Nim : 201610410311110
Kelas : Farmasi C
Kelompok 8
2019
TUGAS IV
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan
tanin dalam tanaman
B. TINJAUAN PUSTAKA
1) Klasifikasi tanaman ( Psidium guajava )
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur
maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon
ini banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar
dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl. Jambu biji berbunga
sepanjang tahun (Hapsoh, 2011).
Ordo : Myrtales
Genus : Psidium
Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat
kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda
berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat
telur agak jorong,ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk
ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna
hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3
bunga, berwarna putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat
telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang
masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji
buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil. Keras, berwarna kuning
kecoklatan (Hapsoh, 2011).
3) Kandungan Kimia
Kandungan kimia pada daun jambu biji (Psidium guajava L.) menurut
Taiz dan Zeiger (2002) yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung
nitrogen terutama alkaloid. Kandungan kimia tersebut merupakan bagian dari
sistem pertahanan diri yang berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi
mikroba patogen dan mencegah pemakanan oleh herbivora. Hasil fitokimia
dalam ekstrak daun jambu biji putih adalah senyawa flavonoid, tanin,
triterpenoid, saponin, steroid, dan alkaloid
4) Golongan Senyawa
a) Polifenol
Tumbuhan yang hidup disekitar kita memiliki kandungan kimia
yang unik. Kimia bahan alam yang merupakan hasil dari metabolisme
sekunder. Bahan kimia yang dimaksud biasanya di gunakan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang farmasi. Salah satu
kelompok senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi manusia
adalah polifenol. Senyawa yng termasuk kedalam polifenol ini adalah
semua senyawa yang memiliki struktur dasar berupa fenol. Polifenol
adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Fenol sendiri merupkan struktur yangterbentuk dari benzena
tersubtitusi dengan gugus –OH. Gugus–OH yang terkandung merupakan
aktivator yang kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik
(Fessenden,1982).
Polifenol dapat diartikan suatu senyawa kimia yang umumnya
terdapat pada bahan alam dimana struktur dasarnya memiliki gugus
aromatik yang terkait satu atau lebih gugus OH. Polifenol dibagi menjadi
4 bagian umumnya yaitu :
1. Polifenol yang hanya memiliki struktur dasar aromatic dan gugus
OH atau bisa disebut fenolik
b) Tanin
Sifat-Sifat Tanin
Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit
sekunder lainnya, dapat dilihat dari sifat-sifat dari tanin itu
sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :
1) Sifat Fisika.
Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :
Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk
koloid dan akan memiliki rasa asam dan sepat.
Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan
terbentuk endapan.
Tanin tidak dapat mengkristal.
Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak
dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
2) Sifat Kimia
Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk
campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan sehingga sulit
membetuk kristal.
Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi
Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
3) Sifat sebagai pengkhelat logam.
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna
sebagai khelat logam. Mekanisme atau proses pengkhelatan
akan terjadi sesuai dengan pola subtitusi dan pH senyawa
fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada tanin
terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi
pengkhelat logam.
Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya
khelat yang kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi
lebih stabil dan aman di dalam tubuh. Namun, dalam
mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan kadarnya, karena
apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan
memberikan efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu
banyak (kadar tinggi) dapat mengakibatkan anemia karena zat
besi yang ada dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin
tersebut.
4) Cara Melakukan Identifikasi
Ditambah dengan gelatin. Cek endapan coklat hitam. Tanin akan dan
dapat mengendapkan gelatin (protein)
Ditambah dengan NaCl-gelatin. NaCl membuat larutan menjadi jenuh
sehingga terjadi salting out atau penggusiran gelatin dari larutan. Hal ini
menyebabkan endapan coklat hitam menjadi lebih banyak dibandingkan
reaksi no 1
Ditambah Pb(II)Asetat, positif bila terdapat endapan putih hingga coklat
terang. Reaksi ini harus dilakukan pada suasana asam lemah dengan pH
berkisar antara 3-6. Jika terlalu basa, ditakutkan ada endapan pengecoh
yang berupa Pb(OH)2
FeCl3 3%. Larutan ini ditambah dengan ekstrak tanin untuk
membedakan tanin terhidrolisis (gallotanin) dan tanin terkondensasi
(proantosianin). Pada tanin terhidrolisis, larutan akan berubah warna
menjadi biru - biru kehitaman, sedangkan pada tanin terkondensasi
berubah menjadi hijau.
Test fluorosensi. Ekstrak tanin+NaOH untuk membuat tanin berubah
menjadi asam fenolat yang mempunyai gugus kromofor sehingga dapat
terbaca di spektro 365nm warna hijau terang. Untuk memisahkan adanya
gugus kromofor lain yang (mungkin) dapat mengganggu ditambahkan
petroleum eter pada ekstrak NaOH-tanin dan diambil larutan petroleum
eter sebelum dispekrto.
a. Pemisahan KLT
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan
campuran analit dengan mengelusi analit melalui suatu lempeng
kromatografi lalu melihat komponen / analit yang terpisah dengan
penyemprotan atau pengecatan. Lapisan pemisah terdiri atas bahan
berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat
gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah
berupa larutan yang ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita, setelah
plat atau lapisan dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak
berwarna harus ditampakkan.
Gambaran utama yang mengatur kemampuan daya pisah
lempeng KLT adalah ukuran bercak (spot) dan dimensi fisik lempeng,
dengan diameter sebesar 0,5 cm dan panjang lempeng umumnya 10 cm.
Dengan ukuran seperti ini, lempeng hanya mampu memisahkan 20 analit
secara optimal supaya terpisah secara sempurna. Meskipun demikian,
dengan penghantaran kapiler normal eluat, maka lempeng teoritis
maksimum adalah < 5.000. kecepatan fase gerak bervariasi di sepanjang
lempeng KLT. Semakin jauh fase gerak melewati lempeng maka
kecepatannya akan menurun.
Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana
adalah dilakukan pengamatan dengan sinar ultraviolet. Beberapa
senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar
ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366
nm), jika dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus
dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut
tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan
pemanasan.
Fase diam
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena
strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai
pengikat dll. Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang
digunakan untuk kromatografi kolom, terutama karena ukuran dan zat
yang ditambahkan. Fase diam dijual dengan spesifikasi tertentu, iaitu
ukuran (diameter) dalam mesh atau j^m dan untuk kegunaannya (mis:
untuk TLC atau kromatografi kolom). Beberapa fase diam yang
banyak dijual dipasaran.
Fase gerak
Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organik.
Dapat digunakan satu macam pelarut organic saja ataupun campuran.
Bilamana fase gerak merupakan campuran pelarut organik dengan air
maka mekanisme pemisahan adalah partisi. Pemilihan pelarut organic
ini sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pemisahan.
Pendekatanpolaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan
pelarut. Senyawa polar akan lebih mudah terelusi oleh fase gerak
yang bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar. Sebaliknya,
senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak non polar dari
pada fase gerak yang polar.
Tinjauan eluen dan indeks polaritas
Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses
migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat
sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa
komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan.
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang
dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi
dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas
keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel.
Harga Rf
Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis
tipis sangat lazim menggunakan harga Rf (Retordation Factor)
yang didefinisikan sebagai:
b. Uji Gelatin
Adnyana, dkk., 2004, Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan
Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare, Acta
Pharmaceutika Indonesia, 29(1), 1927.
Hapsoh, Hasanah, 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Medan: USU
Press.
https://www.academia.edu/12104044/laporan_praktikum_fitokimia_identifi
kasi_senyawa_golongan_polifenol_dan_tanin