Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bemartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama


dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian,
sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan
materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Untuk itu, banyak
hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan
dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah.
Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau silabusnya
dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompentensi
Lulusan yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses
pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas.
Sesuai dengan prinsip otonomi dan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS), pelaksana pembelajaran, dalam hal ini guru, perlu diberi keleluasaan dan
diharapkan mampu menyiapkan silabus, memilih strategi pembelajaran, dan penilaiannya
sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik dan lingkungan masing-masing.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dibuat buku pedoman cara
mengembangkan silabus berbasis kompetensi.

Pedoman pengembangan silabus yang meliputi dua macam, yaitu pedoman umum dan
pedoman khusus untuk setiap mata pelajaran. Pedoman umum pengembangan silabus
memberi penjelasan secara umum tentang prosedur dan cara mengembangkan SK dan
KD menjadi indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar. Sedangkan pedoman khusus
menjelaskan mekanisme pengembangan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
disertai contoh-contoh untuk lebih memperjelas langkah-langkah pengembangan silabus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimasud dengan pengembangan silabus PKn?
2. Apa yang dimasud dengan standar kompetensi PKn?
3. Apa yang dimasud dengan prinsip-prinsip pengembangan silabus?
4. Bagaimana langkah-langkah pengembangan silabus?
5. Bagaimana standar kompetensi PKn?
6. Bagaimana mata pelajaran PKn dalam bentuk SKL?
7. Apa tujuan PKn untuk semua jenjang PKn?
8. Apa yang dimasud dengan kompetensi dasar?
C. Tujuan
1. Pengembangan silabus pkn
2. Standar kompetensi pkn
3. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
4. Langkah-langkah pengembangan silabus
5. Standar kompetensi pkn?
6. Mata pelajaran pkn dalam bentuk SKL
7. Tujuan pkn untuk semua jenjang pkn
8. Kompetensi dasar

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengembangan Silabus PKn


Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus disusun berdasarkan
Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi Pokok, Kegiatan
pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian. Dengan demikian,
silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
b. Materi Pokok apa sajakah yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik
untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang seharusnya
diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi
dengan objek belajar.
d. Indikator apa sajakah yang harus ditentukan untuk mencapai Standar Isi.
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan
Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
g. Sumber Belajar apa sajakah yang dapat diberdayakan untuk mencapai
Standar Isi tertentu.
2. Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan.

a. Guru Sebagai tenaga profesional yang memiliki tanggung jawab langsung


terhadap kemajuan belajar siswa, seorang guru diharapkan mampu
mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mengajarnya secara
mandiri. Di sisi lain guru lebih mengenal karakteristik siswa dan kondisi
sekolah serta lingkungannya.
b. Kelompok Guru Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena
sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara
mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk
kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan
silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut.
c. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sekolah yang belum mampu
mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan
sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama
mengembangkan silabus Pembelajaran yang akan digunakan oleh sekolah-
sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
d. Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi
penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para
guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan
silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama
terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.
3. Prinsip Pengembangan Silabus

Adapun Prinsip Pengembangan Silabus adalah sebagai berikut:

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam


silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam


mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.

e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan


sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta


didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,


psikomotor).

i. Desentralistik

Pengembangan silabus ini bersifat desentralistik. Maksudnya bahwa


kewenangan pengembangan silabus bergantung pada daerah masing-masing,
atau bahkan sekolah masing-masing.

4. Tahap-tahap Pengembangan Silabus Pembelajaran


a. Perencanaan

Tim yang ditugaskaan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu


mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakan atau referensi yang
sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan
dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multimedia
dan internet.

b. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan penyusunan silabus perlu memahami semua perangkat


yang berhubungan dengan penyusunan silabus Pembelajaran, seperti Standar
Isi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

c. Perbaikan

Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan


pembelajaran. Pengkajian dapat melibatkan para spesialis kurikulum, ahli
mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur,
kepala sekolah, pengawas, staf profesional dinas pendidikan, perwakilan orang
tua siswa, dan siswa itu sendiri.

d. Pemantapan

Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk


memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria dengan cukup baik
dapat segera disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya.

e. Penilaian silabus

Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan


mengunakaan model-model penilaian kurikulum

5. Komponen Silabus Pembelajaran Silabus Pembelajaran memuat sekurang-


kurangnya komponen-komponen berikut ini:
a. Identitas Silabus Pembelajaran
b. Standar Kompentensi
c. Kompetensi Dasar
d. Materi Pembelajaran
e. Kegiatan Pembelajaran
f. Indikator Pencapaian Kompetensi
g. Penilaian
h. Alokasi Waktu i. Sumber Belajar
6. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
a. Mengisi identitas

Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, dan standar
kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
b. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang


menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil
dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus


dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.

Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Mengkaji
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat


kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
standar isi;
2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
3) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran.
c. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian


kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:

1) potensi peserta didik;


2) relevansi dengan karakteristik daerah,
3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik;
4) kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) struktur keilmuan;
6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8) alokasi waktu.

Selain itu juga harus diperhatikan:


1) kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
kesahihannya;
2) tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
3) kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
4) layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat; 5)
5) menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.
d. Melakukan Pemetaan Kompetensi
1) Mengidentifikasi SK, KD dan materi pembelajaran.
2) Mengelompokkan SK, Kd dan materi pembelajaran.
3) Menyusun SK, KD sesuai dengan keterkaitan.
e. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses
mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup
yang perlu dikuasai peserta didik.

Kriteria untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai


berikut:
a) Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan
bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat
bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan
kompetensi dasar secara utuh.
c) Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yan harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar.
d) Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar
siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e) Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap,
dan keterampilan.
f) Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang
harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g) Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi
KD-KD yang memerlukan prasyarat tertentu.
h) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.
f. Merumuskan Indikator Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh


perubahan perilaku yang diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.

Indikator dikembangkan pada Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan


karakteristik peseta didik, mata pelajaran,satuan pendidikan,potensi
daerah,dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diobservasi.Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.

g. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar peserta didik pada


Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kenirja,pengukuran sikap,penilaian hasil karya berupa
tugas,proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio , dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Aspek yang dinilai lebih dominan pada:

1) Aspek pengetahuan mencakup: peningkatan pemahaman konsep dan


fakta tentang hakikat berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan
amanat Pancasila dan UUD 1945. Penggunaan berbagai metode
seperti : kooperatif, penemuan, inkuisi, interaktif, eksploratif, berpikir
kritis, dan pemecahan masalah, dimaksudkan untuk meningkatkan
efektifitas pembelajaran (bukan praktik), yang penilaiannya
terintegritas/terpadu di dalam aspek pengetahuan.
2) Aspek sikap afektif yang terkait dengan mata pelajaran mancakup:
pembentukan karakter bangsa yang adaptif terhadap lingkungan sosial,
politik, ekonomi, budaya dan keamanan, dan mampu menerapkan
dalam kehidupan sehari – hari. Adapun yang dimaksud dengan teknik
penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi
mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat
dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes
merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang
memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah
suatu cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak
memerlukan jawaban betul atau salah.
h. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap komponen dasar Pendidikan


Kewarganegaraan perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi
pelajaran. Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan
adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi,frekuensi penggunaan materi
baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang
dipelajari. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutruhkan
oleh peserta didik yang beragam. Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan
memperhatikan:

1) minggu efektif per semester,


2) alokasi waktu mata pelajaran, dan
3) jumlah kompetensi per semester.
i. Menetukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber,
serta lingkungan,alam,sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar pada
Pendidikan Kewarganegaraan didasarkan pada standar kompetenbsi dan
kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai