Anda di halaman 1dari 30

BAB I

TINJAUAN TEORI
INTRA NATAL CARE

1. Definisi
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(Damayanti, dkk, 2015).
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah
pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan
antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi yang baik.
Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan
tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung dalam
18-24 jam dengan letak janin belakang kepala. (Varney, 2003)

2. Batasan Berlangsungnya Persalinan Normal


Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu : (Lailiyana dkk, 2015:3-5).
1) Tahapan persalinan
a) Kala I
Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
 Fase Laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan
serviks kurang dari 4 cm, dan biasanya berlangsung hingga 8 jam.
 Fase Aktif dimulai dengan pembukaan serviks dari 4 cm sampai 10
cm biasanya dengan kecepatan 1cm/jam atau lebih hingga
pembukaan lengkap (10 cm), frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3 kali
dalam 10 menit dan lamanya 40 detik atau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Lamanya kala I untuk
primigravida berlansung 12 jam pembukaan 10 cm sedangkan
multigravida sekitar 8 jam pembukaan 10 cm.
b) Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm sampai dengan lahirnya
bayi. Gejala kala II atau kala pengeluaran adalah:
 His semakin kuat, dengan interval 1-2 menit dan durasi 40-50 detik.
 Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
 Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan
keinginan-keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus
frankenhauser.
 Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
kepala membuka vagina dan tampak suboksiput sebagai
hipomoglion.
c) Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda-tanda di bawah ini:
 Uterus menjadi bundar
 Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke bawah segmen
bawah rahim
 Tali pusat betambah panjang
d) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan meliputi:
 Tingkat kesadaran pasien
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Kontraksi uterus
 Terjadinya perdarahan.

3. Batasan Berlangsungnya Kehamilan Resiko Tinggi


Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang memiliki resiko
meninggalnya bayi, ibu atau melahirkan bayi yang cacat atau terjadi
komplikasi kehamilan, yang lebih besar dari resiko pada wanita normal
umumnya. Penyebab kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Pengetahuan ibu tentang tujuan
atau manfaat pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk
memeriksakan kehamilan secara rutin.
a. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 18 tahun.
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun.
Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi
dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkab belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba,
1998). endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah
tersebut kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat
menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak dan keadaan
plasenta.
b. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan
bayi cukup bulan dan berat normal.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki
resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih
mungkin memiliki panggul yang sempit.
c. Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, Diabetes, Tiroid, Jantung, Paru,
Ginjal, dan penyakit sistemik lainnya)
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit
ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.
Kehamilan dengan hipertensi esensial atau hipertensi yag telah ada
sebelum kehamilan dapat berlangsung sampai aterm tanpa gejala mejadi
pre eklamsi tidak murni. Penyakit gula atau diabetes mellitus dapat
menimbulkan pre eklamsi dan eklamsi begitu pula penyakit ginjal karena
dapat meingkatkan tekanan darah sehingga dapat menyebabkan pre
eklamsi.
d. Kehamilan dengan keadaan tertentu ( Mioma uteri, kista ovarium)
Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa
kelainan letak bayidan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada
saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan
gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri.
Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi
perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor
sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor
bisa terputar.
e. Kehamilan dengan anemia ( Hb kurang dari 10,5 gr %)
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing,
sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua
keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang
menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.Faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat
besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Anemia
dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin
di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin
kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas diatas
dihubungkan dengan kejadian hemodilusi.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam persalinan antara lain:
1. Faktor Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan janin yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama
yang baik dan sempurna. (Oxorn, 2010)
2. Faktor Passanger (Bayi)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor
janin,yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian
terbawah janin, dan posisi janin. (Rohani, 2011)
3. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas :
a. Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul).
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamentligament.
(Asrinah, 2010)
4. Faktor psyche (Psikis)
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan
anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin dan
kelahiran anjurkan merreka berperan aktif dalam mendukung dan
mendampingi langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu
kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi, dapat membantu
kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi. (Rukiyah, 2009)

5. Tanda-tanda Persalinan
1. Persalinan patut dicurigai jika usia kehamilan 22 minggu keatas,ibu
merasa :
a. Nyeri abdomen berulang disertai dengan cairan lendir
yangmengandung darah atau showb)
b. Perubahan Serviksc)
c. Kontraksi yang cukup / adekuat dan bila terjadi 3 kali dalam 10menit,
setiap kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik sertauterus mengeras
selama kontraksi
2. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadinya penurunan fundus uterib)
b. Terjadinya his permulaan
3. Karakteristik persalinan sesungguhnya , menurut Sumarah (2008)
a. Serviks menipis dan membuka
b. Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
c. Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
d. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan
e. Dengan berjalan bertambah intensitasnya
f. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas
nyeri
g. Lendir darah sering tampak
h. Ada penurunan bagian terendah janin
i. Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan
sesungguhnya.
k. Kala Persalinan, menurut Sarwono, 20061)
1. Kala 1 (kala pembukaan) Dibagi atas 2 Fase :
Fase Laten:
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambatsampai pembukaan
3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
Fase Aktif:
Berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
 Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,pembukaan 4 cm
 Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
 Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam 2 jam,
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkapPada primigravida
kala 1 berlangsung ± 13 jam sedangkan padamultigravida ± 7
jam2)
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala ini, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala telah turun memasuki ruang
panggulsehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
yangmenimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum
akibatpenurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin
mengejanseperti mau buang air besar, dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka danperinium meregang. Adanya his yang terpimpin,
akan lahirlahkepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada
primiberlangsung 1 ½ jam dan pada multi ½ jam.3)
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar.
Uterusteraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi
plasenta.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri.Proses biasanya berlangsung selama 6 sampai 15
menit setelahbayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV yaitu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap.
Ada 7 pokok hal penting yang harus diperhatikan:
a. Kontraksi uterus
b. Tidak ada perdarahan dari jalan lahir
c. Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
d. Kandung kemih kosong
e. Luka perinium terawatt
f. Bayi dalam keadaan baik
g. Ibu dalam keadaan baik

6. Adaptasi Persalinan
Adaptasi Fetal merupakan adaptasi pada bayi terhadap lingkungan
intrauterine ke lingkungan ektrauterine
1. Adaptasi Maternal
 fase dependen
a. fase dimana ibu merasakan kegembiraan dan selalu ingin
membicarakan kepada orang lain
b. berlangsung 1-2 hari pertama pasca persalinan
c. ibu lebih fokus ke bayi, mengharapkan segala kebutuhan nya
dipenuhi oleh orang lain
 Fase dependen-mandiri
a. secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapatkan
perawatan dan penerimaan orang lain
b. berlangsung mulai hari kedua atau ketiga sampai dengan hari ke
10
c. timbul keinginan untuk mandiri, belajar dan berlatih tentang
perawatan bayi
d. minggu ke 6 atau ke 8 ibu mampu menguasai tugas sebagai orang
tua
 fase interdependen
a. ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sitem degan
anggota keluarga saling berinteraksi
b. menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak dan tidak
melibatkan anak
Berdasarkan Reva Rubbin:
1. Taking In Period
a. terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan
b. ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian
terhadap tubuhnya
c. ibu lebih mengingat melahirkan dan persalinan yang
dialami
d. kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat
2. Taking Hold Period
a. berlangsung 3-4 hari post partum
b. ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuan nya menerima
tanggung sepenuhnya terhadap perawatan bayi
c. pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu
3. Letting go period
a. dialami setelah tiba dirumah
b. ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu
meyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat
tergantung dari kesehatan sebagai ibu

2. Adaptasi Paternal
Sebagian pria menganggap kehamilan sebagai bukti kejantanan nya
dan tidak berfikir sama sekali tentang tanggung jawabnya terhadap ibu
dan anak. Akan tetapi, bagi kebanyakan pria kehamilan dapat merupakan
kesempatan ia dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang ayah. Respon emosi pria terhadap peran seorang ayah,
kekuatiran na dan kebutuhan nya akan informasi berubah-ubah sepanjang
masa hamil.
3. Adaptasi Sibling
Berbagai berita kehadiran seorang adik baru dapat merupakan krisis
utama bagi seorang anak. Beberapa faktor yang mempengaruhi respon
seorang anak antara lain umur, sikap orang tua, peran ayah, lama waktu
berpisah dengan ibu, peraturan kunjungan di rumah sakit dan bagaimana
anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan.

7. Pathway INC Normal


8. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Non Farmakologis
Metode persiapan persalinan :
a. Lamaze
Pada sekitar tahun 1960, metode Lamaze menjadi populer di Amerika
Serikat, setelah Marjorie Karmel memperkenalkan metode psikoprofilaksis
( PPM ) dalam bukunya, Thank You, Dr. Lamaze. The American Society
For Psychoprophylaxis in Obstetrics ( ASPO ) didirikan pada tahun 1960
dan the National Associaton of Childbirth Education, Inc. ( NACE )
dibentuk pada tahun 1970 untuk mempromosikan metode Lamaze dan
mempersiapkan pengajar metode ini. Pada tahun 1971, the National
Council of Childbirth Education Specialists, Inc. ( CCES ) didirikan untuk
menawarkan seminar untuk melatih pengajar.
Metode Lamaze berasal dari karya Pavlov tentang classical
conditioning. Menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respons bersyarat.
Wanita juga dapat dikondisikan supaya tidak mengalami rasa nyeri pada
saat melahirkan. Metode Lamaze membuat wanita berespons terhadap
kontraksi rahim buatan dengan mengendalikan relaksasi otot dan
pernapasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali ( Lamaze,
1972 ). Strategi untuk mengatasi rasa nyeri ini antara lain memusatkan
perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada gambar yang sangat
disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain, sehingga jalur saraf itu
tidak dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.
Wanita ini diajar untuk merelaksasi otot – otot yang tidak terlibat saat
ia mengontraksi kelompok otot tertentu. Ia akan menerapkan latihan ini
pada saat melahirkan, yakni dengan merelaksasi semua otot lain saat rahim
berkontraksi. Wanita yang mengikuti kelas persiapan dengan memakai
metode Lamaze selama tahap pertama persalinan mempertahankan control
neuromuskular pada tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
wanita yang mempersiapkan diri dengan caranya sendiri ( Bernardini,
Maloni, Stegman, 1983 ).
Pengajar – pengajar metode Lamaze percaya bahwa pernapasan dada
mengangkat diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga
menciptakan lebih banyak ruang bagi rahim untuk berkembang. Pola
pernapasan dada bervariasi, sesuai intensitas kontraksi dan kemajuan
persalinan. Para pengajar ini juga berusaha menghilangkan rasa takut
dengan meningkatkan pemahaman tentang fungsi tubuh dan nyeri
neurofisiologis. Dukungan pada saat bersalin diberikan oleh suami, orang
lain, atau oleh tenaga ahli terlatih yang disebut monitrice.

b. Bradley
Robert Bradley, seorang ahli kandungan dari denver, menulis Husband
– Coached Childbirth pada tahun 1965, suatu metode yang menjelaskan
apa yang disebutnya persalinan alami yang sebenarnya, yakni tanpa
tindakan anestesi atau analgesi dan dengan bantuan suami serta memakai
teknik pernapasan khusus saat melahirkan. The American Academy of
Husband – Coached Childbirth ( AAHCC ) didirikan untuk
mempersiapkan para pengajar dan menyiapkan metode ini supaya dapat
digunakan.
Metode Bradley didasarkan pada observasi perilaku binatang saat
melahirkan dan menekankan keharmonisan tubuh, yakni dengan
melakukan control pernapasan, pernapasan perut, dan relaksasi seluruh
tubuh ( Bradley, 1974 ). Teknik ini menekankan factor lingkungan, seperti
suasana gelap, menyendiri, dan suasana tenang sehingga peristiwa
melahirkan menjadi lebih alami. Ibu yang memakai metode Bradley sering
tertidur saat bersalin, tetapi sebenarnya mereka berada dalam tingkat
relaksasi mental yang dalam.
Walaupun kehadiran ayah pada saat melahirkan tampaknya merupakan
factor yang sangat penting bagi kebanyakan wanita, konsep ayah atau
suami sebagai penolong persalinan mendapat kritikan dari beberapa pihak
( klien, dkk, 1981 ). Beberapa pria tidak nyaman dalam memainkan peran
ini, tetapi tetap dapat mendukung istrinya selama hamil dan bersalin.

c. Dick read (Menurut Dick – Read, 1959 )


Rasa takut, tegang, dan nyeri ialah tiga selubung yang bertentangan
dengan rancangan alam. Apabila rasa takut, tegang, dan nyeri berjalan
beriringan, untuk menghilangkan nyeri perlu dilakukan tindakan untuk
meringankan ketegangan dan mengatasi rasa takut. Implementasi teori
saya menunjukkan metode yang dapat mengalahkan ketakutan,
menghilangkan ketegangan, dan menggantinya dengan relaksasi mental
dan fisik.
Karya Dick – Read menjadi dasar program persiapan melahirkan dan
pelatihan pengajar diseluruh Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Afrika
Selatan. Perawat yang telah mempelajari metode ini mendirikan
International Childbirth Education Association ( ICEA ) pada tahun 1960.
Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
pemahaman dan keyakinan, program Dick – Read meliputi pemberian
informasi tentang persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, hygiene,
dan latihan fisik. Kelas – kelas ini mengajarkan tiga teknik :
a. Latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan.
b. Latihan relaksasi secara sadar
c. Latihan pola napas.
Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot
seluruh tubuh. Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai
perintah, baik selama kontraksi maupun diantara kontraksi.
Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hampir sepanjang
masa bersalin, napas pendek menjelang akhir tahap pertama, dan sampai
pada waktu terakhir ini, menahan napas pada tahap kedua persalinan. Para
pengajar metode Dick – Read berpendapat bahwa berat otot – otot
abdomen terhadap uterus yang berkontraksi meningkatkan rasa nyeri.
Wanita melahirkan diajar untuk mendorong otot – otot perutnya ke atas
saat rahim naik selama suatu kontraksi. Dengan demikian otot – otot
abdomen terangkat dari uterus yang berkontraksi.
Metode Dick – Read telah diadaptasi karena dukungan persalinan yang
dahulu hanya dilakukan oleh perawat, saat ini dapat dilakukan oleh suami
atau orang lain yang dipilih ibu.

d. Keuntungan Teknik Relaksasi Bernafas


a. Keuntungan Emosional
- Memberikan pengalaman positif tentang melahirkan pada ibu
- Mengurangi ketegangan dan ketakukan ibu pada saat persalinan
- Berpartisipasi nyata dalam melahirkan anaknya
- Membantuk Tumbuhnya hubungan antara orang tua dan anak
- Membantu tumbuhnya hubungan antara ibu dan bapak
b. Keuntungan Fisiologis
- Dapat mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat-obatan dan
dapat mengurangi resiko terhadap bayi
- Mencegah terjadinya komplikasi seperti nyeri sampai dengan
menurunnya oksigen.
- Ibu dapat bekerja sama pada saat pemeriksaan
- Ibu tidak merasa lelah pada saat dan sesudah melahirkan

9. Menjelaskan Pengkajian Fetal


a. Tehnik monitoring
 Auskultasi DJJ
Dapat digunakan alat ultrasound stethoscope / Doppler. Djj
biisa terdengar dengan alat ini antara usia kehamilan 10-12 minggu.
Normal frekuensi DJJ adalah 120-160x/menit dan harus dibedakan
dengan denyut nadi ibu.
 Elektrolit fetal monitoring
Elektronik Fetal Monitoring (EFM) adalah metode untuk
memeriksa kondisi bayi dalam kandungan oleh mencatat setiap
perubahan yang luar biasa dalam denyut jantung. Electronic fetal
monitoring dilakukan di akhir kehamilan atau terus selama tenaga
kerja untuk memastikan normal bayi yang sehat.
Tujuan
- Untuk mengetahui dan mengobservasi dari gerakan janin
- Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigen janin.
- Untuk mencegah intra uterin fetal death.
- Untuk mencegah dan mengurangi angka kematian ibu dan anak
- Untuk mengetahui tanda-tanda abnormal pada janin sejak dini.
b. Non stress test
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan
kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung
dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat
kehamilan maupun persalinan.
c. USG
suatu pemeriksaan yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk
mendapatkan gambaran dari janin, palsenta, dan uterus. Secara umum
USG digunakan untuk menilai:
1. Taksiran usia kehamilan
2. Lokasi plasenta
3. Pengawasan pertumbuhan dan pergerakan janin
4. Deteksi kehamilan ganda
5. Identifikasi kelainan bawaan
6. Menilai keadaan/ukuran panggul dalam

Selama trimester I, USG dapat digunakan untuk:

1. Mengkaji usia kehamilan

2. Mengevaluasi diagnosis pendarahan pervaginam

3. Memastikan dugaan kehamilan kembar

4. Mengevaluasi pertumbuhan janin

5. Mengevaluasi massa pelvic


Kandung kemih yang penuh akan meningkatkan kepekaan ultrasonik,
terutama pada usia kehamilan 20 minggu atau kurang. Kandung kemih yang
penuh akan dapat mengangkat uterus keluar dari rongga panggul, sehingga
didapatkan gambar yang baik. Selama pemeriksaan pasien telentang selama +
30 menit. Jeli akan dioleskan disekeliling permukaan kulit perut sebagai
media konduktif bagi ultrasound, disamping untuk mengurangi gesekan dari
tranduser selama digerak-gerakkan di permukaan kulit.

10. Ciri – Ciri “Family Centered Maternity Care’’


Proses keperawatan maternitas yang ditangani oleh tenaga terlatih dan
mampu melaksanakan proses keperawatan maternitas mulai dari proses
kehamilan calon ibu sampai perawatan bayi dan masa nifas ibu pasca
melahirkan.
a. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
b. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan
nifas.
c. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
d. Menetapkan peraturan yang flexibel.
e. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
f. Mengadakan kontak dini bayi dan orang tua.
g. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
h. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
i. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
j. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.
Contoh dari konsep FCMC adalah tindakan Kurtase dan metode
kanguru. Tindakan kurtase adalah tindakan yang dilakukan pada klien abortus
yang dikarenakan keabnormalan dari janin klien tersebut yang dapat
membahayakan jiwa klien. Pada masa TC, abortus hanya dilakukan oleh
tenaga tidak terlatih, sehingga proses abortus hanya sebatas mengeluarkan
janin yang ada dalam kandungan tanpa adanya usaha untuk membersihkan
seluruh sisa dari janin yang telah dikeluarkan. Proses kurtase ini baru
digunakan dalam konsep FCMC karena konsep kurtase ini membutuhkan
tenaga ahli dan profesional serta harus didukung oleh peralatan yang
memadai.
Sedangkan metode kanguru adalah metode yang diterapkan pada bayi
prematur. Metode kanguru ini merupakan pengganti metode inkubator. Di
beberapa negara maju di dunia, lebih memilih menggunakan metode kanguru
dibandingkan dengan metode inkubator. Karena dengan metode kanguru,
kontak batin antara ibu-anak akan lebih terbentuk dibandingkan dengan
menggunakan inkubator yang membuat ibu dan bayinya terpisah.

11. Menjelaskan Persalinan Abnormal


1. Masalah dengan power
Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan oleh karena
hipotonic/atonic uteri dan hypertonic/tetania uteri
2. Masalahdengan fetus
Kelainan yang dapat menghambat persalinan adalah kelainan ukuran
dan bentuk kepala bayi
3. Masalah dengan panggul
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat
menyebabkan hambatan persalinan apabila:panggul sempit
seluruhnya,panggul sempit sebagian,panggul miring.kelainan pada jalan
lahir diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku
4. Masalah dengan psikologis
Ketakutan dan kecemasan dapat menjadi penyebab lama nya persalian
5. Persalinan premature
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada tiga minggu
atau lebih sebelum waktu kelahiran normal.
6. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan kelahiran prematur

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan keperawatan pada persalinan Kala I


1. Langkah I : Pengakajian data
Biodata Pasien : Nama, Jenis Kelamin, Umur, Tanggal lahir, Alamat,dan lain
– lain.
2. Langkah II : Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama : Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah
pinggang menjalar keperut, adanya his yang makin selalu ingin buang air
kemih. (Manuaba. 1998).
b) Riwayat kesehatan sekarang : Dalam pengkajian di temukan ibu hamil
dengan usia kehamilan antara 38 - 42 minggu. Mulai timbul his, nyeri dan
keluarnya darah serta lendir dan kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya penyakit yang dapat menyebabkan
resiko tinggi saat persalinan, seperti penyakit jantung, HT, TB, DM,
penyakit kelamin, dan lain - lain.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga : Anamese tentang penyakit keluarga ada
hubungannya dan penyakit yang diderita keluarga ada yang menderita
penyakit menular, menurun / menahun, seperti DM, dan lain - lain.
e) Riwayat Kebidanan :
- Riwayat kehamilan sekarang : HPHT ( hari pertama hari terakhir )
Untuk menafsirkan (+7) (-3) (+1) / kapan merasakan gerak janin (
primigravida ) ada usia kehamilan ( 9 - 20 minggu ), rasa pusing,
mual – muntah dan lain – lain, ( carey ragbaur : 2000 ).
- Riwayat kehamilan yang lalu : mengalami perdarahan/tidak, ada
keluhan pada hamil mudah / tidak.
- Pemeriksaaan kehamilan berapakah pada trimester pertama (
umumnya 1 kali pertama trimester I ) penyuluhan yang pernah
didapatkan ( pola nutrisi, pola istirahat, pola efektifitas).
3. Langkah III : Pemeriksaan Fisik
a) Memeriksa tanda - tanda vital ( TD, Nadi, Pernafasan, dan Suhu ).
b) Kepala dan leher : Biasanya terdapat doasma gravidarum, terkadang ada
pembengkakan kelopak mata, pucat pada konjungtiva, sklera kuning,
stomatitis dan lain - lain.
c) Dada : Terdapat pembesaran payudara, hiperpigmentasi areora mamae dan
penonjolan pada papila mamae, keluarnya colostrum.
d) Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0 - 3 cm posisi fetus, his anatara 5 - 30
menit dan berlangsung selama 10 - 30 menit vagina mengeluarkan cairan
pink, coklat, keluhan, DJJ terdengar lebih jelas di umbilicus.
e) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus :
f) Frekwensi : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit
atau per 10 menit.
g) Internal : jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang
tiap 2 – 3 menit.
h) Intensitas : kekuatan his (adekuat atau lemah)
- Durasi (lama his) : lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan
dengan detik, misalnya 50 detik.
i) Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.
j) Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan
pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
k) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
l) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letak janin, penurunan janin : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus
xypoideus. Usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus
xypoideus, belum atau sudah kepala masuk PAP, adanya his yang mungkin
sering dan kuat. ( Leopold I : untuk menentukan TFU dan bagian janin
dalam fundus, Leopold II : untuk menentukan batas samping rahim
kanan / kiri, letak punggung janin, Leopold III : untuk menentukan bagian
terbawah janin apakah sudah masuk PAP, dan Leopold IV : untuk
menentukan bagian terbawah janin seberapa jauh sudah masuk PAP ).
Auskultasi : Ada tidak DJJ dan frekuensi normalnya 120 –160 x / menit.
(Asuhan Persalinan Normal 2008).
m) Pemeriksaan Vagina : Pengeluaran darah campur lendir, terdapat
pembukaan cervix, serta kelenturan pada serviks.
n) Ekstremitas : Biasanya terjadi odema pada tungkai dan kadang varices
karena adanya penekanan dan pembesaran vena abdomen.
Tabel Parameter monitoring persalinan (partograf)
Parameter Temuan abnormal
Tekanan darah > 140/90 dengan sedikitnya satu tanda / gejala pre-
eklampsia
Temperatur > 38oC
Nadi > 100 x/menit
DJJ < 100 atau > 180 x/menit
Kontraksi < 3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, ketukan
di palpasi lemah
Serviks Partograf melewati garis waspada pada fase aktif
Cairan amnion Mekonium, darah, bau
Urin Volume sedikit dan pekat
4. Langkah IV : Kebutuhan Pola Kehidupan Sehari – hari pada ibu persalinan kala I
a) Pola nutrisi
4. Sebelum hamil : makan : 2-3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan, Minum : 7-8
gelas dengan air putih.
5. Saat hamil : makan : 3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan, buah, Minum : 8 gelas
air putih, satu gelas susu/hari.
b) Pola eleminasi
6. Sebelum hamil : BAK: lancar 5x/ hari, warna kuning, bau khas, BAB: 1x /hari
warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.
7. Saat hamil : BAK: 6-7x/hari warna kuning, bau khas, BAB : 1x/ hari warna
kuning, konsistensi lunak, bau khas.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


a) Nyeri b/d intensitas kontraksi.
Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.
Intervensi
1. Menggunakan teknik pernapasan.
2. Melakukan masage atau gosokan pada pinggang (teori gate control
terhadap nyeri).
3. Menganjurkan untuk memberikan air hangat untuk mengomprtes
pinggang bawah.
4. Memberikan HE pada klien bahwa respon nyeri ini sudah indikasi
positif dan memang harus ada untuk mengakhiri kala I dan mendekati
kala transisi
b) Ansietas b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien akan menunjukan rasa takut teratasi.
Intervensi
1. Perkenalkan diri pada klien dan berikan support.
2. Komunikasikan peran seperti support perawatan dan pengetahuan
perawat secara verbal dan non verbal.
3. Orientasikan klien ke lingkungan(tempat persalinan)
c) Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan : Klien akan menunjukkan defisit voleme cairan adekuat
Intervensi
1. Pertahankan kalori dan elekrolit.
2. Anjurkan minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada mual
dan muntah.
3. Berikan cairan IV secara rutin (dextrosa 5 % dan RL)
d) Cemas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada persalinan
Tujuan : Klien akan mengungkapkan cemas teratasi
Intervensi
1. Jelaskan prosedur sebelum memulai melakukan tindakan .
2. Beri gambaran yang jelas tentang proses persalinan
e) Defisit perawatan diri b/d gangguan energi dan nyeri dalam persalinan.
Tujuan : Klien mampu merawat diri setelah proses persalinan
Intervensi
1. Lakukan teknik effleurage.
2. Anjurkan ambulasi dan posisi yang nyaman.
3. Anjurkan klien untuk beristirahat.
4. Anjurkan suami untuk memberikan bantuan dalam hal
perawatan diri.
5. Berikan support dalam melakukan perawatan diri
2. Asuhan Keperawatan Persalinan Kala II
1. Langkah I : Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : ibu tidak kuat mengejan dalam persalinan
2. Langkah II : Pemeriksaan Fisik
a. Tanda - tanda vital :
- Tekanan darah : Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah
anak dilahirkan, biasanya tekanan darah akan naik kira - kira 10
mmhg.
- Suhu, Nadi, dan Pernafasan : Suhu dalam batas normal 36,5 - 37,5oc.
Bila suhu tubuh lebih dari 37,5 dianggap ada kelainan kecuali bagi
klien setelah melahirkan suhu badan 35,5 oC – 37,8 oC masih
dianggap normal karena perlahan keadaan nadi biasanya mengikuti
keadaan suhu, bila suhu naik, keadaan nadi akan bertambah pula,
dapat disebabkan karena adanya perdarahan. Pada klien yang dalam
persalinan pernafasannya agak pendek karena kelelahan. Dan akan
kembali normal setelah persalinan dan periksa tiap 4 jam. peningkatan
RR, nadi kurang dari 100, suhu tubuh dan diaphoresis.
b. Berat Badan dan Tinggi Badan : Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari
145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena
kemungkinan besar memiliki panggul sempit. Berat badan ibu perlu
dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara
10 – 12 kg.
c. Tanda yang menyertai kala II : Keringat terlihat tiba - tiba diatas bibir,
adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan
serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan pada rektum,
merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva
membuka, gelisah mengatakan saya ingin BAB usaha keras tanpa disadari,
pada waktu his kepala janin tampak di vulva, meningkatnya pengeluaran
darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul, meneran,amnesia, perasaan
panas dan tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut,
gelisah, ketidakpercayaan dan merintih.
d. Melakukan monitoring terhadap : His ( Kontraksi 2 - 3 menit, intensitas
kuat, lamanya 50 - 70 detik pembukaan servik 10 cm, pendataran 100%,
peningkatan pengeluaran darah dan lendir, cairan amnion, perineum
menonjol, keluar feses pada saat melahirkan dan distensi kandung kemih,
keadaan janin ( penurunan janin melalui vagina ).
e. Posisi yang paling aman saat ibu mengejan :
Posisi Alasan / Rasionalisasi
Duduk atau Semi Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
Duduk kelahiran kepala bayi dan mengamati/men-support
perineum.
Posisi Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,
membantu bayi melakukan rotasi, peregangan
minimal pada perineum.
Berjongkok atau Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar
Berdiri ukuran panggul, memperbesar dorongan untun
meneran.
Berbaring miring Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
kekiri oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu
mencegah terjadinya laserasi.

3. Langkah III : Kebutuhan Pola Kehidupan Sehari – hari pada ibu persalinan kala
II
a. Pola nutrisi
- saat inpartu : makan : nasi, sayur, lauk, Minum : satu gelas teh, satu
gelas susu, segelas air putih.
b. Pola eleminasi.
- Saat inpartu : BAK: 1x/ hari warna kuning, bau khas, banyaknya. 250cc.

3. Diagnosa keperawatan dan Intervensi


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum.
Tujuan : Ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan meningkatkan
rasa nyaman.
Intervensi
1. Anjurkan sebaiknya posisi miring kiri.
2. Pertahankan kiandung kemih tetap dalam keadaan kosong.
3. Pertahankan alat tenun dalam keadaan bersih, rapi dan kering.
4. Anjurkan ibu untuk kumur - kumur atau basahi bibir dengan lemon
gliserin.
5. Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi selama kontraksi sangat penting.
6. Anjurkan teknik nafas dalam dan ekspirasi melaui hidung.
7. Lakukan masase (deep back massage/firm counter pressure/abdominal
lifting).
8. Pertahankan rasa nyaman dengan pengaturan bantal un tuk menyokonh
tubuh
2. Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB
Tujuan :
1. Persepsi ibu terhadap pengalamannya melahirkan akan bersifat positif
2. Ibu akan berhenti terhadap kemungkinan bab selama melahirkan
3. Ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu
yang normal.
Intervensi
1. Memberitahukan pada ibu, bahwa bukan merupakan suatu hal yang biasa
bagi ibu untuk memiliki pergerakan bowel selama melahirkan.
2. Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya dan menyumbat bila mungkin,
sementara ubu memberikan timbal balik yang positif dalam usaha
mengedan
3. Resiko tinggi cedera pada ibu dan janiN b/d penggunaan secara tetap manuver
palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : Tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin
Intervensi
1. Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk
dengan bahu dan pungung yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
2. Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah.
3. Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi.
4. Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang
menyenangkan dan rileks.
5. Bila perinium menonjol, anus membuka kepal anak mterlihat didepoan
vulva sat kontraksi dan tidak masuk maka penolong akan mulai
memimpin persalinan.
6. Penolong cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
7. Jika ada dorongan untuk mengedan bantulah persalinan dengan:
- Melahirkan kepala
- Periksa lilitan tali pusat pada leher
- Melahirkan bahu depan dan belakang
- Melahirkan badan bayi
- Menjepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem
tersebut.
- Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut
ibu.
- Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya
janin lain.
- Injeksi oksitoksin
DAFTAR PUSTAKA

Joseph, H. K dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri(Obsgyn).


Yogayakarta: Nuha Medika

Krisnadi, Sofie. 2005. Obstetri Patologi ilmu kesehatan Reproduksi Edisi 2 FK


Universitas Padjadjaran. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional PelayananKesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustakasarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Gulardi, Biran, dan Joko. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, 2001, EGC,
Jakarta.

FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,


Cetakan 1, 2002, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

FKUI, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, 1999, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

FKUI, Obstetri Fisiologi, 1993, E. Leman: Bandung.

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 1995, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai