Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

2.1 Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Intoksikasi atau
keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah toksik.
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen
dan karbon. Hidrokarbon banyak ditemukan di dalam minyak bumi, gas alam
dan batubara.
Intoksikasi hidrokarbon biasanya terjadi karena anak menelan hasil
penyulingan minyak bumi, seperti bensin, minyak tanah, pengencer cat dan
hidrokarbon terhalogenasi (misalnya karbon tetraklorida yang banyak
ditemukan di dalam larutan dan pencair dry-cleaning atau etilen diklorida).
Kematian banyak terjadi pada remaja yang dengan sengaja menghirup
atsiri. Sejumlah kecil bahan tersebut (terutama dalam bentuk cairan yang
mudah mengalir) bisa masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan
kerusakan pada paru-paru. Cairan yang lebih kental, yang digunakan pada
semir furnitur, sangat berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi dan
pneumonia aspirasi yang berat.

2.2 Klasifikasi
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat
eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
 Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung
pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
 Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan
waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang
tepat.
 Tangani syok yang tepat.
 Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
 Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
 Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu
system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena
oksigen tidak adekuat.
 Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan
zat yang ditela, yaitu:
a. Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b. Dialisis
c. Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
 Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
 Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Menurunkan peningkatan suhu.
 Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
 Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
 Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
 Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
 Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan
tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

2. Keracunan melalui inhalasi


Penatalaksanaan umum :
 Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan
jendela.
 Longgarkan semua pakaian ketat.
 Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
 Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
 Pertahankan pesien setenang mungkin.
 Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang
terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan.
 Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-
banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur
mentah.
 Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
 Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok
makan garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
 Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah.
Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher
dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan
kontraksi
 Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah
sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

4. Keracunan akibat gigitan binatang.


Kondisi lingkungan dipedesaan memungkinkan berbagai jenis bintang
peliharaan maupun binatang liar dapat hidup berdampingan dengan
masyarakatnya walaupun binatang peliharaan kita sudah jinak namun
bahaya dari binatang ini perlu di waspadai.
Pada kondisi tertentu jenis binatang berdarah panas seperti pada anjing,
kucing, dan monyet yang terkena rabies dapat membahayakan kesehatan
masyarakat. Demikian pula jenis binatang melata yang memiliki racun
seperti ular, kalajengking, dan lipan (kelabang) yang masih banyak
terdapat dialam pedesaan. Binatang-binatang tersebut akan menggigit
siapa saja yang ada didekatnya bila mereka akan merasa terganggu. Bila
hal ini terjadi maka gigitan tersebut akan meninggalkan racun dalam tubuh
orang yang digigitnya.

5. Gigitan ular.
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama
neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan
balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau
torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan
dengan cepat meliputi :
 Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
 Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
 Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri,
edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
 Menentukan keparahan dampak keracunan.
 Memantau tanda vital.
 Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
 Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).

6. Sengatan serangga.
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas,
sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.
Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari
gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:
 Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut
untuk mempercepat absorbsi.
 Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan
yang tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
 Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
a. Injeksi segera dengan epineprin
b. Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
c. Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
d. Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
 Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

2.3 Etiologi
a. Percobaan bunuh diri
b.
c. Tidak sengaja

2.4 Patofisiologi
Efek toksis terpenting dari hidrokarbon adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada
saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau
muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat
segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada
membran mukosa, merusak epithel jalan napas, serta alveoli, dan
menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan,
edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada
paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna. Kematian dapat terjadi
karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml).
Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB hidokarbon dapat menyebabkan depresi CNS
ringan–sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan
abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak
diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Hidrokarbon juga
diekskresikan lewat urin.

2.5 Manifestasi klinis


Intoksikasi hidrokarbon memiliki tanda khas, tanda khususnya adalah:
 Bau:
a. Aceton: Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
b. Coal gas: Carbon monoksida
c. Buah per: Chloralhidrat
d. Bawang putih: Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
e. Alkohol: Ethanol, methanol
f. Minyak: Minyak tanah atau destilat minyak

 Kulit:
a. Kemerahan: Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
b. Berkeringat: Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
c. Kering: Anticholinergik
d. Bulla: Barbiturat, carbonmonoksida
e. Ikterus: Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
f. Purpura: Aspirin,warfarin, gigitan ular
g. Sianosis: Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain

 Suhu tubuh:
a. Hipothermia: Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,
fenothiazin
b. Hiperthermia: Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin,
theofilin.

 Tekanan darah:
a. Hipertensi: Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin .
b. Hipotensi: Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-
blocker
 Nadi:
a. Bradikardia: Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol.
b. Tachikardia: Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol,
cokain, aspirin, theofilin
c. Arithmia: Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida,
cyanida, beta-blocker

 Selaput lendir
a. Kering: Anticholinergik
b. Salivasi: Organofosfat, carbamat
c. Lesi mulut: Bahan korosif, paraquat
d. Lakrimasi: Kaustik, organofosfat, gas irritan

 Respirasi:
a. Depressi: Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
b. Tachipnea: Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
c. Kussmaull: Methanol, ethyliene glycol, salisilat
d. Oedema paru: Salisilat, narkotika, simpatomimetik

 Susunan syaraf pusat:


a. Kejang: Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,
organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
b. Miosis: Narkotika (kecuali demerol dan lomotil), fenothiazin, diazepam,
organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.
c. Midriasis: Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD,
glutethimid.
d. Buta, atropi optik: Methanol
e. Fasikulasi: Organofosfat
f. Nistagmus: Difenilhidantoin, barbiturat, carbamazepim,
carbonmonoksida, ethanol
g. Hipertoni: Anticholinergik, fenothiazin, strichnyn
h. Mioklonus,rigiditas: Anticholinergik, fenothiazin, haloperidol
i. Delirium/psikosis: Anticholinergik, simpatomimetik, alkohol,
fenothiazin, logam berat, marijuana, cocain, heroin, metaqualon
j. Koma: Alkohol, anticholinergik, sedative hipnotik, carbonmonoksida,
Narkotika, anti depressi trisiklik, salisilat, organofosfat
k. Kelemahan, paralise: Organofosfat, carbamat, logam berat

 Saluran pencernaan:
Muntah, diare: Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida,
organofosfat nyeri perut.

2.6 Penatalaksanaan intoksikasi


a. Penatalaksanaan umum keracunan
 Mencegah/menghentikan penyerapan racun
1. Racun melalui mulut (ditelan/tertelan)
a. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit).
b. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara :
1). Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan
zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran
menurun dan penderita kejang.
2). Bilas lambung:
o Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
o Pasang NGT dan bilas dengan: air, larutan norit,
Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
o Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
o Kontraindikasi: keracunan zat korosif & kejang.
3). Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun
atau gliserin).

2. Racun melalui melalui kulit atau mata:


a. Pakaian yang terkena racun dilepas
b. Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka/bicnat encer).
c. Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

3. Racun melalui inhalasi:


a. Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
b. Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun
yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.

4. Racun melalui suntikan:


a. Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut
arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama
1 menit.
b. Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
c. Beri kompres dingin di tempat suntikan.

 Mengeluarkan racun yang telah diserap


Dilakukan dengan cara:
1. Diuretic: lasix, manitol
2. Dialisa
3. Transfusi exchange

 Pengobatan simptomatis atau mengatasi gejala


1. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi: RJP
2. Gangguan sistem susunan saraf pusat:
a. Kejang: beri diazepam atau fenobarbital
b. Odem otak: beri manitol atau dexametason.

 Pengobatan spesifik dan antidotum


1. Keracunan Asam atau Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat,
Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
a. Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
b. Gejala: nyeri perut, muntah dan diare
c. Tindakan:
1). Keracunan pada kulit dan mata:
o irigasi dengan air mengalir
o beri antibiotik dan antiinflamasi.
2). Keracunan ditelan atau tertelan:
o asam kuat dinetralisir dengan antasida
o basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
o jangan bilas lambung atau tindakan emesis
o beri antibiotik dan antiinflamasi

2. Keracunan Alkohol atau Minuman Keras


a. Gejala: emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan,
stupor sampai koma.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan air
2). Beri kopi pahit
3). Infus glukosa: mencegah hipoglikemia

3. Keracunan Arsenikum
a. Gejala: mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan,
kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2). Atasi syok dan gangguan elektrolit
3). Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari
keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.

4. Keracunan Tempe Bongkrek


a. Gejala: mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme
otot, vertigo sampai koma.
b. Tindakan: terapi simptomatik.

5. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)


a. Gejala: gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan
kesadaran.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan norit
2). Beri ATS 10.000 unit.
3). Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

6. Keracunan Ikan
a. Gejala: panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan,
mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam,
paralisa otot pernafasan.
b. Tindakan: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.

7. Keracunan Jamur
a. Gejala: air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis,
muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai
koma.
b. Tindakan:
1). Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2). Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3). Infus Glukosa.

8. Keracunan Jengkol
a. Gejala: kolik ureter, hematuria, oliguria–anuria, muncul gejala
Uremia.
b. Tindakan:
1). Infus Natrium bikarbonat
2). Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari

9. Keracunan Singkong
a. Gejala: Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi,
dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15
menit).
b. Tindakan:
1). Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
2). Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

10. Keracunan Marihuana atau Ganja


a. Gejala: halusinasi, mulut kering, mata midriasis
b. Tindakan: simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam
pertama.

11. Keracunan Formalin


a. Gejala:
1). Inhalasi: iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme
laring, gejala bronchitis dan pneumonia,
2). Kulit: iritasi, nekrosis, dermatitis.
3). Ditelan/tertelan: nyeri perut, mual, muntah, hematemesis,
hematuria, syok, koma, gagal nafas
b. Tindakan: bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %,
kemudian diberi minum norit/air susu.

12. Keracunan Barbiturat


a. Gejala: mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium,
depresi pernafasan, syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
2). Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
3). Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra
muskular.

13. Keracunan Amfetamin


a. Gejala: mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia,
psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung
2). Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
3). Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)

14. Keracunan Aminopirin (Antalgin)


a. Gejala: gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
b. Tindakan:
1). Beri antihistamin im/iv
2). Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.

15. Keracunan Digitalis (Digoxin)


a. Gejala: anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan
hipotensi
b. Tindakan:
1). Propranolol
2). KCl iv

16. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)


a. Gejala: mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala,
mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi,
depresi pernafasan dan kejang.
b. Tindakan:
1). Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
2). Jangan diberi morfin dan aminophilin.

17. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)


a. Gejala: muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi
s/d kegagalan ventrikel, koma
b. Tindakan:
1). Jangan gunakan epinefrin
2). Bilas lambung hati-hati
3). Beri pencahar
4). Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
18. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
a. Gejala:
1). Inhalasi: nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi
pernafasan
2). Ditelan/tertelan: muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi
aspirasi (masuk paru)
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis
2). Bilas lambung hati-hati
3). Beri pencahar
4). Depresi pernafasan: Kafein 200-500 mg im
5). Pengawasan: kemungkinan edem paru.

19. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)


a. Gejala: kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan
pusing kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi
pernafasan sampai koma.
b. Tindakan:
1). Pasang O2 bertekanan
2). Jangan gunakan stimulant
3). Pengawasan: kemungkinan edem otak

20. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)


a. Gejala: mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis,
pernafasan dangkal sampai koma.
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis
2). Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1
mg/Kg BB. Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg),
karena tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran,
hanya punya efek samping emetik. Karenanya pada penderita
koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
b. Penatalaksanaan keracuanan hidrokarbon
Harus diingat bahwa obat yang dapat menimbulkan muntah di kontra
indikasikan pada intoksikasi minyak tanah ini. Juga sebaiknya dihindarkan
mengingat bahaya inhalasi yang dapat ditimbulkan. Pemakaian adrenalin
sebaiknya dihindarkan, mengingat miokardium yang sudah sensitive
terhadap intoksikasi minyak tanah. Alkohol dan minyak mineral jangan
diberikan sebab mempermudah absorbs minyak tanah. Terapi yang
sebaiknya adalah sebagai berikut:
 Terapi suportif
 Pemberian O2
Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau
berat bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan
ventilator.
 Kalau perlu lakukan i.v.f.d.
 Antibiotika sebagai profilaksis
 Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada intoksikasi
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita
memang sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan
alat atau anak-anak dengan immunocompromized. Bila gejala depresi
susunan syaraf pusat jelas terlihat, dapat diberikan kafein 200-500 mg
dengen intra muskuler.

2.7 Prognosi
Prognostic Score :
Dilakukan sebagai panduan dalam terapi dan menentukan prognosis
penderita. Parameter yang diambil adalah panas badan, malnutrisi berat,
distress respirasi, dan gejala neurologis.

Parameter Temuan Klinis Point


(-) 0
Panas badan
(+) 1
(-) 0
Malnutrisi berat
(+) 1
(-) 0
Distress respirasi ( + ) tanpa sianosis 2
( + ) dengan sianosis 4
(-) 0
Gejala neurologis ( + ) tanpa konvulsi 2
( + ) dengan konvulsi 4

Prognostic Score = (poin dari panas) + (poin dari malnutrisi) + (poin dari
distress pernapasan) + (poin dari gejala neurologis)
Interpretasi :
Skor minimum = 0
Skor maksimum = 10
Skor > 4 berhubungan dengan lamanya MRS dan komplikasi
Skor > 8 berhubungan dengan peningkatan resiko kematian
Skor < 7 mengindikasikan anak akan selamat.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien (nama, umur biasanya sering terjadi pada anak usia prasekolah
sampai usia sekolah yaitu pada usia 1–4 tahun, jenis kelamin, agama, suku
bangsa atau ras, pendidikan, nama orang tua dan alamat)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu pada tanda-tanda vital, bau napas, tingkat kesadaran, perubahan
kulit, dan tanda-tanda neurologis.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan riwayat yang cermat dan terperinci mengenai apa, kapan, dan seberapa
banyak zat toksik yang telah masuk ke tubuh dan adanya bukti-bukti racun (wadah,
tanaman, muntahan).
4. Pemeriksaan fisik persistem
Pernapasan: muntah, tersedak, batuk, takipnea, bradipnea, sianosis, mengorok
Integumen: kulit pucat, kemerahan, bukti luka bakar, nyeri, berkeringat, hipertermia,
hipotermia, asidosis metabolik
Membran mukosa: didapatkan bukti iritasi, perubahan warna putih, perubahan warna
merah, bengkak, bibir kering.
Neuromuskular: kelemahan, gerakan involunter, ataksia, pupil dilatasi, pupil
konstriksi, kejang
Perubahan sensori: ansietas, agitasi, halusinasi, konfusi, letargi, koma
Kardiovaskular: aritmia, peningkatan tekanan darah, penurunan tekanan darah,
takikardia, bradikardia, syok
GI: salivasi, ketidakmampuan membersihkan sekret, mual muntah, diare, konstipasi,
nyeri abdomen
Ginjal: oliguria, hematuria

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal
2. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas
hidrokarbon, proses inflamasi.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan
dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.
4. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan
pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa 1:
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara
tidak normal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Tidak terjadi
kekurangan cairan
Kriteria evaluasi: Keseimbangan cairan adekuat
- Tanda-tanda vital stabil
- Turgor kulit stabil
- Membran mukosa lembab
- Pengeluaran urine normal 1–2 cc/kg BB/jam
Intervensi:
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional: Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi
pengeluran dan penggantian cairan.
b. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional: Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan.
c. Catat adanya mual, muntah, perdarahan
Rasional: Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
d. Pantau tanda-tanda vital
Rasional: Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan
kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).
e. Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis.
Rasional: Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan atau
mencegah hipotensi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik
Rasional: Antiemetik dapat menghilangkan mual atau muntah yang dapat
menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan.
g. Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.
Rasional: Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi
gastrointestinal.
h. Pantau studi laboratorium (Hb, Ht)
Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.

Diagnosa 2:
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas
hidrokarbon, proses inflamasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 30 menit diharapkan Pola
napas klien kembali efektif
Kriteria Evaluasi:
- RR normal : 14 – 20 x/menit
- Jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi:
1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan
Rasional: Efek hidrokarbon mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan
hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara
drastis.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional: Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk
menigkatkan inflasi paru.
3. Dorong untuk batuk atau nafas dalam
Rasional: Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko
atelektasis atau pneumonia.
4. Auskultasi suara napas
Rasional: Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
5. Berikan O2 jika dibutuhkan
Rasional: Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA
Rasional: Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti atelektasis
atau pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.

Diagnosa 3:
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam
keterampilan koping menangani masalah pribadi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Koping
individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.
Kriteria Evaluasi:
- Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan
hidrokarbon.
- Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah
- Mampu melakukan hubungan atau interaksi sosial.
Intervensi:
1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.
Rasional: Menunjukkan penghargaan dan hormat
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap
masalah kehidupan.
Rasional: Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping
yang digunakan pada rencana perawatan saat ini
3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi
Rasional: Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan
pasien.
4. Berikan umpan balik positif
Rasional: Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi
Rasional: Keikut sertaan dihubungkan dengan penerimaan kebutuhan terhadap
bantuan, untuk bekerja.
6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping.
Rasional: Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat
membantu menngkatkan kesadaran.
7. Berikan informasi tentang efek meneguk hidrokarbon
Rasional: Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ
vital bila menelan hidrokarbon
8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi
Rasional: Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.

Diagnosa .4
Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi
anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
Koping keluarga efektif.
Kriteria Evaluasi :
- Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi dalam
program individu dan keluarga.
- Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.
- Melakukanperubahan perilaku.
- Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.
Intervensi :
1. Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota keluarga
Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.
2. Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya dari koping dengan
masalah kehidupan.
Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini
3. Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga.
Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.
4. Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh anggota keluarga gali
dengan individu dan pasien.
Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya
sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak berdaya untuk menolong
orang lain & megeluh perilaku yang sangat destruktif.
5. Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek perilaku
penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan setelah pulang
Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan insektisida
6. Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan melihat situasi
dengan perspektif dan objektivitas.
Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang tindakan
mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka perlu untuk
memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah pasien dapat
menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan dapat memilih untuk
mendapatkan yang baik.
7. Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu.
Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang
tergantung.

Diagnosa .5 :
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Pasien
mempunyai pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan
penggunaan hidrokarbon.
Kriteria Evaluasi :
- Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan rencana
pengobatan.
- Berpartisipasi dalam program pengoabatan.
- Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.
Intervensi :
1. Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga.
Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan mengasimilasi
informasi.
2. Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar.
Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.
3. Berikan informasi tertulis dan verbal untuk indikasi.
Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa
depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain.
4. Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya penyakit, perubahan
kebutuhan dalam gaya hidup.
Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu
untuk mempertahankan status pantanan.
5. Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
6. Diskusikan efek zat yang digunakan.
Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami kemungkinan efek jangka
panjang dari penggunaan zat.

Eko, yudhi. “KERACUNAN HIDROKARBON” http://yudhi-


eko.blogspot.com/2012/01/keracunan-hidrokarbon.html (diakses pada tanggal 20
Juni 2012)

Anda mungkin juga menyukai