Bryan Gunawan Fitzgerald1, Ir. Uke Kurniawan Usman, M.T.2, M. Irfan Maulana, S.T, M.T3
1,2,3
Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
1
bryanfitzgerald@student.telkomuniversity.ac.id, 2ukeusman@telkomuniversity.ac.id,
3
muhammadirfanm@telkomuniversity.ac.id
Abstrak
Kawasan Budaya Sabilulungan adalah kawasan yang terdiri dari tiga gedung yaitu Gedung
Auditorium Budaya Sabilulungan, Gedung Science Center dan Bale Rame Sabilulungan. Terletak di pusat
Kecamatan Soreang, kawasan ini dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, sehingga kapasitas
pengunjung yang disediakan di lokasi ini sangat besar. Kawasan Budaya Sabilulungan hingga saat ini
belum memiliki infrastruktur jaringan telekomunikasi yang baik untuk mencakup coverage indoor
maupun outdoor, padahal kawasan tersebut sering digunakan untuk berbagai acara besar seperti festival,
wisata edukasi, konser hingga Pekan Olahraga Nasional. Hal tersebut melatar belakangi penulisan tugas
akhir ini.
Perencanaan jaringan HSPA+ meliputi coverage planning dan capacity planning. Terdapat dua
macam perencanaan jaringan yang dilakukan yaitu indoor planning untuk IBC di ketiga gedung dan
outdoor planning untuk menentukan lokasi site baru agar dapat melayani pelanggan di area outdoor.
Coverage planning dan capacity planning dilakukan dengan perhitungan matematis yang selanjutnya
dilakukan simulasi menggunakan software Atoll 3.3 untuk simulasi outdoor dan Radiowave Propagation
Simulator 5.4 untuk simulasi indoor.
Perencanaan outdoor menghasilkan satu sel HSPA+ agar dapat memenuhi kebutuhan baik dari
segi capacity dan coverage, dengan nilai RSL diatas -75 dBm sebesar 91.3%, signal quality diatas -9 dB
sebesar 94.88% dan throughput diatas 1.4 Mbps sebesar 96.29%. Sedangkan hasil perencanaan untuk
ketiga gedung masing-masing membutuhkan total 12 antena untuk Gedung Budaya Sabilulungan dengan
RSL diatas -75 dBm sebesar 100% (lantai 1) dan 99.36% (lantai 2), 6 antena untuk Gedung Science Center
dengan RSL diatas -75 dBm sebesar 96.58% (lantai 1) dan 100% (lantai 2 dan 3) dan 1 antena untuk Bale
Rame Sabilulungan dengan RSL diatas -75 dBm sebesar 90.52%.
Kata kunci : HSPA+, coverage planning, capacity planning, indoor building coverage
Abstract
Kawasan Budaya Sabilulungan is an area which consists of three buildings; Budaya Sabilulungan
Auditorium, Science Center and Bale Rame Sabilulungan. Located in the heart of Soreang District, the area
can be use for various activites, so that the area has a large visitor capacity, yet it still doesn’t have a proper
telecommunication infrastructure to cover all the outdoor and indoor cellular coverage. Even though the area
is often used for various events such as live concert, educational tours, festival and National Sports events.
There are two methods of HSPA+ network planning that were used in this final assignment ; coverage
and capacity planning. There are two main parts of network planning, outdoor site planning and indoor
planning for each buildings in Kawasan Budaya Sabilulungan. Two softwares were used in order to simulate
the calculation, Atoll 3.3 for the outdoor simulation and RPS 5.4 for indoor simulation.
The results of both indoor and outdoor planning meet the required minimum KPI for each parameters.
One cell is needed to provide a satisfactory performance for outdoor planning, resulting a 91.3% coverage on
RSL above -75 dBm, 94.88% signal quality above -9 dB and 96.29% throughput above 1.4 Mbps. Indoor
planning for each buildings resulting a total of 12 antennas in Gedung Budaya Sabilulungan to provide a
100% coverage above -75 dBm (first floor) and 99.36% coverage (second floor), 9 antennas in Gedung Science
Center for 96.58% coverage above -75 dBm (first floor) and 100% (second and third floor) and 1 antenna in
Bale Rame Sabilulungan for 90.52% coverage above -75 dBm.
Keywords : HSPA+, coverage planning, capacity planning, indoor building coverage
1. Pendahuluan
Kawasan Budaya Sabilulungan adalah kawasan yang tediri dari tiga gedung yaitu Gedung Budaya
Sabilulungan, Gedung Science Center dan Bale Rame Sabilulungan. Selain terdiri dari tiga gedung, Kawasan
Budaya Sabilulungan ini pun terdapat taman Agro Science dan amphitheater untuk mendukung kegiatan outdoor.
Kawasan Budaya Sabilulungan ini terletak di pusat Kecamatan Soreang dekat dengan daerah gedung pusat
pemerintahan Kabupaten Bandung yaitu kantor Bupati Bandung dan kantor DPRD Kabupaten Bandung.
Gedung-gedung yang terdapat di Kawasan Budaya Sabilulungan hingga saat ini belum memiliki
infrastruktur jaringan telekomunikasi yang baik untuk mencakup coverage indoor maupun outdoor. Padahal
kawasan tersebut sering digunakan untuk berbagai acara besar seperti konser, wisata edukasi hingga Pekan
Olahraga Nasional. Kawasan Budaya Sabilulungan pun dinilai sebagai salah satu tempat dengan daya tarik utama
di pusat Kecamatan Soreang. Hal tersebut melatar belakangi penulisan tugas akhir ini untuk melakukan studi
kasus dalam perencanaan jaringan HSPA+ di Kawasan Budaya Sabilulungan dan perencanaan jaringan indoor di
Gedung Budaya Sabilulungan, Gedung Science Center dan Bale Rame Sabilulungan. Berdasarkan pengamatan
dan pengumpulan dokumentasi data site existing dari walktest report operator Telkomsel, terdapat enam site yang
mencakup wilayah Gedung Sabilulungan.
Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap perencanaan jaringan, yaitu perencanaan jaringan HSPA+
outdoor dengan mencari lokasi terbaik untuk penentuan lokasi site prospektif yang dapat mencakup Kawasan
Budaya Sabilulungan dan perencanaan jaringan HSPA+ indoor di tiga gedung tersebut. Parameter kelayakan
jaringan yang digunakan antara lain signal strength, signal quality dan throughput untuk area outdoor dan signal
strength untuk area indoor.
2. Dasar Teori
Terdapat dua macam perencanaan jaringan HSPA+ yang dilakukan di Kawasan Budaya Sabilulungan,
yaitu outdoor site planning dan indoor planning. Perencanaan jaringan HSPA+ ini memastikan bahwa seluruh
Kawasan Budaya Sabilulungan dan ketiga gedung dapat memenuhi kebutuhan RF coverage dan capacity
requirement dengan baik. Adapun tahapan dalam perencanaan jaringan ini ditunjukan pada Gambar 1.
Teknologi HSPA+ merupakan pengembangan dari teknologi UMTS, sehingga arsitektur HSPA+
mengadopsi arsitektur yang dimiliki oleh teknologi UMTS. Elemen arsitektur pada UMTS dikelompokan kedalam
tiga kelompok yaitu User Equipment (UE), UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network) dan CN (Core
Network). UTRAN menangani fungsi yang terkait dengan radio access, CN berfungsi dalam melakukan
switching, call routing dan koneksi data ke external network (internet, PSTN, ISDN) melalui gateway. UE
merupakan perangkat sebagai end user interface yang menghubungkan user dengan jaringan UMTS.
COST-231
Model propagasi COST-231 adalah model pengukuran yang dikembangkan berdasarkan model
propagasi Okumura-Hata untuk frekuensi 1500 MHz sampai 2200 MHz.
𝐋 = 𝟒𝟔. 𝟑 + 𝟑𝟑. 𝟗 𝐥𝐨𝐠 𝐟𝐜 − 𝟏𝟑. 𝟖𝟐 𝐥𝐨𝐠 𝐡𝐓 − 𝐚(𝐡𝐑 ) + (𝟒𝟒. 𝟗 − 𝟔. 𝟓𝟓 𝐥𝐨𝐠 𝐡𝐓 ) 𝐥𝐨𝐠 𝐝 + 𝐂𝐌
Dimana : fc = frekuensi carrier, hT = tinggi base station (m), hR = tinggi mobile station (m), d = jarak antara base
station dengan mobile station (m), CM = adjustment factor, a(hR) = faktor koreksi mobile station sesuai wilayah
Dimana : Lfsl = free space loss, Lc = constant loss (0 dB), Lwi = wall type loss, Lf = loss per lantai (18.3 dB), kwi =
jumlah tembok yang ditembus path, kf = jumlah lantai, I = jumlah wall type, b = empirical parameter (0.46)
Adapun jenis dinding dikategorikan kedalam dua macam yaitu light wall dan heavy wall. Nilai loss untuk
masing-masing jenis dinding ditunjukan pada tabel 4.
Gambar 2. Distribusi signal strength hasil perencanaan outdoor Gambar 2. Distribusi signal quality hasil perencanaan outdoor
Setelah dilakukan perhitungan coverage dan mensimulasikannya pada software, hasil simulasi
menunjukan area outdoor memiliki distribusi signal strength sebesar 91.3% diatas -75 dBm, distribusi signal
quality sebesar 94.88% diatas -9 dB dan distribusi throughput sebesar 92.29% diatas 1.4 Mbps. Dengan ketiga
parameter telah memenuhi target perencanaan atau KPI standar operator. Maka selanjutnya adalah melakukan
simulasi indoor untuk ketiga gedung.
3.2. Hasil Simulasi Indoor
Gambar 7. Distribusi signal strength Gedung Budaya Sabilulungan lantai 1 Gambar 8. Distribusi signal strength Gedung Budaya Sabilulungan lantai 2
Gambar 5. Distribusi signal strength Gedung Science Center lantai 1 Gambar 6. Distribusi signal strength Gedung Science Center lantai 2
Gambar 4. Distribusi signal strength Gedung Science Center lantai 3 Gambar 3. Distribusi signal strength Bale Rame Sabilulungan
Tabel 7. Rekapitulasi KPI indoor
Jumlah
Area Perencanaan KPI Target Hasil RSL
Antenna
Gedung Budaya 100% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 9
Sabilulungan Lantai 1 mean -43.06 dBm
Gedung Budaya 99.36% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 3
Sabilulungan Lantai 2 mean -45.66 dBm
Gedung Science Center 96.58% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 2
Lantai 1 mean -45.78 dBm
Gedung Science Center 100% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 2
Lantai 2 mean -48.10 dBm
Gedung Science Center 100% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 2
Lantai 3 mean -44.71 dBm
90.52% ≥ -75 dBm
Bale Rame Sabilulungan 90% ≥ -75 dBm 1
mean -48.09 dBm
Gedung Budaya Sabilulungan lantai 1 memiliki 100% coverage diatas -75 dBm menggunakan 9 antena
dengan mean RSL sebesar -43.06 dBm dan lantai 2 memiliki 99.36% coverage diatas -75 dBm menggunakan 3
antena dengan mean RSL sebesar -45.66 dBm. Gedung Science Center pada masing-masing lantai menggunakan
2 antena agar memiliki RSL coverage sesuai dengan KPI target, lantai 1 memiliki 96.58% coverage diatas -75
dBm dengan mean RSL -45.78 dBm sedangkan lantai 2 dan 3 memiliki coverage sebesar 100% diatas -75 dBm
dengan masing-masing mean RSL sebesar -48.10 dBm dan -44.71 dBm. Bale Rame Sabilulungan cukup
menggunakan satu antena agar memiliki RSL coverage sesuai dengan KPI target, didapat 90.52% coverage diatas
-75 dBm dengan mean RSL sebesar -48.09 dBm.
Sedangkan hasil perhitungan capacity didapatkan total OBQ di Gedung Budaya Sabilulungan, Gedung
Science Center dan Bale Rame Sabilulungan secara berurutan yaitu sebesar 1.6 Mbps, 483 kbps dan 7.2 Mbps.
Satu site HSPA+ masih dapat menampung throughput yang dibutuhkan dari area outdoor dan ketiga gedung.
Menggunakan hasil perhitungan coverage menggunakan model propagasi COST-231 Multi Wall dan
mensimulasikan menggunakan software RPS didapat hasil signal strength di ketiga bangunan tercakup sangat
baik sesuai dengan KPI target. Ditinjau dari hasil simulasi untuk area outdoor dan indoor, hasil perencanaan telah
memenuhi persyaratan KPI maka perencanaan ini layak untuk diimplementasikan.
4. Kesimpulan
Didapatkan simpulan dari hasil perhitungan dan simulasi perencanaan jaringan HSPA+ di Kawasan Budaya
Sabilulungan sebagai berikut :
1. Hasil prediksi simulasi outdoor didapatkan hasil plot signal strength diatas -75 dBm sebesar 91.3%, signal
quality diatas -9 dB sebesar 94.88% dan throughput diatas 1.4 Mbps sebesar 96.29%.
2. Hasil prediksi simulasi indoor untuk distribusi signal strength diatas -75 dBm pada masing-masing gedung
didapatkan di Gedung Budaya Sabilulungan pada lantai 1 sebesar 100% dan lantai 2 sebesar 99.36%,
Gedung Science Center sebesar 96.58% untuk lantai 1 dan 100% untuk lantai 2 dan 3, Bale Rame
Sabilulungan sebesar 100%.
3. Jumlah antena yang digunakan menggunakan hasil perhitungan coverage didapatkan pada area outdoor yaitu
sebanyak satu antena sektoral, di Gedung Budaya Sabilulungan lantai 1 sebanyak 9 antenna omnidirectional
dan lantai 2 sebanyak 3 antena omnidirectional, di Gedung Science Center sebanyak 2 antena
omnidirectional pada masing-masing lantainya dan di Bale Rame Sabilulungan sebanyak 1 antena.
4. Nilai mean signal strength pada masing-masing gedung didapatkan di Gedung Budaya Sabilulungan lantai
1 yaitu -43.06 dBm dan lantai 2 -45.66 dBm, di Gedung Science Center lantai 1 yaitu -45.78 dBm, lantai 2
yaitu -48.10 dBm dan lantai 3 yaitu -44.71 dBm, di Bale Rame Sabilulungan yaitu -48.09 dBm.
5. Nilai kebutuhan data throughput untuk area outdoor dan masing-masing gedung didapatkan di area outdoor
sebesar 23738.91 kbps, di Gedung Budaya Sabilulungan sebesar 10107.815 kbps, di Gedung Science Center
sebesar 2887.946 kbps dan di Bale Rame Sabilulungan sebesar 43319.19 kbps. Dengan site maximum
throughput HSPA+ sebesar 18.79 Mbps.
Daftar Pustaka
[1] H. Holma, A. Toskala dan P. Tapia, HSPA+ Evolution to Release 12 : Performance and Optimization,
USA: John Wiley & Sons, Ltd., 2014.
[2] H. Holma and A. Toskala, WCDMA for UMTS HSPA Evolution and LTE, 4th ed., USA: John Wiley
& Sons, Ltd., 2007.
[3] J. J. Delisle, “DASs Bring Capacity Both Indoors and Outdoors,” 2 April 2014. [Online]. Available:
http://www.mwrf.com/datasheet/dass-bring-capacity-indoors-outdoors-and-wherever-you-need-it-
pdf-download. [Diakses 14 Oktober 2016].
[4] M. Tolstrup, Indoor Radio Planning A Practical Guide for GSM, DCS, UMTS and HSPA, West
Sussex: John Wiley & Sons, Ltd., 2008.
[5] Huawei Technologies Co., Ltd., WCDMA RNP Fundamental, Huawei, 2008.
[6] ITU-R, “Methodology for the Calculation of IMT-2000 Terrestrial Spectrum Requirements,” 1999.
[7] European Comission, “COST 231 Final Report Digital Mobile Radio Towards Future Generation
System,” 1999.
[8] Telkomsel, "Support Event PON 2016 Report Gedung Sabilulungan Soreang," Bandung, 2016.
[11] U. K. Usman, G. Wibisono dan G. D. Hantoro, Konsep Teknologi Seluler, Bandung: Informatika
Bandung, 2008.