MKLH Asfar
MKLH Asfar
DISUSUN OLEH :
Kelompok IV
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta,
berkat Ridho Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Monitoring Pengunaan Obat Berdasarkan Resep".
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat,
sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu dosen atas semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan
makalah ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
baik. Semoga makalah "Monitoring Pengunaan Obat Berdasarkan Resep" ini
bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
I. Latar Belakang......................................................................................................... 1
II. Tujuan ..................................................................................................................... 3
III. Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Pemantauan Terapi Obat (PTO)............................................................. 4
2.2 Pemantauan Penggunaan Obat ................................................................................ 4
2.3 Rekomendasi Terapi................................................................................................ 11
2.4 Rencana Pemantauan ............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pemantauan terapi oabat (PTO) adalah suatu proses yang mencangkup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Kegiatan tersebut mencangkup : pengkajian pemilihan obat, dosis,
cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTB), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan
terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan di evaluasi secara
teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat
diketahui.
1
Keberadan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah
munculnya masalah terkait obat. Apoteker sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan memiliki peran penting dalm PTO. Pengetahuan
penunjang dalam melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit;
farmakoterai; serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan
diagnostik. Selain itu, diperlukan keterampilan berkomunikasi, kemampuan
membina hubungan interpersonal, dan menganalisis masalah. Proses PTO
merupakan proses yang komprehensif mulai dari seleksi pasien,
pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi
terapi, rencana pemantauan sampai dengan tidak lanjut. Proses tersebut
harus dilakukan secara berkesinambungan sampai tujuan terapi tercapai.
2
obat yang sesuai dengan formularium Jamkesmas dibagi dengan total
jumlah obat yang diresepkan pada resep yang diamati (WHO, 1993).
II. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
III. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Rekam medik
Profil pengobatan pasien/pencatatan penggunaan obat
Wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain.
4
Profil pengobatan pasien di rumah sakit dapat diperoleh dari catatan
pemberian obat oleh perawat dan kartu/formulir penggunaan obat oleh
tenaga farmasi. Profil tersebut mencakup data penggunaan obat rutin,
obat p.r.n (obat jika perlu), obat dengan instruksi khusus (contoh:
insulin).
Sering kali data yang diperoleh dari rekam medis dan profil
pengobatan pasien belum cukup untuk melakukan PTO, oleh karena
itu perlu dilengkapi dengan data yang diperoleh dari wawancara
pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
5
Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab. Beberapa
penyebab pasien tidak menggunakan obat antara lain: masalah
ekonomi, obat tidak tersedia, ketidakpatuhan pasien, kelalaian
petugas.
6
TABEL 1.Indek sudut diam hubungannya dengan sifat alir
2. Tepat dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat
standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur,
spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-
lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada
pasien.
3. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien
yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat
dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program
pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan
langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
7
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.
Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh
keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Per oral
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut dengan
tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai
dengan efek terapi dari jenis obat.
b. Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah
lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa
lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit.
c. Parenteral
Adalah cara pemberiaan obat tanpa melalui mulut
(tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke
pembuluh darah. Meliputi: Intracutan, intravena (iv),
subcutan (sc), dan intramuscular (im),
d. Rectal
Pemberian Obat via Anus / Rektum / Rectal,
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek
lokal dan sistemik. Pemberian obat supositoria ini diberikan
tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna.
Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan
rektal.\ds
8
TABEL 2.Indek sudut diam hubungannya dengan sifat alir
e. Intra Vaginal
Pemberian Obat per Vagina, Merupakan cara
memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan
mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal.
f. Topikal
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal,
misalnya tetes mata, salep, tetes telinga dan lain-lain.
Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit,
atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat
bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan
sprei.
Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga
atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya
diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya
9
pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat
antibiotik.
Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung
yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan
hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata
atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk
persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan
cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa
dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga
dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
g. Inhalasi
Adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan
ke dalam mulut. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara
inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar
obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan
dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang
diberikan dengan cara inhalasi ini obat yang dalam keadaan
gas atau uap yang akan diabsorpsi akan sangat cepat bergerak
melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada
saluran pernapasan.
h. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu
yang diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat
yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat. Ini sangat
penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang
memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
10
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
i. Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan,
dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila
pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
11
dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Apoteker dalam membuat
rencana pemantauan perlu menetapkan langkah-langkah:
12
riwayat sosial, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnostik, diagnosis
dan terapi.
3. Tujuan utama pemberian terapi obat adalah peningkatan kualitas
hidup pasien, yang terdiri dari Menyembuhkan penyakit (contoh:
infeksi) Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien (contoh:
nyeri) Menghambat progresivitas penyakit (contoh: gangguan fungsi
ginjal)Mencegah kondisi yang tidak diinginkan (contoh: stroke).
4. Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan
perencanaan pemantauan, dengan tujuan memastikan pencapaian efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
13
DAFTAR PUSTAKA
Jason Lazarou et al, insident of drug reaction in hospitalized patient, JAMA,
Volume 279 No 15 april 1998 dan J.Simon Bell, et al dgug related problems
in the comunity setting, download from www.medscpe.com. ( Diakses pada
tanggal 14/02/2018)
Arsyanti,L identifikasi masalah terkait obat pada pasien geriatri di ruang rawat
penyakit dalam RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo, Thesis program magister
ilmu kefarmasian universitas indonesia , jakarta. 2005.
Strand LM morley PC, Cipolle RJ, pharmeceutical Care Practice, New York, Mc
Graw Hill Company, 1998.
14