Anda di halaman 1dari 23

AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN BELAJAR

DAN MENGAJAR

A. PENDAHULUAN
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan –
kemampuan yang lain. Sedangkan mengajar adalah segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Sebagaimana Allah menuliskan dalam al-Qur’an.
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an terdapat kandungan ilmu
pengetahuan akidah, ibadah kepada Allah taat tunduk kepada-Nya, akhlak
baik yang terpuji maupun yang tercela dengan mengutus Nabi Muhammad
untuk memperbaiki akhlaq setiap manusia yang dibumi, hukum-hukum yang
berisi perintah dan larangan, juga peringatan kepada manusia akan ancaman
Allah, sejarah dan kisah-kisah orang-orang yang terdahulu baik yang taat
maupun yang ingkar serta dorongan untuk berfikir.
Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas bahasan yang
memerlukan pemikiran manusia untuk mendapat manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya. Hal ini mendorong kita untuk terus belajar agar
kita menjadi generasi Islami yang mampu bersaing dalam kemodernitasan.
Maka dalam hal ini kami ingin mencoba untuk menguraikan pembahasan
mengenai Ayat-ayat Tentang Kewajiban Belajar dan Mengajar

1
B. PEMBAHASAN
1. Kewajiban belajar mengajar dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5
a. Bunyi surat al-‘Alaq ayat 1-5
 ⧫
 ⧫◼  ◼◆
  ⧫◼
⧫  ◼⧫
 ⧫ ◆◆
⧫ 
⧫  ◼⬧
⬧➔⧫ ⬧ ⧫ 
1

b. Terjemah
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.2

c. Mufradhat
Arti Lafadz
Menciptakan ◼
Segumpal darah ◼⧫
Pena ◼⬧

d. Tafsir surat al-‘Alaq 1-5


Surat al-Alaq adalah surah ke 96 dalam al-Qur’an. Yang terdiri
dari 19 ayat dan tergolong dalam surat Makkiyah. Nama al-Alaq
diambil dari kata ‘alaq yang terdapat dalam ayat kedua. Al-Alaq
artinya segumpal darah. Surah al-Alaq ayat 1-5 adalah ayat-ayat al-

1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Warna , (Jakarta: Suhifa
,2014), hlm,597
2
Al-Quran dan terjemah, (Jakarta:Darussalam Global Leader in Islamic Book, 2004),
hlm. 887

2
Qur’an yang pertama kali diturunkan, yaitu ketika Rasulullah pertama
kali diangkat menjadi Nabi.3
Berikut ayat dan penjelasannya:
◼◆  ⧫
 ⧫◼ 
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan


kehendak Allah yang telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak
pandai dalam membaca dan menulis. Kemudian datang perintah Illahi
agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah
menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak
bisa menulisnya.4
Dalam ayat ini Allah memperkenalkan dirinya sebagai Rabb,
pertama karena ingin menunjukkan makna perbuatan Tuhan
(memelihara, mengurus dan mengatur), akan lebih mendorong jiwa si
penerima perintah untuk melaksanakannya. Kedua, karena ayat
tersebut merupakan wahyu pertama kali yang diterima Rasulullah,
maka penggunaan kata Rabb dimaksudkan agar Nabi tidak merasa
kaget.5
Dalam ayat tersebut juga mengandung perintah agar manusia
memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya
kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan ontologis
tentang sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah menyuruh
Nabi ‫ ﷺ‬untuk membaca. Sedangkan yang dibaca itu objeknya macam-
macam. Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah yan tertulis
sebagaimana suat al-Alaq dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak

3
KKG PAI Kab. Ponorogo, MP3 Agama Islam (Materi Pengembangan dan Pengayaan
Pendidikan Agama Islam), (Ponorogo: KKG PAI, 2018), hlm 8
4
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 30, (Semarang: PT karya
Toha Putra, 1993) hlm. 346
5
Nanang Gojali, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif Tafsir Hermeneutika,
(Jakarta: PT Reineka Cipta, 2004), 134

3
tertulis seperti yang terdapat pada alam jagad rasa dengan sgala
hukum kausalitas yang ada di dalamnya, dan pada diri manusia. 6
Membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam al-Qur’an dapat
menghasilkan ilmu agama Islam seperti Fiqih, Tauhid, akhlaq dan
sebagainya. Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagad
raya dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia,
astronomi, geologi, botani dan lain sebagainya.7
Selanjutnya dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam
diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu
kedokteran dan ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya
menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi dan
lain sebagainya, dan dari kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa.8
Kesimpulannya adalah bahwa sesungguhnya dzat yang
menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun
sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca.
 ◼⧫   ⧫◼
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Secara harfiyah kata ‘alaq yang terdapat dalam ayat tersebut
menurut al-Raghib al-Asfahani berarti al-daam al-jamid yang berarti
darah yang beku. Sedangkan menurut al-Maraghi ayat tersebut
menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari
segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia dan selanjutnya
Allah memberikan potensi (al-Qudrab) untuk berasimilasi dengan
segala sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya bergerak
dengan kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika Dia
memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Dengan demikian ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya

6
DR. H. Abudin Nata, M.A, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2002) 44.
7
Ibid.,
8
Ibid.,

4
memahami asal usul dan proses kejadian manusia dengan segenap
potensi yang ada dalam dirinya.9
Kesimpulannya, sesungguhnya Zat yang menciptakan manusia
dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan
berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi, mampu pula
menjadikan Nabi Muhammad Saw bisa membaca, sekalipun beliau
tidak pernah belajar membaca ataupun menulis. Dalam ayat tersebut
juga menekankan kepada kesadaran manusia akan apa yang harus
dipertanggungung jawabkan perbuatannya kelak di akhirat.Kesadaran
ini diharapkan menibulkasn sikap merasa sama dengan manusia
lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah dan
beramal shalih.
⧫ ◆◆ ⧫

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Perintah membaca dalam ayat ini didasarkan pada alasan bahwa
membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengn diulang-
ulang dan membiasankannya sebagaimana berlaku dalam tradisi.10
Telah dikemukakan bahwa perintah membaca pada ayat pertama
berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika
akan membaca. Maka perintah membaca pada ayat ketiga berkaitan
dengan manfaat yang diperoleh dari hasil bacaan tersebut. Tafsir ini
dapat dipahami dari ayat ke empat yang menyatakan bahwa dari kerja
membaca seseorang akan memperoleh ilmu pengetahuan.11
Kesimpulannya bahwa, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
manusia harus belajar dengan cara mengulang-ulang dalam membaca.
 ◼⬧ ⧫ 
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

9
Ibid, 45
10
Ibid, 48
11
Nanang Gojali,.134

5
Disini Allah menyatakan bahwa dirinyalah yang menciptakan
manusia dari ‘alaq. Kemudian mengajari manusia dengan perantara
qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa manusia
diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga mencapai
ksempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya. Seolah-olah
ayat ini mengatakan renungkanlah wahai manusia ketika engkau akan
menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah
dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu karena
ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan
kesemuanya dengan baik. Kemudian Allah menambahan
penjelasannya dengan menyebutkan nikmat-nikmatnya kepada
manusia melalui firmanNya :
⬧➔⧫ ⬧ ⧫  ⧫

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Sesungguhnya Dzat yang memerintahkan rasulnya membaca,


dialah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh manusia
sehingga manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Pada mulanya
manusia itu bodoh, ia tidak mengetahui apa-apa. Lalu apakah
mengherankan apabila dia mengajarimu (Muhammad) membaca dan
mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau
memiliki bakat untuk menerimanya?
Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan
membaca, menulis dan ilmu pengetahuan. Sungguh tidak ada qalam,
maka anda tidak akan bisa memahami berbagai ilmu pengetahuan,
tidak akan bisa menghitung jumlah pasukan tentara, semua agama
akan hilang, manusia tidak akan mengetahui kadar kemampuan
manusia terdahulu, penemuan-penemuan dan kebudayaan mereka.
Dan jika tidak ada qalam maka sejarah orang terdahulu tidak akan

6
tercatat baik yang mencoreng wajah sejarah maupun menghiasinya.
Dan ilmu pengetahuan mereka tidak akan bisa menjadikan peyuluh
bagi generasi berikutnya. Dan dengan qalam bersandar kemajuan
umat dan kreatifitasnya. Dalam ayat ini terkandung pula bukti yang
menunjukkan Allah yang menciptakan manusia dalam keadaan hidup
dan berbicara dari sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupan
padanya, tidak berbicara.

e. Analisis Pendidikan
Ayat pertama ini berisi tentang perintah untuk membaca. Dan
membaca adalah sebagian dari belajar. Dan dengan belajar akan dapat
memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.
Penjelasan ayat kedua sangat membantu dalam rangka merumuskan
tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan ayat tersebut
tujuan pendidikan Islam harus diarahkan agar manusia memiliki
kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk yang harus beribadah
kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat
kelak. Untuk itu manusia harus dididik dengan mengunakan
kurikulum yang komprehensip, yaitu kurikulum yang tidak hanya
memuat materi pendidikan agama, melainkan juga pendidikan umum,
karena pendidikan agama dan pendidikan umum itu sama-sama
dibutuhkan oleh manusia.
Ayat yang ketiga merupakan perintah membaca untuk yang
kedua kalinya. Penjelasan ini erat kaitannya dengan perintah untuk
mengembangakn ilmu pengetahuan secara konprehensip atau secara
menyeluruh. Membaca ayat Allah yang tersurat dalam Al-Qur‟an
dapat menghasilkan ilmu agama; dan membaca ayat-ayat Allah yang
tersirat di jagat raya menghasilkan ilmu alam (natural science),
sedangkan membaca ayat Allah yang tersirat dalam diri manusia dan
lingkungan sosial.

7
Dan dua ayat terakir ini berisi penjelasan tentang perlunya alat
dalam melakukan kegiatan, seperti halnya qalam yang diperlukan bagi
upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Qalam
dalam ayat ini tidak terbatas hanya pada arti sebagai alat tulis yang
banyak digunakan kalangan para santri di lembaga-lembaga
pendidikan tradisional, melainkan juga mencakup berbagai peralatan
yang dapat menyimpan berbagai informasi, mengakses dan
menyalurkan secara cepat, tepat, dan akurat, seperti halnya komputer,
internet, faxmile, micro film, vidio compact disc (VCD) dan lain
sebagainya

2. Kewajiban belajar mengajar dalam surat Al-Ghasiyah 17-20


a. Lafad surat al-Ghasiyah ayat 17-20
 ◼ ⧫→⧫ ⬧
◼◆  ⬧ 
➔  ◆

 ⧫ ◼◆
 ◼◆  ⧫
12
 ⬧ 

b. Terjemah13
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia
diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

c. Al-Mufrodhat

12
Kementerian Agama Republik Indonesia, 592
13
Al-Quran dan terjemah, 889

8
Arti Lafadz Arti Lafadz
Gunung ِ‫اْجلِبَ ِال‬ Mereka melihat/memperhatikan ِ‫يَنظُُرو َن‬
ditegakkan ِْ َ‫صب‬
‫ت‬ ِ ُ‫ن‬ Unta ‫اْلبِ ِِل‬
ِْ
ِ ‫اْأل َْر‬
ِ‫ض‬ ِ‫ت‬ ِ
ْ ‫ُخل َق‬
Bumi Diciptakan

dihamparkan ِ‫ت‬ ِ
ْ ‫ُسط َح‬
Langit ِِ ‫الس َم‬
‫اء‬ َّ
Ditinggikan ِْ ‫ُرفِ َع‬
‫ت‬

d. Tafsir surat al-Ghasiyah

 ◼ ⧫→⧫ ⬧


 ⬧ 
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia
diciptakan,

Disini Allah swt. mengkhususkan unta sebagai objek pengamatan,


mengingat bahwa ia adalah hewan paling berguna bagi bangsa Arab ketika
itu. Dan memang ia sesungguhnya adalah hewan yang mengagumkan.
Meski memiliki tubuh serta kekuatan yang amat besar, ia begitu patuhnya,
bahkan kepada seorang yang lemah atau anak kecil sekalipun. Demikian
pula dalam hal kemampuannya mengangkut beban yang berat ke tempat-
tempat yang berjarak jauh. Dengan mudahnya ia duduk ketika akan
dibebani atau ditunggangi, lalu bangkit berdiri lagi untuk meneruskan
perjalanan. Memiliki watak sabar menghadapi beratnya perjalanan, haus
dan lapar. Sedikit saja rerumputan sudah cukup baginya, berbeda dengan
hewan-hewan lain yang sejenis. Dan masih banyak lagi kelebihan dan
keistimewaannya yang tidak dimiliki hewan selainnya. Kelebihan
keistimewaan itu bukan karena besar tubuhnya, sehingga dapat disamakan
dengan gajah, misalnaya. Sebab, gajah meskipun memiliki sebagian
keistimewaan yang dimiliki oleh unta, namun ia tidak menghasilkan susu,

9
dagingnya tidak dimakan, dan cara mengendalikannya pun tidak semudah
unta.14
Apakah kaum musrikin mengingkari apa yang telah kami ceritakan
kepada mereka tentang hari kebangkitan dan apa yang berkaitan
dengannya tentang kebahagiaan dan kesengsaraan? Tidak kah mereka
memperhatikan perihal kejadian binatang unta yang menakjubkan dan
selalu ada di hadapan mereka dan selalu mereka pergunakan pada setiap
kesempatan? Jika mereka mau memikirkan perihal penciptaan unta
tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa didalam penciptaan
unta terdapat suatu keajaiban yang tiada tara dan tidak terdapat dalam
penciptaan binatang-binatang yang lain. Unta adalah binatang yang
bertubuh besar. Berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi
dalam menanggung lapar dan dahaga, semua sifat ini tidak terdapat pada
hewan lainnya. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, karena
ketahanannya itu mendapat julukan perahu sahara. Unta juga memiliki
watak yang penurut, baik terhadap anak kecil maupun orang dewasa. Dan
iapun tetap bersabar sekalipun disakiti oleh keduanya. 15
Ayat ini dipaparkan dalam bentuk istifham (bertanya) yang
mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan
sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari
kebangkitan.16
 ◆ ◼◆
ِ ِ  ➔
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

Apakah mereka tidak memperhatikan kejadian langit yang


terangkat demikian tingginya tanpa memakai tiang penyangga?17

14
Ahmad Musthofa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy 30, (Semarang : Karya Toha Putra,
1993) 229
15
Ibid,.
16
Ibid, 230.
17
Ibid,.231

10
 ⧫ ◼◆
 ⧫
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kepada kejadian gunung-


gunung yang dipancangkan sedemikian kokohnya sehingga tidak goyah
ataupun goncang? Sehingga oleh karenanya mereka bisa mendakinya. 18
  ◼◆
 ⬧
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau


menggunakan akalnya untuk memikirkan seluruh kejadian itu, niscaya
mereka akan mengetahui bahwa kesemuanya itu diciptakan dan dipelihara
oleh yang maha agung. Dan mereka akan mengetahui pula bahwa ia yang
mampu menciptakan semua makhluk kemudian mengatur dan
memeliharanya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ia mampu
pula menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya kelak setelah
hari kiamat, untuk menerima balasan atas perbuatan yang pernah
dilakukan. Oleh sebab itu hendaknya ketidak tahuan mereka terhadap
hakikat hari kiamat tidak dijadikan sebagai alas an untuk
mengingkarinya.19
Allah sengaja memaparkan semua ciptaanNya secara khusus, sebab
bagi orang berakal tentunya akan memikirkan apa-apa yang ada
disekitarnya.20

e. Analisis Pendidikan
Surat al-Ghasiyah ayat 17-20 di atas menjelaskan kepada kita
tentang pentingnya mengkaji segala hal yang diciptakan oleh Allah SWT,

18
Ibid,
19
Ibid,231
20
Ibid, 232

11
karena dari semua itu kita seharusnya mampu belajar tentang ilmu-ilmu
pendidikan. Dalam ayat 17 disebutkan bahwa kita harus mengamati unta,
yang mana unta merupakan hewan yang sangat penurut kepada tuannya.
Meskipun dia memiliki badan dan juga kekuatan yang besar, dia tidak
melawan kepada tuannya. Seperti halnya kita saat melakukan proses
pendidikan, kita tidak boleh melawan kehendak dari guru kita dan juga
kita hendaknya tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
lembaga pendidikan tempat kita belajar. Sekalipun kita punya pangkat dan
kedudukan maupun kekuasaan yang tinggi di dunia ini. Karena di atas
gunung yang tinggi masih ada langit, artinya sehebat apapun kita tentunya
masih ada yang lebih hebat daripada kita.

3. Surah Ali-Imran 190-191

a. Lafad Surat
◆❑☺   
◼◆ ◆
◆ 
⧫   ⧫
⧫⧫ ⧫ 
❑➔➔◆ ☺◆ 
❑ ◼⧫◆
  ⧫⧫⧫◆
◆ ◆❑◆
 ◼ ⧫ ◆◆
⬧ ⬧ ⧫
21
  ⧫
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau

21
Kementerian Agama Republik Indonesia, 75

12
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka. 22

b. Mufradhat
Arti Lafadz
Perkiraan dan penyusunan yang 
menunjukkan pada tatanan
yang mantap
Alam yang ada diatasmu, yang ◆❑☺
engkau lihat sendiri
Pergantian antara keduanya dan ◼◆
silih bergantinya siang dan 
malam ◆
Sungguh yang merupakan tanda ⧫
yang menunjukkan adanya
Allah dan kekuasaannya.

c. Tafsir surat Ali-Imran 190-191


Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan
langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga
dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun
yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara
berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan
pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan
bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan
kekuasaan-Nya.23
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat
tertib. Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup.
Semua bergerak menurut aturan. Silih bergantinya malam dan siang, besar
pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa .Semua ini menjadi
tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang

22
Al-Quran dan terjemah, .96
23
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1993), Cet 2, hlm. 288

13
berpikir.Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya.Pasti ada yang
menciptakan yaitu Allah SWT.24
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam
pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal,
orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah,
hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah
(berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk
atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-
orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah
dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.25
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah
Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa
fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak
didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan
akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk
memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam
memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,

َِِّ ‫واِِف‬
)‫ِاَّلل“ِ(رواهِأبوِنعيمِعنِابنِعباس‬ ِ ‫ِوالِتَ َف َّك ُر‬،ِ َِّ ‫ِخ ل ِْق‬
َ ‫ِاَّلل‬ ِ ‫”ِتَ َف َّك ُر‬
َ ‫واِِف‬

“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai


makhluk Allah jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan
tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu
tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat Nya.”

Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan


kami, tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan
bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang
mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan membahagiakan kami di

24
http://santrikota.blogspot (diakses tanggal 20 Februari 2019)
25
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm. 308

14
dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-
orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum
muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala
sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya,
maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi
orang-rang yang tidak beriman.26 Ucapan ini adalah lanjutan perasaan
sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui
kelemahan diri.Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya
bertambah pula dia mengingat Allah.Sebagai tanda pengakuan atas
kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.27
Pada ujung ayat ini ( “Maha suci Engkau ! maka peliharalah
kiranya kami dari azab neraka” ) kita memohon ampun kepada Tuhan dan
memohon agar dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-
Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau
juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. 28

d. Analisis Pendidikan

Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki


kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk
menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita
untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-
ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan)
serta pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda
bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan
sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya
merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini,
sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan.

26
Depag RI, 1990, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid , Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf
27
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 251
28
M. Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I, (Jakarta, Gema Insani Press, 1999), hlm.
635

15
4. Surat At-Taubah 122

a. Lafad Surat
⧫❑⬧☺  ⧫◆ 
❑◼⬧   ◆
⬧   ⧫⧫
⬧ 
 ❑⧫◆
◆ 
❑➔◆ ⬧ ⧫❑⬧
➔⬧ ⬧
29 ⧫⬧
122.tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.30

b. Mufradhat

Arti Lafadz Arti Lafadz


Sempu  Agam 
rna a
Kemba ❑➔◆ Memb 
li eri ◆
pering
atan
Menda ❑⧫ Berper ⧫
lami ◆  ang
agama 

c. Tafsir surat At-Taubah 122


Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut
supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang
keluar menuju medan perjuangan. Karena perang tu sebenarnya fardhu

29
Kementerian Agama Republik Indonesia, 206
30
Al-Quran dan terjemah, . . . . 277

16
kifayah. Yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah
yang lain, bukan fardu ‘ain yang wajib dilakukan setiap orang. Perang
barulah menjadi wajib apabila rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum
Mu’min menuju medan perang.31 Dalam ayat ini terdapat penjelasan
tentang kewajiban mendalami Agama dan kesiapan untuk
mengajarkannya. Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil
saja yang berangkat ke medan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum
Mu’min. Dengan maksud supaya orang-orang mukmin seluruhnya dapat
mendalami agama mereka.
Ayat ini merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama
dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta
memahamkan orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat
memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tak bodoh lagi tentang
hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap
mu’min. Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan
untuk mendalami agama dengan maksud mendapat kedudukan yang tinggi
disisi Allah, dan tidak kalah tingginya dengan kalangan pejuang yang
mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah. Bahkan
mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang pada selain situasi ketika
mempertahankan agama menjadi wajib ‘ain bagi setiap orang. 32

d. Analisis Pendidikan
Dalam surat at-Taubah ayat 122 Allah menjelaskan bahwa betapa
pentingnya pendidikan Islam kepada masyarakat, sehingga Nabi sendiri
seolah-olah melarang kaum muslimin ikut berperang semuanya. Tetapi
harus ada sebagian dari mereka yang memfokuskan perhatiannya pada
usaha mendalami ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu agama Islam.
Apabila pendidikan pada masa nabi sudah sebegitu pentingnya,
lantas bagaimana pendidikan pada zaman sekarang? Dalam sebuah hadits

31
Ahmad Musthofa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy 11, (Semarang : Karya Toha Putra,
1993), 21085
32
Ibid, 86

17
dijelaskan yaitu bahwa seseorang yang menuntut ilmu dan dalam
perjalanannya mengalami suatu musibah yang mengakibatkan pencari
ilmu meninggal, maka dia diberi pahala layaknya orang yang berjihad
fiisabilillah. Dari hadits tersebut mempunyai makna yang hampir serupa
dengan surat At-taubah ayat 12.
Tapi melihat kondisi umat Islam saat kepemelukan agama kaum
muslimin kepada Islam lebih karena faktor keturunan, bukan karena
motivasi pilihan melalui proses pencarian yang betul-betul dilatar
belakangi kebutuhan terhadap agama, sehingga sangat wajar apabila
kemudian banyak orang Islam yang belum memahami dengan benar, apa
dan bagaimana ajaran Islam.

5. Surat Al-ankkabut 19-20

a. Lafadz surat
 ⧫⧫ ⬧◆
⧫  
  ◼➔ ➔
  ◼⧫ ⬧
  ➔ 
 →⬧ 
➔  ⧫ ⧫
◼ → 
◼⧫    ◼⧫
33 ⬧  →
19. Dan apakah tidak mereka perhatikan bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Mengembaralah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah memulai penciptaan (manusia) dari permulaannya,
kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.34

33
Kementerian Agama Republik Agama, 398
34
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), 162.

18
b. Mufrodat

Arti Lafadz Arti Lafadz


Berjalanlah
‫ِسريُوا‬ Memperhatikan
‫يََرْوا‬
bumi ِ ‫ْاأل َْر‬
ِ‫ض‬ Menciptakan
ِ‫اْلَْل َق‬
ْ
Kuasa
ِ‫قَ ِدير‬ mengulangi kembali
ُ‫يدِه‬ُ ِ‫يُع‬

c. Tafsir Surat Al-Ankabut ayat 19-20


(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) dapat dibaca Yarau dan
Tarau, artinya memikirkan (bagaimana Allah menciptakan manusia dari
permulaannya) lafal Yubdi-u menurut suatu qiraat dibaca Yabda-u berasal
dari Bada-a, makna yang dimaksud bagaimana Allah menciptakan mereka
dari permulaan (kemudian) Dia (mengulanginya kembali) maksudnya
mengulangi penciptaan-Nya kembali sebagaimana permulaan Dia
menciptakan mereka. (Sesungguhnya yang demikian itu) yaitu hal yang
telah disebutkan mengenai penciptaan pertama dan penciptaan kedua
(adalah mudah bagi Allah) dan kenapa mereka mengingkari adanya
penciptaan yang kedua itu; yang dimaksud adalah hari berbangkit.
Dalam ayat 19 Allah tidaklah akan dapat dilihat dengan mata.
Untuk meyakinkan adanya Allah, hendaklah memperhatikan alam yang
diciptakan oleh Allah. Dalam ayat yang tengah kita renungi ini terdapatlah
panggilan kepada manusia yang selama ini kurang memperhatikan, bahkan
tidak teguh kepercayaannyatentang adanya yang maha kuasa. Untuk
mencari Allah perhatikanlah alam. Kian diperhatikan maka kian teranglah
hatimu. Diawal ayat ini kita dianjurkan memperhatikanbagaimana Allah
memulai penciptaan. Banyak terdapat permulaan penciptaan Illahi yang
sangat ajaib, yang mustahil begitu teratur dan mengagumkan kalau terjadi
sendiri.35

35
Ibid.,164

19
. (Katakanlah, "Berjalanlah kalian di muka bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya) yakni
menciptakan orang-orang yang sebelum kalian, kemudian Dia mematikan
mereka (lalu Allah menjadikannya sekali lagi) dapat dibaca An Nasy-atal
akhirata dan An Nasy-atal ukhra. Dalam ayat ini manusia disuruh
mengembara di muka bumi. Supaya dia jangan seperti katak dalam
tempurung. Yang khusus disuruh memperhatikan bagaimana asal mulanya
permulaan kejadian di dunia ini. Maka pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan oleh ahli-ahli penyelidik bumi, pencari fosil,pencari runtuhan
Mohenjo Daro, Athena kuno, Baalbek dan sebagainya adalah suatu
anjuran tegas dari ayat ini.36
Selidikilah bagaimana asal mula penciptaan dalam alam ini. Sudah
berapa juta tahun usia bumi, sudah berapa juta tahun terdapat kehidupan di
permukaan bumi. Penyelidikan itu akan sampai kepada permulaan
timbulnya ciptaan pertama tentang hidup. Dan itu adalah pintu permulaan
akan masuk kedalam penyelidikan dari segi ilmiah akan kemungkinan
adanya perulangan hidup yang kedua kali yang bernama akhirat. Lanjutan
ayat menyuruh manusia sampai kepada penyelidikan yang selanjutnya,
“Kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain” artinya adalah
setelah manusia memperhatikan awal penciptaan alam ini sampai menjadi
ilmu, dianjurkan supaya manusia merenungkan kemungkinan yang sangat
luas bagi Allah. Dia sanggup menciptakan awal permulaan kejadian
menurut jalan yang mudah baginya, tetapi manusia bagaimanapun
pintarnya tidak dapat menciptkan seperti itu, niscaya akan bangunlah
pancaindra menangkap hasil dari penyelidikan alam, dan mengambil
kesimpulan bahwa alam ini ada penciptanya. Dan pencipta tersebut bisa
dengan mudah mengadakan yang tidak ada dan sebaliknya.ujung ayat
ditutup dengan kata tegas, “Sesungguhnya Allah atas tiap-tiap sesuatu
adalah Maha Kuasa.37

36
Ibid.,165
37
Ibid., 166

20
d. Analisis Pendidikan

Dalam surat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia

melalui sebuah proses yang sistematis. Demikian pula bagi kita sebagai

manusia, kita harus senantiasa belajar selama hidup kita. Seperti halnya

pepatah arab mengatakan bahwa kita harus menuntut ilmu mulai dari

buaian ibu sampai ke liang lahat. Artinya kita harus terus belajar sejak kita

dilahirkan sampai kita meninggal dunia. Karena belajar itu juga harus

dilalui dengan proses dan waktu yang lama.

Dalam mahfudhot dijelaskan bahwa tuntutlah ilmu walaupun

sampai negeri Cina, dalam ayat ini pun juga sama. Bahwa kita sebagai

manusia seyogyanya harus terus menuntut ilmu dan mengamalkannya.

Karena dengan kematangan ilmu kita akan tau kedudukan kita di dunia ini.

Sehingga kita berfikir tentang sebegitu besarnya ciptaan Allah. Dengan

seperti itu manusia akan merasa bahwa walaupun mereka berfikir dan

pintar tetapi diatas kepintaaran mereka masih ada Allah yang Maha

menciptakan dan mentiadakan. Dengan hal ini pulamanusia akan ingat

bahwa tidak hanya kehidupan dunia saja tetapi, setelah kehidupan dunia

berakhir ada kehidupan akhirat yang akan kekal abadi

C. KESIMPULAN

Kewajiban belajar dan kewajiban mengajar sudah tertuang dalam


ayat-ayat al-Qur’an diantaranya dalam surat al-‘Alaq yang berisi tentang

21
perintah untuk membaca karena salah satu cara belajar adalah dengan
membaca. Belajar disini adalah bertujuan agar pendidikan Islam diarahkan
supaya manusia memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk
yang harus beribadah kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya di akhirat kelak.

Surat al-Ghasiyah ayat 17-20 menjelaskan kepada kita tentang


pentingnya mengkaji segala hal yang diciptakan oleh Allah SWT, karena dari
semua itu kita seharusnya mampu belajar tentang ilmu-ilmu pendidikan.

QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya Allah mewajibkan


kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan untuk
mempergunakan pikiran kita guna merenungkan alam, langit dan bumi
serta pergantian siang dan malam.

Dalam surat at-Taubah ayat 122 Allah menjelaskan bahwa betapa


pentingnya pendidikan Islam kepada masyarakat, sehingga Nabi sendiri
seolah-olah melarang kaum muslimin ikut berperang semuanya. Tetapi
harus ada sebagian dari mereka yang memfokuskan perhatiannya pada
usaha mendalami ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu agama Islam.
Q.S Al-Ankabut ayat 19-20 Dalam surat ini dijelaskan bahwa kita
sebagai manusia, kita harus senantiasa belajar selama hidup kita.menyebar
untuk mencari ilmu dan supaya kita mendapatkan hikmah bahwa inti dari
ilmu adalah semakin mendekatkan manusia kepada sang pencipta.

D. DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifa’i M. Nasib, Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I, Jakarta, Gema Insani


Press, 1999
.
Al-Quran dan terjemah, Jakarta:Darussalam Global Leader in Islamic
Book, 2004.

Depag RI, 1990, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid , Yogyakarta: PT.


Dana Bakti Wakaf

22
Gojali, Nanang, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif Tafsir
Hermeneutika, Jakarta: PT Reineka Cipta, 2004

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983,

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid Warna ,


Jakarta: Suhifa ,2014.

KKG PAI Kab. Ponorogo, MP3 Agama Islam. Materi Pengembangan


dan Pengayaan Pendidikan Agama Islam, Ponorogo: KKG PAI, 2018

Mustafa Al-Maragi, Ahmad, Terjemah Tafsir Al-Maragi 30,


Semarang: PT karya Toha Putra, 1993.

Mustafa Al-Maragi, Ahmad, Tafsir Al Maragi Juz IV, Semarang: PT.


Karya Toha Putra, 1993, Cet 2,

Musthofa Al-Maraghy, Ahmad, Tafsir Al-Maraghy 11, Semarang :


Karya Toha Putra, 1993.

Nata, Abudin M.A, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada,2002.

Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Mishbah,Jakarta, Lentera Hati, 2002.

http://santrikota.blogspot (diakses tanggal 20 Februari 2019)

23

Anda mungkin juga menyukai