DAN MENGAJAR
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan –
kemampuan yang lain. Sedangkan mengajar adalah segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Sebagaimana Allah menuliskan dalam al-Qur’an.
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an terdapat kandungan ilmu
pengetahuan akidah, ibadah kepada Allah taat tunduk kepada-Nya, akhlak
baik yang terpuji maupun yang tercela dengan mengutus Nabi Muhammad
untuk memperbaiki akhlaq setiap manusia yang dibumi, hukum-hukum yang
berisi perintah dan larangan, juga peringatan kepada manusia akan ancaman
Allah, sejarah dan kisah-kisah orang-orang yang terdahulu baik yang taat
maupun yang ingkar serta dorongan untuk berfikir.
Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas bahasan yang
memerlukan pemikiran manusia untuk mendapat manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya. Hal ini mendorong kita untuk terus belajar agar
kita menjadi generasi Islami yang mampu bersaing dalam kemodernitasan.
Maka dalam hal ini kami ingin mencoba untuk menguraikan pembahasan
mengenai Ayat-ayat Tentang Kewajiban Belajar dan Mengajar
1
B. PEMBAHASAN
1. Kewajiban belajar mengajar dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5
a. Bunyi surat al-‘Alaq ayat 1-5
⧫
⧫◼ ◼◆
⧫◼
⧫ ◼⧫
⧫ ◆◆
⧫
⧫ ◼⬧
⬧➔⧫ ⬧ ⧫
1
b. Terjemah
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.2
c. Mufradhat
Arti Lafadz
Menciptakan ◼
Segumpal darah ◼⧫
Pena ◼⬧
1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Warna , (Jakarta: Suhifa
,2014), hlm,597
2
Al-Quran dan terjemah, (Jakarta:Darussalam Global Leader in Islamic Book, 2004),
hlm. 887
2
Qur’an yang pertama kali diturunkan, yaitu ketika Rasulullah pertama
kali diangkat menjadi Nabi.3
Berikut ayat dan penjelasannya:
◼◆ ⧫
⧫◼
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
3
KKG PAI Kab. Ponorogo, MP3 Agama Islam (Materi Pengembangan dan Pengayaan
Pendidikan Agama Islam), (Ponorogo: KKG PAI, 2018), hlm 8
4
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 30, (Semarang: PT karya
Toha Putra, 1993) hlm. 346
5
Nanang Gojali, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif Tafsir Hermeneutika,
(Jakarta: PT Reineka Cipta, 2004), 134
3
tertulis seperti yang terdapat pada alam jagad rasa dengan sgala
hukum kausalitas yang ada di dalamnya, dan pada diri manusia. 6
Membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam al-Qur’an dapat
menghasilkan ilmu agama Islam seperti Fiqih, Tauhid, akhlaq dan
sebagainya. Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagad
raya dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia,
astronomi, geologi, botani dan lain sebagainya.7
Selanjutnya dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam
diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu
kedokteran dan ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya
menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi dan
lain sebagainya, dan dari kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa.8
Kesimpulannya adalah bahwa sesungguhnya dzat yang
menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun
sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca.
◼⧫ ⧫◼
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Secara harfiyah kata ‘alaq yang terdapat dalam ayat tersebut
menurut al-Raghib al-Asfahani berarti al-daam al-jamid yang berarti
darah yang beku. Sedangkan menurut al-Maraghi ayat tersebut
menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari
segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia dan selanjutnya
Allah memberikan potensi (al-Qudrab) untuk berasimilasi dengan
segala sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya bergerak
dengan kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika Dia
memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Dengan demikian ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya
6
DR. H. Abudin Nata, M.A, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2002) 44.
7
Ibid.,
8
Ibid.,
4
memahami asal usul dan proses kejadian manusia dengan segenap
potensi yang ada dalam dirinya.9
Kesimpulannya, sesungguhnya Zat yang menciptakan manusia
dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan
berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi, mampu pula
menjadikan Nabi Muhammad Saw bisa membaca, sekalipun beliau
tidak pernah belajar membaca ataupun menulis. Dalam ayat tersebut
juga menekankan kepada kesadaran manusia akan apa yang harus
dipertanggungung jawabkan perbuatannya kelak di akhirat.Kesadaran
ini diharapkan menibulkasn sikap merasa sama dengan manusia
lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah dan
beramal shalih.
⧫ ◆◆ ⧫
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Perintah membaca dalam ayat ini didasarkan pada alasan bahwa
membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengn diulang-
ulang dan membiasankannya sebagaimana berlaku dalam tradisi.10
Telah dikemukakan bahwa perintah membaca pada ayat pertama
berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika
akan membaca. Maka perintah membaca pada ayat ketiga berkaitan
dengan manfaat yang diperoleh dari hasil bacaan tersebut. Tafsir ini
dapat dipahami dari ayat ke empat yang menyatakan bahwa dari kerja
membaca seseorang akan memperoleh ilmu pengetahuan.11
Kesimpulannya bahwa, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
manusia harus belajar dengan cara mengulang-ulang dalam membaca.
◼⬧ ⧫
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
9
Ibid, 45
10
Ibid, 48
11
Nanang Gojali,.134
5
Disini Allah menyatakan bahwa dirinyalah yang menciptakan
manusia dari ‘alaq. Kemudian mengajari manusia dengan perantara
qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa manusia
diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga mencapai
ksempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya. Seolah-olah
ayat ini mengatakan renungkanlah wahai manusia ketika engkau akan
menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah
dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu karena
ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan
kesemuanya dengan baik. Kemudian Allah menambahan
penjelasannya dengan menyebutkan nikmat-nikmatnya kepada
manusia melalui firmanNya :
⬧➔⧫ ⬧ ⧫ ⧫
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6
tercatat baik yang mencoreng wajah sejarah maupun menghiasinya.
Dan ilmu pengetahuan mereka tidak akan bisa menjadikan peyuluh
bagi generasi berikutnya. Dan dengan qalam bersandar kemajuan
umat dan kreatifitasnya. Dalam ayat ini terkandung pula bukti yang
menunjukkan Allah yang menciptakan manusia dalam keadaan hidup
dan berbicara dari sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupan
padanya, tidak berbicara.
e. Analisis Pendidikan
Ayat pertama ini berisi tentang perintah untuk membaca. Dan
membaca adalah sebagian dari belajar. Dan dengan belajar akan dapat
memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.
Penjelasan ayat kedua sangat membantu dalam rangka merumuskan
tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan ayat tersebut
tujuan pendidikan Islam harus diarahkan agar manusia memiliki
kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk yang harus beribadah
kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat
kelak. Untuk itu manusia harus dididik dengan mengunakan
kurikulum yang komprehensip, yaitu kurikulum yang tidak hanya
memuat materi pendidikan agama, melainkan juga pendidikan umum,
karena pendidikan agama dan pendidikan umum itu sama-sama
dibutuhkan oleh manusia.
Ayat yang ketiga merupakan perintah membaca untuk yang
kedua kalinya. Penjelasan ini erat kaitannya dengan perintah untuk
mengembangakn ilmu pengetahuan secara konprehensip atau secara
menyeluruh. Membaca ayat Allah yang tersurat dalam Al-Qur‟an
dapat menghasilkan ilmu agama; dan membaca ayat-ayat Allah yang
tersirat di jagat raya menghasilkan ilmu alam (natural science),
sedangkan membaca ayat Allah yang tersirat dalam diri manusia dan
lingkungan sosial.
7
Dan dua ayat terakir ini berisi penjelasan tentang perlunya alat
dalam melakukan kegiatan, seperti halnya qalam yang diperlukan bagi
upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Qalam
dalam ayat ini tidak terbatas hanya pada arti sebagai alat tulis yang
banyak digunakan kalangan para santri di lembaga-lembaga
pendidikan tradisional, melainkan juga mencakup berbagai peralatan
yang dapat menyimpan berbagai informasi, mengakses dan
menyalurkan secara cepat, tepat, dan akurat, seperti halnya komputer,
internet, faxmile, micro film, vidio compact disc (VCD) dan lain
sebagainya
b. Terjemah13
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia
diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
c. Al-Mufrodhat
12
Kementerian Agama Republik Indonesia, 592
13
Al-Quran dan terjemah, 889
8
Arti Lafadz Arti Lafadz
Gunung ِاْجلِبَ ِال Mereka melihat/memperhatikan ِيَنظُُرو َن
ditegakkan ِْ َصب
ت ِ ُن Unta اْلبِ ِِل
ِْ
ِ اْأل َْر
ِض ِت ِ
ْ ُخل َق
Bumi Diciptakan
dihamparkan ِت ِ
ْ ُسط َح
Langit ِِ الس َم
اء َّ
Ditinggikan ِْ ُرفِ َع
ت
9
dagingnya tidak dimakan, dan cara mengendalikannya pun tidak semudah
unta.14
Apakah kaum musrikin mengingkari apa yang telah kami ceritakan
kepada mereka tentang hari kebangkitan dan apa yang berkaitan
dengannya tentang kebahagiaan dan kesengsaraan? Tidak kah mereka
memperhatikan perihal kejadian binatang unta yang menakjubkan dan
selalu ada di hadapan mereka dan selalu mereka pergunakan pada setiap
kesempatan? Jika mereka mau memikirkan perihal penciptaan unta
tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa didalam penciptaan
unta terdapat suatu keajaiban yang tiada tara dan tidak terdapat dalam
penciptaan binatang-binatang yang lain. Unta adalah binatang yang
bertubuh besar. Berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi
dalam menanggung lapar dan dahaga, semua sifat ini tidak terdapat pada
hewan lainnya. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, karena
ketahanannya itu mendapat julukan perahu sahara. Unta juga memiliki
watak yang penurut, baik terhadap anak kecil maupun orang dewasa. Dan
iapun tetap bersabar sekalipun disakiti oleh keduanya. 15
Ayat ini dipaparkan dalam bentuk istifham (bertanya) yang
mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan
sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari
kebangkitan.16
◆ ◼◆
ِ ِ ➔
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
14
Ahmad Musthofa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy 30, (Semarang : Karya Toha Putra,
1993) 229
15
Ibid,.
16
Ibid, 230.
17
Ibid,.231
10
⧫ ◼◆
⧫
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
e. Analisis Pendidikan
Surat al-Ghasiyah ayat 17-20 di atas menjelaskan kepada kita
tentang pentingnya mengkaji segala hal yang diciptakan oleh Allah SWT,
18
Ibid,
19
Ibid,231
20
Ibid, 232
11
karena dari semua itu kita seharusnya mampu belajar tentang ilmu-ilmu
pendidikan. Dalam ayat 17 disebutkan bahwa kita harus mengamati unta,
yang mana unta merupakan hewan yang sangat penurut kepada tuannya.
Meskipun dia memiliki badan dan juga kekuatan yang besar, dia tidak
melawan kepada tuannya. Seperti halnya kita saat melakukan proses
pendidikan, kita tidak boleh melawan kehendak dari guru kita dan juga
kita hendaknya tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
lembaga pendidikan tempat kita belajar. Sekalipun kita punya pangkat dan
kedudukan maupun kekuasaan yang tinggi di dunia ini. Karena di atas
gunung yang tinggi masih ada langit, artinya sehebat apapun kita tentunya
masih ada yang lebih hebat daripada kita.
a. Lafad Surat
◆❑☺
◼◆ ◆
◆
⧫ ⧫
⧫⧫ ⧫
❑➔➔◆ ☺◆
❑ ◼⧫◆
⧫⧫⧫◆
◆ ◆❑◆
◼ ⧫ ◆◆
⬧ ⬧ ⧫
21
⧫
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
21
Kementerian Agama Republik Indonesia, 75
12
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka. 22
b. Mufradhat
Arti Lafadz
Perkiraan dan penyusunan yang
menunjukkan pada tatanan
yang mantap
Alam yang ada diatasmu, yang ◆❑☺
engkau lihat sendiri
Pergantian antara keduanya dan ◼◆
silih bergantinya siang dan
malam ◆
Sungguh yang merupakan tanda ⧫
yang menunjukkan adanya
Allah dan kekuasaannya.
22
Al-Quran dan terjemah, .96
23
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1993), Cet 2, hlm. 288
13
berpikir.Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya.Pasti ada yang
menciptakan yaitu Allah SWT.24
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam
pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal,
orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah,
hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah
(berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk
atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-
orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah
dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.25
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah
Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa
fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak
didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan
akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk
memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam
memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,
َِِّ واِِف
)ِاَّلل“ِ(رواهِأبوِنعيمِعنِابنِعباس ِ ِوالِتَ َف َّك ُر،ِ َِّ ِخ ل ِْق
َ ِاَّلل ِ ”ِتَ َف َّك ُر
َ واِِف
24
http://santrikota.blogspot (diakses tanggal 20 Februari 2019)
25
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm. 308
14
dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-
orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum
muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala
sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya,
maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi
orang-rang yang tidak beriman.26 Ucapan ini adalah lanjutan perasaan
sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui
kelemahan diri.Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya
bertambah pula dia mengingat Allah.Sebagai tanda pengakuan atas
kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.27
Pada ujung ayat ini ( “Maha suci Engkau ! maka peliharalah
kiranya kami dari azab neraka” ) kita memohon ampun kepada Tuhan dan
memohon agar dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-
Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau
juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. 28
d. Analisis Pendidikan
26
Depag RI, 1990, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid , Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf
27
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 251
28
M. Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I, (Jakarta, Gema Insani Press, 1999), hlm.
635
15
4. Surat At-Taubah 122
a. Lafad Surat
⧫❑⬧☺ ⧫◆
❑◼⬧ ◆
⬧ ⧫⧫
⬧
❑⧫◆
◆
❑➔◆ ⬧ ⧫❑⬧
➔⬧ ⬧
29 ⧫⬧
122.tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.30
b. Mufradhat
29
Kementerian Agama Republik Indonesia, 206
30
Al-Quran dan terjemah, . . . . 277
16
kifayah. Yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah
yang lain, bukan fardu ‘ain yang wajib dilakukan setiap orang. Perang
barulah menjadi wajib apabila rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum
Mu’min menuju medan perang.31 Dalam ayat ini terdapat penjelasan
tentang kewajiban mendalami Agama dan kesiapan untuk
mengajarkannya. Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil
saja yang berangkat ke medan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum
Mu’min. Dengan maksud supaya orang-orang mukmin seluruhnya dapat
mendalami agama mereka.
Ayat ini merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama
dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta
memahamkan orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat
memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tak bodoh lagi tentang
hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap
mu’min. Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan
untuk mendalami agama dengan maksud mendapat kedudukan yang tinggi
disisi Allah, dan tidak kalah tingginya dengan kalangan pejuang yang
mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah. Bahkan
mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang pada selain situasi ketika
mempertahankan agama menjadi wajib ‘ain bagi setiap orang. 32
d. Analisis Pendidikan
Dalam surat at-Taubah ayat 122 Allah menjelaskan bahwa betapa
pentingnya pendidikan Islam kepada masyarakat, sehingga Nabi sendiri
seolah-olah melarang kaum muslimin ikut berperang semuanya. Tetapi
harus ada sebagian dari mereka yang memfokuskan perhatiannya pada
usaha mendalami ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu agama Islam.
Apabila pendidikan pada masa nabi sudah sebegitu pentingnya,
lantas bagaimana pendidikan pada zaman sekarang? Dalam sebuah hadits
31
Ahmad Musthofa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy 11, (Semarang : Karya Toha Putra,
1993), 21085
32
Ibid, 86
17
dijelaskan yaitu bahwa seseorang yang menuntut ilmu dan dalam
perjalanannya mengalami suatu musibah yang mengakibatkan pencari
ilmu meninggal, maka dia diberi pahala layaknya orang yang berjihad
fiisabilillah. Dari hadits tersebut mempunyai makna yang hampir serupa
dengan surat At-taubah ayat 12.
Tapi melihat kondisi umat Islam saat kepemelukan agama kaum
muslimin kepada Islam lebih karena faktor keturunan, bukan karena
motivasi pilihan melalui proses pencarian yang betul-betul dilatar
belakangi kebutuhan terhadap agama, sehingga sangat wajar apabila
kemudian banyak orang Islam yang belum memahami dengan benar, apa
dan bagaimana ajaran Islam.
a. Lafadz surat
⧫⧫ ⬧◆
⧫
◼➔ ➔
◼⧫ ⬧
➔
→⬧
➔ ⧫ ⧫
◼ →
◼⧫ ◼⧫
33 ⬧ →
19. Dan apakah tidak mereka perhatikan bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Mengembaralah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah memulai penciptaan (manusia) dari permulaannya,
kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.34
33
Kementerian Agama Republik Agama, 398
34
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), 162.
18
b. Mufrodat
35
Ibid.,164
19
. (Katakanlah, "Berjalanlah kalian di muka bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya) yakni
menciptakan orang-orang yang sebelum kalian, kemudian Dia mematikan
mereka (lalu Allah menjadikannya sekali lagi) dapat dibaca An Nasy-atal
akhirata dan An Nasy-atal ukhra. Dalam ayat ini manusia disuruh
mengembara di muka bumi. Supaya dia jangan seperti katak dalam
tempurung. Yang khusus disuruh memperhatikan bagaimana asal mulanya
permulaan kejadian di dunia ini. Maka pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan oleh ahli-ahli penyelidik bumi, pencari fosil,pencari runtuhan
Mohenjo Daro, Athena kuno, Baalbek dan sebagainya adalah suatu
anjuran tegas dari ayat ini.36
Selidikilah bagaimana asal mula penciptaan dalam alam ini. Sudah
berapa juta tahun usia bumi, sudah berapa juta tahun terdapat kehidupan di
permukaan bumi. Penyelidikan itu akan sampai kepada permulaan
timbulnya ciptaan pertama tentang hidup. Dan itu adalah pintu permulaan
akan masuk kedalam penyelidikan dari segi ilmiah akan kemungkinan
adanya perulangan hidup yang kedua kali yang bernama akhirat. Lanjutan
ayat menyuruh manusia sampai kepada penyelidikan yang selanjutnya,
“Kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain” artinya adalah
setelah manusia memperhatikan awal penciptaan alam ini sampai menjadi
ilmu, dianjurkan supaya manusia merenungkan kemungkinan yang sangat
luas bagi Allah. Dia sanggup menciptakan awal permulaan kejadian
menurut jalan yang mudah baginya, tetapi manusia bagaimanapun
pintarnya tidak dapat menciptkan seperti itu, niscaya akan bangunlah
pancaindra menangkap hasil dari penyelidikan alam, dan mengambil
kesimpulan bahwa alam ini ada penciptanya. Dan pencipta tersebut bisa
dengan mudah mengadakan yang tidak ada dan sebaliknya.ujung ayat
ditutup dengan kata tegas, “Sesungguhnya Allah atas tiap-tiap sesuatu
adalah Maha Kuasa.37
36
Ibid.,165
37
Ibid., 166
20
d. Analisis Pendidikan
melalui sebuah proses yang sistematis. Demikian pula bagi kita sebagai
manusia, kita harus senantiasa belajar selama hidup kita. Seperti halnya
pepatah arab mengatakan bahwa kita harus menuntut ilmu mulai dari
buaian ibu sampai ke liang lahat. Artinya kita harus terus belajar sejak kita
dilahirkan sampai kita meninggal dunia. Karena belajar itu juga harus
sampai negeri Cina, dalam ayat ini pun juga sama. Bahwa kita sebagai
Karena dengan kematangan ilmu kita akan tau kedudukan kita di dunia ini.
seperti itu manusia akan merasa bahwa walaupun mereka berfikir dan
pintar tetapi diatas kepintaaran mereka masih ada Allah yang Maha
bahwa tidak hanya kehidupan dunia saja tetapi, setelah kehidupan dunia
C. KESIMPULAN
21
perintah untuk membaca karena salah satu cara belajar adalah dengan
membaca. Belajar disini adalah bertujuan agar pendidikan Islam diarahkan
supaya manusia memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk
yang harus beribadah kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya di akhirat kelak.
D. DAFTAR PUSTAKA
22
Gojali, Nanang, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif Tafsir
Hermeneutika, Jakarta: PT Reineka Cipta, 2004
23