Anda di halaman 1dari 12

Artikel Penelitian

Studi Penggunaan Analgesik untuk Manajemen Nyeri Post Operatif pada


Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Pendidikan Tersier

Jignesh S. Chaudhari, Amita R. Kubavat, Vimesh R. Mistry, Ashna S.


Pandya, S C. Hotchandani, Brijal S. Patel
Departemen Farmakologi P.D.U. Government Medical College, Rajkot, Gujarat, India

ABSTRAK
Latar Belakang :
Nyeri post operatif sangat umum terjadi dan berkembang secara alami sebagai
sebuah peringatan. Setelah tindakan pembedahan perkembangan rasa nyeri
dapat diprediksi dan harus dicegah serta ditangani. Di samping mengakibatkan
ketidaknyamanan dan efek fisiologis, nyeri post operatif juga menunda
pergerakan (ambulasi) dan memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit.
Meskipun telah tersedia obat dan teknik anestetik, prevalensi nyeri post operatif
masih tinggi.

Metode :
Penilaian derajat nyeri dilakukan dengan metode blood pressure cuff inflation
dan numerical rating scales saat pre operatif dan post operatif.

Hasil :
Keluhan nyeri post operatif lebih banyak pada wanita. Dari semua pasien yang
mengeluhkan nyeri post operatif, kelompok umur 31 – 45 tahun merupakan
kelompok umur yang lebih sering mengeluhkan nyeri post operatif. Keluhan nyeri
post operatif juga lebih banyak dikeluhkan saat 18 jam post operatif. Keluhan
nyeri post operatif juga lebih banyak ditemukan pada pasien-pasien dengan
pembedahan umum. Dari 310 pasien post operatif, 292 pasien hanya menerima
dikofenak saja dan 18 pasien menerima kombinasi antara diklofenak dan
tramadol. Sebanyak 112 pasien yang hanya menerima diklofenak saja dan 13
pasien yang menerima kombinasi antara diklofenak dan tramadol mengeluhkan
nyeri post operatif.

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


Kesimpulan :
Sebanyak 112 pasien yang hanya menerima diklofenak saja dan 13 pasien yang
menerima kombinasi antara diklofenak dan tramadol mengeluhkan nyeri post
operatif. Kontrol terhadap nyeri post operatif cukup baik pada interval 12 jam.
Sementara itu pada interval 18 jam post operatif pasien memiliki skor nyeri post
operatif yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan diperlukannya tambahan
analgesik. Mayoritas pasien yang terlibat dalam studi ini menerima analgesik
tunggal yaitu sodium diklofenak.

Kata Kunci : nyeri post operatif, numerical rating scale, metode BP cuffs inflation

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


PENDAHULUAN
The International Association for The Study of Pain mendefinisikan nyeri
sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan baik yang sifatnya aktual maupun
potensial atau yang keadaan lain yang didefinisikan sebagai kerusakan jaringan.1
Respon terhadap nyeri dapat sangat bervariasi antar individu ataupun
pada orang yang sama dalam waktu yang berbeda.1
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan durasinya (akut atau kronik),
berdasarkan patofisiologinya (misalnya nyeri nociceptive atau nyeri neuropatik),
berdasarkan etiologinya (misalnya nyeri post operatif atau nyeri akibat kanker/
proses keganasan), atau berdasarkan area tubuh yang terlibat (misalnya nyeri
kepala atau nyeri punggung bawah). Klasifikasi tersebut bermanfaat dalam
pemilihan terapi obat.1,2
Nyeri post operatif dianggap sebagai bentuk nyeri akut sebagai akibat
dari trauma pembedahan dengan reaksi inflamasi.3
Nyeri post operatif meliputi beragam mekanisme fisiologis dan merupakan
kombinasi dari sensori, emosional, pengalaman mental yang tidak
menyenangkan diakibatkan oleh trauma pembedahan dan berhubungan dengan
respon otonomik, endokrin-metabolik, fisiologi, dan perilaku.3
Dengan pertimbangan kurangnya pengetahuan mengenai derajat nyeri
post operatif di rumah sakit penulis, maka dilakukan sebuah studi untuk
mengevaluasi nyeri post operatif pada pasien yang menjalani beragam tindakan
pembedahan di departemen yang berbeda di P.D.U. Government Hospital
Rajkot.

METODE
Studi ini merupakan studi observasional longitudinal yang dilakukan di
P.D.U. Government Hospital Rajkot dari Maret 2011 hingga Mei 2012.
Persetujuan dari komite etik institusional diambil sebelum studi dimulai.
Pasien terdaftar dalam studi karena memenuhi kriteria yang tersebut di
bawah ini.

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


Kriteria Inklusi
1. Pasien menjalani berbagai prosedur operatif (pembedahan umum,
pembedahan obstetrik dan ginekologi, serta pembedahan ortopedik) di
P.D.U. Government Hospital, Rajkot.
2. Pasien dengan lama perawatan di rumah sakit minimal 24 jam.
3. Pasien yang bersedia terlibat dalam studi.

Kriteria Eksklusi
1. Riwayat alergi terhadap analgesik.
2. Pasien yang menerima analgesik dalam 7 hari menjelang prosedur
operatif.
3. Pasien yang rutin meminum glukokortikoid.
4. Pasien dengan ulkus peptikus.
5. Pasien yang rutin meminum alkohol.
6. Pasien dengan kondisi inflamasi kronik seperti arthritis rheumatoid,
psoriasis, systemic lupus erythematous, aterosklerosis, penyakit paru
obstruktif kronik, irritable bowel disease, celiac disease.

Penilaian derajat nyeri dilakukan dengan


1. Metode BP cuff inflation4
Pada metode ini, manset dari alat pengukur tekanan darah diikatkan pada
lengan bawah dengan penutup botol minuman dingin diletakkan di bawah
manset dengan tepi dari penutup botol langsung bersentuhan dengan
kulit. Manset dipompa dan saat di mana kulit dengan tepi penutup botol
minuman dingin terasa sakit dicatat sebagai ambang batas nyeri.
2. Numerical Rating Scales (NRS)5
NRS secara khas terdiri atas deretan angka dengan keterangan verbal
yang merepresentasikan seluruh kemungkinan rentang intensitas nyeri.
Secara umum, pasien menilai nyeri yang mereka alami dari 0 (tidak nyeri)
hingga 10 (nyeri yang maksimal).

Semua pasien dibuat akrab dengan numerical rating scale dan metode
BP cuff inflation sebelum prosedur operatif dilakukan untuk menilai skor derajat
nyeri pre operatif.
Penilaian pre operatif – Sebelum prosedur operatif dilakukan semua
pasien dibuat merasa nyeri dengan metode BP cuff inflation dan poin di mana
pasien merasakan nyeri dicatat sebagai skor nyeri.
Penilaian post operatif – Skor nyeri post operatif didapat dengan metode
BP cuff inflation setelah pasien menjalani prosedur operatif pada 0 – 1 jam, 6
jam, 18 jam, dan 24 jam. NRS post operatif digunakan untuk mendapatkan skor
nyeri pada 0 – 1 jam, 6 jam, 18 jam, dan 24 jam sejalan dengan metode BP cuff
inflation dilakukan.

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


Penulis menggunakan uji one way ANOVA untuk membandingkan skor
nyeri pre dan post operatif.

HASIL
Total pasien yang terdaftar dalam studi ini berjumlah 310 (laki-laki = 176,
dan perempuan = 134). Sebanyak 125 pasien (40.32%) mengeluhkan nyeri post
operatif {laki-laki = 62 (35.22%), perempuan = 63 (47.01%)}. Pasien perempuan
lebih sering mengeluhkan nyeri post operatif dibandingkan dengan pasien laki-
laki {perempuan (47.01%) > laki-laki (35.22%)}. Di antara pasien laki-laki yang
mengeluhkan nyeri, sebanyak 42 orang (67.74%) mengeluhkan nyeri pada 18
jam post operatif. Demikian juga dengan 49 pasien wanita (77.77%) yang
mengeluhkan nyeri setelah 18 jam post operatif. Dari keseluruhan pasien dengan
keluhan nyeri, terbanyak pada kelompok umur 31 – 45 tahun yaitu sebanyak 67
pasien (53.6%).
Di antara berbagai prosedur pembedahan, pasien yang menjalani
prosedur pembedahan umum lebih sering mengeluhkan nyeri post operatif yaitu
sebanyak 86 pasien (68.8%).
Sensitivitas nyeri pada pasien perempuan lebih tinggi daripada pasien
laki-laki baik pada periode pre dan post operatif dan hal tersebut bermakna
secara statistik (One way ANOVA, nilai p, laki-laki = 0.0139, perempuan =
0.0134).

Tabel 1. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Jenis Kelamin yang
Berbeda Saat Interval Waktu yang Berbeda dengan metode BP
cuff inflation
Jenis Skor Nyeri (mmHg), mean ± SD
Pre operatif Post operatif
Kelamin
0 – 1 jam 6 jam 18 jam 24 jam
Laki-laki 57.18 ± 8.49 57.35 ± 8.43 57.58 ± 8.33 56.87 ± 10.4 59.94 ± 9.97
Perempuan 55.18 ± 7.93 54.92 ± 7.92 54.77 ± 8.20 53.02 ± 9.63 56.71 ± 8.96
(One way ANOVA, nilai p, laki-laki = 0.0139, perempuan = 0.0134)

Tabel 2. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Berbagai Kelompok Umur
yang Berbeda Saat Interval Waktu yang Berbeda dengan metode
BP cuff inflation
Umur Skor Nyeri (mmHg), mean ± SD
Pre operatif Post operatif
(tahun)
0 – 1 jam 6 jam 18 jam 24 jam

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


16 – 30 52.66 ± 8.62 48.70 ± 4.20 48.62 ± 4.35 45.80 ± 5.88 49.43 ± 5.51
31 – 45 52.42 ± 5.51 52.00 ± 4.33 52.00 ± 4.80 49.76 ± 5.76 53.73 ± 5.66
46 – 60 59.11 ± 6.81 60.33 ± 5.89 60.44 ± 5.93 60.88 ± 7.21 63.72 ± 6.68
>60 64.01 ± 8.06 67.40 ± 5.86 67.74 ± 5.85 68.03 ± 6.71 70.58 ± 6.37
(One way ANOVA, nilai p, 16 – 30 tahun=0.0001, 31 – 45 tahun=0.0001, 45 – 60 tahun=0.0001,
>60 tahun = 0.0001)

Pada kelompok umur 16 – 45 tahun ambang batas nyeri post operatif


lebih rendah (nyeri dirasakan di level mmHg yang rendah) dibandingkan ambang
batas nyeri pre operatif dan hal tersebut sangat bermakna secara statistik. Pada
kelompok umur 45 – 60 tahun dan >60 tahun ambang batas nyeri post operatif
lebih tinggi (nyeri dirasaka di level mmHg yang tinggi) dibandingkan dengan
ambang batas nyeri pre operatif dan hal tersebut sangat bermakna secara
statistik (One way ANOVA, nilai p, 16 – 30 tahun=0.0001, 31 – 45 tahun=0.0001,
45 – 60 tahun=0.0001, >60 tahun = 0.0001).

Tabel 3. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Berbeda Saat Interval Waktu yang Berbeda
dengan numerical rating scale
Interval Skor Nyeri, mean ± SD
Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun)
Waktu
Laki-laki Perempuan 16 – 30 31 – 45 46 – 60 >60
(Jam)
0–1 4.64±0.49 4.66±0.48 4.93±0.24 4.82±0.40 4.57±0.49 4.06±0.31
6 4.61±0.51 4.69±0.53 4.96±0.31 4.85±0.45 4.52±0.50 4.04±0.28
18 4.70±1.03 5.10±0.53 5.66±0.65 5.26±0.83 4.36±0.85 3.78±0.76
24 4.09±0.82 4.25±0.82 4.27±0.58 4.25±0.63 4.78±0.67 3.31±0.61

Tabel 4. Pola Peresepan Analgesik dan Keluhan Nyeri Post Operatif


Pola peresepan analgesik untuk Jumlah Pasien Jumlah Pasien yang
mengatasi nyeri post operatif mengeluhkan nyeri
post operatif
Diklofenak oral 50 mg per 12 jam 180 98
Diklofenak oral 50 mg per 8 jam 30 3
Diklofenak IM 75 mg per 12 jam 14 10
Diklofenak IM 75 mg per 8 jam 68 1
Diklofenak oral 50 mg per 12 jam + 7 7
infus tramadol 1 ampul dalam NS
Diklofenak IM 75 mg per 8 jam + 11 6
infus tramadol 1 ampul dalam NS

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


Pasien yang menjalani tindakan operatif di bidang obstetrik dan
ginekologi serta pasien yang menjalani tindakan operatif di bidang ortopedi
memiliki ambang batas nyeri yang rendah baik pada saat pre operatif maupun
post operatif dibandingkan dengan pasien yang menjalani pembedahan umum.
Skor nyeri post operatif yang diukur dengan numerical rating score
menunjukkan skor nyeri yang lebih tinggi pada pasien wanita pada interval 18
jam post operatif sedangkan hasil lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan.
Dalam studi ini, dari 310 pasien yang terlibat, mayoritas pasien (292)
menerima analgesik tunggal non opioid (sodium diklofenak) sementara hanya
sedikit pasien (18) yang menerima kombinasi obat (opioid dan non opioid).
Sebanyak 112 pasien dengan pemberian analgesik tunggal dan 13 pasien
dengan pemberian kombinasi analgesik masih mengeluhkan nyeri post operatif.

Tabel 5. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Berbagai Kelompok
Peresepan Analgesik Saat Interval Waktu yang Berbeda dengan
metode BP cuff inflation
Resep Obat Skor Nyeri (mmHg), mean ± SD
untuk Post operatif
mengatasi
Pre operatif
nyeri post 0 – 1 jam 6 jam 18 jam 24 jam
operatif
Kelompok A 57.19 ± 8.45 57.24 ± 8.55 57.33 ± 8.62 54.85 ± 10.95 58.76 ± 10.16
Kelompok B 57.15 ± 8.44 57.20 ± 8.54 57.25 ± 8.62 54.80 ± 10.94 58.71 ± 10.15
Kelompok C 55.36 ± 7.49 55.86 ± 7.52 56.08 ± 7.46 56.81 ± 8.22 59.56 ± 7.94
Kelompok D 52.50 ± 7.27 52.50 ± 7.27 52.50 ± 7.27 51.40 ± 7.70 53.2 ± 8.90
Kelompok E 48.63 ± 4.52 48.63 ± 4.52 46.56 ± 5.95 49.54 ± 7.56 52.72 ± 6.06
Kelompok F 46.42 ± 2.49 46.42 ± 2.49 46.42 ± 2.49 41.42 ± 2.44 45.71 ± 3.45
(One way ANOVA, nilai p, A = 0.0034, B = 0.0132, C = 0.0136, D = 0.9834, E = 0, 2263, F=0.0049)

Gambar 1. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Berbagai Kelompok Peresepan Analgesik Saat
Interval Waktu yang Berbeda dengan metode BP cuff inflation

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


.
Kelompok A – Diklofenak oral 50 mg per 8 jam
Kelompok B – Diklofenak oral 50 mg per 12 jam
Kelompok C – Diklofenak IM 75 mg per 8 jam
Kelompok D – Diklofenak IM 75 mg per 12 jam
Kelompok E – Diklofenak IM 75 mg per 8 jam + infus intravena tramadol 100 mg dalam NS
Kelompok F – Diklofenak oral 50 mg per 12 jam + infus intravena tramadol 100 mg dalam NS

Mayoritas pasien (252 orang) menerima bupivacaine diikuti dengan 45


pasien yang menerima sodium thiopentone, 9 pasien dengan succinylcholine, 2
pasien menerima propofol sementara 1 pasien menerima lignocaine
hydrochloride dan 1 pasien menerima ketamin.
Dari 8 obat yang digunakan, 4 obat termasuk dalam daftar obat penting
WHO yaitu bupivacaine, lignocaine hydrochloride, ketamin, dan propofol dan
kedelapan obat termasuk dalam daftar obat penting nasional. Seluruh pasien
mendapatkan resep obat generik.

DISKUSI
Hasil studi ini menyatakan bahwa nyeri post operatif lebih banyak
dikeluhkan oleh pasien perempuan dibandingkan dengan pasien laki-laki
{perempuan (47,01%), laki-laki (35.22%)}. Hal ini juga didapatkan pada studi
yang dilakukan oleh Taenzer AH et al6 dan Uchiyama K et al.7
Dari keseluruhan nyeri post operatif, kelompok umur yang lebih sering
mengeluhkan nyeri adalah kelompok umur 31 – 45 tahun. Hasil yang sama
didapatkan pada studi yang dilakukan oleh Sttots NA et al.8 Keluhan nyeri post
operatif lebih sering timbul pada interval waktu 18 jam post operatif yaitu
sebanyak 91 orang (72,8%).
Nyeri post operatif juga lebih banyak dikeluhkan oleh pasien yang
menjalani pembedahan umum yaitu sekitar 86 pasien (68.8%) dan di antara
pasien-pasien tersebut terbanyak adalah pasien laki-laki yang berjumlah 46
orang (54.48%). Hasil ini juga didapatkan pada studi yang dilakukan oleh
Menezes Couceiro TC et al.9
Pasien yang menjalani tindakan operatif bidang obstetrik dan ginekologi
serta tindaka operatif bidang ortopedi memiliki ambang nyeri yang rendah
(merasa nyeri pada level mmHg yang rendah) baik pada saat preoperatif maupun
post operatif dibandingkan dengan pasien yang menjalani pembedahan umum.
Hal ini juga didapat pada studi yang dilakukan oleh Menezes Couceiro TC et al.9
Rata-rata skor nyeri yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki (table 1) juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Menezes
Couceiro TC et al.9

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


Pada kelompok umur 16 – 45 tahun, ambang batas nyeri lebih rendah
(merasa nyeri pada level mmHg yang rendah) dibandingkan dengan ambang
batas nyeri pre operatif. Pada kelompok umur 46 – 60 tahun dan >60 tahun
ambang batas nyeri post operatif lebih tinggi (merasa nyeri pada level mmHg
yang tinggi) dibandingkan dengan ambang batas nyeri pre operatif (Tabel 2).
Skor nyeri post operatif yang diukur dengan numerical rating score
menunjukkan skor nyeri yang lebih tinggi pada pasien wanita pada interval 18
jam post operatif sedangkan hasil lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Terdapat bukti di literatur bahwa ambang batas nyeri lebih rendah
pada perempuan7 dan respon mereka terhadap stimulus nyeri berbeda dari laki-
laki.10 Untuk nyeri berdasarkan kelompok umur, studi ini memiliki hasil yang
berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Chung et al.11
Di rumah sakit di mana studi ini dilakukan, analgesik yang diresepkan
tergantung pada pilihan konsultan. Dalam studi ini 112 pasien dengan pemberian
analgesik tunggal dan 13 pasien dengan pemberian kombinasi analgesik masih
mengeluhkan nyeri post operatif (Tabel 4). Hal tersebut sama seperti studi yang
dilakukan oleh Ho MK et al.12
Obat yang terdaftar dalam The National List of Essential Medicines
(NLEM) harus tersedia dalam harga yang terjangkau dan dengan kualitas yang
terjamin.14 Dalam studi ini, 2 jenis analgesik yang digunakan (sodium diklofenak
dan tramadol) termasuk dalam National List of Essential Medicine of India tetapi
tidak satu pun yang termasuk dalam daftar obat penting WHO.13
Nama generik bersifat internasional dan juga rutin digunakan dalam
publikasi medis dan ilmiah sehingga peresepan obat seharusnya menggunakan
nama generik.15 Dalam studi ini peresepan obat telah menggunakan nama
generik yang patut untuk diapresiasi.
Dalam studi ini kelompok A (dikofenak oral 50 mg per 8 jam) dan
kelompok F (diklofenak oral 50 mg per 12 jam + infus intravena tramadol 100 mg
dalam NS) menunjukkan skor nyeri (diukur dengan metode BP cuff inflation)
yang berbeda secara signifikan antara pre operatif dan post operatif. Kelompok B
(diklofenak oral 50 mg oral per 12 jam) dan kelompok F (diklofenak IM 75 mg per
8 jam) juga menunjukkan perbedaan skor nyeri yang signifikan antara pre
operatif dan post operatif seperti hasil yang ditunjukkan dalam studi oleh Barden
J et al16 dan Wider Smith CH et al.17

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


KESIMPULAN
Dari 310 pasien post operatif, 292 pasien hanya menerima dikofenak saja
dan 18 pasien menerima kombinasi antara diklofenak dan tramadol. Sebanyak
112 pasien yang hanya menerima diklofenak saja dan 13 pasien yang menerima
kombinasi antara diklofenak dan tramadol mengeluhkan nyeri post operatif.
Keluhan nyeri post operatif lebih banyak pada wanita dibandingkan
dengan laki-laki.
Nyeri post operatif dikeluhkan oleh 40.32% pasien, dan kelompok umur
31 – 45 tahun merupakan kelompok umur yang lebih sering mengeluhkan nyeri
post operatif. Keluhan nyeri menurun dengan meningkatnya umur.
Skor nyeri post operatif dengan metode BP cuff inflation lebih tinggi pada
pasien yang menjalani tindakan operatif di bidang obstetri dan ginekologi diikuti
oleh pasien yang menjalani tindakan operatif di bidang ortopedi dan diikuti oleh
pasien yang menjalani tindakan pembedahan umum.
Nyeri dapat terkontrol baik pada pasien yang menerima diklofenak oral 50
mg per 8 jam dan pasien yang menerima kombinasi dikofenak oral 50 mg per 12
jam + infus intravena tramadol 100 mg dalam NS sementara diklofenak IM 75 mg
per 12 jam dan kombinasi antara diklofenak IM 75 mg per 8 jam + infus intravena
tramadol 100 mg dalam NS tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam
kontrol nyeri.
Kontrol terhadap nyeri post operatif cukup baik pada interval 12 jam.
Sementara itu pada interval 18 jam post operatif pasien memiliki skor nyeri post
operatif yang tinggi (pada 72.8% pasien). Hal tersebut mengindikasikan
diperlukannya tambahan analgesik. Seluruh pasien diberi resep obat generik.

Pendanaan : Tidak ada


Conflict of Interest : None declared
Persetujuan Etik : Studi ini dinyatakan layak etik oleh the Institusional Ethics
Committee

REFERENSI
1. Morgan GE, Mikhail SM, Murray MJ. Clinical anesthesiology. 4 th ed.US:
McGraw-Hill Companies; 2006. Chapter 18, Pain management; p.309-18,
338, 341-42, 347.

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


2. Stoecting RK, Hillier SC. Pharmacology and physiology in anesthetic
practice.4th ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins; 2006. Chapter
44, Pain; P.714
3. Dahl JB, Kehlet H. Postoperative pain and its management. In, McMahon
SB, Koltzenbung M, editors. Wall and Melzack’s Textbook of pain. 5 th ed.
China: Churchill Livingstone; 2006. 635,637.
4. Medhi B, Prakash A. Practical manual of experimental and clinical
pharmacology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd;
2010. Chapter 32, miscellaneous practical’s; p.324.
5. Edwards RR, Pain assessment. In, Benzon HT, Raja SN, Molloy RE, Liu
SS, Fishman FM. Editors. Essentials of pain medicine and regional
anesthesia. 2nd ed. US: Churchill Livingstone Elsevier; 2005. P.29-33.
6. Taenzer AH, Cantwell C, Curry CS. Gender Affects Report of Pain and
Function after Arthroscopic Anterior Cruciate Ligament Reconstruction.
Anesthesiology 2000;93(3):670-675.
7. Uchiyama K, Kawai M, Tani M, Ueno M, Hama T, Yamaue H. Gender
differences in postoperative pain after laparoscopic cholecystectomy. Surg
Endosc. 2006;20:448-51.
8. Stotts NA, Puntillo K, Hutt JS, Thompson CL, White C. Does age make a
difference in procedural pain perceptions and responses in hospitalized
adults? Acute Pain September 2007;9(3):125-34.
9. Coucerio TC, Valencs MM, Lima LC, De menezes TC, Roposo MC.
Prevalence and influence of gender, age, and type of surgery on
postoperative pain. Rev Bras Anestesiol. May/June 2009;59(3):314-20.
10. Ochroch EA, Gottschalk A, Troxel AB, et al. Women suffer more short
and long-term pain than men after major thoracotomy. Clin J Pain
2006; 22:491-498.
11. Chung F, Ritchie E, Su J. Postoperative pain in ambulatory surgery.
Anesth Analg 1997;85:808-816.
12. Ho MK, Chung CH. A prospective, randomised clinical trial comparing
oral diclofenac potassium and intramuscular diclofenac sodium in acute
pain relief. Hong Kong J Emerg Med. 2004;11:69-77.
13. WHO Model List of Essential Medicines, 17th ed. 2011 March.
14. National List of Essential Medicines, March 2011.
15. Collier J. The cases for and against prescribing generic drugs: generic
prescribing benefits patients. BMJ 1988 Dec; 297; 1596-8.
16. Barden J, Edwards J, Moore RA, McQuay HJ. Single dose oral diclofenac for
postoperative pain. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]
2009 rev [cited 2012 nov 05]. Available at http://www.
ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15106260.

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6


17. Wilder-Smith CH, Hill L, Dyer RA, Torr G, Coetzee E. Postoperative
sensitization and pain after cesarean delivery and the effects of single im
doses of tramadol and diclofenac alone and in combination. Anesth
Analg. 2003 Aug;97(2):526-33.

International Journal of Basic and Clinical Pharmacology│November – Desember 2013│Vol 2│Issue 6

Anda mungkin juga menyukai