ABSTRAK
Latar Belakang :
Nyeri post operatif sangat umum terjadi dan berkembang secara alami sebagai
sebuah peringatan. Setelah tindakan pembedahan perkembangan rasa nyeri
dapat diprediksi dan harus dicegah serta ditangani. Di samping mengakibatkan
ketidaknyamanan dan efek fisiologis, nyeri post operatif juga menunda
pergerakan (ambulasi) dan memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit.
Meskipun telah tersedia obat dan teknik anestetik, prevalensi nyeri post operatif
masih tinggi.
Metode :
Penilaian derajat nyeri dilakukan dengan metode blood pressure cuff inflation
dan numerical rating scales saat pre operatif dan post operatif.
Hasil :
Keluhan nyeri post operatif lebih banyak pada wanita. Dari semua pasien yang
mengeluhkan nyeri post operatif, kelompok umur 31 – 45 tahun merupakan
kelompok umur yang lebih sering mengeluhkan nyeri post operatif. Keluhan nyeri
post operatif juga lebih banyak dikeluhkan saat 18 jam post operatif. Keluhan
nyeri post operatif juga lebih banyak ditemukan pada pasien-pasien dengan
pembedahan umum. Dari 310 pasien post operatif, 292 pasien hanya menerima
dikofenak saja dan 18 pasien menerima kombinasi antara diklofenak dan
tramadol. Sebanyak 112 pasien yang hanya menerima diklofenak saja dan 13
pasien yang menerima kombinasi antara diklofenak dan tramadol mengeluhkan
nyeri post operatif.
Kata Kunci : nyeri post operatif, numerical rating scale, metode BP cuffs inflation
METODE
Studi ini merupakan studi observasional longitudinal yang dilakukan di
P.D.U. Government Hospital Rajkot dari Maret 2011 hingga Mei 2012.
Persetujuan dari komite etik institusional diambil sebelum studi dimulai.
Pasien terdaftar dalam studi karena memenuhi kriteria yang tersebut di
bawah ini.
Kriteria Eksklusi
1. Riwayat alergi terhadap analgesik.
2. Pasien yang menerima analgesik dalam 7 hari menjelang prosedur
operatif.
3. Pasien yang rutin meminum glukokortikoid.
4. Pasien dengan ulkus peptikus.
5. Pasien yang rutin meminum alkohol.
6. Pasien dengan kondisi inflamasi kronik seperti arthritis rheumatoid,
psoriasis, systemic lupus erythematous, aterosklerosis, penyakit paru
obstruktif kronik, irritable bowel disease, celiac disease.
Semua pasien dibuat akrab dengan numerical rating scale dan metode
BP cuff inflation sebelum prosedur operatif dilakukan untuk menilai skor derajat
nyeri pre operatif.
Penilaian pre operatif – Sebelum prosedur operatif dilakukan semua
pasien dibuat merasa nyeri dengan metode BP cuff inflation dan poin di mana
pasien merasakan nyeri dicatat sebagai skor nyeri.
Penilaian post operatif – Skor nyeri post operatif didapat dengan metode
BP cuff inflation setelah pasien menjalani prosedur operatif pada 0 – 1 jam, 6
jam, 18 jam, dan 24 jam. NRS post operatif digunakan untuk mendapatkan skor
nyeri pada 0 – 1 jam, 6 jam, 18 jam, dan 24 jam sejalan dengan metode BP cuff
inflation dilakukan.
HASIL
Total pasien yang terdaftar dalam studi ini berjumlah 310 (laki-laki = 176,
dan perempuan = 134). Sebanyak 125 pasien (40.32%) mengeluhkan nyeri post
operatif {laki-laki = 62 (35.22%), perempuan = 63 (47.01%)}. Pasien perempuan
lebih sering mengeluhkan nyeri post operatif dibandingkan dengan pasien laki-
laki {perempuan (47.01%) > laki-laki (35.22%)}. Di antara pasien laki-laki yang
mengeluhkan nyeri, sebanyak 42 orang (67.74%) mengeluhkan nyeri pada 18
jam post operatif. Demikian juga dengan 49 pasien wanita (77.77%) yang
mengeluhkan nyeri setelah 18 jam post operatif. Dari keseluruhan pasien dengan
keluhan nyeri, terbanyak pada kelompok umur 31 – 45 tahun yaitu sebanyak 67
pasien (53.6%).
Di antara berbagai prosedur pembedahan, pasien yang menjalani
prosedur pembedahan umum lebih sering mengeluhkan nyeri post operatif yaitu
sebanyak 86 pasien (68.8%).
Sensitivitas nyeri pada pasien perempuan lebih tinggi daripada pasien
laki-laki baik pada periode pre dan post operatif dan hal tersebut bermakna
secara statistik (One way ANOVA, nilai p, laki-laki = 0.0139, perempuan =
0.0134).
Tabel 1. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Jenis Kelamin yang
Berbeda Saat Interval Waktu yang Berbeda dengan metode BP
cuff inflation
Jenis Skor Nyeri (mmHg), mean ± SD
Pre operatif Post operatif
Kelamin
0 – 1 jam 6 jam 18 jam 24 jam
Laki-laki 57.18 ± 8.49 57.35 ± 8.43 57.58 ± 8.33 56.87 ± 10.4 59.94 ± 9.97
Perempuan 55.18 ± 7.93 54.92 ± 7.92 54.77 ± 8.20 53.02 ± 9.63 56.71 ± 8.96
(One way ANOVA, nilai p, laki-laki = 0.0139, perempuan = 0.0134)
Tabel 2. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Berbagai Kelompok Umur
yang Berbeda Saat Interval Waktu yang Berbeda dengan metode
BP cuff inflation
Umur Skor Nyeri (mmHg), mean ± SD
Pre operatif Post operatif
(tahun)
0 – 1 jam 6 jam 18 jam 24 jam
Tabel 3. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Berbeda Saat Interval Waktu yang Berbeda
dengan numerical rating scale
Interval Skor Nyeri, mean ± SD
Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun)
Waktu
Laki-laki Perempuan 16 – 30 31 – 45 46 – 60 >60
(Jam)
0–1 4.64±0.49 4.66±0.48 4.93±0.24 4.82±0.40 4.57±0.49 4.06±0.31
6 4.61±0.51 4.69±0.53 4.96±0.31 4.85±0.45 4.52±0.50 4.04±0.28
18 4.70±1.03 5.10±0.53 5.66±0.65 5.26±0.83 4.36±0.85 3.78±0.76
24 4.09±0.82 4.25±0.82 4.27±0.58 4.25±0.63 4.78±0.67 3.31±0.61
Tabel 5. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Berbagai Kelompok
Peresepan Analgesik Saat Interval Waktu yang Berbeda dengan
metode BP cuff inflation
Resep Obat Skor Nyeri (mmHg), mean ± SD
untuk Post operatif
mengatasi
Pre operatif
nyeri post 0 – 1 jam 6 jam 18 jam 24 jam
operatif
Kelompok A 57.19 ± 8.45 57.24 ± 8.55 57.33 ± 8.62 54.85 ± 10.95 58.76 ± 10.16
Kelompok B 57.15 ± 8.44 57.20 ± 8.54 57.25 ± 8.62 54.80 ± 10.94 58.71 ± 10.15
Kelompok C 55.36 ± 7.49 55.86 ± 7.52 56.08 ± 7.46 56.81 ± 8.22 59.56 ± 7.94
Kelompok D 52.50 ± 7.27 52.50 ± 7.27 52.50 ± 7.27 51.40 ± 7.70 53.2 ± 8.90
Kelompok E 48.63 ± 4.52 48.63 ± 4.52 46.56 ± 5.95 49.54 ± 7.56 52.72 ± 6.06
Kelompok F 46.42 ± 2.49 46.42 ± 2.49 46.42 ± 2.49 41.42 ± 2.44 45.71 ± 3.45
(One way ANOVA, nilai p, A = 0.0034, B = 0.0132, C = 0.0136, D = 0.9834, E = 0, 2263, F=0.0049)
Gambar 1. Skor Nyeri Pre dan Post Operatif pada Berbagai Kelompok Peresepan Analgesik Saat
Interval Waktu yang Berbeda dengan metode BP cuff inflation
DISKUSI
Hasil studi ini menyatakan bahwa nyeri post operatif lebih banyak
dikeluhkan oleh pasien perempuan dibandingkan dengan pasien laki-laki
{perempuan (47,01%), laki-laki (35.22%)}. Hal ini juga didapatkan pada studi
yang dilakukan oleh Taenzer AH et al6 dan Uchiyama K et al.7
Dari keseluruhan nyeri post operatif, kelompok umur yang lebih sering
mengeluhkan nyeri adalah kelompok umur 31 – 45 tahun. Hasil yang sama
didapatkan pada studi yang dilakukan oleh Sttots NA et al.8 Keluhan nyeri post
operatif lebih sering timbul pada interval waktu 18 jam post operatif yaitu
sebanyak 91 orang (72,8%).
Nyeri post operatif juga lebih banyak dikeluhkan oleh pasien yang
menjalani pembedahan umum yaitu sekitar 86 pasien (68.8%) dan di antara
pasien-pasien tersebut terbanyak adalah pasien laki-laki yang berjumlah 46
orang (54.48%). Hasil ini juga didapatkan pada studi yang dilakukan oleh
Menezes Couceiro TC et al.9
Pasien yang menjalani tindakan operatif bidang obstetrik dan ginekologi
serta tindaka operatif bidang ortopedi memiliki ambang nyeri yang rendah
(merasa nyeri pada level mmHg yang rendah) baik pada saat preoperatif maupun
post operatif dibandingkan dengan pasien yang menjalani pembedahan umum.
Hal ini juga didapat pada studi yang dilakukan oleh Menezes Couceiro TC et al.9
Rata-rata skor nyeri yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki (table 1) juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Menezes
Couceiro TC et al.9
REFERENSI
1. Morgan GE, Mikhail SM, Murray MJ. Clinical anesthesiology. 4 th ed.US:
McGraw-Hill Companies; 2006. Chapter 18, Pain management; p.309-18,
338, 341-42, 347.