Anda di halaman 1dari 12

Kelompok :3

Nama : Hafif Aulia Nur Rahman

No. : 13

Kelas : X MIPA 7

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS

A. Penyakit Newcastle (Newcastle Disease, ND)/Tetelo

1. Pengertian

Newcastle merupakan penyakit menular yang dapat menyerang semua jenis unggas
khususnya ayam. Penyakit ND termasuk kategori penyakit berbahaya dan mematikan karena dapat
menyerang ayam mulai dari anak ayam muda hingga dewasa. Di Indonesia penyakit ini juga
populer sebagai tetelo, diambil dari nama dalam bahasa Jawa, thèthèlo.

Penyakit ND merupakan penyakit yang meresahkan peternak karena menimbulkan angka


kematian yang cukup tinggi dan dapat mencapai 100%. Apabila ada seekor ayam terkena ND,
maka penyakit ini akan segera menular ke seluruh ayam lainnya dengan cepat.

2. Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramxoviridaera atau Paramyxovirus, suatu virus
RNA berkas tunggal dengan sekuens antisens negatif yang menyerang organ-organ seperti alat
pernafasan, syaraf dan sistem pencernaan. Penyebarannya terjadi saat pancaroba, kontak langsung
antara ayam yang sakit melalui udara dan binatang lainnya yang termasuk unggas, peralatan ternak
yang telah terkontaminasi virus melalui udara, dan pekerja kandang. Pertama kali virus ini diisolasi
dari Newcastle upon Tyne, Inggris, tahun 1926 oleh Doyle. Pada tahun yang sama, Kraneveld
berhasil mengisolasi virus pada unggas dari Bogor

Penyakit yang disebabkan oleh virus Paramyxo ini dikualifikasikan menjadi :

1. Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle
Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini mengakibtkan kematian hingga 100%.
2. Tipe yang lebih ringan disebut dengan Mesogenic. Kematian pada anak ayam mencapai
10%, tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian pada tingkat ini. Pada tingkat ini
ayam akan menampakkan gejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
3. Tipe lemah disebut dengan Lentogenic, merupakan stadium yang hampir tidak
menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun
dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat
sedikit gangguan pernapasan.

3. Gejala

Gejala yang tampak pada unggas yang terkena penyakit ini, antara lain :

1. Excessive mucous di trakea,


2. Gangguan pernapasan dimulai dengan megap-megap, batuk, bersin dan mendengkur
ketika bernapas,
3. Ayam tampak lesu,
4. Nafsu makan menurun dan lebih banyak diam,
5. Produktivitas telur menurun,
6. Kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah,
7. Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun (terkulai), otot tubuh
gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan
leher terpuntir,
8. Pada bagian pernapasan, keluar cairan sehingga menyebabkan ayam sulit untuk bernapas,
9. Bagian leher ayam terpuntir (tortikolis) dan berjalan sempoyongan,
10. Jika diderita oleh anak unggas seperti ayam maka akan segera berakhir dengan kematian.
Jika terjadi pada ayam dewasa maka antara 2-3 hari ayam akan segera mati.

4. Penanggulangan/Pengobatan

Penyakit yang disebabkan oleh virus Paramyxo sejauh ini belum ada obat yang dapat
menyembuhkan penyakit ini kecuali memperkuat kondisi unggas. Penanggulangan yang dapat
dilakukan sejauh ini adalah dengan melakukan tindakan pencegahan dengan cara vaksinasi
terhadap ayam yang sehat. Vaksinasi diberikan per oral (lewat mulut) kepada unggas yang sehat,
biasanya dicampurkan pada air minum. Untuk ayam yang telah terkena penyakit ND harus segera
dilakukan pemusnahan dengan memberikan vaksinasi aktif dan inaktif. Apabila ayam telah mati,
bangkainya harus segera dibakar.
B. Tungro
1. Pengertian

Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit pada tanaman padi (Oryza sativa).
Penyakit ini menyebar tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi juga dibeberapa negara Asia
lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Tungro merupakan penyakit pada
tanaman padi (Oryza sativa) yang disebabkan oleh virus yang biasanya terjadi pada fase
pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman padi tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah
anakan.

2. Penyebab

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang
Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus
(RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi
tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor)
tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah
spesies wereng hijau (Nephotettix virescen) dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix
virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.
Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman
yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan menghisap tanaman sehat tanpa melalui periode
laten dalam tubuh vektor. Hal ini dikarenakan kedua virus tersebut tidak mempunyai alat gerak
untuk berpindah dari suatu tempat ketempat lain.

Wereng hijau dapat mengambil kedua virus tersebut dari singgang, bibit voluntir (ceceran
gabah saat panen yang tumbuh), teki, dan eceng. Wereng hijau spesies N. virescens telah
mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Populasi
N.virescens jarang mencapai kepadatan populasi tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan
langsung. Adanya kebiasaan pemencaran imago terutama di daerah tanam tidak sermpak,
meskipun populasinya rendah apabila ada sumber inokulum efektif menyebarkan tungro.

3. Gejala

Gejala yang tampak pada padi yang terkena penyakit tungro, antara lain :

1. Perubahan warna pada daun muda menjadi kuning sampai kuning jingga dan dimulai dari
ujujng daun,
2. Terdapat bercak-bercak pada daun padi,
3. Tanaman padi menjadi kerdil,
4. Jumlah anakan sedikit,
5. Pertumbuhannya terhambat,
6. Menurunnya jumlah malai per rumpun,
7. Malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah,

Berat dan ringannya gejala yang yang tampak menunjukkan tingkat keparahan penyakit pada
tanaman padi yang terinfeksi virus tungro. Tingkat keparahan penyakit tungro sendiri tergantung
pada tingkat ketahanan varietas padi dan umur tanaman padi pada saat terinfeksi. Tanaman padi
yang muda umumnya lebih rentan terhadap infeksi virus tungro dibandingkan tanaman tua.

Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya:
Ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas
peka, dan kondisi lingkungan yang memungkinkan. Namun keberadaan vektor yang mengandung
virus adalah faktor terpenting. Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan
varietas dan stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi vektor
tinggi akan menyebabkan tingginya intensitas serangan tungro. Ledakan tungro biasanya terjadi
dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman yang tidak serempak.

4. Penanggulangan/Pengobatan

Cara penanggulangan agar tanaman padi tidak terserang penyakit tungro, antara lain :

1. Waktu tanam tepat singgang merupakan sumber inokulum virus tungro. Agar terhindar dari
infeksi virus yang berasal dari singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 hari
setelah pengolahan tanah selesai dan tidak ada lagi singgang. Tanam diupayakan seawal
mungkin sehingga pada saat populasi wereng hijau mencapai puncak, tanaman padi sudah
berumur > 60 hst dan lebih tahan tungro. Waktu tanam yang tepat dapat ditentukan dengan
memperhatikan fluktuasi populasi wereng daun hijau dan keberadaan tungro tahunan.
Waktu tanam yang tepat adalah saat tanam yang dapat menghindarkan tanaman pada saat
fase rentan (≤ 30 hst) tidak bertepatan dengan tekanan tungro tinggi (populasi wereng hijau
dan keberadaan gejala tungro tinggi),
2. Jangan memindahkan/menggunakan bibit dari daerah endemis tungro,
3. Untuk membatasi keberadaan umur tanaman yang rentan terhadap perkembangan dan
penularan virus tungro, maka dilakukan upaya tanam serentak pada hamparan seluas-
luasnya/unit hamparan pengairan,
4. Dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi/bukan inang virus tungro,
5. Penggunaan varietas tahan sesuai dengan keadaan setempat. Varietas tahan virus tungro,
antara lain: Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo.
Sedangkan varietas agak tahan virus tungro, antara lain yaang baru dilepas tahun 2009,
yaitu Inpari 8 dan Inpari 9,
6. Penanaman varietas tahan yang sama secara terus menerus di areal yang luas akan
memberikan tekanan seleksi yang tinggi bagi vektor dan virus. Hal ini akan memunculkan
strain/koloni baru yang dapat mematahkan varietas tahan. Wereng hijau dikenal cepat
beradaptasi terhadap varietas tahan, dengan demikian pergiliran varietas dapat mencegah
atau menunda munculnya strain/koloni baru,
7. Eradikasi dilakukan dengan cara pengolahan tanah dan pembenaman sumber tungro, untuk
menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus menekan terjadinya
penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi dilakukan dengan cara mencabut dan
membenamkan tanaman terserang, turiang/singgang dan rumput yang menjadi inang,
8. Di daerah endemis tungro dilakukan aplikasi insektisida butiran 6 kg/500 m2 sehari
sebelum sebar benih. Apabila diperlukan di pertanaman dilakukan aplikasi insektisida
sehari sebelum tanam dengan dosis sesuai anjuran. Aplikasi insektisida di persemaian dapat
juga dilakukan apabila nilai indeks tekanan tungro > 75, dan pada pertanaman apabila saat
berumur < 3 mst ditemukan 2 rumpun tanaman terserang tungro per 100 rumpun,
disamping terus dilakukan sanitasi terhadap tanaman sakit.

C. Mosaik

1. Pengertian

Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan
penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain. Tomat,
adalah salah satu tanaman yang rentan terkena penyakit yang diakibatkan oleh serangan virus,
virus pada tanaman tomat dikelompokkan pada penyakit penting di berbagai negara.

Menurut Oshima (1979), ada enam jenis virus yang sering menyerang tanaman tomat di
Jepang di antaranya : Virus mosaic tembakau (TMV), virus mosaik ketimun atau cucumber mosaic
virus (CMV), virus streak ganda atau double streak virus (DSV), virus bercak layu tomat atau
tomato spotted wilt virus (TSWV) , virus kerupuk tomat atau leaf curl virus (TLCV) dan virus
kentang Y atau potato virus Y (PVY). Selama ini, penyakit virus yang dominan dan seringkali
menyerang tanaman tomat adalah TMV (Tobacco mozaic virus). Kehadiran TMV yang berat dapat
menekan produktifitas hingga 0,2 sampai 50% tergantung varietas.

2. Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh virus mosaic tembakau (Tobacco mosaic virus/ tobamovirus
= TMV), yang dahulu dikenal sebagai Marmor tabaci Holmes, yang juga disebut sebagai Nicotana
virus 1 (Mayer) Smith. Virus yang terdapat pada tomat biasa juga disebut sebagai virus mosaic
tomat (Tomato mosaic virus = ToMV), dan dikatakan ToMV memiliki hubungan yang erat dengan
strain-strain TMV. Virus ini memiliki titik inaktivasi pemanasan 94ºC, titik pengenceran terahir 1
: 1.000.000. Dalam daun tembakau, virus sanggup bertahan sampai puluhan tahun. Zarahzarah
(virion) virus mosaic tembakau berbentuk batang-batang yang panjangnya 280 nm dan tebalnya
15nm.

Adapun klasifikasi Tobacco mosaic virus (TMV) adalah sebagai berikut:


Group : Group IV ((+)ssRNA)
Genus : Tobamovirus
Species : Tobacco mosaic virus

3. Gejala

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman yang terserang penyakit mosaik, antara lain :

1. Bercak-bercak kuning/hijau muda pada daun yang menyebar, seperti mosaik,


2. Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat bagian hijau yang biasa,
sehingga daun menjadi berkerut atau terpuntir,
3. Jika semai trinfeksi segera setelah muncuk, semai dapat mati,
4. Jika tanaman terinfeksi sejak awal, buah hanya menjadi kecil, bentuknya menyimpang, dan
pada dinding buah mungkin terjadi bercak-bercak nekrotik,
5. Jika mosaik tembakau dan mosaik mentimun mengadakan infeksi secara bersamaaan,
maka pada batang dan buah akan terjadi garis-garis hitam yang terdiri atas jaringan mati.

4. Penanggulangan/Pengobatan

Cara penanggulangan/pengelolaan penyakit ini, antara lain :

1. Tidak merokok selama bekerja di pertanaman tomat, khususnya pada waktu bekerja di
persemaian dan pada waktu memindahkan tanaman,
2. Persemaian diperiksa dengan teliti, bibit yang sakit dicabut agar tidak menjadi sumber
infeksi. Sekitar persemaian dibersihkan dari gulma, terutama gulma yang dapat menjadi
inang sekunder seperti dari suku terung-terungan (Solanaceae),
3. Diusahakan tanaman, khususnya yang masih muda tidak terlalu banyak dipegang dan tidak
dipegang terlalu keras, misalnya pada saat pemangkasan,
4. Proteksi silang atau premunisasi. Tanaman ditulasi dengan strain virus yang lemah untuk
melindunginya terhadap infeksi strain virus yang kuat.

D. Rubeola/Campak

1. Pengertian

Penyakit Campak (Rubeola/campak 9 hari/measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan
Paramyxovirus.

Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah
ruam kulit ada.

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal terhadap penyakit ini.

2. Penyebab

Campak, rubeola (bukan rubella = Campak Jerman), atau measles (di beberapa daerah
disebut juga sebagai tampek, dabaken, atau morbili) adalah penyakit infeksi yang menular atau
infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak
disebabkan oleh paramyxovirus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah
10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang
yang rentan terhadap campak, antara lain :
1. Bayi berumur lebih dari 1 tahun,
2. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi,
3. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

3. Gejala

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:

1. Panas badan,
2. Nyeri tenggorokan,
3. Pilek Coryza,
4. Batuk (Cough),
5. Bercak Koplik,
6. Nyeri otot,
7. Mata merah (Conjuctivitis).

2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (Bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala di atas. Ruam
ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan
yang menonjol). Pada awalnya, ruam tampak di bagian wajah depan, di bawah telinga, serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40 derajat Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik
dan ruam yang tersisa segera menghilang.

Demam, kelelahan, pilek, batuk, dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti
dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari
hingga 7 hari.

4. Penanggulangan/Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk
menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan
antibiotik. Maka dari itu, harus berjaga-jaga.

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps,
measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk
MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan
yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

Terdapat juga vaksin MMRV, suatu kombinasi vaksin MMR dan vaksin cacar air
(varicella). Dengan adanya kombinasi ini, maka tata laksana vaksinasi lebih sederhana, karena
jumlah penyuntikan lebih sedikit dan lebih murah. Tetapi untuk anak-anak berusia 2 tahun atau
kurang, vaksin MMRV lebih memiliki efek samping dibandingkan pemberian vaksin MMR dan
vaksin cacar air secara terpisah dalam satu hari. Terjadi penambahan kejadian febrile seizures yang
terjadi 7 hingga 10 hari setelah vaksinasi, penambahan kejadian demam ringan dan penambahan
kejadian gatal-gatal seperti kena campak. Tetapi vaksinasi MMRV pada usia 4 sampai 6 tahun
tidak ada bukti penambahan kejadian febrile seizure dibandingkan pemberian vaksin MMR dan
vaksin cacar air secara terpisah.

E. Demam Kuning
1. Pengertian

Demam kuning adalah infeksi virus yang disebarkan oleh nyamuk, Aedes dan Haemagogus
spp. Untuk dicatat, bahwa nyamuk pembawa demam kuning kebanyakan menggigit pada siang
hari. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang secara langsung. Apabila seseorang digigit
nyamuk terinfeksi, gejala biasanya muncul 3-6 hari kemudian. Orang yang terinfeksi virus ini
mengalami jumlah virus yang banyak dalam darahnya dan menyebarkan virus ke nyamuk segera
sebelum demam dan pada 3–5 hari pertama sejak sakit.

2. Penyebab

Penyakit ini lazim di Amerika Selatan tropis dan di sub-Sahara Afrika (antara 15º LS-15º
LU). Penyebaran virus demam kuning di pedesaan Afrika Barat adalah musiman, dengan
peningkatan risiko selama akhir musim hujan dan awal musim kemarau (biasanya Juli–Oktober).
Meskipun demikian, virus demam kuning terkadang disebarkan oleh A. aegypti di musim kemarau
baik di pedesaan, maupun di pemukiman padat di kota. Risiko infeksi di Amerika Selatan tertinggi
selama musim hujan (Januari-Mei, dengan puncaknya pada Februari dan Maret).
Demam kuning mempunyai tiga tahap, yaitu :

1. Tahap awal : Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, demam, wajah kemerahan, nafsu makan
hilang, muntah, dan kulit kekuningan adalah lazim.. Setelah sekitar 3-4 hari, biasanya
gejala hilang mendadak (remisi),
2. Tahap remisi : Setelah 3 - 4 hari, demam dan gejala lain menghilang. Kebanyakan penderita
akan pulih pada tahap ini, tetapi yang lain akan bergerak ke tahap ketiga, tahap paling
berbahaya (tahap keracunan) dalam 24 jam,
3. Tahap keracunan: Gangguan fungsi berbagai organ muncul, termasuk gagal jantung, hati,
dan ginjal, gangguan pembekuan darah, perdarahan, dan gangguan fungsi otak seperti
ngigau, kejang, koma, syok, dan kematian.

3. Gejala

Gejala terkena penyakit demam kuning, antara lain :

1. Irama jantung tak teratur,


2. Gangguan fungsi jantung,
3. Perdarahan (dapat berkembang ke perdarahan berat),
4. Koma,
5. Kencing sedikit,
6. Ngigau,
7. Demam,
8. Nyeri kepala,
9. Badan kuning,
10. Nyeri otot (mialgia),
11. Kemerahan pada mata, wajah, dan lidah,
12. Kejang,
13. Muntah,
14. Muntah darah.

4. Penanggulangan/Pengobatan

Berat atau ringannya demam kuning bervariasi. Infeksi berat dengan perdarahan di dalam
dan demam (demam berdarah) membunuh sampai separuh jumlah kasus. Penderita demam kuning
lanjut mungkin memperlihatkan tanda gagal hati, ginjal, dan syok. Tak ada pengobatan khusus
untuk demam kuning. Pengobatan untuk gejala meliputi :
1. Produk darah untuk perdarahan berat,
2. Cuci darah untuk gagal ginjal,
3. Cairan melalui pembuluh balik (cairan infus).

Apabila akan bepergian ke daerah di mana demam kuning lazim, maka harus :

1. Tidur di rumah terlindung dari nyamuk,


2. Gunakan pengusir nyamuk,
3. Kenakan pakaian menutup seluruh tubuh anda.

F. Penyakit Kuning pada Cabai/Gemini Virus

1. Pengertian

Penyakit bulai atau yang sering disebut dengan Gemini virus adalah virus kuning yang
dapat menyerang tananaman cabai dengan cara ditularkan karena pada virus kuning tersebut tidak
dapat menular dengan cara gesekan daun ataupun udara, tidak memiliki gen jantan atau betina, dan
tidak memiliki klorofil.

2. Penyebab

Penyakit kuning cabai di Indonesia disebabkan oleh virus dari kelompok/Genus


Begomovirus (singkatan dari: Bean golden mosaic virus), Famili Geminiviridae. Geminivirus
dicirikan dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20
nm. Di Kuba, penyakit kuning pada cabai disebakan oleh Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV).

Virus ditularkan oleh kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci) secara persisten yang
berarti selama hidupnya virus terkandung di dalam tubuh kutu tersebut. Virus tidak ditularkan
lewat biji dan juga tidak ditularkan lewat kontak langsung antar tanaman.

3. Gejala

Tanaman cabai yang terserang virus ini menunjukkan gejala :

1. Daun menguning cerah/pucat,


2. Daun keriting (curl),
3. Daun kecil-kecil,
4. Tanaman kerdil,
5. Bunga rontok,
6. Tanaman tinggal ranting dan batang saja, kemudian mati,
7. Infeksi virus pada awal pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
tidak menghasilkan bunga dan buah.

Gejala kuning dapat dilihat dari kejauhan. Sedangkan gejala pada tanaman tomat adalah
berupa tepi daun menguning atau pucat dan melekuk ke atas seperti mangkok (cupping),daun
mengeras, daun mengecil dan tumbuh tegak, tanaman menjadi kerdil apabila terinfeksi virus
sejak awal pertumbuhan.

4. Penanggulangan/Pengobatan

Pengendalian penyakit yang dianjurkan adalah dengan menerapkan Manajemen Kesehatan


Tanaman, artinya tanaman harus dikelola agar selalu tetap sehat karena tanaman yang sehat akan
lebih tahan terhadap infeksi virus. Pengendalian penyakit meliputi :

1. Pengolahan tanah dan pemupukan berimbang,


2. Penggunaan bibit sehat, yaitu:

a) Pengerudungan persemaian menggunakan kain kasa/kelambu,


b) Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit,
c) Semai dilindungi dengan pestisida nabati seperti nimba, ekstrak tembakau, dsb,
d) Perlindungan dengan pestisida kimiawi dapat dilakukan secara bijaksana.

3. Sanitasi lingkungan di sekitar penanaman cabai termasuk menghilangkan gulma dan


eradikasi tanaman sakit sejak awal pertumbuhan,
4. Mengatur waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular,
jarak tanam yang tidak terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inang dari virus maupun serangga,
5. Pengendalian dengan insektisida kimiawi secara bijaksana, misalnya yang berbahan aktif
imidacloprid, penyemprotan kutu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam
06:00-10.00,
6. Tanaman tahan atau toleran terhadap virus maupun serangga penular.

Anda mungkin juga menyukai