Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN HSPA+ OUTDOOR SITE DAN INDOOR

BUILDING COVERAGE DI KAWASAN BUDAYA SABILULUNGAN KECAMATAN


SOREANG

ANALYSIS OF OUTDOOR SITE AND INDOOR BUILDING COVERAGE HSPA+


NETWORK PLANNING IN KAWASAN BUDAYA SABILULUNGAN SOREANG
DISTRICT

Bryan Gunawan Fitzgerald1, Ir. Uke Kurniawan Usman, M.T.2, M. Irfan Maulana, S.T, M.T3
1,2,3
Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
1
bryanfitzgerald@student.telkomuniversity.ac.id, 2ukeusman@telkomuniversity.ac.id,
3
muhammadirfanm@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Kawasan Budaya Sabilulungan adalah kawasan yang terdiri dari tiga gedung yaitu Gedung
Auditorium Budaya Sabilulungan, Gedung Science Center dan Bale Rame Sabilulungan. Terletak di pusat
Kecamatan Soreang, kawasan ini dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, sehingga kapasitas
pengunjung yang disediakan di lokasi ini sangat besar. Kawasan Budaya Sabilulungan hingga saat ini
belum memiliki infrastruktur jaringan telekomunikasi yang baik untuk mencakup coverage indoor
maupun outdoor, padahal kawasan tersebut sering digunakan untuk berbagai acara besar seperti festival,
wisata edukasi, konser hingga Pekan Olahraga Nasional. Hal tersebut melatar belakangi penulisan tugas
akhir ini.
Perencanaan jaringan HSPA+ meliputi coverage planning dan capacity planning. Terdapat dua
macam perencanaan jaringan yang dilakukan yaitu indoor planning untuk IBC di ketiga gedung dan
outdoor planning untuk menentukan lokasi site baru agar dapat melayani pelanggan di area outdoor.
Coverage planning dan capacity planning dilakukan dengan perhitungan matematis yang selanjutnya
dilakukan simulasi menggunakan software Atoll 3.3 untuk simulasi outdoor dan Radiowave Propagation
Simulator 5.4 untuk simulasi indoor.
Perencanaan outdoor menghasilkan satu sel HSPA+ agar dapat memenuhi kebutuhan baik dari
segi capacity dan coverage, dengan nilai RSL diatas -75 dBm sebesar 91.3%, signal quality diatas -9 dB
sebesar 94.88% dan throughput diatas 1.4 Mbps sebesar 96.29%. Sedangkan hasil perencanaan untuk
ketiga gedung masing-masing membutuhkan total 12 antena untuk Gedung Budaya Sabilulungan dengan
RSL diatas -75 dBm sebesar 100% (lantai 1) dan 99.36% (lantai 2), 6 antena untuk Gedung Science Center
dengan RSL diatas -75 dBm sebesar 96.58% (lantai 1) dan 100% (lantai 2 dan 3) dan 1 antena untuk Bale
Rame Sabilulungan dengan RSL diatas -75 dBm sebesar 90.52%.
Kata kunci : HSPA+, coverage planning, capacity planning, indoor building coverage

Abstract
Kawasan Budaya Sabilulungan is an area which consists of three buildings; Budaya Sabilulungan
Auditorium, Science Center and Bale Rame Sabilulungan. Located in the heart of Soreang District, the area
can be use for various activites, so that the area has a large visitor capacity, yet it still doesn’t have a proper
telecommunication infrastructure to cover all the outdoor and indoor cellular coverage. Even though the area
is often used for various events such as live concert, educational tours, festival and National Sports events.
There are two methods of HSPA+ network planning that were used in this final assignment ; coverage
and capacity planning. There are two main parts of network planning, outdoor site planning and indoor
planning for each buildings in Kawasan Budaya Sabilulungan. Two softwares were used in order to simulate
the calculation, Atoll 3.3 for the outdoor simulation and RPS 5.4 for indoor simulation.
The results of both indoor and outdoor planning meet the required minimum KPI for each parameters.
One cell is needed to provide a satisfactory performance for outdoor planning, resulting a 91.3% coverage on
RSL above -75 dBm, 94.88% signal quality above -9 dB and 96.29% throughput above 1.4 Mbps. Indoor
planning for each buildings resulting a total of 12 antennas in Gedung Budaya Sabilulungan to provide a
100% coverage above -75 dBm (first floor) and 99.36% coverage (second floor), 9 antennas in Gedung Science
Center for 96.58% coverage above -75 dBm (first floor) and 100% (second and third floor) and 1 antenna in
Bale Rame Sabilulungan for 90.52% coverage above -75 dBm.
Keywords : HSPA+, coverage planning, capacity planning, indoor building coverage
1. Pendahuluan
Kawasan Budaya Sabilulungan adalah kawasan yang tediri dari tiga gedung yaitu Gedung Budaya
Sabilulungan, Gedung Science Center dan Bale Rame Sabilulungan. Selain terdiri dari tiga gedung, Kawasan
Budaya Sabilulungan ini pun terdapat taman Agro Science dan amphitheater untuk mendukung kegiatan outdoor.
Kawasan Budaya Sabilulungan ini terletak di pusat Kecamatan Soreang dekat dengan daerah gedung pusat
pemerintahan Kabupaten Bandung yaitu kantor Bupati Bandung dan kantor DPRD Kabupaten Bandung.
Gedung-gedung yang terdapat di Kawasan Budaya Sabilulungan hingga saat ini belum memiliki
infrastruktur jaringan telekomunikasi yang baik untuk mencakup coverage indoor maupun outdoor. Padahal
kawasan tersebut sering digunakan untuk berbagai acara besar seperti konser, wisata edukasi hingga Pekan
Olahraga Nasional. Kawasan Budaya Sabilulungan pun dinilai sebagai salah satu tempat dengan daya tarik utama
di pusat Kecamatan Soreang. Hal tersebut melatar belakangi penulisan tugas akhir ini untuk melakukan studi
kasus dalam perencanaan jaringan HSPA+ di Kawasan Budaya Sabilulungan dan perencanaan jaringan indoor di
Gedung Budaya Sabilulungan, Gedung Science Center dan Bale Rame Sabilulungan. Berdasarkan pengamatan
dan pengumpulan dokumentasi data site existing dari walktest report operator Telkomsel, terdapat enam site yang
mencakup wilayah Gedung Sabilulungan.
Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap perencanaan jaringan, yaitu perencanaan jaringan HSPA+
outdoor dengan mencari lokasi terbaik untuk penentuan lokasi site prospektif yang dapat mencakup Kawasan
Budaya Sabilulungan dan perencanaan jaringan HSPA+ indoor di tiga gedung tersebut. Parameter kelayakan
jaringan yang digunakan antara lain signal strength, signal quality dan throughput untuk area outdoor dan signal
strength untuk area indoor.

2. Dasar Teori
Terdapat dua macam perencanaan jaringan HSPA+ yang dilakukan di Kawasan Budaya Sabilulungan,
yaitu outdoor site planning dan indoor planning. Perencanaan jaringan HSPA+ ini memastikan bahwa seluruh
Kawasan Budaya Sabilulungan dan ketiga gedung dapat memenuhi kebutuhan RF coverage dan capacity
requirement dengan baik. Adapun tahapan dalam perencanaan jaringan ini ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir


2.1. Evolved High Speed Packet Access
HSPA+ adalah salah satu teknologi komunikasi nirkabel generasi ketiga yang didesain untuk
menyediakan layanan data dengan data rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi dan release
sebelumnya (UMTS rel. 99) sehingga mampu memberikan kualitas komunikasi multimedia yang lebih baik.
Menggunakan WCDMA (wideband DS-CDMA) sebagai air interface dimana bit-bit informasi dari user disebar
(spread) pada bandwidth yang lebar dengan mengkalikan bit user data dengan quasi-random bits (disebut chips)
sehingga menghasilkan spreading code yang digunakan untuk membedakan user. HSPA+ mendukung skema
modulasi 64QAM untuk downlink dan 16QAM untuk uplink, pada release 11 mendukung modulasi 64QAM
untuk uplink.

Tabel 1. Spesifikasi HSPA+


11 Mbps (Uplink)
21 Mbps (Downlink)
35 Mbps (rel. 11 Downlink with dual carrier
Peak Data Rate
and 16-QAM)
336 Mbps (rel. 11 Downlink with 8 CA 40
MHz, MIMO and 64-QAM)
1920 – 1980 MHz (Uplink)
Operating Frequency Band
2110 – 2170 MHz (Downlink)
Carrier Bandwidth 5 MHz (rel. 7) ; CA up to 40 MHz (rel. 11)
Multiple Access CDMA
Radio Access Technology WCDMA (wideband DS-CDMA)
16-QAM (Uplink) ; 64-QAM (UL rel. 11)
Modulation Scheme
64-QAM (Downlink)
Chip Rate 3.84 Mcps
Duplexing FDD, TDD
Handover Hard Handover with FCS

Teknologi HSPA+ merupakan pengembangan dari teknologi UMTS, sehingga arsitektur HSPA+
mengadopsi arsitektur yang dimiliki oleh teknologi UMTS. Elemen arsitektur pada UMTS dikelompokan kedalam
tiga kelompok yaitu User Equipment (UE), UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network) dan CN (Core
Network). UTRAN menangani fungsi yang terkait dengan radio access, CN berfungsi dalam melakukan
switching, call routing dan koneksi data ke external network (internet, PSTN, ISDN) melalui gateway. UE
merupakan perangkat sebagai end user interface yang menghubungkan user dengan jaringan UMTS.

2.2. Indoor Building Coverage


Indoor Building Coverage (IBC) merupakan pembangunan jaringan seluler dalam gedung untuk
mencakup user di area indoor dimana macro/outdoor site tidak dapat mencakup indoor coverage dikarenakan
adanya halangan dari struktur bangunan. Ketidak mampuan macro site dalam mencakup area indoor akan
menghasilkan blank spot sehingga user dapat mengalami drop call. Dengan adanya IBC maka kualitas sinyal di
area indoor akan lebih baik dan memungkinkan user memiliki data rate yang lebih tinggi juga persentase
drop/blocked call yang lebih kecil.
Coverage dari macro site digunakan oleh antena akseptor yang terletak diatas gedung untuk
didistribusikan ke dalam gedung menggunakan sejumlah splitter. Penggunaan sistem pendistribusian antena
(DAS) digunakan untuk mendistribusikan antena ke seluruh gedung sehingga setiap sudut gedung memperoleh
cakupan daya yang berasal dari NodeB, hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan blank/weak spot.
Peletakan antena memperhatikan hal-hal berikut yaitu adanya area hot spot dimana trafik tinggi yang
terkonsentrasi pada area tersebut. Penempatan antena di area tersebut bertujuan untuk meningkatkan signal
strength, signal quality dan data rate. Selanjutnya adalah meletakan antena di sudut ruangan untuk memperluas
coverage di dalam gedung, peletakan antena di daerah pintu masuk gedung pun dilakukan untuk mengisolasi
jaringan indoor agar tidak terlayani oleh macro site.

2.3. Network Dimensioning


Dimensioning adalah proses yang dilakukan pada perencanaan jaringan untuk menentukan jumlah sel
yang diperlukan, berdasarkan dua hal yaitu coverage and capacity planning. Coverage planning meliputi coverage
regions, tipe wilayah dan kondisi propagasi. Capacity planning meliputi pertumbuhan atau kapasitas maksimum
pengguna, model layanan dan informasi kepadatan trafik. HSPA+ dimensioning pada perencanaan ini meliputi
perhitungan radio link budget dan analisis coverage, estimasi penggunaan trafik hingga akhirnya didapat jumlah
sel yang diperlukan berdasarkan perhitungan tersebut.

2.3.1. Coverage Planning


Coverage planning dilakukan untuk memperhitungkan jumlah sel yang dibutuhkan berdasarkan loss
yang terjadi antara transmitter dan receiver pada propagasi gelombang di udara. Loss yang terjadi dapat
diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kondisi lingkungan yang dapat menghasilkan interferensi hingga loss
akibat elemen internal perangkat yang menghasilkan noise. Perhitungan coverage meliputi parameter radio link
budget seperti daya pancar, loss komponen hingga sensitivitas daya penerima. Perhitungan dari parameter radio
link budget akan digunakan untuk menghasilkan nilai MAPL (Maximum Allowable Path Loss). MAPL diperlukan
untuk mengetahui nilai redaman propagasi maksimum yang diperbolehkan agar daya yang dipancarkan dapat
diterima oleh receiver dengan baik.

Tabel 2. Radio Link Budget


Transmitter Calculation
Maximum Transmitter Power (dBm) A
Transmitter Antenna Gain (dBi) B
Transmitter Losses (dB) C
EIRP (dBm) D=A+B-C
Receiver Value
Thermal Noise Density (dBm/Hz) E
Receiver Noise Figure (dB) F
Receiver Noise Density (dBm/Hz) G=E+F
Receiver Noise Power (dBm) H=G+10log(chip rate)
1
Interference Margin (dB) I=10log ( )
1−load factor
Total Effective Noise + Interference (dBm) J=H+I
chip rate (cps)
Processing Gain (dB) K=10log
bit rate (bps)

Required Eb/No (dB) L


Receiver Sensitivity (dBm) M=L-K+J
Receiver Antenna Gain (dBi) N
Receiver Losses (dB) O
Fading Margin (dB) P
Maximum Allowable Path Loss (dB) Q=D-M+N-O-P

2.3.2. Capacity Planning


Capacity planning dilakukan untuk memperhitungkan jumlah sel yang dibutuhkan berdasarkan estimasi
kebutuhan trafik dan jenis layanan. Hal yang perlu diperhatikan dalam capacity planning yaitu mengestimasikan
jumlah pengguna layanan dan menentukan jenis layanan yang akan digunakan untuk daerah tersebut. Jenis
layanan yang telah ditentukan akan digunakan untuk menghitung offered bit quantity (OBQ). Nilai OBQ total
didapat dari jumlah kebutuhan data per jam dikalikan dengan jumlah pengguna. Kapasitas site pada HSPA+
dipengaruhi oleh jenis modulasi dan jenis HS-PDSCH code yang digunakan, adapun nilai maksimum throughput
dari satu site HSPA+ dihitung menggunakan persamaan berikut :

𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔𝒑𝒐𝒓𝒕 𝑩𝒍𝒐𝒄𝒌 𝑺𝒊𝒛𝒆


Bit rate (Rb) =
𝑻𝑻𝑰

Throughput per site = Rb * (1 – BLER)


Max throughput per site = throughput per site * cell load
Model layanan yang digunakan pada tugas akhir ini ditunjukan pada tabel 3, menghasilkan nilai Offered
Bit Quantity (OBQ) per pelanggan.

Tabel 3. Model layanan


DL bit UL bit DL total UL total
Session Penetration
Service Type rate rate BHCA usage usage
Time (s) Rate (%)
(kbps) (kbps) (kb/jam) (kb/jam)
Voice 12.2 12.2 120 0.9 100 1317.6 1317.6
Low Volume Data 14.4 14.4 30 0.06 100 25.92 25.92
Medium Multimedia 384 64 60 0.5 100 11520 1920
High Multimedia 2000 128 120 0.15 90 32400 2073.6
Interactive Multimedia 128 128 180 0.1 30 691.2 691.2

OBQ total per pelanggan (kb/jam) 45954.72 6028.32

2.3.3. Model Propagasi


Dalam perencanaan jaringan HSPA+ ini dilakukan dua model perencanaan meliputi outdoor dan indoor
planning. Terdapat dua jenis model propagasi yang digunakan yaitu COST-231 dan COST-231 Multi Wall.

COST-231
Model propagasi COST-231 adalah model pengukuran yang dikembangkan berdasarkan model
propagasi Okumura-Hata untuk frekuensi 1500 MHz sampai 2200 MHz.
𝐋 = 𝟒𝟔. 𝟑 + 𝟑𝟑. 𝟗 𝐥𝐨𝐠 𝐟𝐜 − 𝟏𝟑. 𝟖𝟐 𝐥𝐨𝐠 𝐡𝐓 − 𝐚(𝐡𝐑 ) + (𝟒𝟒. 𝟗 − 𝟔. 𝟓𝟓 𝐥𝐨𝐠 𝐡𝐓 ) 𝐥𝐨𝐠 𝐝 + 𝐂𝐌

Dimana : fc = frekuensi carrier, hT = tinggi base station (m), hR = tinggi mobile station (m), d = jarak antara base
station dengan mobile station (m), CM = adjustment factor, a(hR) = faktor koreksi mobile station sesuai wilayah

COST-231 Multi Wall


Model propagasi COST-231 Multi Wall merupakan pengembangan dari model pengukuran COST-231
yang cocok digunakan untuk perhitungan loss di area indoor. Model ini dapat menghitung loss dari faktor material
yang ada pada suatu bangunan dengan memperhitungkan loss dari jenis tembok, loss per lantai hingga jumlah
tembok yang harus ditembus.
𝐈
𝐤 +𝟐
[ 𝐟 −𝐛]
𝐋 = 𝐋𝐅𝐒𝐋 + 𝐋𝐂 + ∑ 𝐤 𝐖𝐢 𝐋𝐖𝐢 + 𝐤 𝐟 𝐤𝐟 +𝟏 𝐋 𝐟
𝐢=𝟏

Dimana : Lfsl = free space loss, Lc = constant loss (0 dB), Lwi = wall type loss, Lf = loss per lantai (18.3 dB), kwi =
jumlah tembok yang ditembus path, kf = jumlah lantai, I = jumlah wall type, b = empirical parameter (0.46)
Adapun jenis dinding dikategorikan kedalam dua macam yaitu light wall dan heavy wall. Nilai loss untuk
masing-masing jenis dinding ditunjukan pada tabel 4.

Tabel 4. Nilai loss berdasarkan jenis dinding


Jenis dinding Deksripsi Loss (dB)
Light wall Tebal dinding < 10 cm 3.4
Heavy wall Tebal dinding > 10 cm 6.9

2.4. Parameter Kelayakan


Kelayakan dari hasil perencanaan jaringan dihitung berdasarkan parameter operator ditunjukan pada
tabel 5. Pada simulasi outdoor meliputi signal strength, signal quality dan throughput. Simulasi indoor hanya
meliputi signal strength saja dikarenakan keterbatasan software yang digunakan.

Tabel 5. Target parameter PT. Telkomsel


Indikator Target
DL Throughput 80% ≥ 1.4 Mbps
Signal Strength Distribution 90% ≥ −75 dBm
Signal Quality Distribution 90% ≥ −9 dB
3. Hasil Perencanaan

3.1. Hasil Simulasi Outdoor Site


Perencanaan outdoor meliputi perhitungan coverage dan capacity. Hasil perhitungan coverage
menghasilkan nilai MAPL downlink yaitu 129.73 dB, sehingga didapatkan diameter sel sebesar 0.5626 km dengan
total luas cakupan sel sebesar 0.8228 km2. Jumlah sel didapatkan sebanyak satu untuk dapat mencakup area
outdoor seluas 72 hektar. Area outdoor Kawasan Budaya Sabilulungan ditunjukan dengan warna biru dengan site
baru SABILULUNGANMW.
Adapun hasil perhitungan capacity menghasilkan satu site HSPA+ memiliki throughput maksimum
sebesar 18.79 Mbps dengan cell load sebesar 90%. Hasil perhitungan total OBQ didapatkan sebesar 23738.91
kbps untuk area outdoor. Sehingga satu site HSPA+ masih mampu untuk melayani user di area outdoor Kawasan
Budaya Sabilulungan.

Gambar 2. Distribusi signal strength hasil perencanaan outdoor Gambar 2. Distribusi signal quality hasil perencanaan outdoor

Tabel 6. Rekapitulasi KPI outdoor

Indikator KPI Target Hasil Perencanaan

Signal Strength 90% ≥ -75 dBm 91.3% ≥ -75 dBm

Signal Quality 90% ≥ -9 dB 94.88% ≥ -9 dB

Throughput 80% ≥ 1.4 Mbps 96.29% ≥ 1.4 Mbps

Gambar 4. Distribusi throughput hasil perencanaan outdoor

Setelah dilakukan perhitungan coverage dan mensimulasikannya pada software, hasil simulasi
menunjukan area outdoor memiliki distribusi signal strength sebesar 91.3% diatas -75 dBm, distribusi signal
quality sebesar 94.88% diatas -9 dB dan distribusi throughput sebesar 92.29% diatas 1.4 Mbps. Dengan ketiga
parameter telah memenuhi target perencanaan atau KPI standar operator. Maka selanjutnya adalah melakukan
simulasi indoor untuk ketiga gedung.
3.2. Hasil Simulasi Indoor

Gambar 7. Distribusi signal strength Gedung Budaya Sabilulungan lantai 1 Gambar 8. Distribusi signal strength Gedung Budaya Sabilulungan lantai 2

Gambar 5. Distribusi signal strength Gedung Science Center lantai 1 Gambar 6. Distribusi signal strength Gedung Science Center lantai 2

Gambar 4. Distribusi signal strength Gedung Science Center lantai 3 Gambar 3. Distribusi signal strength Bale Rame Sabilulungan
Tabel 7. Rekapitulasi KPI indoor

Jumlah
Area Perencanaan KPI Target Hasil RSL
Antenna
Gedung Budaya 100% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 9
Sabilulungan Lantai 1 mean -43.06 dBm
Gedung Budaya 99.36% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 3
Sabilulungan Lantai 2 mean -45.66 dBm
Gedung Science Center 96.58% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 2
Lantai 1 mean -45.78 dBm
Gedung Science Center 100% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 2
Lantai 2 mean -48.10 dBm
Gedung Science Center 100% ≥ -75 dBm
90% ≥ -75 dBm 2
Lantai 3 mean -44.71 dBm
90.52% ≥ -75 dBm
Bale Rame Sabilulungan 90% ≥ -75 dBm 1
mean -48.09 dBm

Gedung Budaya Sabilulungan lantai 1 memiliki 100% coverage diatas -75 dBm menggunakan 9 antena
dengan mean RSL sebesar -43.06 dBm dan lantai 2 memiliki 99.36% coverage diatas -75 dBm menggunakan 3
antena dengan mean RSL sebesar -45.66 dBm. Gedung Science Center pada masing-masing lantai menggunakan
2 antena agar memiliki RSL coverage sesuai dengan KPI target, lantai 1 memiliki 96.58% coverage diatas -75
dBm dengan mean RSL -45.78 dBm sedangkan lantai 2 dan 3 memiliki coverage sebesar 100% diatas -75 dBm
dengan masing-masing mean RSL sebesar -48.10 dBm dan -44.71 dBm. Bale Rame Sabilulungan cukup
menggunakan satu antena agar memiliki RSL coverage sesuai dengan KPI target, didapat 90.52% coverage diatas
-75 dBm dengan mean RSL sebesar -48.09 dBm.
Sedangkan hasil perhitungan capacity didapatkan total OBQ di Gedung Budaya Sabilulungan, Gedung
Science Center dan Bale Rame Sabilulungan secara berurutan yaitu sebesar 1.6 Mbps, 483 kbps dan 7.2 Mbps.
Satu site HSPA+ masih dapat menampung throughput yang dibutuhkan dari area outdoor dan ketiga gedung.
Menggunakan hasil perhitungan coverage menggunakan model propagasi COST-231 Multi Wall dan
mensimulasikan menggunakan software RPS didapat hasil signal strength di ketiga bangunan tercakup sangat
baik sesuai dengan KPI target. Ditinjau dari hasil simulasi untuk area outdoor dan indoor, hasil perencanaan telah
memenuhi persyaratan KPI maka perencanaan ini layak untuk diimplementasikan.

4. Kesimpulan
Didapatkan simpulan dari hasil perhitungan dan simulasi perencanaan jaringan HSPA+ di Kawasan Budaya
Sabilulungan sebagai berikut :
1. Hasil prediksi simulasi outdoor didapatkan hasil plot signal strength diatas -75 dBm sebesar 91.3%, signal
quality diatas -9 dB sebesar 94.88% dan throughput diatas 1.4 Mbps sebesar 96.29%.
2. Hasil prediksi simulasi indoor untuk distribusi signal strength diatas -75 dBm pada masing-masing gedung
didapatkan di Gedung Budaya Sabilulungan pada lantai 1 sebesar 100% dan lantai 2 sebesar 99.36%,
Gedung Science Center sebesar 96.58% untuk lantai 1 dan 100% untuk lantai 2 dan 3, Bale Rame
Sabilulungan sebesar 100%.
3. Jumlah antena yang digunakan menggunakan hasil perhitungan coverage didapatkan pada area outdoor yaitu
sebanyak satu antena sektoral, di Gedung Budaya Sabilulungan lantai 1 sebanyak 9 antenna omnidirectional
dan lantai 2 sebanyak 3 antena omnidirectional, di Gedung Science Center sebanyak 2 antena
omnidirectional pada masing-masing lantainya dan di Bale Rame Sabilulungan sebanyak 1 antena.
4. Nilai mean signal strength pada masing-masing gedung didapatkan di Gedung Budaya Sabilulungan lantai
1 yaitu -43.06 dBm dan lantai 2 -45.66 dBm, di Gedung Science Center lantai 1 yaitu -45.78 dBm, lantai 2
yaitu -48.10 dBm dan lantai 3 yaitu -44.71 dBm, di Bale Rame Sabilulungan yaitu -48.09 dBm.
5. Nilai kebutuhan data throughput untuk area outdoor dan masing-masing gedung didapatkan di area outdoor
sebesar 23738.91 kbps, di Gedung Budaya Sabilulungan sebesar 10107.815 kbps, di Gedung Science Center
sebesar 2887.946 kbps dan di Bale Rame Sabilulungan sebesar 43319.19 kbps. Dengan site maximum
throughput HSPA+ sebesar 18.79 Mbps.
Daftar Pustaka
[1] H. Holma, A. Toskala dan P. Tapia, HSPA+ Evolution to Release 12 : Performance and Optimization,
USA: John Wiley & Sons, Ltd., 2014.

[2] H. Holma and A. Toskala, WCDMA for UMTS HSPA Evolution and LTE, 4th ed., USA: John Wiley
& Sons, Ltd., 2007.

[3] J. J. Delisle, “DASs Bring Capacity Both Indoors and Outdoors,” 2 April 2014. [Online]. Available:
http://www.mwrf.com/datasheet/dass-bring-capacity-indoors-outdoors-and-wherever-you-need-it-
pdf-download. [Diakses 14 Oktober 2016].

[4] M. Tolstrup, Indoor Radio Planning A Practical Guide for GSM, DCS, UMTS and HSPA, West
Sussex: John Wiley & Sons, Ltd., 2008.

[5] Huawei Technologies Co., Ltd., WCDMA RNP Fundamental, Huawei, 2008.

[6] ITU-R, “Methodology for the Calculation of IMT-2000 Terrestrial Spectrum Requirements,” 1999.

[7] European Comission, “COST 231 Final Report Digital Mobile Radio Towards Future Generation
System,” 1999.

[8] Telkomsel, "Support Event PON 2016 Report Gedung Sabilulungan Soreang," Bandung, 2016.

[9] M. Kottkamp, “HSPA+ Technology Introduction,” Rohde & Schwarz, 2012.

[10] Qualcomm Incorporated, "HSPA+ is Here! What's Next?," Qualcomm, 2010.

[11] U. K. Usman, G. Wibisono dan G. D. Hantoro, Konsep Teknologi Seluler, Bandung: Informatika
Bandung, 2008.

Anda mungkin juga menyukai