, (MCV >100 fl,
MCHC <30 g/l) MCHC 30-35 g/l MCHC >35 g/l
1. Defisiensi besi Hemolitik Megaloblastik
(defisiensi B12,
asam folat)
2. Sideroblastik Kegagalan sumsum Bukan
tulang (penyakit megaloblastik
kronik, aplastik, gagal (gangguan hati,
ginjal, mieloptisis) peminum berat)
3. Thalassemia Perdarahan

Klasifikasi anemia berdasarkan berat-ringannya dibagi atas tiga

tingkatan ringan, sedang, dan berat, yaitu : (Suryadi, 2003)


13

Tabel 3. Klasifikasi anemia berdasarkan berat-ringan anemia


Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat
Hemoglobin > 10-12 8-10 <8
(gr/dl)

4. Gejala Klinis

Gejala anemia (sindrom anemia) adalah gejala yang timbul pada setiap

kasus anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah

harga tertentu. Gejala umum anemia bisa timbul karena anoksia organ dan

mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen.

Berat ringannya gejala umum anemia tegantung pada derajat penurunan

hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, usia, dan adanya kelainan

jantung atau paru sebelumnya.

Gejala klinis anemia dapat digolongkan menjadi tiga jenis gejala,

yaitu:

1.) Gejala Umum Anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia.

Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga

mendengung (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak

nafas dan dispepsia. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat yang mudah

dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan

bawah kuku.
14

2.) Gejala khas Masing-masing Anemia.

Contoh:

 Anemia defisiensi besi: disfasgia, atrofi papil lidah, stomatitis

angularis, dan kuku sendok (koilonychia)

 Anemia megaloblastik: glositis, gangguan neurologik pada defisiensi

vitamin B12

 Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali dan hepatomegali

 Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi

3.) Gejala Penyakit Dasar

Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan

anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Pada

kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya

pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena artritis reumatoid.

Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat

penting pada kasus anemia untuk mengarahkan diagnosis anemia. Tetapi

pada umumnya diagnosis anemia memerlukan pemeriksaan laboratorium

(Bakta, 2007).

5. Penentuan Diagnosis

Pemeriksaan Laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok

dalam diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri atas:


15

 Hitung darah lengkap (full blood count, FBC) harus dilakukan

menggunakan penghitng sel automatis sebagai pemeriksaan penunjang

awal. Indeks sel darah merah (mean corpuscular volume = MCV; mean

corpuscular haemoglobin concentration = MCHC; red cell distribution

width = RDW) dan jumlah sel darah merah (SDM x 1012/L-1) akan

memberikan indikator anemia.

 Retikulosit adalah sel darah merah tidak berinti dan imatur yang

menahan RNA. Sel ini dapat dihitung dengan hitung diferensial manual

pada slide yang diwarnai khusus dan dinyatakan sebagai persentase sel

darah merah (normal = 1-3%); atau dihitung secara otomatis

menggunakan penghitung sel dan dinyatakan sebagai bilangan absolut

(kisaran normal = 50-150 x 109/L). Jumlah sel ini meningkat, yang

menunjukkan fungsi sumsum tulang intak, setelah terjadi peningkatan

kehilangan sel darah merah (misalnya perdarahan) atau destruksi

(misalnya hemolisis) atau setelah pengobatan defisiensi hematinik.


16

Gambar 2. Retikulosit (pewarnaan brilliant cresyl blue) dengan untai RNA berwarna

biru

 Apusan darah dibuat dengan menyebarkan tetesan darah di atas slide

kaca, mewarnainya dengan pewarnaan Romanowsky, dan memeriksanya

di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah (x10) pada awalnya dan

kemudian dengan pembesaran lebih tinggi (x40). Apusan darah yang

diwarnai adalah cara yang sangat baik untuk memeriksa morfologi sel

darah merah, sebagai petunjuk untuk mengetahui patologi penyebabnya.

Apusan darah memungkinkan perkiraan hitung diferensial sel darah putih,

meskipun saat ini hal tersebut biasanya dilakukan secara otomatis dengan

penghitung sel. Apusan darah juga memungkinkan pemeriksaan

morfologi sel darah putih, trombosit, dan semua sel nonhemopoietik

dalam sirkulasi.

 Kadar hematinik (yaitu vitamin B12, folat, feritin, besi dalam serum, dan

kapasitas pengikatan besi) diperiksa menggunakan alat penganalisis


17

dengan menggunakan immunoassay. Hasilnya dapat mengindikasikan

penyebab yang mendasari anemia (Mehta, Hoffbrand, 2008).

B. LANSIA

1. Definisi

Lansia merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap orang

ketika telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Usia Lanjut yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih (Besral,

Meilianingsih, Sahar, 2007).

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi

seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

kematian. Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan

fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisis, namun

juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Terdapat

beberapa istilah ketika membicarakan proses menua: 1) aging: menunjukkan

efek waktu; suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan spontan; 2)

senescence: hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan

seiring waktu akan menyebabkan kematian); 3) homeostenosis:

penyempitan/berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi selama

penuaan pada setiap sistem organ (Setiati, Harimurti, Roosheroe, 2007).


18

2. Problem Kesehatan Pada Lansia

Membicarakan mengenai status kesehatan para lanjut usia, penyakit

atau keluhan yang umum diderita adalah: penyakit reumatik, hipertensi,

penyakit jantung, penyakit paru (bronchitis/dyspnea), diabetes mellitus, jatuh,

paralisis/lumpuh separuh badan, TBC paru, patah tulang, dan kanker. Lebih

banyak wanita yang menderita/ mengeluhkan penyakit-penyakit tersebut

daripada kaum pria, kecuali bronchitis (pengaruh rokok pada pria). Diagnosis

penyakit pada lanjut usia pada umumnya lebih sukar daripada usia remaja/

dewasa, karena seringkali tidak khas gejalanya. Selain itu keluhan-keluhannya

pun tidak khas dan tidak jelas, atipik dan tidak jarang asimtomatik.

Kesehatan dan status fungsional seorang lanjut usia ditentukan oleh

resultante dari faktor-faktor fisik, psikologik dan sosioekonomik orang

tersebut. Faktor-faktor tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga

selalu harus diperbaiki bersama secara total patient care. Apalagi di negara-

negara sedang berkembang faktor sosio ekonomik/ finansial ini hampir selalu

merupakan kendala yang penting (Darmojo, 2009).

C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANEMIA PADA LANSIA

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya anemia pada lansia,

termasuk kekurangan gizi. Anemia defisiensi besi pada lansia bisa disebabkan

karena kehilangan darah, perdarahan kronik yang berasal dari gastro intestinal

merupakan penyebab utama, misalnya: tukak peptik, varises esofagus,


19

penggunaan salisilat, dan obat golongan anti inflamasi non steroid, keganasan

lambung, kolon, rektum kolitis, dsb (Suharti P, Soenarto, 2009). Anemia

defisiensi besi juga bisa disebabkan oleh adanya penyakit kronik seperti

kanker, penyakit ginjal kronik, Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.

Perubahan hormonal yang melibatkan testosteron dan eritropoietin juga dapat

menyebabkan tingkat hemoglobin menjadi rendah pada pria maupun wanita

(Anonim, 2010).

Adapula anemia megaloblastik yang disebabkan karena kekurangan

vitamin B12 dan asam folat. Hal itu disebabkan karena terdapat kelainan pada

tempat absorbsinya, seperti vitamin B12 diabsorbsi di ileum, dan merupakan

faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel parietal lambung, sedangkan asam

folat diabsorbsi di duodenum dan jejenum dan tidak memerlukan faktor

intrinsik (Suharti P, Soenarto, 2009).

D. JENIS-JENIS ANEMIA PADA LANSIA

Anemia dievaluasi dengan cara yang sama baik pada orang

usia lanjut maupun pada orang dewasa muda, termasuk penilaian pada

perdarahan gastrointestinal, hemolisis, kekurangan gizi, keganasan, infeksi

kronik (seperti endokarditis subakut), penyakit ginjal atau hati, dan penyakit

kronik lainnya.
20

Adapun jenis-jenis anemia yang biasa terjadi pada lansia, yaitu:

1. Anemia Penyakit Kronik

Anemia penyakit kronik adalah bentuk paling umum dari anemia

pada lansia. Banyak penyakit yang berhubungan dengan anemia penyakit

kronik, akan tetapi ada pula suatu kasus yang tidak teridentifikasi

penyakitnya. Kelainan hematologi anemia penyakit kronik adalah

gangguan kemampuan untuk menggunakan besi yang tersimpan dalam

sistem retikuloendotelial. Alasan sel retikuloendotelial tidak melepaskan

besi tidak diketahui, tetapi para ahli berspekulasi bahwa hal ini mirip

dengan demam, respon ini membantu pertahanan tubuh. Besi yang

tersimpan dalam sistem retikuloendotelial tidak tersedia untuk

pertumbuhan bakteri dan juga tidak tersedia besi untuk eritropoiesis, yang

merupakan kesamaan antara anemia penyakit kronik dan anemia defisiensi

besi. Bedanya adalah bahwa produksi besi normal atau meningkat pada

anemia penyakit kronik.

Pasien dengan anemia penyakit kronik memiliki anemia ringan

sampai sedang yang cenderung berkorelasi dengan tingkat keparahan

penyakit yang mendasarinya. Dalam anemia penyakit kronik, eritrosit

biasanya normokromik dan normositik, namun sekitar sepertiga dari

pasien dengan anemia penyakit kronik memiliki microcytosis.


21

2. Anemia Defisiensi Besi

Penyebab paling umum anemia kedua pada orang tua biasanya

perdarahan kronik pencernaan yang disebabkan oleh maag karena obat

anti-inflamasi non steroid, ulkus peptikum, kanker usus besar, diverticula

atau angiodysplasia. Perdarahan kronik dari kanker saluran genitourinari,

hemoptysis kronik dan gangguan pendarahan yang dapat mengakibatkan

kekurangan zat besi. Orang tua mengalami kekurangan zat besi karena

asupan makanan atau penyerapan zat besi yang tidak memadai.

3. Anemia Defisiensi vitamin B12

Tanda dan gejala pada anemia defisiensi vitamin B12 sulit

terdeteksi pada pasien lanjut usia. Sementara penelitian menunjukkan

bahwa kekurangan vitamin B12 (cobalamin) adalah penyebab anemia

pada 5-10% pasien lanjut usia. Hanya sekitar 60 persen pasien dengan

kekurangan vitamin B12 adalah anemia. Meskipun anemia karena

kekurangan vitamin B12 biasanya makrositik dan megaloblastik, dapat

pula normositik atau bahkan mikrositik. Kurang lebih 30 persen pasien

dengan kadar vitamin B12 serum rendah normal mengalami anemia dan

penyakit neurologis.

Penyebab umum anemia defisiensi vitamin B12 adalah kurangnya

penyerapan usus vitamin B12. Anemia pernisiosa adalah contoh klasik

dari gangguan yang menyebabkan berkurangnya penyerapan usus vitamin

B12, kurangnya faktor intrinsik dari hasil kerusakan sel-sel parietal


22

lambung oleh antibodi autoimun. Sebuah studi mengungkapkan bahwa

hampir 2% lansia terdiagnosis anemia pernisiosa. Kurangnya penyerapan

vitamin B12 terjadi pada 10-30% pasien yang telah memiliki parsial

gastrectomy. Bisa juga terjadi pada pasien dengan gangguan usus kecil

dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.

4. Anemia Defisiensi Asam Folat

Tidak seperti kekurangan vitamin B12, kekurangan folat biasanya

berkembang sebagai akibat dari asupan makanan yang tidak memadai.

Seperti kekurangan vitamin B12, kekurangan folat menyebabkan anemia

makrositik klasik, meskipun proporsi yang signifikan 25% dari pasien usia

lanjut dengan kekurangan folat memiliki anemia normositik. Gejala-gejala

dari kekurangan folat hampir tidak bisa dibedakan dengan kekurangan

vitamin B12 (Smith, 2000).


23

E. KERANGKA KONSEP
LANSIA

Kekurangan
Degenerasi Penyakit dan perdarahan gizi
kronik

Kelainan
absorbsi Perubahan
pada hormonal:
duodenum, testosteron dan
ileum dan eritropoietin
jejenum

Anemia penyakit
Kekuranga kronik
n vitamin
B12 dan
asam folat

Anemia defisiensi besi

Anemia
megaloblastik

ANEMIA

Diagnosis :

Hemoglobin, Hematokrit, Angka eritrosit, MCV, MCH, MCHC

Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3. Kerangka Konsep
24

F. HIPOTESIS

1. Terdapat Prevalensi anemia pada populasi usia lanjut di Panti Sosial

Tresna Werdha “Budhi Luhur” antara 31-50%.

2. Jenis anemia yang ditemukan pada populasi lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha “Budhi Luhur” berdasarkan gambaran morfologinya yaitu anemia

mikrositik hipokromik, normositik normokromik dan makrositik

normokromik.

3. Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi anemia pada populasi usia lanjut

di Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur” berupa pola makan yang

kurang teratur, penyakit kronik dan perdarahan kronik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah berupa penelitian

observasional dengan pendekatan cross sectional, untuk mengetahui prevalensi, jenis

dan faktor resiko kejadian anemia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi

Luhur”.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur”

Kasongan, Bantul. Waktu penelitian diperkirakan pada bulan Mei-Agustus 2011.

C. SUBYEK PENELITIAN

1. POPULASI TARGET

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur” sebanyak 88 orang lansia.

2. POPULASI TERJANGKAU

Populasi yang memiliki kriteria :

- Lansia usia > 60 tahun

- Masih compos mentis

- Kooperatif

25
26

3. BESAR SAMPEL

Menurut Iqbal Hasan (2002), sesuai dengan tabel penentuan besar

sampel penelitian dengan desain cross sectional, jika diketahui populasi 88

orang, maka besar sampelnya yaitu 72 orang. Akan tetapi karena keterbatasan

waktu dan biaya, peneliti mendapatkan 30 sampel untuk penelitian. Pemilihan

sampel dengan menggunakan teknik Consecutive Sampling.

D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI PENELITIAN

a. Kriteria Inklusi

1. Lansia usia > 60 tahun

2. Faktor resiko pada lansia terhadap kejadian anemia di Panti Sosial

Tresna Werdha “Budhi Luhur”

3. Kesadaran diri, tempat, dan waktu masih utuh

4. Kooperatif

b. Kriteria Eksklusi

1. Lansia dengan riwayat anemia yang terjadi sebelum lansia

2. Tidak kooperatif
27

E. VARIABEL PENELITIAN

a. Variabel bebas (independent)

Faktor resiko terjadinya anemia pada lansia

b. Variabel terikat (dependent)

Kejadian anemia pada lansia

c. Variabel lain (demografi)

Data demografi meliputi identitas subyek, dalam penelitian ini usia dan

riwayat penyakit merupakan variabel demografi tersebut.

F. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Tabel 4. Definisi Operasional Penelitian


NO. Variabel Definisi Skala

1. Anemia Penurunan konsentrasi eritrosit Nominal


atau hemoglobin dalam darah
dibawah normal, diukur per mm
kubik atau melalu volume sel
darah merah (packed red cells)
dalam 100 ml darah; terjadi ketika
keseimbangan antara kehilangan
darah (melalui perdarahan atau
perusakan) dan produksi darah
terganggu. (Kamus Kedokteran
Dorland, 2006)

2. Lansia merupakan keadaan alamiah yang Nominal


dialami oleh setiap orang ketika
28

telah mencapai usia 60 tahun atau


lebih. (Besral, Meilianingsih,
Sahar, 2007)

3. Hemoglobin Pigmen merah pembawa oksigen Rasio


pada eritrosit, dibentuk oleh
eritrosit yang berkembang dalam
sumsum tulang. Merupakan
hemoprotein yang mengandung
empat rantai hem dan mempunyai
kemampuan oksigenasi reversibel.
Nilai normalnya pada laki-laki 14-
18 g/dL dan pada wanita sekitar
12-16 g/dL. (Murray, Granner,
Mayes, Rodwell, 2003)

4. Eritrosit Sel yang tersusun dari sebuah Rasio


membran yang mengelilingi
larutan hemoglobin (protein ini
membentuk sekitar 95% dari
protein intrasel pada sel darah
merah), memiliki fungsi utama
yang relatif sederhana, terdiri atas
fungsi untuk menyampaikan
oksigen kepada jaringan dan
membantu mengeluarkan
karbondioksida serta proton yang
terbentuk oleh metabolisme
jaringan. (Murray, Granner,
29

Mayes, Rodwell, 2003)

5. Hematokrit Presentase darah yang berupa sel, Rasio


nilai normalnya pada laki-laki 40-
52% dan pada wanita sekitar 37-
47%. (Guyton, Hall, 2007)

6. Penyakit penyakit yang bertahan dalam Ordinal


Kronik jangka waktu yang lama dan
progresif. (Anonim, 2009)

7. Perdarahan Keluarnya darah dari pembuluh Ordinal


darah yang terluka. (Kamus
Kedokteran Dorland, 2006)

G. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Bahan penelitian

Sampel darah

2. Alat penelitian

a. Spuit 3 cc

b. ABX Micros 60 Hematology Analyzer


30

H. RENCANA KERJA ATAU PENGUMPULAN DATA

1. Tahap persiapan

Menyelesaikan administrasi pendaftaran KTI, melakukan survei untuk

menentukan lokasi penelitian, telaah judul penelitian, penyusunan proposal,

pembuatan surat izin penelitian, persiapan anggota untuk pengambilan sampel

darah.

2. Tahap pelaksanaan

Melakukan anamnesis dan pengambilan sampel darah, uji di laboratorium,

dan analisa data.

3. Tahap akhir

Pembuatan kesimpulan penelitian dan seminar hasil penelitian.

4. Etika Penelitian

- Sebelum melakukan penelitian dimintakan ethical clearance dari

Komisi Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.

- Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini, selanjutnya

dimintakan persetujuan sampel (informed consent).

- Semua informasi dan data dalam penelitian ini hanya dipakai untuk

keperluan ilmiah dan kode serta identitas subyek dijamin

kerahasiaannya.
31

Alur penelitian

Lansia sesuai kriteria inklusi

anamnesis

Pengambilan sampel darah

Pemeriksaan Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, Angka eritrosit,


MCV, MCH, MCHC

Anemia Tidak anemia

Mikrositik Normositik
Makrositik
Hipokromik Normokromik
Normokromik

Analisa Data

Gambar 4. Bagan Alur Penelitian

I. ANALISIS DATA

Analisa data yang digunakan menggunakan analisa Deskriptif, mengenai:

1. Prevalensi anemia pada lansia

2. Jenis anemia berdasarkan morfologinya


32

3. Faktor risiko anemia pada lansia

Uji Validitas dan Reliabilitas

Kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) pada penelitian ini ditentukan

oleh ketepatan alat ukur dan ketepatan cara perhitungan atau pengukuran. Uji

validitas dilakukan dengan menera semua alat yang akan digunakan dalam penelitian.

J. RENACANA PENELITIAN

Tabel 5. Rencana Penelitian


Keterangan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

Minggu ke I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Perijinan

Penetapan
sampel
penelitian

Penandatan
ganan
persetujuan
pasien

Pelaksanaan
program

Pengolahan
data dan
analisis data

Penyusunan
laporan

Pengiriman
Laporan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. JALANNYA PENELITIAN

Penelitian telah dilakukan di Panti Sosial tresna Werdha “Budhi Luhur”.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 juli 2011 dalam 1 hari, pengukuran darah

lengkap dilakukan di Laboratorium Prima Yogyakarta. Sampel dipilih berdasarkan

pada kriteria inklusi yaitu lansia usia > 60 tahun, memiliki faktor resiko terhadap

kejadian anemia, kesadaran diri, tempat, waktu masih utuh, dan kooperatif.

Sampel uji dipilih berdasarkan informed consent. Subyek yang bersedia,

mengisi lembar informed consent kemudian di anamnesis dan didapatkan 30 orang

lansia yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

2. KARAKTERISTIK DATA SAMPEL


Setelah para lansia menyetujui dan mengisi lembar informed consent,

didapatkan subyek untuk penelitian ini berjumlah 30 orang lansia, yaitu laki-laki

sebanyak 14 orang (46,7%) dan perempuan sebanyak 16 orang (53,3%).

Tabel 6. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin


Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-laki 14 46,7
Perempuan 16 53,3
Total 30 100

33
34

Setelah dilakukan penelitian, didapatkan 12 orang (40%) mengalami anemia

dengan jumlah laki-laki 6 orang (50%) dan perempuan 6 orang (50%).

Tabel 7. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Anemia Tidak Anemia
Laki-laki 6 orang (20%) 8 orang (26,7%)
Perempuan 6 orang (20%) 10 orang (33,3%)
Total 12 orang(40%) 18 orang (60%)

Berdasarkan usia lansia yang mengalami anemia, dapat dikategorikan menjadi

3 kelompok, yaitu : kelompok usia 60-70 tahun sebanyak 6 orang (50%), kelompok

usia 71-80 tahun sebanyak 3 orang (25%), dan kelompok usia lebih dari 80 tahun

sebanyak 3 orang (25%).

Tabel 8. Hasil penelitian berdasarkan kategori usia dan jenis kelamin


Kategori Usia Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
60-70 tahun 2 orang (16,7%) 4 orang (33,3%) 6 orang (50%)

71-80 tahun 2 orang (16,7%) 1 orang (8,3%) 3 orang (25%)

>80 tahun 2 orang (16,7%) 1 orang (8,3%) 3 orang (25%)

Total 6 orang (50%) 6 orang (50%) 12 orang (100%)

Berdasarkan klasifikasi anemia menurut berat-ringannya, diperoleh hasil 9

orang lansia (75%) mengalami anemia ringan, 2 orang lansia (16,7%) mengalami

anemia sedang, dan 1 orang lansia (8,3%) mengalami anemia berat.


35

Tabel 9. Hasil penelitian berdasar berat-ringannya


Klasfikasi Anemia Jumlah (orang) Persentase (%)
Anemia Ringan 9 75
Anemia Sedang 2 16,7
Anemia Berat 1 8,3
Total 12 100

Ditinjau dari karakteristik anemia berdasarkan morfologi darah tepi,

didapatkan hasil berdasarkan nilai MCV, yaitu: 2 orang (16,7%) mengalami anemia

mikrositik, 10 orang (83,3%) mengalami anemia normositik, dan 0 orang (0%)

mengalami anemia makrositik.

Tabel 10. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik anemia


Karakteristik Anemia Jumlah (Orang) Persentase (%)
Mikrositik 2 16,7
Normositik 10 83,3
Makrositik 0 0
Total 12 100

Dari penelitian didapatkan hasil laboratorium seperti di tabel 9 yang berisikan

kadar hemoglobin, angka eritrosit, hematokrit, jenis anemia berdasarkan

morfologinya, riwayat penyakit, dan kemungkinan penyebab anemianya.


36

Tabel 11. Hasil penelitian berdasarkan kemungkinan etiologi


Suby Hb AE Hmt Jenis Anemia Riwayat Anemia
ek (gr/dl (juta/m (%) Berdasar Penyakit Berdasar
) m3) Morfologi Etiologi
1 Diabetes Anemia
Normositik Mellitus, Aplastik
5,9 1,8 17 Normokromik Osteoporosis
2 Hipertensi, Anemia
Normositik Osteoartritis penyakit
8,3 3,03 26 Normokromik kronik
3 Osteoartritis Anemia
Mikrositik penyakit
8,9 3,6 27 Normokromik kronik
4 Gout Artritis, Anemia
Hemorrhoid penyakit
kronik atau
Normositik Perdarahan
10,2 3,45 29 Normokromik kronik
5 Hipertensi, Anemia
Mikrositik Osteoartritis penyakit
10,4 4,2 32 Normokromik kronik
6 Hipertensi, Anemia
Normositik Diabetes penyakit
10,5 3,95 33 Normokromik Mellitus kronik
7 Normositik Stroke -
10,5 3,35 31 Normokromik
8 Hipertensi, Perdarahan
Perdarahan kronik
Normositik telinga pasca
10,6 3,49 31 Normokromik trauma
9 Normositik Hipertensi -
10,7 3,95 34 Normokromik
10 36 Hipertensi, pola Defisiensi
makan yang Nutrisi
tidak teratur
Normositik akibat
11,9 4,54 Normokromik dyspepsia
11 Normositik Hipertensi -
12,9 4,38 40 Normokromik
12 Bronchitis, Anemia
suspek ISK, penyakit
Normositik Artritis kronik
12,8 4,45 38 Normokromik reumatoid
37

Dari tabel diatas diketahui jenis anemia berdasarkan kemungkinan

etiologinya, yaitu: anemia peyakit kronik terjadi pada 5 orang, anemia aplastik pada 1

orang, anemia penyakit kronik atau perdarahan kronik pada 1 orang, anemia

perdarahan kronik pada 1 orang, anemia karena defisiensi nutrisi pada 1 orang, dan

terdapat 3 orang mengalami anemia yang tidak diketahui penyebabnya .

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha “Budhi Luhur” sebanyak 40%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang

saya jelaskan diawal bahwa prevalensi anemia pada lansia berkisar 31-50%. Hal ini

didukung oleh penelitian Gaskell dkk,. (2008) yang menyatakan bahwa prevalensi

rata-rata terjadinya anemia pada lansia dalam keseluruhan populasi sebanyak 30-50%

dan pada panti jompo berkisar antara 31-50% dan juga didukung oleh penelitian

Suryadi (2003) yang menyatakan bahwa prevalensi anemia pada lansia berkisar

antara 8-44% dan sebagai penyebab tersering anemia pada lansia adalah anemia

penyakit kronik dengan prevalensi sekitar 35% diikuti dengan anemia defisiensi besi

15% dan penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat,

perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik.

Pada penelitian ini didapatkan jenis anemia terbanyak berdasarkan

morfologinya adalah anemia normositik normokromik dengan kemungkinan anemia

berdasarkan etiologinya yaitu anemia penyakit kronik, perdarahan kronik, anemia

aplastik, defisiensi nutrisi, dan anemia yang tidak diketahui penyebabnya. Sesuai
38

dengan hasil penelitian Smith (2000) mengatakan bahwa anemia penyakit kronik

adalah bentuk paling umum dari anemia pada lansia. Banyak penyakit yang

berhubungan dengan anemia penyakit kronik, akan tetapi ada pula suatu kasus yang

tidak teridentifikasi penyakitnya. Kelainan hematologi anemia penyakit kronik adalah

gangguan kemampuan untuk menggunakan besi yang tersimpan dalam sistem

retikuloendotelial. Alasan sel retikuloendotelial tidak melepaskan besi tidak

diketahui. Pasien dengan anemia penyakit kronis memiliki anemia ringan sampai

sedang yang cenderung berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit yang

mendasarinya. Dalam anemia penyakit kronik, eritrosit biasanya normokromik dan

normositik, namun sekitar sepertiga dari pasien dengan anemia penyakit kronis

memiliki microcytosis.

Menurut Suryadi (2003), Mekanisme bagaimana terjadinya anemia pada

penyakit kronik sampai dengan sekarang masih banyak yang belum bisa dijelaskan

walaupun telah dilakukan banyak penelitian. Akan tetapi ada pendapat yang

mengatakan bahwa sitokin–sitokin proses inflamasi seperti tumor nekrosis faktor alfa

(TNF α), interleukin 1 (IL-1) dan interferon gama (γ) yang diproduksi oleh sumsum

tulang penderita anemia penyakit kronik akan menghambat terjadinya proses

eritropoiesis. Pada pasien anemia penyakit kronik, kadar eritropoetin memang lebih

rendah dari pasien anemia defisiensi besi, tetapi tetap lebih tinggi dari orang–orang

bukan penderita anemia.

Menurut Ohta (2009), Kemungkinan penyakit-penyakit yang bisa

menyebabkan anemia penyakit kronik, dibagi menjadi: 1) Infeksi penyakit kronik,


39

yang terdiri dari abses paru, tuberculosis paru, pneumonia, endokarditis subakut,

meningitis, osteomyelitis kronik, infeksi saluran kemih, infeksi pelvis kronik, infeksi

jamur kronik, AIDS, dan lain-lain. 2) Peradangan kronik, meliputi; reumatoid artritis,

osteoartritis, SLE, polimiositis, vaskulitis, dan lain-lain. 3)Tumor ganas, meliputi;

kanker, kanker sumsum tulang. 4) Penyakit ginjal; gagal ginjal kronik. 4) Penyakit

hepar, meliputi; hepatitis kronik, sirosis hepatis, hemokromatosis, dan lain-lain. 5)

Penyakit endokrin, seperti; hipotiroid, disfungsi kelenjar adrenal, hipopituitari,

hiperparatiroid, dan lain-lain.

Menurut anonim (2010), anemia aplastik didefinisikan sebagai kegagalan

sumsum tulang dalam memproduksi komponen sel-sel darah. Tanda utama dari

anemia aplastik ini, yaitu pansitopenia dan hiposeluler sumsum tulang. Adapun

etiologi dari anemia aplastik adalah sebagai berikut: 1) Anemia aplastik yang

diperoleh, seperti; Idiopatik, Secondary yang meliputi; bahan-bahan kimia seperti

Benzena, pestisida juga dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti antibiotik,

NSAIDs, obat anti tiroid, obat-obatan untuk diabetes mellitus, diuretik, obat untuk

malaria, allopurinol, obat anti kejang. Anemia aplastik yang diperolah juga bisa

disebabkan oleh radiasi, kehamilan, hepatitis, SLE, artritis reumatoid. 2) Anemia

aplastik yang diwariskan (Inherited), seperti anemia fanconi dan dyskeratosis

congenita.

Anemia perdarahan kronik biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi

karena suatu perdarahan akan menimbulkan penurunan kadar besi sehingga

menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada awal perdarahan, morfologi darah tepi
40

akan menunjukkan anemia normositik, namun sumsum tulang akan dirangsang untuk

meningkatkan produksi hemoglobin sehingga terjadi penurunan kadar besi pada

tubuh. Setelah terjadi penurunan kadar besi yang sangat drastis, maka sintesis

hemoglobin akan terganggu dan terjadi perubahan morfologi darah tepi yang semula

normositik menjadi mikrositik hipokromik (Harper, 2011). Adapun perdarahan yang

menyebabkan anemia defisiensi besi, yaitu periode menstruasi yang berkepanjangan,

kanker esofagus, kanker usus, varises esofagus, penggunaan obat aspirin, ibuprofen,

obat artritis jangka panjang, dan ulkus lambung (Chen, 2011)

Pada hipotesis dikatakan juga bahwa anemia pada lansia dapat terjadi karena

pola makan yang kurang teratur, tapi pada penelitian didapatkan bahwa anemia dapat

terjadi pada lansia yang memiliki pola makan yang teratur. Kemungkinan ini terjadi

karena kebutuhan kalori pada setiap lansia di panti jompo tersebut berbeda sedangkan

makanan yang disediakan dalam porsi yang sama, sehingga dapat terjadi anemia pada

lansia yang membutuhkan kalori yang lebih banyak dari yang lainnya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Prevalensi anemia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur”

sebanyak 12 orang (40%) dengan jumlah laki-laki 6 orang (50%) dan perempuan

6 orang (50%).

2. Karakteristik anemia berdasarkan morfologi darah tepi, didapatkan hasil

berdasarkan nilai MCV, yaitu: 2 orang (16,7%) mengalami anemia mikrositik, 10

orang (83,3%) mengalami anemia normositik, dan 0 orang (0%) mengalami

anemia makrositik.

3. Jenis anemia berdasarkan kemungkinan etiologinya, yaitu: anemia peyakit kronik

pada 5 orang, anemia penyakit kronik atau perdarahan kronik pada 1 orang,

anemia perdarahan kronik pada 1 orang, anemia aplastik pada 1 orang, anemia

karena defisiensi nutrisi pada 1 orang, dan terdapat 3 orang mengalami anemia

yang tidak diketahui penyebabnya.

B. SARAN

1. Perlu kiranya upaya menurunkan prevalensi kejadian anemia pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha “Budhi Luhur” melalui upaya preventif seperti mengetahui

dan mengontrol faktor resiko penyebab terjadinya anemia pada lansia.

41
42

2. Sebaiknya dilakukan penyesuaian menu makanan sesuai dengan kebutuhan per

individu lansia.

3. Menangani penyakit–penyakit yang mendasari terjadinya anemia melalui

pelacakan penyebab anemia dan melakukan penanganan secara komprehensif.

4. Penelitian ini jauh dari sempurna, diharapkan masukan agar mendapatkan hasil

yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Anemia is Common for Elderly Residents in Long-Term Care


Facilities. National Anemia Council Action. Diakses 31 Maret 2011, dari
http://www.anemia.org/patients/feature-
articles/content.php?contentid=000490&sectionid=00015

Anonim. 2009. The Free Dictionary By Farlex. Diakses 6 juni 2011, dari
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/chronic+disease
Anonim. 2010. Aplastic Anemia. American Cancer Society. Diakses 26 Desember
2011, dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/002279-pdf.pdf
Bakta, I made. 2007. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Dalam Aru W. Sudoyo,
Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, et al. (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid II. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 622-623

Besral, Lia Meilianingsih, Junaiti Sahar. 2007. Pengaruh Minum Teh Terhadap
Kejadian Anemia Pada Usila di Kota Bandung. Makara, Kesehatan.
11(1):39. Diakses 31 Maret 2011, dari
http://www.scribd.com/doc/39568684/Anemia-Lansia

Chen, Yi-Bin. 2011. Iron Deficiency Anemia. Medline Plus. Diakses 26 Desember
2011, dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000584.htm

Darmojo, R.Boedhi. 2009. Teori Proses Menua. Dalam H. Hadi Martono, Kris
Pranarka (Eds). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 3

Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi: 29, 268. EGC.
Jakarta

Eliana, Fatimah, Czeresna H Soejono, et al. 2005. Iron Deposit State and Risk
Factors for Anemia in The Elderly. Acta Med Indones-Indones J Intern Med.
37(3): 118-119. Diakses 31 Maret 2011, dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/37305118125.pdf

43
44

Gaskell, Helen, Sheena Derry, R. Andrew Moore, et al. 2008. Prevalence of anemia
in older persons: systematic review. BMC Geriatrics. Diakses 28 April 2011,
dari http://www.biomedcentral.com/1471-2318/8/1
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta. p.
175

Harper, James L, MD. 2011. Iron Deficiency Anemia Clinical Presentation.


Medscape reference. Diakses pada 26 Desember 2011, dari
http://emedicine.medscape.com/article/202333-clinical

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok materi metopen dan aplikasinya. Ghalia Indonesia.
Jakarta. p. 63

Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit, P.A.H. Moss. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi
IV. EGC. Jakarta. p. 18-22

Kurniawan, Dr.dr. Aniek, M.Sc. 2006. Kebijakan Penanggulangan Masalah


Defisiensi Seng (Zn) di Indonesia. Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Department Kesehatan RI: Jakarta. P. 71. Diakses 31 Maret 2011, dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41997/prosiding%20pen
anggulangan%20masalah%20defisiensi%20seng5.pdf?sequence=1

Mehta, Atul, Victor Hoffbrand. 2008. At a Glance Hematologi. Edisi II. Erlangga:
Jakarta. p. 24-25

Murray, Robert K., Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell. 2003.
Biokimia Harper. Edisi: 25. EGC: Jakarta. p. 828-829

O’Meara, Eileen, Tim Clayton, Margaret B. McEntegart, et al. 2006. Clinical


Correlates and Consequences of Anemia in a Broad Spectrum of Patients With
Heart Failure: Results of the Candesartan in Heart Failure: Assessment of
Reduction in Mortality and Morbidity (CHARM) Program. Circulation:
Journal of the American Heart Association. Diakses 31 Maret 2011, dari
http://circ.ahajournals.org/cgi/reprint/113/7/986

Ohta, Masatsugu. 2009. Management of anemia in elderly. The Journal of the Japan
Medical Association. Diakses 24 Desember 2011, dari
http://www.med.or.jp/english/journal/pdf/2009_04/219_223.pdf

Onema, Yalcin, Hakan Terekecia, Yasar Kucukardalia, et al. 2009. Albumin,


hemoglobin, body mass index, cognitive and functional performance in elderly
45

persons living in nursing homes. (Abstracts). Pubmed.gov. diakses 31 Maret


2011 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19233487

Panjaitan, Suryadi. 2003. Beberapa Aspek Anemia pada Penyakit Kronik pada Lanjut
Usia. Penelitian Cross Sectional di Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik. Medan

Prasetyo, Yudha Fitrian. 2008. Hubungan Usia Terhadap Anemia pada Pasien
Geriatri dengan Penyakit Kronik. Penelitian Karya Tulis Ilmiah Program
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Diakses 31 Maret 2011, dari http://eprints.undip.ac.id/24348/1/Yudha.pdf

Setiati, Siti, Kuntjoro Harimurti, Arya Govinda Roosheroe. 2007. Proses Menua dan
Implikasi Kliniknya. Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,
et al (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1335-1336

Smith, Douglas L., MD. 2000. Problem Oriented Diagnosis Anemia in the Elderly.
American Academy of Family Physicians. Diakses 13 April 2011, dari
http://www.aafp.org/afp/20001001/1565.html

Steensma, David P., MD, Ayalew Tefferi, MD. 2007. Anemia in the Elderly: How
Should We Define It, When Does It Matter, and What Can Be Done?.
www.mayoclinicproceedings.com. 82(8): 958-961. Diakses 31 Maret 2011, dari
http://www.mayoclinicproceedings.com/content/82/8/958.full.pdf+html

Suharti P., C., Soenarto. 2009. Kelainan Hematologi Pada Usia Lanjut. Dalam H.
Hadi Martono, Kris Pranarka (Eds). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.327-330

Anda mungkin juga menyukai