TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menggambarkan unjuk kerja suatu antena, sangat penting untuk memahami
parameter-parameter antena. Beberapa parameter saling berhubungan dan tidak semua perlu
ditentukan untuk gambaran keseluruhan dari kinerja antena. Jenis parameter-parameter
antenna menurut IEEE Standard Definition of Terms for Antennas, yaitu pola radiasi,
intensitas radiasi, keterarahan (directivity), penguatan (gain), lebar pita (bandwidth),
polarisasi, dan impedansi input . Parameter lain yang turut menentukan keberhasilan unjuk
kerja antena yaitu Voltage Standing Wave Ratio (VSWR).
Impedance matching merupakan cara atau teknik yang dipakai untuk menyesuaikan
dua impedansi yang tidak sama, yaitu impedansi karakteristik saluran (Z0) dan impedansi
beban (ZL). Transformator λ/4 adalah suatu teknik impedance matching dengan cara
memberikan saluran transmisi dengan impedansi ZT di antara dua saluran transmisi yang
tidak match. Panjang saluran transformator λ/4 ini adalah:
𝐿1 = ¼ (2.1)
Dengan λg merupakan panjang gelombang pada bahan dielektrik yang besarnya dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
𝜆0
𝜆𝑔 = (2.2)
√𝜀𝑒𝟋𝟋
Patch segitiga tersebut memiliki besaran A yang didapatkan dari hasil perhitungan.
a L
Keterangan :
A𝟈𝟋𝟋 = panjang sisi efektif
h = Ketebalan substrat
εᵣ = Permitivitas dielektrik substrat
fᵣ = Frekuensi resonansi
Untuk mencari dimensi antena mikrostrip (A) harus diketahui terlebih dahulu
parameter bahan yang akan digunakan yaitu tebal dielektrik (h), konstanta dielektrik (𝜀𝑟 ),
tebal konduktor (t) dan rugi-rugi bahan. Panjang antena mikrostrip harus disesuaikan, karena
apabila terlalu pendek maka bandwidth akan sempit sedangkan apabila terlalu panjang
bandwidth akan menjadi lebih lebar tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan
mengatur lebar dari antena mikrostrip (A) impedansi input juga akan berubah.
2.2.3 Teknik Pencatuan Mikrostrip
Dalam tugas akhir ini dipakai teknik pencatuan mikrostrip yakni teknik microstrip
line. Dalam jenis teknik penyambungan ini, saluran terhubung langsung ke tepi bidang
mikrostrip seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Spatial Diversity adalah teknik diversitas yang digunakan untuk menyusun lebih dari
satu antena dengan jarak tertentu antara satu dengan yang lainnya sehingga phasa relatif dari
pengaruh multipath menjadi berbeda secara signifikan pada kedua antena. Perbedaan phasa
dari total sinyal yang diterima pada masing-masing antena menjadi proposional terhadap
perbedaan panjang lintasan sinyal dari adanya scattering pada masing-masing antena. Ketika
perbedaan phasa besar akan timbul korelasi yang rendah antara sinyal pada antena. Sehingga
korelasi menurun dengan bertambahnya jarak antara eleman antena.
(2.8)
Diversity gain adalah karakteristik terpenting pada sistem diversitas. Secara umum
diversity gain merupakan perbedaan antara kombinasi dari CDF (Cumulative Distribution
Function) dan suatu nilai dari CDF pada level tertentu. Biasanya dipilih untuk dapat
mencapai nilai 1 % (sehingga reliabilitinya 99%). Ada tiga definisi utama untuk membedakan
diversity gain dengan menggunakan perbedaan referensi pada CDF yaitu:
a. Apparent diversity gain : Referensi CDF adalah level sinyal rata-rata terkuat
b. Effective diversity gain : Referensi CDF adalah antena tunggal yang ideal yang
memiliki efisiensi radiasi 100 %
c. Actual diversity gain : Referensi CDF adalah antena tunggal yang digantikan oleh
antena diversitas.
Diversity gain dapat diekspresikan dengan persamaan berikut:
(2.9)
𝑃𝑑𝑖𝑣
Gdiv= 𝑃𝑎𝑛𝑡𝑒𝑛𝑎
Dengan Pdiv adalah level daya setelah penggabungan diversitas dan Pantena adalah
level daya dari cabang referensi. Di antara dua level daya tersebut harus dilihat pada level
CDF yang sama. Efektif diversity gain dapat diekspresikan sebagai berkut:
Dengan Pideal adalah level daya antena tunggal dengan 100 % efisiensi radiasi dan
(eradeff) antena adalah efisiensi radiasi dari referensi cabang.
(2.10)
Pada sistem MIMO, mutual coupling juga menjadi parameter penting. Pada
transmitter antena array, mutual coupling antena terjadi karena input sinyal digabungkan
dengan antena sebelahnya. Efek dari penggabungan ini dapat direpresentasikan dengan
mutual coupling impedance matrix Z.
V= Zt-1 Vs (2.11)
(2.12)
Dimana Vs adalah vektor tegangan input dengan tidak memperhitungkan mutual
coupling. V adalah vektor tegangan input ketika mutual coupling diperhitungkan. Dan Zt
didapat dari:
Vektor tegangan output yang aktual besarnya dipengaruhi juga oleh vektor sinyal
Vu yang tidak terkopling.
V0 = Zr-1 Vu (2.13)
(2.14)
Dimana Zr adalah matrik mutual impedansi yang berisi mutual impedansi yang
diterima.
Pada persamaan (2.17), v0 dan vu adalah terminal vektor tegangan yang melewati
beban terminal antena. Jika tegangan output yang tidak terkopling mengacu pada tegangan
open sirkuit, nilai Vu berkaitan dengan vektor tegangan open sirkuit Voc.
ZL
Vu = 𝑍 𝑉oc (2.15)
in+ZL
(2.21)
LTE sudah mulai dikembangkan oleh 3GPP sejak tahun 2004. Faktor-faktor yang
menyebabkan 3GPP mengembangkan teknologi LTE antara lain adalah permintaan dari para
pengguna untuk peningkatan kecepatan akses data dan kualitas servis serta memastikan
berlanjutnya daya saing sistem 3G pada masa depan.3GPP LTE mewakili kemajuan besar
didalam teknologi selular. LTE di rancang untuk memenuhi kebutuhan operator akan akses
data dan media angkut yang berkecepatan tinggi serta menyokong kapasitas teknologi suara
untuk beberapa dekade mendatang. LTE meliputi data berkecepatan tinggi, multimedia
unicast dan servis penyiaran multimedia.Selain itu LTE diperkirakan dapat membawa
komunikas pada tahap yang lebih tinggi, tidak hanya menghubungkan manusia saja tetapi
dapat juga menyambungkan mesin.
Dari White Paper yang ditulis oleh Steve Mace [7], dapat dipertimbangkan beberapa
parameter penting untuk Antena indoor LTE yang patut diperhatikan, yaitu: