Anda di halaman 1dari 143

KIMIA DASAR

UNTUK FISIKA

SUDARLIN
KIMIA DASAR UNTUK FISIKA
Penyusun : Sudarlin
Editor : Sudarlin
Edisi : Pertama
Cetakan : Pertama

LISENSI BUKU

This work is licensed under the Creative Commons Attribution Non-


Commercial 4.0 International License. To view a copy of this license,
visit http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/.

Omah Ilmu
Alamat : Pogung Rejo, Sleman, Yogyakarta
Telp : 081226931661
Web : omah-ilmu.co.nr
Email : allink.wadjo@gmail.com

Sudarlin,
KIMIA DASAR UNTUK FISIKA/Sudarlin
edisi pertama – Yogyakarta: Penerbit Buku, 2010
cetakan pertama, iv + 140 hal, 14.8 x 21 cm.

Seri Buku Elektronik

Kimia Judul

ii

| Kimia Dasar untuk Fisika


PENGANTAR
Fisika, biologi, kimia, astronomi, dan geologi dikenal
sebagai ilmu sains, yaitu ilmu yang belajar tentang materi
alam. Entah, itu materi hidup atau materi mati. Bedanya
hanya sedikit. Fisika adalah ilmu yang mempelajari materi
fisik dan perilakunya. Biologi adalah ilmu yang mempelajari
materi hidup dan prosesnya. Kimia adalah ilmu yang
mempelajari sifat dan perubahan materi fisik dan materi
hidup. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari materi di
ruang angkasa dan fenomenanya. Geologi adalah ilmu yang
mempelajari materi di bumi dan strukturnya.
Andai ilmuwan zaman klasik ada pada zaman ini,
mungkin mereka akan bingung harus diposisikan pada
bidang ilmu yang mana karena mereka merasa telah
mempelajari semuanya. Ilmuwan filsafat sains Yunani seperti
Pythagoras, Demokritos, Plato, Aristoteles, dll dikenal sebagai
orang yang ahli dalam berbagai bidang. Demikian halnya
dengan ilmuwan sains dari Arab juga dikenal sebagai orang
yang ahli dalam berbagai bidang. Al-Khindi ilmuwan yang
hidup pada abad ke-9 dikenal sebagai ahli fisika, kimia,
matematika, geografi, farmasi, dan kedokteran. Ibnu Sina
seorang ahli kedokteran juga dikenal sebagai ahli farmasi,
dan psikologi.
Oleh karena itu, seseorang yang menggeluti bidang
sains tertentu dituntut pula memiliki pemahaman pada
bidang sains lainya, khusus konsep yang terkait langsung
dengan bidangnya. Saintis biologi yang mempelajari proses
respirasi perlu juga memahami bagaimana darah dapat
iii
mengikat oksigen. Demikian halnnya, saintis fisika yang
belajar tentang listrik perlu juga memahami bagaimana

Kimia Dasar untuk Fisika |


materi dapat menghasilkan listrik, misal melalui reaksi
redoks.
Harapannya, pemahaman secara komprehensif
tersebut akan mempermudah mahasiswa dalam memahami
konsep sains. Buku ini diharapkan menjadi salah satu alat
yang membantu mahasiswa memahami keterkaitan antara
fisika dan kimia. Mudah-mudahan buku ini dapat membantu
mahasiswa fisika dalam memahami konsep kimia yang
terkait dengan bidang ilmunya.

Penyusun

Sudarlin

iv

| Kimia Dasar untuk Fisika


DAFTAR ISI
PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
BAB 1 ANTARA KIMIA DAN FISIKA ................................................. 1
BAB 2 MATERI DAN PERUBAHANNYA .......................................... 6
A. Definisi Materi dan Wujudnya ................................................. 6
B. Materi Berdasarkan Penyusunnya ......................................... 9
C. Materi Berdasarkan Sifatnya ................................................. 10
D. Materi Berdasarkan Ukurannya........................................... 10
E. Sifat Fisika dan Kimia ............................................................... 11
F. Perubahan Fisika dan Kimia .................................................. 12
BAB 3 STRUKTUR ATOM DAN PARTIKELNYA........................ 14
A. Democritus: Partikel kecil tak dapat dibagi lagi ............ 14
B. Dalton: Tiap unsur memiliki atom yang identik ............ 16
C. Thomson: Elektron .................................................................... 18
D. Rutherford: Inti atom dikelilingi elektron ....................... 22
BAB 4 STRUKTUR ATOM DAN SPEKTRUMNYA ...................... 27
A. Spektrum Garis Atom ............................................................... 27
B. Model Atom Bohr ....................................................................... 31
BAB 5 PARTIKEL ATOM DAN SIFATNYA.................................... 33
A. Nomor Atom dan Nomor Massa ........................................... 33
B. Isotop, Isoton dan Isobar ........................................................ 34
BAB 6 STRUKTUR ATOM DAN POSISI ELEKTRON ................. 38
A. Gelombang sebagai Partikel .................................................. 38
B. Partikel Sebagai Gelombang .................................................. 40
C. Posisi Elektron Sesuai dengan Mekanika Kuantum ..... 40
D. Turunan Fungsi Gelombang Adalah Bilangan
Kuantum ........................................................................................ 41
E. Cara Menggunakan Bilangan Kuantum ............................. 46
BAB 7 HUKUM-HUKUM KIMIA DAN APLIKASINYA .............. 51
A. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser) ................. 51
B. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust) ............... 52
C. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton) ....... 55 v
D. Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay Lussac). ... 55
E. Hukum Avogadro........................................................................ 56
Kimia Dasar untuk Fisika |
BAB 8 REAKSI KIMIA DAN PERSAMAANNYA........................... 59
A. Reaksi Kimia ................................................................................. 59
B. Persamaan Reaksi Kimia ......................................................... 59
C. Menyetarakan Persamaan Reaksi........................................ 61
D. Contoh Reaksi Kimia ................................................................. 68
BAB 9 MASSA ATOM DAN MOLEKUL RELATIF ....................... 70
A. Massa Atom Relatif (Ar) .......................................................... 70
B. Massa Molekul Relatif (Mr) .................................................... 72
BAB 10 KONSEP MOL DAN PENGGUNAANNYA ...................... 74
A. Pengertian Mol ............................................................................ 74
B. Penggunaan Konsep Mol ......................................................... 75
BAB 11 STOIKIOMETRI KIMIA........................................................ 82
A. Kadar Zat........................................................................................ 82
B. Rumus Molekul dan Kadar Unsur dalam Senyawa....... 83
C. Rumus Empiris dan Rumus Molekul .................................. 84
D. Menentukan Rumus Kimia Hidrat....................................... 86
E. Menentukan Jumlah Reaktan dan Produk ....................... 88
BAB 12 SIFAT DAN HUKUM-HUKUM GAS ................................. 92
A. Wujud Materi .............................................................................. 93
B. Sifat-Sifat Gas ............................................................................... 94
BAB 13 TEORI TUMBUKAN DAN ENERGI AKTIVASI
REAKSI ................................................................................................... 110
A. Teori Tumbukan ...................................................................... 110
B. Energi Aktivasi ......................................................................... 111
BAB 14 REAKSI DAN PERHITUNGANNYA .............................. 114
A. Laju Reaksi ................................................................................. 114
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi........ 118
C. Konstanta Laju Reaksi ........................................................... 122
D. Orde Reaksi................................................................................ 123
E. Gabungan Rumus..................................................................... 127
F. Waktu Paruh ( t½ ).................................................................... 130

vi

| Kimia Dasar untuk Fisika


BAB 1
ANTARA KIMIA DAN FISIKA

Mahasiswa kimia belajar kimia dasar adalah sebuah


keniscayaan yang memang harus dilakukan, tidak usah
dipertanyakan. Tapi akan lain ceritanya, jika yang harus
belajar kimia dasar adalah mahasiswa fisika, maka kita harus
bertanya kenapa? Apa tujuannya?

Sama saja, semua belajar tentang materi


Fisika, biologi, kimia, astronomi, dan geologi dikenal
sebagai ilmu sains, yaitu ilmu yang belajar tentang materi
alam. Entah, itu materi hidup atau materi mati. Bedanya
hanya sedikit. Fisika adalah ilmu yang mempelajari materi
fisik dan perilakunya. Biologi adalah ilmu yang mempelajari
materi hidup dan prosesnya. Kimia adalah ilmu yang
mempelajari sifat dan perubahan materi fisik dan materi
hidup. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari materi di
ruang angkasa dan fenomenanya. Geologi adalah ilmu yang
mempelajari materi di bumi dan strukturnya.
Andai ilmuwan zaman klasik ada pada zaman ini,
mungkin mereka akan bingung harus diposisikan pada
bidang ilmu yang mana karena mereka merasa telah
mempelajari semuanya. Ilmuwan filsafat sains Yunani seperti
Pythagoras, Demokritos, Plato, Aristoteles, dll dikenal sebagai
1
orang yang ahli dalam berbagai bidang. Demikian halnya
dengan ilmuwan sains dari Arab juga dikenal sebagai orang

Kimia Dasar untuk Fisika |


yang ahli dalam berbagai bidang. Al-Khindi ilmuwan yang
hidup pada abad ke 9 dikenal sebagai ahli fisika, kimia,
matematika, geografi, farmasi, dan kedokteran. Ibnu Sina
seorang ahli kedokteran juga dikenal sebagai ahli farmasi,
dan psikologi.
Penerus-penerus mereka pun, seperti Isacc Newton
dikenal sebagai ahli fisika, matematika, dan kimia. Merie
Curie dikenal sebagai ahli fisika dan kimia. Bahkan beberapa
ilmuwan kontemporer seperti Eisntein, Planck, Rutherford,
Bohr, dll juga dikenal sebagai orang yang memahami banyak
disiplin ilmu.

Tapi, ilmu-ilmu ini harus dibagi


Iya…, itu bukan masalah. Ilmuwan kontemporer tentu
memiliki alasan melakukan pembagian ilmu. Ilmu sains harus
dibagi menjadi beberapa bidang ilmu karena kajiannya telah
semakin kompleks. Pembagian ini bertujuan untuk
mempermudah belajar pada tahap awal. Jika telah
mendalami dengan baik, maka pada titik puncaknya nanti
seorang ilmuwan akan memahami keterkaitan antar bidang
ilmu. Jadi, pembagian ini tidak bertujuan untuk
mendikotomikan ilmu sehingga membatasi keingintahuan
dan wawasan.

Kaitan kimia dan fisika


Jika melihat sisi sejarahnya, ilmu fisika lahir lebih
dahulu dibandingkan ilmu kimia. Bahkan, beberapa ilmuwan
fisika sempat merangkap sebagai ilmuwan kimia, seperti
Lavoiser, Dalton, Merie Curie, Rutherford, Bohr, Einstein, dll.
2 Awal perkembangan ilmu kimia juga sangat dibantu oleh
perkembangan ilmu fisika, seperti konsep energi,

| Kimia Dasar untuk Fisika


termodinamika, teori atom, mekanika kuantum, dll. Tidak
berlebihan jika dikatakan ilmu fisika adalah ilmu dasar sains.
Tapi, bukan berarti ilmu kimia tidak memberi
kontribusi terhadap perkembangan ilmu fisika. Temuan dan
isolasi berbagai jenis unsur radioaktif membantu ilmuwan
fisika mempelajari radioaktivitas dan energi nuklir. Teknik
pemurnian dan pemisahaannya senyawa kimia, sintesis
berbagai polimer, dan bahan kimia lainnya membantu
ilmuwan fisika mengembangkan fisika eksprimen.
Identifikasi, penemuan, serta klasifikasi unsur-unsur dalam
tabel periodik memudahkan ilmuwan fisika mengaplikasikan
berbagai jenis material. Termasuk konsep elektrokimia
memberikan sumbangsi besar tehadap perkembangan ilmu
listrik.
Perpaduan dua bidang sains ini telah melahirkan
banyak konsep, teori, dan aplikasi yang bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia. Pada
Titik puncak semua
tahap konsep dan teori, kedua ilmu adalah
ilmu ini saling melengkapi. Kajian mengenal Allah
ilmu seperti fisika kuantum, kimia yang menciptakan,
kuantum, nuklir, kimia fisika, memiliki,
fisika atom/molekul, optik, dll memelihara, serta
adalah bidang ilmu yang mengambil kembali
segala sesuatu..!!
dikembangkan berdasarkan
konsep-konsep ilmu kimia dan
fisika. Kedua konsep ilmu ini juga dipadukan dengan bidang
yain lain, seperti biokimia, biofisika, astrofisika, geofisika,
geokimia, pertambangan, forensik, dan lain-lain.
Pada tahap aplikasi, ilmu kimia menyiapkan dan
mengkarakterisasi bahan-bahan kimia, sementara itu ilmu 3
fisika menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
dimodifikasi dan diaplikasikan. Listrik, magnet, laser, bahan
Kimia Dasar untuk Fisika |
bakar/energi, mesin, material, alat-alat elektronik dan lain
sebagainya merupakan contoh temuan yang terus mengalami
perkembangan. Kedua ilmu ini saling melengkapi sehingga
bisa berkembang beriringan.
Meski demikian, tetap harus dipahami bahwa cabang
ilmu yang lain juga memberi andil yang besar, khususnya
matematika dan teknik. Hal ini memahamkan kepada tentang
keterpaduan masing-masing ilmu. Setiap harus bisa
diintegrasikan dan diiterkoneksikan, tanpa ada dikotomi
konsep dan aplikasi.

Titik puncak semua ilmu


Titik puncak semua ilmu adalah bersujud kepada
sang pencipta yang memiliki dan memelihara serta muara
kembalinya segala sesuatu. Dialah Allah Rabbul ‘alamin yang
Maha Agung. Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada
Allah-lah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari,
bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang
melata dan sebagian besar dari manusia? (al-Hajj:18)
Sains bukanlah tujuan hidup kita, dia hanya
perangkat yang seharusnya menjadikan kita dekat
kepadaNya. Tidak selayaknya kita angkuh dengan ilmu yang
kita miliki, karena itu akan menjadikan kita jauh dariNya.
Yang layak bagi kita adalah khusyuk dalam tasbih dan dzikir
pada tiap waktu yang kita jalani. Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring....(Ali-Imran:190).
4 Mungkin dalam perjalanan mengungkap sains ini, ada
banyak hal yang bisa meragukan kita, seakan-akan semuanya
terjadi begitu saja, serba kebetulan, seperti orang bermain
| Kimia Dasar untuk Fisika
dadu. Bahkan tak takut untuk mengatakan Tuhan hanya
bermain dadu, sampai dadunya terlempar, jatuh dan hilang.1
Maka ingatlah peringatan Allah “…apakah kamu mengira,
bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (al-Mu’minun:115)
Yang benar adalah Tuhan tidak sedang bermain dadu,
tapi bukan berarti juga segala sesuatunya bisa kita pahami
tanpa batas. Seakan-akan semua bisa diestimasi sabagai sains
secara deterministik, bahkan bisa menetukan arah dunia ini.
Ingatlah “… pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tidak
ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya,
dan tiada jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan
tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitabnya yang nyata” (al-An’am: 59).
Tak ada jalan lain, kecuali mengikhlaskan diri
menuntut ilmu yang akan mendekatkan kita padaNya.
Selamat belajar…

5
1 Kalimat ini diucapkan oleh ahli fisika, Stephen W. Hawking: “Tuhan tidak hanya bermain dadu,
Ia bahkan melemparnya ke tempat yang tidak kita ketahui. Kalimat ini mungkin untuk menjawab
pernyataan Albert Einstein yang mengatakan: “Tuhan tidak sedang bermain dadu”. Dua kalimat
yang perlu dikoreksi!!
Kimia Dasar untuk Fisika |
BAB 2
MATERI DAN PERUBAHANNYA

Saat aku bertanya kepada mahasiswa apa yang


dimaksud materi, sebagian mereka menjawab materi adalah
segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati
ruang. Aku ingin menyalahkan mereka saat itu, karena
cahaya yang selama ini dianggap sebagai gelombang, bukan
materi, ternyata memiliki sifat seperti materi. Cahaya
terbentuk dari foton yang tidak memiliki massa, tapi ia
memiliki momentum. Entahlah…, mungkin karena masih
pertemuan pertama, aku memilih untuk mengalah!

A. Definisi Materi dan Wujudnya


Okelah, kalau bagitu… materi memiliki massa2,
volume3, dan sifat, sehingga setiap materi memiliki wujud
tertentu. Jika kita melihat sebuah benda atau materi, maka
wujudnya bermacam-macam. Di lingkungan sekitar kita
mudah dijumpai materi seperti kayu, air, dan udara.
Berdasarkan wujudnya, maka materi dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas.

2 Massa merupakan ukuran yang menunjukkan kelembaman atau bertahannya suatu benda
terhadap suatu gaya yang bekerja pada benda tersebut. Massa kadang pula diartikan sebagai
6 ukuran yang menunjukkan jumlah materi yang menyusun benda tersebut. Satuan SI massa
adalah kilogram (kg). Massa (m) berbeda dengan berat (w). Berat merupakan gaya yang bekerja
pada suatu benda yang bermassa m dengan percepatan gravitasi (g) atau biasa disebut gaya
gravitasi.
3 Ukuran ruang 3 dimensi materi, satuan SI volume adalah meter kubik (m 3)

| Kimia Dasar untuk Fisika


Gambar 2.1. Bagan pengelompokan materi berdasarkan
wujudnya
Kita dengan mudah menemui materi yang berwujud
gas, seperti: udara, gas bumi, gas elpiji, uap air, dan lainnya.
Untuk yang berwujud cair, mudah kita temui dalam
kehidupan sehari-hari kita seperti: air, minyak goreng,
alkohol, bensin, solar, larutan gula, air laut. Demikian pula
materi dalam wujud padat, terdapat dalam lingkungan
sekitar kita dan yang paling sering kita jumpai seperti: baja,
batu, gelas, kaca, kayu, kapur dan sebagainya.
Perbedaan ketiga macam wujud materi tersebut
adalah kemungkinan untuk dimampatkan (komprisibel), sifat
fluida, bentuk, dan volumenya. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel 2.1.

Kimia Dasar untuk Fisika |


Tabel 2.1. Perbedaan ketiga macam wujud materi berdasarkan
kemungkinan untuk dimampatkan

8 Jika belum jelas bedanya, tabel berikut akan


memberikan kesimpulannya, mudah-mudahan.

| Kimia Dasar untuk Fisika


Volume Bentuk
Suhu naik Kompresibel
tertentu tertentu
Padat ekspansi
ya ya tidak
kecil
Cair ekspansi
ya tidak tidak
kecil
Gas ekspansi
tidak tidak ya
besar
Praktis hanya di ruang hampa yang tidak berisi
materi. Ya iyalah, namanya juga ruang hampa. Piye tho?... Tp,
ngomong-ngomong nih ya.., api dan pelangi itu termasuk
materi atau bukan? Kalo iya kenapa, kalo bukan kenapa? Dia
punya warna, dan bisa dilihat lho!! Ini jadi PR ya!!

B. Materi Berdasarkan Penyusunnya


Materi dapat tersusun dari substansi murni yaitu
materi yang mempunyai sifat dan komposisi tertentu.
Substansi murni dapat berupa unsur atau senyawa. Materi
juga dapat tersusun dari senyawa campuran, yang tercampur
secara homogen atau heterogen. Ahh.., biar gak ribet lihat
gambar di bawah ini aja ya:

Kimia Dasar untuk Fisika |


Gambar 2.4. Skema klasifikasi materi
Partikel yang membentuk unsur disebut atom, akan dibahas
pada bab kedua.

C. Materi Berdasarkan Sifatnya


1. Sifat ekstrinsik, yaitu sifat yang besarnya bergantung
pada jumlah/ukuran materi. Contoh: massa, berat,
volume
2. Sifat intrinsik, yaitu sifat yang tidak bergantung pada
jumlah/ukuran materi. Contoh: bau, warna, rasa, massa
jenis, titik didih, sifat kimia (misalnya:
keelektronegatifan, kereaktifan, energi ikatan).

D. Materi Berdasarkan Ukurannya


1. Makroskopik, dalam jumlah yang cukup besar/banyak
sehingga dapat dilihat/diamati dengan jelas tanpa
10 menggunakan alat bantu.

| Kimia Dasar untuk Fisika


2. Mikroskopik, dalam jumlah sangat kecil, sehingga hanya
dapat diamati dengan baik menggunakan alat bantu
khusus, seperti SEM (Scanning Electron Microscope).

E. Sifat Fisika dan Kimia


1. Sifat fisika, yaitu sifat yang berhubungan dengan
penampilan fisik yang biasanya dapat diamati dari luar
materi. Sifat fisik ini tidak menyebabkan terbentuknya
zat lain. Contoh: warna, bau, rasa, titik didih, massa jenis.
2. Sifat kimia, yaitu sifat khas yang menjadi identitas dasar
materi yang dapat diamati di dalam materi tersebut. Sifat
kimia ini berhubungan dengan perubahan menjadi zat
lain (menyebabkan terbentuknya zat lain). Contoh:
keelektronegatifan, kereaktifan, energi ionisasi, energi
ikatan.

11

Kimia Dasar untuk Fisika |


F. Perubahan Fisika dan Kimia
Perubahan fisika (perubahan fisik), yaitu perubahan
pada wujud atau penampilan fisik (sifat fisik) tetapi identitas
dasarnya (sifat kimianya) tetap (masih materi semula).
Perubahan fisika ini tidak menghasilkan zat lain. Contoh: lilin
meleleh karena dipanaskan, air menguap, kayu dibuat
menjadi bangku, dll.

Gambar 2.5. Enam bentuk perubahan fisika


12

| Kimia Dasar untuk Fisika


Perubahan kimia, yaitu perubahan pada identitas
dasar (sifat kimia), sehingga materinya berbeda dengan
materi semula. Perubahan kimia ini menghasilkan materi lain
(materi baru). Contoh: lilin terbakar, kayu melapuk, besi
berkarat, dll.
Ciri-ciri yang mengindikasikan adanya perubahan
kimia :
1. Perubahan warna
2. Perubahan bau
3. Pembentukan gas
4. Timbulnya cahaya
5. Pembentukan endapan baru
6. Perubahan pH.
Contoh : Gula adalah senyawa yang mudah terurai
(dekomposisi) dengan pemanasan menjadi senyawa yang
lebih sederhana, misalnya karbon hitam (arang), yang tidak
dapat terurai lagi baik secara fisika maupun kimia, tetapi
dapat berubah struktur dan sifatnya menjadi grafit dan intan.

Soal Latihan
1. Suatu zat mempunyai titik beku 50oC. Pada suhu kamar
(25oC) zat tersebut dalam fasa apa? Padat, cair, atau gas?
Mengapa? Berikan penjelasannya!
2. Apakah api dan pelangi dapat digolongkan sebagai
materi? Berikan alasannya!
3. Apakah beton termasuk perubahan kimia atau bukan?
Berikan alasannya! 13

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 3
STRUKTUR ATOM DAN PARTIKELNYA

Kimia belajar tentang materi, materi tersusun dari


atom, jadi kalo mau tahu tentang kimia kita harus belajar
atom dulu dunk!! Begitulah kira-kira…, kalo iya mari kita
mulai dari sejarahnya!!

A. Democritus: Partikel kecil tak dapat dibagi lagi


Pada zaman dahulu kala (± 460 SM), hiduplah dua
orang filsuf di negeri Yunani, namanya Leukippos dan
Demokritus. Suatu hari mereka sedang menikmati indahnya
pemandangan pantai Aegea (emang dulu udah ada pantai
pho??). Saat sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba Leukippos
bertanya kepada muridnya, Demokritus, dengan pertanyaan
aneh.
Leukippos: “Tus…, coba deh kamu perhatiin air laut itu,
mungkin gak air laut itu mirip dengan butiran-butiran pasir
yang kita injak ini?”
Demokritus: (kaget, dan justru balik nanya) “maksud guru
apa, kok pertanyaannya aneh githu, aq kagak ngerti!”.
Leukippos: “Maksud guru.., kalo mata kita dibwt lebih peka
lagi, mungkin gak air laut tuh keliatan seperti butiran-butiran
pasir nih?
14 Demokritus: “Mungkinkah…, entahlah guru…, aq mau minum
es kelapa muda aja, haus nih, sorry ya!!

| Kimia Dasar untuk Fisika


Diam-diam sambil
minum es, ternyata Kalo anggur itu kan manis,
jadi masuk ke
Demokritus masih kerongkongan jalannya
memikirkan pertanyaan mulus, karena bentuk
gurunya tadi. Iapun terus atomnya emang bulat dan
berkhayal memikirkan halus-halus. Beda ama
seandainya batok kelapa atom Kina yang bentuknya
yang ia pegang dipecah kasar dan sukar masuk
kerongkongan karena
terus-menerus, pasti akan
rasanya puaahit buanget!!
sampai pada titik dimana
batok itu tidak bisa dipecah
lagi. Sejak itulah dia
memperkenalkan istilah atom (a = tidak, tomos = terbagi).
Sayangnya, waktu itu belum ada komputer dan mesin
cetak, so Demokritus gak sempat nulis buku. Untung ada
Lucretius (96 SM-55 SM) yang jago bikin puisi, dia nulis puisi
yang judulnya "de rerum natura" (tentang hakikat benda).
Dalam puisinya itu, Lucretus menginterpretasikan pikiran
Demokritus bahwa atom itu punya bentuk yang khas sesuai
dengan rasa dan fungsinya. “ Kalo anggur itu kan manis, jadi
masuk ke kerongkongan jalannya mulus, karena bentuk
atomnya emang bulat dan halus-halus (gambar a), beda ama
atom Kina yang bentuknya kasar dan sukar masuk
kerongkongan karena rasanya puaahit buanget!! (gambar b)”.
Haha…, namanya juga orang ngarang!! Ada-ada aja orang
tempoe doeloe..

15

Kimia Dasar untuk Fisika |


Meski sedikit lebih masuk akal, teori ini tetap kalah
bersaing dengan teori empat unsur (air, tanah, udara, dan
api) yang diusulkan oleh Aristotoles (384 SM-322 SM).
Waktu itu Aristoteles sangat disegani (karena tubuhnya
gemuk kali yee, hehe..), so teorinya Demokritus dianggap in
heretikal (berlawanan dengan teori yang umum diterima).
Tapi, dua ribu tahun setelahnya, banyak orang mulai
melirik kembali teori atom Demokritus. Mereka adalah filsuf
Prancis Rene Descartes (1596-1650), filsuf Jerman Gottfried
Wilhelm Freiherr von Leibniz (1646-1716), ilmuwan Inggris
Sir Issac Newton (1642-1727), dan guru SMA di Manchester
John Dalton (1766-1844).

B. Dalton: Tiap unsur memiliki atom yang identik


Berdasarkan perkembangan ilmu kimia eksperimen
yang terjadi di Mesir dan Arab, khususnya reaksi-reaksi
kimia yang dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim4,
Dalton mulai merumuskan teori atom yang lebih modern.
Pada tahun 1803, Dalton menjelaskan bahwa atom memiliki
bentuk yang sama, hanya ukuran dan massanya saja yang

4 Saat itu teori 4 unsur Aristoteles telah ditinggalkan. Ilmuwan muslim mulai memperkenalkan
16 unsur-unsur kimia sebagai substansi murni, seperti oksigen, karbon, belerang, emas, dsb. Para
ilmuwan juga sudah mulai mengklasifikasikan materi berdasarkan wujud dan sifat-sifatnya.
Gampangannya, ilmuwan tidak lagi spekulatif!! Fakta ini juga menjelaskan bahwa perkembangan
ilmu kimia modern yang sebenarnya berasal dari negeri muslim,. Tokohnya yang terkenal adalah
Jabir al-Hayyan, dll.
| Kimia Dasar untuk Fisika
berbeda. Unsur yang sama memiliki atom dengan ukuran dan
massa yang sama, tapi unsur yang gak sama pasti memiliki
atom dengan ukuran dan massa yang beda.5
Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa molekul
H2O, air, membutuhkan 1 gram hidrogen jika tersedia 8 gram
oksigen, bukan 2 x 8 = 16 gram hidrogen. Artinya, massa
oksigen dan hidrogen berbeda. Kenyataan ini disebut hukum
perbandingan tetap (Proust). Gak cuma itu, Dalton juga bisa
menjelaskan kalo atom dari unsur yang berlainan dapat
berikatan dengan perbandingan numerik yang sederhana.
Misal, satu atom A berikatan dengan satu atom B menjadi AB
atau satu atom A berikatan dua atom B menjadi AB2.
Proses itu disebut reaksi kimia. Pada reaksi kimia
yang terjadi hanyalah hanyalah penggabungan, pemisahan,
atau penyusunan ulang atom-atom. Reaksi kimia tidak
mengakibatkan penciptaan atau pemusnahan atom-atom,
jadi massa atom yang telah berikatan tidak akan berubah
berdasarkan hukum kekekalan massa (Lavoiser).

Berdasarkan teori tersebut, Dalton menggambarkan


atom seperti kelereng kecil yang halus, licin, keras dan tak
17

5Unsur yang dimaksud bukanlah 4 unsur yang pernah diutarakan oleh Aristoteles, tapi unsur-
unsur yang memiliki entitas tersendiri, seperti karbon, oksigen, belerang, dsb.
Kimia Dasar untuk Fisika |
dapat dipecah lagi. Emang kelerang gak bisa dipecah pho??
Ngarang lagi tuh…:P
Tapi, teori atom Dalton tidak dapat menerangkan
kenapa suatu materi dapat menghantarkan listrik. Penemuan
baterai volta dan elektrolisis oleh Davy dan Faraday tidak
dapat dijelaskan oleh atom Dalton. Bagaimana mungkin suatu
bola pejal dapat menghantarkan listrik, padahal listrik adalah
elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat
menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.

C. Thomson: Elektron
Kelemahan teori atom Dalton diperbaiki oleh JJ.
Thomson. Eksperimen yang dilakukannya menggunakan
sinar kotoda yang ditemukan William Crookes berupa sinar
yang muncul dari arah katoda ke anoda. Sinar tersebut dapat
memutar kincir dalam tabung. Artinya sinar tersebut adalah
aliran materi.

J.J. Thomson melewatkan sinar tersebut diantara dua


kutub listrik dan ternyata sinar tersebut dibelokkan ke arah
kutub positif medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat partikel bermuatan negatif dalam suatu atom.
18

| Kimia Dasar untuk Fisika


Partikel tersebut dinamakan elektron oleh George Johnstone
Stoney.6
Selain itu, Thomson juga menghitung besarnya
perbandingan massa dan muatan elektron menggunakan
sinar katoda tersebut seperti diperlihatkan pada gambar
berikut.

Pada gambar di atas kode C adalah katoda, A adalah


anoda, E adalah lempeng kondensor bermuatan listrik, M
adalah magnet dan F adalah layar berfluoresens.
 Berkas 1 : jika hanya digunakan medan listrik, berkas
sinar katoda dibelokkan ke atas menyentuh layar pada
titik 1.
 Berkas 2 : jika hanya digunakan medan magnit, berkas
sinar katoda dibelokkan ke bawah menyentuh layar pada
titik 2.
 Berkas 3 : jika medan listrik dan medan magnit memiliki
kekuatan yang sama, berkas sinar katoda akan lurus dan
menyentuh layar dititik 3.

19
6Sinar katoda tidak tampak, hanya melalui pengaruh fluoresensi dari bahan sinar ini dapat
dilacak

Kimia Dasar untuk Fisika |


Berdasarkan eksperimen tersebut, Thomson menghitung
rata-rata e/m (muatan per massa) sinar katoda adalah 1,759.
108 coulomb per gram.
Besarnya muatan elektron ditemukan oleh Robert
Andrew Milikan melalui percobaan tetes minyak Milikan
seperti gambar berikut:

Percikan tetes minyak dihasilkan oleh penyemprot


(A). Tetes ini masuk ke dalam alat melalui lubang kecil pada
lempeng atas sebuah kondensor listrik. Pergerakan tetes
diamati dengan teleskop yang dilengkapi alat micrometer
eyepiece (D). Ion-ion dihasilkan oleh radiasi pengionan
seperti sinar x dari sebuah sumber (E). Sebagian dari tetes
minyak memperoleh muatan listrik dengan menyerap
(mengadsorbsi) ion-ion.
Tetes minyak diantara B dan C hanya melayang-
layang, tergantung dari tanda (+ atau -) dan besarnya muatan
listrik pada tetes. Dengan menganalisis data dari jumlah
tetes, Milikan dapat menghitung besarnya muatan q. Milikan
menemukan bahwa tetes selalu merupakan integral
20 berganda dari muatan listrik elektron e yaitu: q = n.e
(dimana n = 1, 2, 3 ...).

| Kimia Dasar untuk Fisika


Nilai yang bisa diterima dari muatan listrik e adalah –
1,60219 x 10-19 Coulomb. Dengan menggabungkan hasil
Milikan dan Thomson didapat massa sebuah elektron adalah
9,110 x 10-28 gram.
Berdasarkan teori-teori tersebut, Thomson
menyatakan bahwa atom bukanlah partikel terkecil akan
tetapi terdiri dari partikel-partikel yang lebih kecil lagi. Ia
menggambarkan atom sebagai partikel yang bermuatan
positif dengan di sana-sini tertanam partikel lain yang
bermuatan negatif (seperti roti kismis). Jumlah partikel
yang bermuatan negatif itu adalah sedemikian rupa
sehingga keseluruhan atom secara elektris menjadi netral.

Sejarah penemuan elektron dapat dilihat pada tabel


berikut:

21

Kimia Dasar untuk Fisika |


D. Rutherford: Inti atom dikelilingi elektron
Asumsi yang disampaikan oleh Thomson dirasa
sangat lemah oleh Sir Ernest Rutherford. Ia dibantu dibantu
oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden menembakkan sinar
alfa pada pelat emas yang dapat digambarkan sebagai
berikut:

22

| Kimia Dasar untuk Fisika


Pada eksprimen tersebut ternyata sebagian besar
sinar alfa dapat menembus plat emas, dan sangat sedikit
partikel yang dipantulkan. Kejadian ini meyakinkan
Rutherford percaya bahwa sebagian besar volume atom
adalah ruang kosong, hampa!! Rutherford kemudian
memberi gambaran bahwa muatan positif atom
terkonsentrasi dalam ruang kecil di pusat atom (yang
kemudian disebut inti atom) dan dikelilingi oleh elektron-
elektron.
Inti atom inilah yang memantulkan partikel
radioaktif apabila kebetulan partikel ini menabrak inti
atom; sementara partikel yang tidak menabrak inti atom
akan melewati ruang kosong di sekitar inti atom. Jarak ruang
kosong tersebut bisa mencapai 100 ribu kali diameter inti
atom.
Penemuan Rutherford didukung pula oleh penemuan 23
Eugene Goldstein sebelumnya. Goldstein kembali
menggunakan sinar katoda seperti gambar berikut:
Kimia Dasar untuk Fisika |
Pada saat terbentuk elektron yang menuju anode, terbentuk
pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati
lubang pada katode. Setelah berbagai gas dicoba dalam
tabung ini, ternyata gas hidrogenlah yang menghasilkan sinar
muatan positif yang paling kecil baik massa maupun
muatannya, sehingga partikel ini disebut dengan proton.
Hasil perhitungannya menunjukkan massa protan adalah
1,673 x 10-24 gram (1 sma)7 dan muatannya +1,60219 x 10-19
coulomb. Biasanya proton dilambangkan 1 p .
1 8

Penemuan proton, ternyata belum memuaskan


karena massa atom yang sebenarnya masih lebih berat dari
massa proton dan elektron. Fakta ini memacu W. Bothe dan
H. Becker melakukan eksperimen penembakan partikel alfa
pada inti atom Berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel
berdaya tembus tinggi. Eksperimen ini dilanjutkan oleh
James Chadwick. Ternyata partikel yang menimbulkan
radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak
bermuatan dan massanya hampir sama dengan proton, yaitu
1,673 x 10-24 gram. Partikel ini disebut neutron dan
dilambangkan dengan 01n .
24
7 Jika dibandingkan dgn elektron, maka elektron bermassa 0 sma, jadi ini hanya untuk
menyederhanakan angka, dimana 1 sma = 1,66 x 10-24 gram
8 Mirip dengan ini, elektron dapat disimbolkan 0
1 e

| Kimia Dasar untuk Fisika


Berdasarkan
Logikanya, elektron itu harus
temuan-temuan tersebut terus bergerak, jika cuma
Rutherford diam, elektron akan bersatu
menggambarkan model dengan inti akibat tarikan
atomnya sebagai bola elektrostatik. Tapi, kalo
berongga yang tersusun elektron bergerak
dari inti atom dan mengelilingi inti seperti
planet mengelilingi matahari,
elektron yang
elektron akan mengalami
mengelilinginya. Inti atom percepatan dan akan
bermuatan positif dan kehilangan energi melalui
massa atom terpusat pada radiasi elektromagnetik
inti atom.
Namun, model
atom Rutherford yang terdiri atas inti dengan elektron yang
terdispersi di sekitarnya keok untuk menjelaskan banyak
fenomena. Logikanya, elektron itu harus bergerak, jika cuma
diam, elektron akan bersatu dengan inti akibat tarikan
elektrostatik (gaya Coulomb).

25

Kimia Dasar untuk Fisika |


Ha ini jelas tidak mungkin terjadi sebab atom adalah
kesatuan yang stabil. Tapi, kalo elektron bergerak
mengelilingi inti seperti planet mengelilingi matahari,
elektron akan mengalami percepatan dan akan kehilangan
energi melalui radiasi elektromagnetik. Akibatnya, orbitnya
akan semakin dekat ke inti dan akhirnya elektron akan jatuh
ke inti. Dengan demikian, atom akan memancarkan spektrum
yang kontinyu. Tetapi faktanya, atom ternyata stabil dan
diketahui memancarkan spektrum garis bukan spektrum
kontinyu?? Wow.., makin aneh aja!!

26

| Kimia Dasar untuk Fisika


BAB 4
STRUKTUR ATOM DAN SPEKTRUMNYA

Teori atom Rutherford tidak memuaskan banyak


ilmuwan, banyak hal yang tidak mampu dijawab dengan
baik, salah satunya adalah munculnya spektrum garis atom-
atom ketika memancarkan radiasi. Bagaimana spektrum
tersebut bisa muncul. Mari kita simak...

A. Spektrum Garis Atom


Kita gunakan cara yang paling mudah untuk
memahami kuliah ini. Ambil sebuah prisma, atau apa saja
yang mirip dengannya. Posisikan sedemikian rupa prisma
tersebut pada sinar matahari, hingga didapatkan warna-
warna pelangi. Coba perhatikan sinar tersebut, warna
mejikuhibiniu yang diperoleh akan bersambungan seperti
gambar di bawah ini. Fakta ini bukan sesuatu yang aneh bagi
kita, karena sejak SD kita sudah mempelajarinya, bahkan
sering menyanyikannya “pelangi-pelangi alangkah indahnya;
merah-kuning-hijau di langit yang biru;…., hehe…, ingat lagu
pas SD.

27

Kimia Dasar untuk Fisika |


So what.., apa hubungannya dengan atom?
Yee.., sabar tho!!! Sekarang ambil tabung gas hidrogen
(kalo punya), logam natrium juga boleh, merkuri, atau unsur
apa saja yang kamu punya. Panaskan hingga menghasilkan
cahaya. Lewatkan cahaya tersebut pada sebuah prisma,
seperti percobaan pertama di atas. Apa yang kamu peroleh?
Kalo pake tabung gas hidrogen, kamu akan melihatnya
seperti gambar di bawah ini:

Kamu pasti akan berkata benar!! Iya kan??


Ok…, sebelum kita teruskan, kita definisikan dulu
(kali aja masuk ujian, hehe..). Kalo gambar pertama disebut
spektrum kontinu (spektrum nyambung), kalo yang di bawah
disebut spektrum garis (spektrum putus-putus). Bedanya..,
kalo yang di atas didapatkan dari sinar matahari, yang di
bawah didapatkan dari sinar atom hidrogen.
Dan ternyata…, gak cuma atom hidrogen yang seperti
itu, semua atom yang lain kalo dipelakukan sama akan
memberikan spektrum garis. Nih beberapa contoh spektrum
garis atom yang lain:

28

| Kimia Dasar untuk Fisika


Apa gunanya spektrum atom ini?
Jawaban pertama diberikan oleh Rydberg. Kalian
tentu masih ingat bahwa tiap sinar memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Nah, prinsip ini digunakan oleh
Rydberg untuk menghitung panjang gelombang masing-
masing garis sinar dengan rumus:
1  1 1 
 R  2  2  cm 1
λ n nb 
 a
dimana na dan nb adalah bilangan bulat positif (na < nb) dan R
29
adalah tetapan khas untuk atom yang digunakan. Untuk atom
hidrogen, nilai R bernilai 1,09678 x 107 m–1. Dengan rumus

Kimia Dasar untuk Fisika |


ini Rydberg dapat menghitung panjang gelombang masing-
masing garis.

Kenapa atom berperilaku seperti itu?


Jawaban kedua diberikan oleh Neils Bohr. Dia
menghubungkan panjang gelombang masing-masing garis
dengan energi yang dimilikinya. Kalian tentu masih ingat
hubungan panjang gelombang dengan energi yang
dirumuskan oleh Planck:
hc
E  hv 
λ
Berdasarkan rumus di
atas, jika panjang gelombangnya Energi ini dilepaskan
kontan, tidak
beda, maka energinya juga akan diangsur, apalagi
beda. Menurut Bohr, munculnya ngutang ^_^, sehingga
spektrum garis tersebut dengan akan terekam hanya
energi yang tentunya berbeda pada satu garis
terjadi karena perbedaan posisi (ceritanya langsung
elektron. Elektron dalam inti atom tunai)
tersusun berdasarkan tingkat
energi tertentu yang disebut kulit elektron (n). Besarnya
energi (E) yang dimiliki oleh elektron pada n tertentu dapat
dihitung dengan rumus:
A
E 2
n
Energi ini akan tetap, selama elektron tidak berpindah
tempat. Tapi, kalo atom dipanaskan seperti percobaan di
atas, elektronnya loncat dari n besar ke n yang lebih kecil
(elektronnya turun pangkat). Karena turun pangkat, elektron
30
harus melepaskan energinya sebesar:

| Kimia Dasar untuk Fisika


 1 1 
E  R  2  2  cm 1
n nf 
 i
dimana elektron loncat dari kulit ni ke kulit nf (n adalah
bilangan bulat positif). Karena Bohr menggunakan atom
hidrogen, maka nilai R diperoleh sebesar 1,09730 x 107 m–1
(hampir mirip dengan yang didapatkan oleh Rydberg). Energi
ini dilepaskan kontan, tidak diangsur, apalagi ngutang ^_^,
sehingga akan terekam hanya pada satu garis (ceritanya
langsung tunai). Jika dari tiap kulit loncat 1 elektron, maka
akan dihasilkan berbagai garis sinar diskrit dengan panjang
gelombang yang berbeda, so muncullah spektrum garis.

B. Model Atom Bohr


Berdasarkan penjelasan di atas, Bohr
menggambarkan model atomnya berdasarkan gambar
berikut:

Jika disimpulkan: 31
1. Elektron mengorbit mengelilingi inti atom. Posisi orbit
tersebut disebut posisi statisioner.
Kimia Dasar untuk Fisika |
2. Selama berada pada posis statisionernya elektron
memiliki besaran yang spesifik (terkuantisasi).
3. Akan tetapi, energi akan dipancarkan jika elektron
meloncat dari tingkat energi tinggi ke tingkat energi lebih
rendah dan sebaliknya harus menyerap energi jika ingin
naik ke tingkat energi yang lebih tinggi.
(jangan pernah hafal apa yang saya tulis, percuma!!)

Sayang, model atom Bohr hanya akurat untuk atom


hidrogen atau atom yang sederhana. Untuk atom yang lebih
kompleks terjadi beberapa ketidakcocokan.
+Lalu..??
Gagal lagi model atom yang kita pelajari!!
+Hah.., udah belasan halaman, teori atom yang kita pelajari
belum benar, capek deh…
Hehe.., itulah faktanya.

32

| Kimia Dasar untuk Fisika


BAB 5
PARTIKEL ATOM DAN SIFATNYA

Masih penasaran dengan atom? Hehe..., entar ya...,


sabar dulu!! Sekarang, kita belajar dulu tentang partikel-
partikel atom yang telah ditemukan, biar gak lupa. Tadi kan
udah dijelasin kalo atom itu terdiri dari elektron, proton, dan
neutron. Nah, apa gunanya kita tahu tentang itu?? Mari kita
simak lagi...

A. Nomor Atom dan Nomor Massa


Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu
sama lain. Dengan penemuan partikel penyusun atom dikenal
istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A). Apakah itu? Nih
jawabnya…
1. Nomor atom (Z)
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom
yang diberikan lambang Z. Nomor atom ini merupakan ciri
khas suatu unsur. Jika atom bersifat netral, tidak ada elektron
yang lepas atau masuk, maka jumlah proton sama dengan
jumlah elektronnya. Sehingga nomor atom juga menunjukan
jumlah elektron untuk atom netral. Nomor atom ditulis agak
ke bawah sebelum lambang unsur. Contoh, atom oksigen
mempunyai 8 proton dan 8 elektron sehingga nomor
atomnya 8. 33

Kimia Dasar untuk Fisika |


2. Nomor Massa (A)
Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat
kecil, dianggap nol. Sehingga massa atom ditentukan oleh inti
atom yaitu proton dan neutron. Nomor massa ditulis agak ke
atas sebelum lambang unsur. Atom oksigen mempunyai
nomor atom 8 dan nomor massa 16, sehingga atom oksigen
mengandung 8 proton dan 8 neutron.
Kalo digambarkan, biasanya ditulis seperti ini:
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur

B. Isotop, Isoton dan Isobar


Setelah penulisan lambang atom unsur dan
penemuan partikel penyusun atom, ternyata ditemukan
beberapa unsur yang memiliki jumlah proton yang sama
tetapi memiliki massa atom yang sama dan ada pula
beberapa unsur yang memiliki jumlah neutron sama atau
massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda.
Agar bisa dibedakan, ilmuwan memberinya nama-
nama cantik sebagai berikut:
1. Isotop
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor atom
yang sama tetapi memiliki nomor massa yang berbeda.
Contoh :

p=7 p=7 p=7


e=7 e=7 e=7
34
n=6 n=7 n=8

| Kimia Dasar untuk Fisika


Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang
sama karena jumlah elektronnya sama. Isotop-isotop unsur
ini dapat digunakan untuk menentukan massa atom relatif
(Ar), atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan
massa atom semua isotop.

Oksigen di alam terdiri dari 3 isotop dengan kelimpahan


sebagai berikut

Hitunglah massa atom rata-rata (Ar) dari unsur oksigen ini?


Penyelesaian :

2. Isoton
Isoton adalah atom dari unsur yang berbeda, tapi
mempunyai jumlah neutronnya sama. Contoh 16
8O dengan
15
7N .

3. Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor
massa yang sama. Adanya isotop yang membuat adanya
isobar. Contoh : 35

Kimia Dasar untuk Fisika |


Sehingga antara dan merupakan isobar.

1. Hitunglah jumlah proton, elektron dan neutron dari


unsur berikut:
3 19 
a. b. 27
13 Al c. 9F

Penyelesaian :
a. Jumlah proton = 19
Jumlah elektron = 19 atom netral
Jumlah neutron =
39 – 19 = 20
b. 13 Al
27 3  Jumlah proton = 13 ion positif (melepas
Jumlah elektron = elektron)
13 - 3 = 10
Jumlah neutron =
27 – 13 = 14
c. 19 
9F
Jumlah proton = 9 ion negatif (menerima
Jumlah elektron = elektron)
9 + 1 = 10
Jumlah neutron =
19 – 9 = 10

2. Tentukan nomor atom dan nomor massa serta lambang


36 dari atom yang mengandung 28 proton dan 31 neutron!

| Kimia Dasar untuk Fisika


Penyelesaian :
Nomor atom = Z = jumlah proton = 28
Nomor massa = A = 28 + 31 = 59
Jadi, lambang unsurnya adalah 59
28 Ni

3. Berikut ini terdapat beberapa lambang atom unsur.

Sebutkan yang termasuk isotop, isoton, dan isobar!


Penyelesaian:
15
8O

15
8O

37

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 6
STRUKTUR ATOM DAN POSISI
ELEKTRON
Inilah bagian tersulit kuliah yang harus kita hadapi.
Entah karena apa…, tapi agar tidak benar-benar menjadi
sulit, kita ambil kesimpulannya aja ya… Penjelasan
lengkapnya akan kalian dapatkan di kuliah fisika kuantum,
insyaAllah.

A. Gelombang sebagai Partikel


Jika sudah siap, mari kita awali dengan percakapan
sederhana berikut:
Planck: Aq udah ngerti sekarang.., ternyata pancaran radiasi
benda hitam itu, termasuk pancaran sinar lampu, gak
nyambung-nyambung kaya’ nyiram pake air, tapi putus-
putus kaya’ peluru senapan otomatis. Bahasa kerennya
terkuanta, terdiskrit, terpaket, ato terserah deh apa namanya,
pokoknya githu!! Tiap paket energinya beda, hitungnya pake
rumus ini: E  hv 9

Einstein: Iya.., kamu benar Planck!! Aku udah buktiin pake


fotolistrik. Waktu itu, aku nembakin logam pake peluru
radiasi. Eh.., ternyata elektronnya gak mau roboh kalo
pelurunya kekecilan. Meskipun ditembakin berulang-ulang
38 pake peluru itu, tetap aja elektronnya gak roboh. Kalo

9 h adalah tetapan Planck (6,626 x 10-34 Js)


| Kimia Dasar untuk Fisika
pelurunya kegedean yang roboh cuma satu. Walah…,
belakangan aku baru ngerti, kalo ukuran (energi) pelurunya
harus pas. Artinya, peluru radiasi itu ternyata punya ukuran.
Biar gampang peluru radiasi itu kita namain foton aja ya..

Compton: Wow…, keren!! Kayaknya teori kalian emang benar


deh. Soale, pas aku nyoba menabrakkan dua buah foton
cahaya, ternyata keduanya saling mantul, artinya foton
E hv h
memiliki momentum. Rumusnya kaya’ ini: p    .
c c λ
Padahal, selama ini yang kita pahami, hanya partikel
bermassa yang memiliki momentum. Kalo, faktanya demikian
berarti foton termasuk partikel dan berarti juga gelombang
dapat dianggap sebagai pertikel.

..bukannya gelombang kalo


bertumbukan hanya akan
saling berinterferensi, kok
bisa bertumbukan sih, walah…,
aneh-aneh aja deh, tp kok
nyata ya…

39

Kimia Dasar untuk Fisika |


B. Partikel Sebagai Gelombang
Percakapan masih berlanjut:
Louis de Broglie: “Okelah kalau bagituu.., aku bisa terima
gelombang sebagai partikel. Tp kalo gelombang bisa kaya’
partikel, seharusnya partikel juga bisa kaya’ gelombang.., kan
biar adil!!! Gini aja deh.., kalo misale elektron bergerak
dengan kecepatan v, maka dia pasti akan punya panjang
h
gelombang, rumusnya gampang kok, kaya’ gini aja: λ  .
mv

Davidsson dan Germer: Emang benar Broglie..!! kamu benar,


kemarin pas aku nembakin nikel pake elektron ternyata
elektronnya membentuk pola difraksi, kaya’ gelombang
githu… Artinya partikel seperti elektron dapat dianggap
sebagai gelombang.

Sejak itu para ilmuwan mulai memahami bahwa


gelombang adalah partikel dan sebaliknya partikel adalah
gelombang, atau terjadi dualisme partikel-gelombang.

C. Posisi Elektron Sesuai dengan Mekanika Kuantum


Percakapan belum selesai:
Heisenberg: ohh.. githu tho, berarti elektron yang di atom tuh,
gerakannya mirip kaya’ gelombang ya…, dan berarti juga
posisinya gak bisa ditentuin dunk.
Hikz.. elektron ada dimana_kah dikau..

Erwin Schrodinger: nyante aja Boss.., gak usah sedih githu


deh. Aq kan jago matematika, nih udah aq itungin
40 persamaannya, namaya fungsi gelombang. Kalo pake rumus
nih, loe bisa kira2 batas kemungkinan nemuin elektron
dalam ruang tiga dimensi atom. Kalo bwt atom hidrogen
| Kimia Dasar untuk Fisika
dijamin akurat deh, tapi bwt atom yg gede lagi, loe belajar
fisika kuantum dulu ya.., mumet ehh!! Lihat nih, kepalaku dah
agak botak..
 2ψ  2ψ  2ψ 2m
   E  ν ψ  0
x 2 y 2 z 2 
Tapi biar loe gak botak kaya’ aq, nih aq kasih hasil akhirnya.
Persamaanku tuh kalo diselesain, nanti bakal dapat 3
bilangan cantik ini:
• Bilangan Kuantum Utama (n)
• Bilangan Kuantum Azimuth (l)
• Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Tambahan satu lagi, namanya Bilangan Kuantum Spin (s),
yang terakhir ini cuma bwt bedain aja arah putar elektron
pada ruang orbital yg sama. Jadi fungsi gelombang tuh adalah
fungsi dari n, l, m, dan s. Bahasa matematikanya, kaya ini:
ψ  f (n, l , m, s )

Jadi posisi elektron dalam atom hanya tidak dapat


ditentukan dengan tepat, tapi hanya kebolehjadian
menemukannya berdasarkan keempat bilangan kuantum di
atas. Sejak itu mulailah dikenal struktur atom model
mekanika gelombang, atau atom model mekanika kuatum.

D. Turunan Fungsi Gelombang Adalah Bilangan Kuantum


Kali ini aku janji, model mekanika kuantum adalah
model atom yang dianggap paling benar. Berdasarkan teori
ini, elektron hanya dapat ditentukan kebolehjadian
menemukannya di sekitar inti atom. Kebolehjadian itu
dinyatakan oleh Schrodinger dengan 4 bilangan yang telah 41
disebutkan di atas. Mari kita bahas satu per satu:

Kimia Dasar untuk Fisika |


1. Bilangan kuantum utama (n) = menyatakan jarak
elektron dari inti. Mirip dengan model atom sebelumnya,
bahwa atom terletak pada kulit-kulit tertentu dari inti
atom. Prinsip pertama: untuk elektron yang sama,
misalnya cuma satu elektron, semakin jauh dari inti atom
semakin kecil kebolehjadian menemukannya. Kalo
digambarkan kira-kira seperti ini:

Prinsip kedua, kalo elektronnya nambah lebih banyak,


maka elektron itu akan ditempatkan pada n yang lebih
besar lagi. Jadi kalo nyari elektron di atom, mulai dekat
inti atom dulu atau dari n terkecil, pasti ada!!
2. Bilangan kuantum azimuth (l) = menyatakan volume
yang ditempati elektron. Biar kamu gak kesasar pas nyari
elektron, di tiap n itu ada ruangan yang namanya orbital.
Bentuknya macam-macam, kaya’ gambar di bawah ini:

42

| Kimia Dasar untuk Fisika


 Orbital s (sharp) (l = 0)

 Orbital p (prinsipal) (l = 1)

43

Kimia Dasar untuk Fisika |


 Orbital d (diffuse) (l = 2)

 Orbital f (fundamental) (l = 3)

l = 3 (orbital f)

…masih ada 6 bentuk lagi orbital f

Kalo n = 1, elektronnya hanya mungkin ada di orbital


s. So, bilangan kuantum l-nya cuma 0 (orbital s)
Kalo n = 2, elektronnya hanya mungkin ada di orbital
s atau p. So, bilangan kuantumnya l = 0 (orbital s)
atau l = 1 (orbital p).
44 Kalo n = 3, elektronnya hanya mungkin ada di orbital
s, p, atau d. So, bilangan kuantumnya l = 0 (s), l = 1
(p), atau l = 2 (d)
| Kimia Dasar untuk Fisika
Kalo n = 4 elektronnya hanya mungkin ada di orbital
s, p, d, atau f. So, bilangan kuantumnya l = 0 (s), l = 1
(p), l = 2 (d), atau l = 3 (f)
dan seterusnya……………

3. Bilangan kuantum magnetik (m) = menyatakan orientasi


ruang, gampangannya kamar elektron. Coba kamu
perhatiin, masing-masing orbital di atas. Kamu akan lihat
orbital s cuma ada satu bentuk, maka kamar elektronnya
juga cuma 1, yaitu m = 0. Sekarang perhatiin orbital p!!
Kamu akan lihat bentuknya ada 3, maka kamar
elektronnya juga ada 3, yaitu m = -1, 0, atau +1.
Rumusnya gampang, kaya’ gini aja: m = -l, …, 0, … +l. So,
untuk orbital d bilangan kuantum magnetiknya adalah m
= -2, -1, 0, 1, atau 2. Gitu deh seterusnya…

Ok deh…, biar gak tambah pusing, sekarang kita lihat


kesimpulannya:
Jml Jml
Gambaran
n l m Orbital Ruang Elektron
Orbital
Orbital Maksimum
1 0 0 1s 1 2 2
2 0 0 2s 1 2 8
1 -1, 0, +1 2p 3 6
3 0 0 3s 1 2 18
1 -1, 0, +1 3p 3 6
2 -2, -1, 0, +1, +2 3d 5 10
4 0 0 4s 1 2 32
1 -1, 0, +1 4p 3 6 (2n2)
2 -2, -1, 0, +1, +2 4d 5 10
3 -3, -2, -1, 0, +1, +2, 4f 7 14
+3 45

Kimia Dasar untuk Fisika |


4. Coba kamu perhatiin, gambaran orbitalnya, itu kan ada
elektron yang ke atas, ada juga yang ke bawah. Dua
elektron itu dibedakan berdasarkan arah spinnya,
namanya bilangan kuantum spin (s). Kalo ke atas s = +½,
kalo ke bawah s = -½.

E. Cara Menggunakan Bilangan Kuantum


1. Azas Aufbau
Sebelumnya kan, aku udah bilang kalau elektron itu
punya ikatan energi. Itulah yang dibilang ama Neils Bohr,
masih ingat kan?! Nah, teori itu masih dipake di mekanika
kuantum. Jadi, orbital-orbital itu tersusun berdasarkan
tingkat energinya. Gambarannya kaya’ ini:

Jadi kalo mau ngisi elektron (bahasa kerennya


46 konfigurasi eloektron), kita harus mulai dari energi terkecil.
Kita mulai dari n = 1, orbital 1s diisi 2 elektron dulu. Kalo
elektronnya masih ada, baru kita pindah ke n = 2, 2 elektron
| Kimia Dasar untuk Fisika
sisanya dimasukin ke orbital 2s. Kalo masih ada, kita isi yang
2p, dan begitulah seterusnya….

Nah.., biar gak rumit pake ini aja:


[1s-2s-2p-3s-3p-4s-3d-4p-5s-4d-5p-6s-4f-5d-6p-7s-5f-
6p-7p-8s]

“pengisian elektron dimulai dari subkulit


yang berenergi paling rendah dilanjutkan
pada subkulit yang lebih tinggi energinya”

2. Kaidah Hund
Orbital p, d, dan f itukan ada banyak kamarnya. Gimana cara
ngisinya. Satu-satu aja, sekalian, atau gimana??
Ohh…, yang itu, gampang kok!! Itu udah diatur
dengan kaidah Hund. Caranya gini.., kamu isi dulu satu-satu
tiap kamar dengan elektron yang s = +½ atau yang . Mulai
dari kiri ya... Kalo kamarnya udah diisi satu-satu, dan
ternyata elektronnya masih ada, kamu balik lagi ke kiri, isi
lagi dengan elektron yang s = -½ atau yang . Kalo semuanya
udah terisi 2 elektron?? Ya udah.., kamu nyari kos-kosan yang 47
lain aja!! Hehe.., maksudnya pindah ke orbital yang lain, githu
aja kok repot.
Kimia Dasar untuk Fisika |
Ini ada contohnya:
p2 dituliskan bukan
p4 dituliskan bukan
bukan pula
d5 dituliskan bukan
d6 dituliskan bukan
bukan pula

“orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing


diisi lebih dulu oleh satu elektron dengan arah (spin) yang
sama atau setelah semua orbital masing-masing terisi satu
elektron kemudian elektron akan memasuki orbital-orbital
secara urut dengan arah (spin) berlawanan”.

3. Larangan Pauli
Ini bukan aturan, cuma pernyataan aja. Kesimpulnnya
gini, kalo kamu ngisi elektron dengan benar, pasti gak akan
ada elektron yang mempunyai keempat bilangan kuantum
yang sama. Percaya gak? Kalo gak.., coba deh perhatiin
bilangan kuantum elektron oksigen (8 elektron) ini:
e1 : n = 1, l = 0, m = 0, s=+½ e5 : n = 2, l = 1, m = –1, s=+½
e2 : n = 1, l = 0, m = 0, s=–½ e6 : n = 2, l = 1, m = 0, s=+½
e3 : n = 2, l = 0, m = 0, s=+½ e7 : n = 2, l = 1, m = +1, s=+½
e4 : n = 2, l = 0, m = 0, s=–½ e8 : n = 2, l = 1, m = –1, s=–½

48
1. Buatlah konfigurasi elektron untuk tanda atom sebagai
berikut:

| Kimia Dasar untuk Fisika


a. d. :
:
b. Ca2+ (nomor atom e.
Ca=20):
c. O2- (nomor atom f. :
O=8):
Penyelesaian:
a.
: 1s2 2s2 2p6 3s2
b. Ca2+: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 (dikurangi 2 elektron)
c. O2- : 1s2 2s2 2p6(ditambah 2 elektron)
d. : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p1 (4s dan 3d dibalik
agar urutan kulitnya cocok)
e.
: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5 bukan 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4s23d4 (karena orbital d maksimum berisi 10 elektron
maka akan lebih stabil jika diisi 5 atau 10 elektron. Kasus
lain adalah )
f. : 18[Ar] 4s2 3d10 4p3 ([Ar] digunakan untuk
menyingkat, jika bingung gunakan diagram ini:

2. Tuliskan konfigurasi elektron dalam bentuk diagram


orbital untuk unsur : , , dan !
Penyelesaian:
1s2 2s2 2p6 3s2 3p2
49
:
1s2 2s2 2p6 3s2 3p3
:
Kimia Dasar untuk Fisika |
1s2 2s2 2p6 3s2 3p4
:

3. Tentukan harga ke empat bilangan kuantum n, l, m, dan s


untuk elektron terakhir dari atom !
Penyelesaian:
Sr mempunyai konfigurasi elektron 36[Kr]5s2. Elektron
terakhir yaitu elektron ke 38 terletak pada subkulit 5s2
sehingga diagram orbitalnya adalah:

So, nilai keempat bilangan kuantumnya diperoleh:


n = 5 (5s berarti pada kulit ke 5)
l = 0 (sesuai dengan subkulit s)
m = 0 (hanya 1 orbital)
s = -½ (arah elektron ke bawah)

4. Atom X dengan n=4, l =2, m=+1, s=+½ maka atom X


memiliki jumlah elektron sebanyak?
Penyelesaian
n = 4 (berarti pada kulit ke-4)
l = 2 (berarti subkulit d)
m = +1 (berarti pada kotak ke-4 sebelah kiri dari 5 kotak
yang ada)
s = +½ (arah elektron ke atas)
Jadi konfigurasi dalam bentuk diagram orbital adalah 4d4.
Sehingga konfigurasi elektron dari atom X = 36[Kr]5s24d4
50 berarti atom ini memiliki 42 elektron dan nomor atomnya
adalah 42.

| Kimia Dasar untuk Fisika


BAB 7
HUKUM-HUKUM KIMIA DAN
APLIKASINYA

Pada pembahasan sebelumnya telah dipahami bahwa


elektron pada suatu atom dapat berpindah ke atom yang
lainnya. Perpindahan elektron tersebut menyebabkan
terjadinya reaksi antara dua/lebih atom yang disebut reaksi
kimia. Sebelum membahas tentang reaksi kimia terlebih
dahulu kita akan membahas hukum-hukum yang mengatur
reaksi kimia tersebut. So siapkan dirimu untuk
memahaminya!!...

A. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser)


Bunyinya gini: “massa tidak dapat diciptakan dan
atau dimusnakan dalam perubahan materi apa saja”.
Ngertinya susah ya?? Ok deh, gampangannya gini aja: ” massa
zat sebelum (namanya reaktan) dan sesudah reaksi (namanya
produk) adalah sama, tidak lebih!!” Buktinya:
o Kalo 1 gram hidrogen ditambah 8 gram oksigen jadinya
9 gram air
o Kalo 12 gram C ditambah 32 gram O2 jadinya 44 gram
CO2
Kalo belum ngerti coba kerjakan soal ini: “Pada
wadah tertutup, 4 gram logam kalsium dibakar dengan 51
oksigen, menghasilkan kalsium oksida. Jika massa kalsium

Kimia Dasar untuk Fisika |


oksida yang dihasilkan adalah 5,6 gram, maka berapa massa
oksigen yang diperlukan?”
Penyelesaian:
massa Ca = 4 gram
massa CaO = 5,6 gram
masaa O2 = ..?
Berdasarkan hukum kekekalan massa :
massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
massa Ca + massa O2 = massa CaO
massa O2 = massa CaO - massa Ca
= (5,6 – 4,0) gram
= 1,6 gram
Jadi massa oksigen yang diperlukan adalah 1,6 gram.
Ngampang kan!!??
Ok..., sekarang coba pikirkan yang ini, “kalo besi
berkarat, mesti massanya akan lebih besar dibandingkan jika
besi itu tidak berkarat, kenapa?! Kemudian “kalo ada kertas
yang dibakar mesti beratnya lebih ringan dibandingkan
sebelum kertas itu dibakar, iya gak..., kira-kira kenapa?? Pikir
sendiri ya!!
Kalo yang di atas udah bisa, sekarang coba jawab
yang ini: “ kalo 1 gram hidrogen ditambah 8 gram oksigen
jadinya kan 9 gram H2O. Nah, gimana kalo yang dicampur itu
2 gram hidrogen dengan 9 gram oksigen, apakah jadinya 11
gram H2O? Wah..., ternyata tidak!! Kenapa? Mari kita perlari
hukum perbandingan tetap.

B. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Bunyinya gini: “perbandingan massa unsur-unsur
52 dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap.”
Gampangannya gini; kalo mau bikin senyawa kimia, jumlah
unsur-unsur yang dipake gak asal, tapi ada aturannya. Kalo
| Kimia Dasar untuk Fisika
misalnya ada unsur yang lebih atau kurang, mesti akan ada
unsur yang sisa.
Contoh:
Kalo kita mau bikin H2O, takarannya harus 11,91 % H2 dan
88,81 % O2 atau 1 : 8.
Massa H2 Massa O2 Massa H2O Massa zat sisa
(gram) (gram) (gram) (gram)
1 8 9 -
2 16 18 -
3 16 18 1 gram H2
3 25 27 1 gram O2
4 25 28,125 0,875 gram H2

1. Dalam senyawa AB diketahui perbandingan massa A :


massa B = 2 : 1. Jika terdapat 60 gram senyawa AB,
tentukan massa masing-masing unsur dalam senyawa
tersebut!
Penyelesaian:
massa A
A x massa AB
massa A  massa B
2
 x 60
21
 40 gram
massa B
B x massa AB
massa A  massa B
1
 x 60
2 1
 20 gram 53

Kimia Dasar untuk Fisika |


2. Jika diketahui perbandingan massa besi (Fe) dan
belerang (S) dalam pembentukan senyawa besi (II)
sulfida (FeS) adalah 7 : 4 maka tentukan :
a) Massa besi yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 8
gram belerang!
b) Massa belerang yang tersisa, jika sebanyak 21 gram
Fe direaksikan dengan 15 gram S!
c) Massa S dan massa Fe yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 22 gram senyawa FeS!
Penyelesaian:
Reaksi : Fe  S  FeS
7 4 11
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, sehingga
7 gram Fe akan bereaksi dengan 4 gram S membentuk 11
gram FeS.
a) Massa S = 8 gram
Massa Fe = …?
7
Massa Fe = x 8 gram  14 gram
4
Jadi massa Fe yang dibutuhkan adalah 14 gram.
b) 21 gram Fe direaksikan dengan 15 gram S, berarti :
Fe : S = 21 : 15 = 7 : 5
Belerang berlebih, berarti seluruh Fe habis bereaksi.
Massa Fe yang bereaksi = 21 gram
4
Massa S yang bereaksi = x 21 gram  12 gram
7
Massa S yang tersisa= ( 15-12 ) gram = 3 gram
Jadi massa S yang tersisa adalah 3 gram.
c) Untuk membentuk 22 gram FeS :
54
7
m Fe = x 22 gram  14 gram
11

| Kimia Dasar untuk Fisika


4
mS = x 22 gram  8 gram
11
Jadi massa Fe dan S yang dibutuhkan adalah 14 gram dan
8 gram.

C. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)


Bunyinya gini: “jika dua jenis unsur dapat membentuk
lebih dari satu macam senyawa, maka perbandingan massa
salah satu unsur yang terikat pada massa unsur lain yang
sama, merupakan bilangan bulat dan sederhana”.
Gampangannya gini: C dan O itu kan dapat membentuk CO
atau CO2. Nah, kalo misalnya massa C dalam kedua senyawa
itu sama (atau jumlah C-nya sama), maka massa O dalam CO :
massa O dalam CO2 adalah bilangan bulat yang sederhana
yaitu = 1:2.
Misalnya nitrogen dan oksigen dapat membentuk
senyawa-senyawa N2O, NO, N2O3, dan N2O4 dengan komposisi
massa terlihat pada tabel berikut.
Senyawa Massa nitrogen Massa oksigen Perbandingan
(gram) (gram)
N2O 28 16 7:4
NO 14 16 7:8
N2O3 28 48 7 : 12
N2O4 28 64 7 : 16
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa bila massa N dibuat tetap
(sama), sebanyak 7 gram, maka perbandingan massa oksigen
adalah 1 : 2 : 3 : 4.

D. Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay Lussac).


Bunyinya gini: “pada suhu dan tekanan yang sama, 55
perbandingan volum gas-gas yang bereaksi dan hasil reaksi

Kimia Dasar untuk Fisika |


merupakan bilangan bulat dan sederhana”. Gampangannya
gini: “kalo kita punya reaksi gas seperti ini N2 + 3H2 → 2 NH3,
maka cara bacanya adalah 1 liter gas N2 direaksikan dengan 3
liter gas H2 akan menghasilkan 2 liter gas NH3. Jadi, sesuai
dengan perbandingan koefisiennya aja!!
Contoh:
No. Volume gas yang Hasil reaksi Perbandingan
bereaksi volume
1. Hidrogen + Oksigen Uap air 2:1:2
1 L + 0,5 L 1L
2. Nitrogen + Hidrogen Amonia 1:3:2
2L + 6L 4L
3. Hidrogen + Klor Hidrogen klorida 1:1:2
1L + 1L 2L
4. Etilena + Hidrogen Etana 1:1:1
1L + 1L 1L

E. Hukum Avogadro
Bunyinya gini: “pada suhu dan tekanan yang sama,
gas-gas yang volumnya sama mengandung jumlah partikel
yang sama pula”. Gampangannya gini: kalo kamu punya 40
mL gas amoniak (NH3) yang mengandung 400 butir molekul,
maka gas O2 yang volumenya 40 mL juga akan mengandung
400 butir molekul, asalkan tekanan dan temperaturnya sama.
Jadi kalo dibuat rumusnya, jadinya gini:
V1 V2

n1 n2
dimana V adalah volume dan n adalah jumlah partikel.

56

| Kimia Dasar untuk Fisika


Pada suhu dan tekanan yang sama, sebanyak 2 L gas nitrogen
(N2) tepat bereaksi dengan gas H2 membentuk gas NH3
(amonia).
Tentukan :
a) Persamaan reaksinya!
b) Volume gas H2 yang diperlukan!
c) Volume gas NH3 yang dihasilkan!
Penyelesaian:
a) Persamaan reaksinya :
N2 (g)  3 H2 (g)  2 NH3 (g)
nH
b) V H2 = 2 x VN
nN 2
2
3
= x 2L = 6L
1
Jadi volume gas H2 yang diperlukan dalam reaksi adalah
6 L.
n NH
c) V NH3 = 3 x VN
nN 2
2
2
= x 2L = 4L
1
Jadi volume gas NH3 yang dihasilkan oleh reaksi
tersebut adalah 4 L.

57

Kimia Dasar untuk Fisika |


BOCORAN!!
Ternyata pada keadaan standar suhu 0 oC dan tekanan 1 atm
(STP), setiap 1 mol gas sembarang akan mempunyai volume
sebesar 22,4 L. Apakah mol itu?? Minggu depan ya!

Soal Latihan
1. Tuliskan persamaan reaksi yang menunjukkan bahwa
perbandingan volume gas nitrogen (N2), gas hidrogen
(H2) yang bereaksi dengan amonia (NH3) yang dihasilkan
adalah : 1 : 3 : 2
2. Gas metana (CH4) terbakar di udara menurut reaksi :
CH4 (g) + 2 O2 (g) → CO2 (g) + 2 H2O (g)
Jika gas metana yang terbakar (pada suhu dan tekanan
yang tetap) sebanyak 1 liter :
a. Berapa liter O2 yang diperlukan?
b. Berapa liter uap air dan gas CO2 yang dihasilkan?

58

| Kimia Dasar untuk Fisika


BAB 8
REAKSI KIMIA DAN PERSAMAANNYA

Setelah memahami aturan main reaksi kimia,


sekarang kita akan mempelajari reaksi kimia dan
penggunanannya. Kita akan mulai dari pengertian,
persamaan, lalu penggunaannya dalam hitungan-hitungan
kimia. Mungkin akan sedikit lebih rumit, tapi sante aja, semua
bisa dipahami jika mau, so siapkan diri dan bertekadlah
untuk memahaminya!!...

A. Reaksi Kimia
Reaksi kimia adalah proses mengubah zat-zat asal
menjadi satu atau lebih zat-zat baru. Zat asal itu disebut
reaktan, sementara zat baru yang dihasilkan disebut produk.
Reaksi kimia tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
persamaan tertentu yang disebut persamaan reaksi kimia.

B. Persamaan Reaksi Kimia


Persamaan reaksi kimia menggunakan lambang kimia
untuk menunjukkan siapa, bagaimana, dan apa yang
dihasilkan saat reaksi kimia berlangsung. Contoh:

59

Kimia Dasar untuk Fisika |


2H 2 ( g ) + O2( g ) 2H2O(l )

reaktan produk

o Tanda panah menunjukkan arah reaksi (artinya =


membentuk, terurai, atau bereaksi menjadi).
o Huruf kecil dalam tanda kurung menunjukkan wujud
atau keadaan zat yang bersangkutan (g = gass, l = liquid, s
= solid dan aq = aqueous / larutan berair).
o Bilangan yang mendahului rumus kimia zat disebut
koefisien reaksi (untuk menyetarakan atom-atom
sebelum dan sesudah reaksi). Koefisien reaksi adalah
bilangan bulat.
Koefisien reaksi harus sesuai dengan hukum
Lavoiser, yakni jumlah reaksi sebelum dan sesudah reaksi
harus sama. Oleh karena itu, sebelum digunakan suatu
persamaan reaksi kimia harus disetarakan terlebih dahulu.
Contoh:
C2H6  O2  CO2  H2O (belum setara)

2C2H6  7O2  4CO2  6H2O (sudah setara)

Menyetarakan reaksi kimia dilakukan dengan cara


menyesuaikan koefisien (angka sebelum rumus molekul)
60
masing-masing zat sehingga jumlah masing-masing zat di
ruas kanan dan zat di ruas kiri sama. Menyetarakan reaksi

| Kimia Dasar untuk Fisika


bukan dengan mengubah subskrib (angka dalam rumus
molekul). Contoh:
2CO2 bukan C2O4
C. Menyetarakan Persamaan Reaksi
Ada beberapa cara menyetarakan reaksi kimia, antara
lain dengan cara langsung atau dengan cara matematis. Misal
untuk reaksi:
C 2H 6  O2  CO2  H2O

1. Dengan cara langsung


a. Agar lebih mudah menyetarakan reaksi, cari unsur yang
muncul hanya sekali pada tiap sisi. Misal pada reaksi di
atas adalah C dan H, maka mulailah menyetarakan atom C
atau H terlebih dahulu.
C2H6  O2  CO2  H2O kalikan CO dengan 2
2

2 atom C 1 atom C

C 2H 6  O2  2CO2  H2 O
kalikan H2O dengan 3

6 atom H 2 atom H

Jadinya:
C 2H 6  O2  2CO2  3H2 O

61

Kimia Dasar untuk Fisika |


b. Setarakan atom lain yang belum setara.
C 2H 6  O2  2CO2  3H2O 2 atom O di kiri belum
setara dengan 7 atom
O di kanan
2 atom O 4 atom O 3 atom O

kalikan O2 dengan
7
C 2H 6  O2  2CO2  3H2O
2

masing-masing
2C2H6  7O2  4CO2  6H2O komponen dikalikan
dengan 2 untuk
menghilangkan pecahan

c. Periksa untuk memastikan bahwa jumlah atom adalah


sama pada kedua sisi persamaan.
2C2H6  7O2  4CO2  6H2O
REAKTAN PRODUK
4 atom C 4 atom C
12 atom H 12 atom H
14 atom O 14 atom O

2. Dengan cara matematis


a. Pilih zat yang rumus kimianya lebih kompleks, lalu
tetapkan koefisiennya = 1. Zat lain diberikan koefisien
sementara dengan huruf.
1C 2H6  aO2  bCO2  cH2O
b. Setarakan terlebih dahulu persamaan tersebut secara
matematis, berdasarkan unsur-unsurnya.
Atom Ruas kiri Ruas kanan
C 2 b
62 H 6 2c
O 2a 2b+c

| Kimia Dasar untuk Fisika


Jumlah atom di ruas kiri = jumlah atom di ruas kanan,
sehingga diperoleh :
b = 2 ......................................................... (i)
2c = 6 ........................................................... (ii)
2a = (2b + c) ............................................. (iii)
Dari persamaan (ii), diperoleh :
2c = 6
6
c =  3 ............................................... (iv)
2

Persamaan (i) dan (iv) disubstitusikan ke persamaan (iii) :


2a = (2b + c) ............................................. (iii)
2a = ((2)x(2) + 3) = 7
7
a = ....................................................... (v)
2

c. Subtitusikan nilai a, b, dan c ke persamaan reaksi:


7
1C 2H 6  O2  2CO2  3H2O
2
d. Kalikan masing-masing komponen dengan 2 untuk
menghilangkan pecahan
2C 2H 6  7O2  4CO2  6H2O

1. Setarakan reaksi berikut:


I2 + HNO3 → HIO3 + NO + H2O
Penyelesaian: 63
Jika sudah terbiasa, anda dapat menggunakan cara langsung
untuk menyelesaikan soal di atas, tapi untuk latihan kita
Kimia Dasar untuk Fisika |
gunakan cara matematis aja ya..!!
Pertama, kita misalkan tiap koefisien dengan huruf:
1 I2 + a HNO3 → b HIO3 + c NO + d H2O
sehingga diperoleh:
I : 2 = b ..................................................... (1)
H : a = b + 2d ............................................. (2)
N : a = c ........................................................ (3)
O : 3a = 3b + c + d .................................... (4)
Substitusi persamaan 1 dan 3 ke persamaan 4
3a = 3b + c + d ............................................... (4)
3a = 3 (2) + a + d
3a = 6 + a + d
2a = 6 + d ......................................................... (5)
Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2
a = b + 2d ......................................................... (2)
a = 2 + 2d ......................................................... (6)
Substitusi persamaan 6 ke persamaan 5
2a = 6 + d ......................................................... (5)
2(2 + 2d) = 6 + d
4 + 4d = 6 + d
3d = 2
2
d= ............................................................... (7)
3
Substitusi persamaan 7 ke persamaan 6
a = 2 + 2d ......................................................... (6)
2
a = 2 + 2x
3
10
a= ............................................................... (8)
3
64
Substitusi persamaan 8 ke persamaan 3

| Kimia Dasar untuk Fisika


a = c .................................................................... (3)
10
c= ................................................................ (9)
3
Masukkan nilai a, b, c, dan d ke persamaan reaksi
1 I2 + a HNO3 → b HIO3 + c NO + d H2O
10 10 2
1 I2 + HNO3 → 2 HIO3 + NO + H2O ……… (x3)
3 3 3
3 I2 + 10 HNO3 → 6 HIO3 + 10NO + 2H2O

2. Setarakan reaksi berikut:


MnO2 + HCl → MnCl2 + H2O + Cl2
Penyelesaian:
Kita gunakan cara matematis, tapi jika merasa sanggup, anda
dapat menyelesaikannya dengan cara langsung. Pertama kita,
misalkan dulu koefisien dengan huruf:
MnO2 + aHCl → bMnCl2 + cH2O + dCl2
Maka akan diperoleh persamaan :
Mn : 1 = b
O : 2 = c
H : a = 2c
Cl : a = 2b + 2d
Jadi : b = 1; c = 2; a = 2c → a = 4
4 = 2.1 + 2d → 2d = 2 → d = 1
sehingga persamaan di atas dapat disetarakan menjadi:

MnO2 + 4 HCl  MnCl2 + 2 H2O + Cl2

3. Setarakan reaksi berikut:


Fe + H2SO4 → Fe2(SO4)3 + H2O + SO2 65
Penyelesaian:
Kita misalkan terlebih dahulu:
Kimia Dasar untuk Fisika |
Fe + aH2SO4 → bFe2(SO4)3 + cH2O + dSO2
Maka akan diperoleh persamaan:
1 = 2b atau b = ½ ........................................................... (1)
2a = 2c atau a = c .............................................................. (2)
a = 3b + d .......................................................................... (3)
4a = 12b + c + 2d ................................................................. (4)
sehingga diperoleh:
a = 3b + d
a=1½ +d
a–d=1½
2a – 2d = 3 ……………………………………………………………… (5)
4a = 12b + c + 2d; b = ½ dan a = c
4a = 6 + c + 2d
4a = 6 + a + 2d
3a – 2d = 6 ………………………………………………………………… (6)
dari persamaan 5 dan 6 dapat ditentukan nilai a dan d :
2a – 2d = 3
3a – 2d = 6 -
-a = -3 → Jadi a = 3 dan c = 3
selanjutnya
2a – 2d = 3
2(3) – 2d = 3
2d = 3
3
d=
2
masukkan nilai a, b, c, dan d ke persamaan reaksi, sehingga
diperoleh:
2Fe + 6H2SO4 → Fe2(SO4)3 + 6H2O + 3SO2
Catatan..!!!
66 Penyetaraan reaksi kimia secara matematis memerlukan
waktu yang lama dan harus cermat, so jika sering latihan
akan sangat membantu. Tapi ingat, perhitungan yang
| Kimia Dasar untuk Fisika
melibatkan reaksi kimia harus diselesaikan secara cepat dan
tepat. Oleh karena itu, pilih cara yang paling mudah, cepat,
dan tepat!!

Setarakan reaksi-reaksi berikut ini!!


1. KNO3 → KNO2 + O2
2. Pb(NO3)2 → PbO + NO2 + O2
3. P4 + I2 → PI3
4. MgO + H3PO4 → Mg3(PO4)2 + H2O
5. Br2 + KI → I2 + KBr
6. Ca(OH)2 + HNO3 → Ca(NO3)2 + H2O
7. Bi2O3 + H2 → Bi + H2O
8. Fe + O2 → Fe3O4
9. CaO + C → CaC2 + CO2
10. Li + H2O → H2 + LiOH
11. P4 + O2 → P4O10
12. C2H6 + O2 → CO2 + H2O
13. CS2 + O2 → CO2 + SO2
14. AsCl3 + H2S → As2S3 + HCl
15. AgNO3 + FeCl3 → AgCl + Fe(NO3)3
16. KClO3 → KCl + O2
17. SO2 + O2 → SO3
18. Mg + HCl → MgCl2 + H2
19. Ca + N2 → Ca3N2
20. NH4NO3 → N2O + H2O
21. BiCl3 + H2S → Bi2S3 + HCl
22. C4H10 + O2 → CO2 + H2O 67
23. O2 + C6H12O6 → CO2 + H2O
24. NO2 + H2O → HNO3 + NO
Kimia Dasar untuk Fisika |
4. Reaksi penetralan/asam-basa, yaitu reaksi antara
2. Reaksi pembentukan, yaitu pembentukan senyawa dari

3. Reaksi penguraian, yaitu penguraian senyawa menjadi


1. 2KNO3  2KNO2 + O2
2. 2Pb(NO3)2  2PbO + 4NO2 + O2

1. Reaksi pembakaran, yaitu reaksi dengan oksigen.


3. P4 + 6I2  4PI3
4. 3MgO + 2H3PO4  Mg3(PO4)2 + 3H2O
5. Br2 + 2KI  I2 + 2KBr
6. Ca(OH)2 + 2HNO3  Ca(NO3)2 + 2H2O
7. Bi2O3 + 3H2  2Bi + 3H2O

2 C8H18 + 25 O2 → 16 CO2 + 18 H2O


25. Cr2(SO4)3+ NaOH → Cr(OH)3+ Na2SO4

8. 3Fe + 2O2  Fe3O4


9. 2CaO + 5C  2CaC2 + CO2

senyawa asam dan basa. Contoh:


10. 2Li + 2H2O  H2 + 2LiOH

HCl + NaOH → NaCl + H2O


11. P4 + 5O2  P4O10
26. Al4C3 + H2O → CH4 + Al(OH)3

12. 2C2H6 + 7O2  4CO2 + 6H2O


13. CS2 + 3O2  CO2 + 2SO2

| Kimia Dasar untuk Fisika


3Fe + 2O2 → Fe3O4

Fe3O4 → 3Fe + 2O2


14. 2AsCl3 + 3H2S  As2S3 + 6HCl

D. Contoh Reaksi Kimia


15. 3AgNO3 + FeCl3  3AgCl + Fe(NO3)3
16. 2KClO3  2KCl + 3O2

unsur-unsurnya.

unsur-unsurnya.
17. 2SO2 + O2  2SO3
Kunci Jawaban
18. Mg + 2HCl  MgCl2 + H2
19. 3Ca + N2  Ca3N2

Contoh:

Contoh:

Contoh:
20. NH4NO3  N2O + 2H2O
21. 2BiCl3 + 3H2S  Bi2S3 + 6HCl
22. 2C4H10 + 13O2  8CO2 + 10H2O
23. 6O2 + C6H12O6  6CO2 + 6H2O
24. 3NO2 + H2O 2HNO3 + NO

68
5. Reaksi redoks, yaitu reaksi yang mengakibatkan
perubahan bilangan oksidasi. Contoh:
FeS + 3NO3- + 4H+ → 3NO + SO42- + Fe3+ + 2H2O

69

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 9
MASSA ATOM DAN MOLEKUL RELATIF

Sebelum membahas reaksi kimia lebih lanjut, kita


akan mempelajari terlebih dahulu tentang massa atom relatif
dan massa molekul relatif. Materi ini akan sangat membantu
untuk memahami materi selanjutnya.

A. Massa Atom Relatif (Ar)


Pada kuliah sebelumnya kita sudah memahami
bahwa massa suatu atom merupakan massa dari partikel-
partikel penyusunnya, yaitu elektron, proton, dan neutron.
Contoh:
1. massa satu atom H = 1,66 x 10–24 g
2. massa satu atom O = 2,70 x 10–23 g
3. massa satu atom C = 1,99 x 10–23 g
Untuk hitungan kimia, angka-angka tersebut terlalu kecil,
sehingga para ahli sepakat menggantinya dengan Satuan
Massa Atom (sma) atau Atomic Massa Unit (amu) atau biasa
disebut juga satuan Dalton.
Para ahli memutuskan isotop 12C sebagai standar
karena mempunyai kestabilan inti yang inert dibanding atom
lainnya. Isotop atom C–12 mempunyai massa atom 12 sma
dimana 1 sma sama dengan 1,6605655 x 10–24 g. Dengan
70 digunakannya isotop 12C sebagai standar maka dapat
ditentukan massa atom unsur yang lain. Massa atom relatif
suatu unsur (Ar) adalah bilangan yang menyatakan

| Kimia Dasar untuk Fisika


1
perbandingan massa 1 atom unsur tersebut dengan
12
massa 1 atom C–12.

Jika diketahui massa 1 atom oksigen 2,70 x 10–23 g,


berapakah Ar atom O jika
massa atom C 1,99 x 10–23 g?
Penyelesaian:
massa atom O
Ar O 
1
x massa atom C  12
12
2,70 x 10 23

1
x 1,99 x 10 23
12
 16,283
Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-
rata isotop tersebut. Sebagai contoh, di alam terdapat 35Cl
dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl
dapat dihitung dengan cara:
Ar Cl = (75% x 35) + (25% x 37) = 35,5
Ar merupakan angka perbandingan sehingga tidak
memiliki satuan. Ar dapat dilihat pada Tabel Periodik unsur
(TPU) dan selalu dicantumkan dalam satuan soal apabila 71
diperlukan.

Kimia Dasar untuk Fisika |


Galium terdiri atas isotop 69Ga dan 71Ga, sedangkan massa
atom relatif (Ar) Ga adalah 69,8. Tentukan kelimpahan
masing-masing isotop galium itu!
Penyelesaian:
Misal kelimpahan 69Ga adalah a%, maka kelimpahan 71Ga
adalah (100-a)%. Dengan demikian diperoleh persamaan:
Ar Ga = a% x 69 + (100-a)% x 71
69a 7100 - 71a
69,8 = +
100 100
6980 = 69a + 7100-71a
71a-69a = 7100 – 6980
2a = 120
a = 60
Jadi, kelimpahan 69Ga adalah 60% dan kelimpahan 71Ga
adalah 40 %.

B. Massa Molekul Relatif (Mr)


Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan
perbandingan tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung
membentuk molekul unsur, contoh H2, sedangkan unsur-
unsur yang berbeda membentuk molekul senyawa, contoh
H2O. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh
massa molekul (Mr), yaitu jumlah Ar masing-masing unsur
pembentuknya:

72

| Kimia Dasar untuk Fisika


1. Diketahui massa atom relatif (Ar) beberapa unsur
sebagai berikut.
Ca = 40
O =16
H =1
Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2!
Penyelesaian:
Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O, dan
2 atom H.
Mr Ca (OH)2 = Ar Ca + (2 Ar O) + (2 Ar H)
= 40 + (2 u 16) + (2 u 1)
= 40 + 32 + 2
=74

2. Hitung Mr H2SO4 (Ar H = 1, S = 32, dan O = 16)!


Penyelesaian:
Mr H2SO4 = (2 x Ar H) + (1 x Ar S + 4 x Ar O)
= (2 x 1) + (1 x 32) + (4 x 16)
= 2 + 32 + 64
= 98

73

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 10
KONSEP MOL DAN PENGGUNAANNYA

Kita telah mempelajari bahwa partikel-partikel


materi seperti atom, molekul, dan ion memiliki ukuran yang
sangat kecil. Ukuran tersebut tentu menyulitkan jika analisis
dilakukan dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu
dalam kimia, dikenal konsep mol sebagai satuan jumlah
partikel.

A. Pengertian Mol
Mol adalah satuan jumlah partikel atom, molekul,
atau ion sebanyak 6,02 x 1023 partikel. Bilangan ini disebut
bilangan Avogadro, disimbol L. Penggunaannya sama dengan
lusin atau gross. Contoh:
1 lusin atom C = 12 atom C
1 gross atom C = 144 atom C
1 mol atom C = 602000000000000000000000
atom C = 602 milyar trilyun atom C

1 mol natrium bikromat


(Na2CrO4)

74

| Kimia Dasar untuk Fisika


Standar bilangan ini adalah jumlah isotop atom C-12
dalam 12 gram, yaitu sebanyak 6,0221421 x 1023 atom C-12.
Isotop atom C-12 dipilih sebagai standar karena merupakan
atom yang paling stabil.
Massa 1 atom C-12 adalah 1,9926786 x 10-23 gram.
Massa ini disebut 12 sma (6 proton + 6 neutron), dimana 1
sma = 1,6605655 x 10-24 gram. Dengan demikian diperoleh
bilangan Avogadro:
12
L
1,9926786x 10 -23
 6,02 x 10 23

B. Penggunaan Konsep Mol


1. Menghitung jumlah partikel
Jika tersedia 1 mol atom maka jumlah atomnya
sebanyak 6,02 x 1023 atom. Jika yang tersedia adalah 2 mol
atom, maka jumlah atomnya sebanyak 12,04 x 1023 atom.
Berdasarkan logika tersebut dapat dirumuskan:
jumlah partikel  n x 6,02 x 1023
dimana n adalah jumlah mol. Jika tersedia 1 mol molekul,
misal AB, maka jumlah total atom adalah 6,02 x 1023 atom A
ditambah 6,02 x 1023 atom B.

1. Ada berapa atom dalam 1 mol air?


Penyelesaian:
Satu molekul air (H2O) tersusun oleh 2 atom H dan 1 atom O.
75
Jadi 1 molekul air tersusun oleh 3 atom. Karena 1 mol H2O
mengandung 6,02 x 1023 molekul, maka jumlah total atom

Kimia Dasar untuk Fisika |


adalah 3 x 6,02 x 1023 atom = 18,06 x 1023 atom.

2. Dalam 5 mol asam sulfat (H2SO4), tentukan jumlah atom


H, S, dan O!
Penyelesaian:
Jumlah molekul = 5 mol x N
= 5 mol x 6,02 x 1023
= 3,01 x 1024 molekul
Jumlah atom H = 2 x 3,01 x 1024 = 6,02 x 1024 atom
Jumlah atom S = 1 x 3,01 x 1024 = 3,01 x 1024 atom
Jumlah atom O = 4 x 3,01 x 1024 = 12,04 x 1024 atom

2. Menghitung massa molar partikel


Telah disebutkan sebelumnya bahwa 1 mol atom C
massanya 12 gram. Massa tersebut dinamakan massa molar
atom, besarnya sama dengan Ar atom. Dengan demikian kita
dapat merumuskan untuk semua atom dan molekul:

76

| Kimia Dasar untuk Fisika


1. Diketahui 6 g urea (CO(NH2)2) jika Ar : H = 1, C = 12, N =
14, O = 16, tentukan:
a. mol urea
b. jumlah partikel
Penyelesaian:
Mr urea = 12 + 16 + (14 x 2) + (2 x 2) = 60
gram urea
a. mol urea 
Mr urea
6

60
 0,1 mol

b. jumlah par tikel  mol urea x N


 0,1 x 6,02 x 10 23
 6,02x 10 24 molekul

2. Berapa gram dari 3 mol gas CO2? (Ar C = 12, O = 16)


Penyelesaian:
Mr CO2 = (1 x Ar C) + (2 x Ar O)
= (1 x 12) + (2 x 16)
= 12 + 32
= 44
Massa CO2 = mol x Mr
= 3 x 44
= 132 gram
77

Kimia Dasar untuk Fisika |


3. Hubungan mol dan volume gas pada keadaan standar
Hipotesis Avogadro menyebutkan bahwa pada suhu
dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang
sama akan mengandung jumlah partikel yang sama pula. Oleh
karena 1 mol setiap gas mempunyai jumlah molekul yang
sama, maka pada suhu dan tekanan yang sama pula, 1 mol
setiap gas mempunyai volume yang sama. Volume per mol
gas disebut volume molar dan dilambangkan Vm.
V gas
Vm 
mol
Avogadro dalam percobaannya mendapat kesimpulan
bahwa 1 L gas oksigen pada suhu 0° C dan tekanan 1 atm
mempunyai massa 1,4286 g, atau dapat dinyatakan bahwa
pada tekanan 1 atm:
1,4286
1 L gas O2  mol
32
1
1 L gas O2  mol
22,4
1 mol gas O2  22,4 L
Kesimpulan Avogadro berlaku untuk semua gas pada
keadaan standar.
Volume gas pada STP = 22,4 Lmol-1

78

| Kimia Dasar untuk Fisika


1. Berapa mol gas hidrogen yang volumenya 6,72 liter, jika
diukur pada suhu 0 °C dan tekanan 1 atm?
Penyelesaian:
6,72 L
mol H2   0,3 mol
22,4 Lmol -1
2. Hitung volume dari 3,01 x 1023 molekul NO2 yang diukur
pada suhu 0 °C dan tekanan 76 cmHg!
Penyelesaian:
3,01x 10 23
mol NO2 =  0,5mol
6,02x 10 23
volume NO2 = 0,5 x 22,4 = 11, 2 L

4. Konsentrasi zat dalam larutan (molaritas)


Molaritas (M) adalah salah satu cara menyatakan
konsentrasi atau kepekatan larutan. Molaritas menyatakan
jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Satuan
molaritas (M) adalah mol/liter atau mmol/mL.

79

Kimia Dasar untuk Fisika |


1. Berapakah molaritas larutan yang dibuat dengan
melarutkan 5,85 gram NaCl (Ar Na = 23, Cl = 35,5) dalam
500 mL (0,5 L) air?
Jawab:
massa NaCl
mol NaCl 
Mr
5,85

58,5
 0,1mol
mol NaCl
M NaCl 
V
0,1 mol

0,5 L
 0,2 M

2. Hitunglah massa NaOH (Ar Na = 23, O = 16, dan H = 1)


yang harus dilarutkan untuk membuat 100 mL (0,1 L)
larutan NaOH 0,1 M!
Jawab:
mol NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,1 molL-1 x 0,1 L
= 0,01 mol
massa NaOH = mol NaOH x Mr NaOH
= 0,01 mol x 40 gmol-1
= 0,4 gram
80

| Kimia Dasar untuk Fisika


3. Tentukan molaritas jika 4 g NaOH dilarutkan dalam:
a. 2 L air
b. 500 mL air
Penyelesaian:
massa NaOH 4
mol NaOH    0,1mol
Mr NaOH 40
mol 0,1
a. M    0,05M
V 2
mol 0,1
b. M    0,2M
V 0,5

81

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 11
STOIKIOMETRI KIMIA

Mol adalah salah satu konsep hitungan kimia yang


paling dasar. Memahami konsep ini akan sangat membantu
kita memahami konsep-konsep hitungan kimia lainnya. Pada
bab ini kita akan mempelajari hitungan kimia yang lainnya.

A. Kadar Zat
Salah satu kegiatan penting dalam ilmu kimia adalah
melakukan percobaan untuk mengidentifikasi zat. Ada dua
kegiatan dalam identifikasi zat, yakni analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
menentukan jenis komponen penyusun zat. Sedangkan
analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan massa dari
setiap komponen penyusun zat. Dengan mengetahui jenis
dan massa dari setiap komponen penyusun zat, kita dapat
mengetahui komposisi zat tersebut.
Komposisi zat dinyatakan dalam persen massa (%
massa). Perhitungan persen massa untuk setiap komponen
dapat menggunakan persamaan berikut:

82

| Kimia Dasar untuk Fisika


Analisis sampel menunjukkan terdapat 40% kalsium, 12%
karbon, dan 48% oksigen. Jika diketahui massa sampel
tersebut adalah 25 gram, tentukan massa dari masing-masing
unsur dalam sampel!
Penyelesaian:

B. Rumus Molekul dan Kadar Unsur dalam Senyawa


Berdasarkan rumus kadar zat di atas, kita dapat
menghitung perbandingan massa dan kadar unsur dalam
suatu senyawa berdasarkan rumus molekulnya.

Tentukan persen massa unsur C, H, dan O dalam senyawa


glukosa (C6H12O6)!
83
(Ar C =12, H = 1, dan O = 16)
Penyelesaian:

Kimia Dasar untuk Fisika |


Mr C6H12O6 = 180

C. Rumus Empiris dan Rumus Molekul


Rumus kimia dibagi dua, yaitu rumus empiris dan
rumus molekul. Rumus empiris adalah rumus kimia yang
menggambarkan perbandingan mol terkecil dari atom-atom
penyusun senyawa. Rumus molekul adalah rumus
sebenarnya dari suatu senyawa. Rumus molekul dapat
ditentukan jika massa molekul relatif diketahui.

84

| Kimia Dasar untuk Fisika


Nilai n dapat ditentukan jika rumus empiris dan
massa molekul relatif (Mr) zat diketahui.

1. Sejumlah sampel zat mengandung 11,2 gram Fe dan 4,8


gram O (Ar Fe = 56 dan O = 16). Tentukan rumus
empiris senyawa tersebut!
Penyelesaian:
Untuk menentukan rumus empiris zat, kita menghitung
perbandingan mol Fe dan O
sebagai berikut:

diperoleh perbandingan Fe : O = 0,2 : 0,3 = 2 : 3. Jadi, rumus


empiris senyawa adalah Fe2O3.

2. Vanila yang digunakan untuk memberi cita rasa makanan


mempunyai komposisi 63,2% C, 5,2% H, dan 31,6% O (Ar
C = 12, H = 1, dan O = 16). Tentukan rumus empirisnya!
Penyelesaian:
Untuk menentukan rumus empiris vanila, kita menghitung
85
perbandingan mol C, H, dan O. Misalkan dalam 100 gram
sampel vanila.

Kimia Dasar untuk Fisika |


Diperoleh perbandingan mol C : H : O = 5,27 : 5,2 : 1,98
= 2,66 : 2,66 : 1
=8:8:3
Jadi, rumus empiris vanila adalah C8H8O3.

3. Suatu senyawa dengan rumus empiris CH (Ar C = 12 dan


H = 1) mempunyai Mr = 26.Tentukan rumus molekul
senyawa tersebut!
Penyelesaian:
Mr = n × (Ar C + Ar H)
26 = n × (12 + 1)
26 = n × 13
n = 2
Jadi, rumus molekul senyawa tersebut adalah (CH)2 = C2H2

D. Menentukan Rumus Kimia Hidrat


Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa
molekul air sebagai bagian dari struktur kristalnya. Contoh:
1. Terusi (CuSO4.5 H2O) = tembaga(II) sulfat pentahidrat
2. Gipsum (CaSO4.2 H2O) = kalsium sulfat dihidrat
3. Garam Inggris (MgSO4.7 H2O) = magnesium sulfat
heptahidrat
86 4. Soda Hablur (Na2CO3.10 H2O) = natrium karbonat
dekahidrat.

| Kimia Dasar untuk Fisika


Jika suatu senyawa hidrat dipanaskan, maka ada
sebagian atau seluruh air kristalnya dapat dilepas
(menguap). Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air, maka air
kristalnya akan lepas. Contoh:
CuSO4.5 H2O(s) → CuSO4(aq) + 5 H2O(l)

CuSO4.5 H2O CuSO4


Jumlah molekul air kristal dalam suatu senyawa hidrat dapat
ditentukan dengan cara berikut (lihat contoh soal).

Sebanyak 5 gram hidrat dari tembaga (II) sulfat dipanaskan


sampai semua air kristalnya menguap. Jika massa padatan
tembaga(II) sulfat yang terbentuk adalah 3,2 gram, tentukan
rumus hidrat tersebut! (Ar Cu = 63,5, S = 32, O = 16, dan H=
1).
Penyelesaian:
Massa H2O = 5 gram – 3,2 gram = 1,8 gram
massa CuSO4 3,2
mol CuSO4    0,02
Mr 159,5
massa H2O 1,8
mol H2O    0,1
Mr 18
87
Perbandingan CuSO4 : H2O = 0,02 : 0,1 = 1 : 5
So, rumus hidratnya adalah CuSO4.5H2O

Kimia Dasar untuk Fisika |


E. Menentukan Jumlah Reaktan dan Produk
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang
terlibat dalam reaksi harus diperhitungkan dalam satuan
mol. Artinya, satuan-satuan yang diketahui harus diubah ke
dalam bentuk mol. Metode ini disebut metode pendekatan
mol.
Adapun langkah-langkah metode pendekatan mol
tersebut dapat Anda simak dalam bagan berikut.

1. Berapa massa air (H2O) yang dihasilkan dari reaksi


pembakaran 4 g H2 dengan O2? (Ar : H = 1 ; O = 16)
Penyelesaian:
o Setarakan reaksinya: 2H2 + O2 → 2H2O
o Tentukan mol H2
massa H2 4
mol H2    2 mol
Mr H2 2
88
o Tentukan mol H2O

| Kimia Dasar untuk Fisika


2 2
mol H2O  mol H2  2  2 mol
2 2
o Tentukan massa H2O
massa H2O  mol H2O x Mr H2O  2 x 18  36 gram

2. Satu mol logam aluminium direaksikan dengan asam


klorida secukupnya menurut reaksi Al(s) + HCl(aq) →
AlCl3(aq) + H2(g)
a. Berapa massa AlCl3 yang terbentuk?
b. Berapa volume gas H2 (STP)?
c. Berapa partikel H2 yang terjadi?
(Ar : Al = 27 ; Cl = 35,5)
Penyelesaian:
a. Massa AlCl3 yang terbentuk:
o Setarakan reaksinya: 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
o Tentukan mol AlCl3
2 2
mol AlCl3  mol Al  x 1  1 mol
2 2
o Tentukan massa AlCl3
massa AlCl3  mol AlCl3 x Mr AlCl3  1 x 133,5  133,5 gram

b. Volume gas H2
o Tentukan mol H2
3 3 3
mol H2  mol Al  x 1  mol
2 2 2
o Tentukan volume H2
V H2  mol H2 x 22,4  33,6 L
d. Partikel H2
3 89
Jumlah H2  mol H2 x 6,02 x 10 23  x 6,02 x 10 23  9,03 x 10 23 molekul
2

Kimia Dasar untuk Fisika |


3. Sebanyak 13 g seng tepat habis bereaksi dengan sejumlah
HCl menurut reaksi:
Zn(s) + HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g).
Apabila 1 mol gas oksigen pada tekanan dan suhu
tersebut bervolume 20 L, berapa literkah volume gas
hidrogen yang dihasilkan pada reaksi tersebut?
(Ar Zn = 65)
Penyelesaian:
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
massa Zn 13
mol Zn    0,2mol
Ar Zn 65
1 1
mol H2  mol Zn  0,2  0,2 mol
1 1
20
V H2  0,2 x  4L
1
4. 4. Pembakaran gas etana (C2H6) memerlukan oksigen
4,48 L (STP), menurut reaksi: C2H6(g) + O2(g) → CO2(g) +
H2O(g)
a. Berapa massa etana tersebut?
b. Berapa massa CO2 yang dihasilkan?
(Ar : C = 12 ; H = 1 ; O = 16)
Jawab:
2C2H6(g) + 7O2(g) → 4CO2(g) + 6H2O(g)
1 mol
a. mol O2  x 4,48 L  0,2 mol
22,4 L
2 2
mol C2H6  mol O2  0,2  0,057 mol
7 7

90 massa C2H6  mol C2H6 x Mr C2H6  0,057x 30  1,71 gram

| Kimia Dasar untuk Fisika


4 4
b. mol CO2  mol C2H6  0,057  0,114mol
2 2

massa CO2  mol CO2 x Mr CO2  0,114 x 44  5,02 gram

91

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 12
SIFAT DAN HUKUM-HUKUM GAS

Kalo jarak kita dengan matahari lebih dekat, kita


pasti akan merasa lebih panas. Iya kan??..... Ingat ngak
dengan hadist Nabi, saat manusia dikumpulkan di padang
mashyar besok? Yang paling banyak dosanya, akan lebih
didekati matahari, sampe ada yang tenggelam dengan
keringatnya sendiri, saking panasnya!!! Ihh.. ngeri ya??...
Tapi, ada sesuatu yang membuatku masih heran.
Kenapa di puncak Jayawijaya, yang di Papua itu bisa ada
saljunya? Ngak cuma disana lho, di Mount Everest, yang di
Nepal malah lebih banyak lagi saljunya. Coba deh perhatiin,
orang-orang yang mendaki puncak-puncak tertinggi itu mesti
selalu dilengkapi dengan mantel tebal, agar tidak kedinginan.
Bahkan beberapa kabar mengabarkan, ada beberapa orang
yang meninggal di puncak-puncak tersebut karena
kedinginan.
Kok bisa ya, di tempat-tempat tinggi seperti itu,
suhunya lebih dingin dari tempat yang lebih rendah? Padahal
kan kalo lebih tinggi berarti lebih dekat dengan matahari, so
harusnya lebih panas!!! Hayooo…, logika ama realitanya gak
ketemu neh, bingung kan??
Kalo lihat judulnya di atas kalian mesti mikir, ini ada
hubungannya dengan gas!! Tapi, hubungannnya seperti apa,
92
bagaimana, dan kok bisa! Bingung lagi kan??.. Ok deh…, biar
gak bingung lagi, mari kita mulai belajar tentang gas.

| Kimia Dasar untuk Fisika


A. Wujud Materi
Pada kuliah pertama, kita telah mempelajari
pembagian materi berdasarkan wujudnya, yaitu padat, cair,
dan gas. Gaya tarik-menarik antara partikel-partikel
penyusun zat padat sangat kuat sehingga mereka hanya
bergetar pada posisi yang sama dan tetap berada dalam satu
kesatuan. Mereka tidak tercerai berai alias tetap ngumpul.
Lebih asyik ngumpul katanya… makan gak makan asal
ngumpul!! Ini yang menjadi alasan kenapa bentuk batu,
besi, timah, emas, de el el keliatan padat. Semua bagiannya
seolah-olah saling menempel.
Berbeda dengan zat padat, gaya tarik-menarik antar
partikel-partikel penyusun zat cair kurang kuat. Akibatnya,
partikel-pertikel tersebut bisa bergerak bebas dan tumpang
tindih dengan teman-temannya. Jadi jangan heran kalo air,
minyak tanah, bensin, de el el keliatan cair dan bentuknya
pun bisa berubah-ubah sesuai dengan wadah yang
ditempatinya. Btw, walaupun bentuk zat cair bisa berubah-
ubah, volume zat cair biasanya tetap. Hal ini dikarenakan
gaya tarik antara atom atau molekul penyusun zat cair masih
mampu menahan mereka untuk tetap ngumpul alias tidak
tercerai berai.
Zat gas maunya beda sendiri, eksklusif, introvert,
gaya, sok-sok-an, egois, pokoknya beda sendiri!! Gaya tarik-
menarik antar pertikelnya lemah, suaangat lemah malah.
Gerakannya bebas kemana-mana, sesuka hati, malah sering
dengan seenaknya nabrak teman sendiri tanpa sapa, salam,
dan senyum. Ngumpul??.. apalagi, gak pernah sekali!! Lebih
enak hidup sendiri… Gaya tarik-menarik partikel gas yang
sangat lemah ini menjadikan pertikel-pertikelnya tercerai 93
berai hingga kadang tak terlihat.

Kimia Dasar untuk Fisika |


Gambar 12. 1. Wujud zat, manakah yang berwujud gas??

B. Sifat-Sifat Gas
Karena perilaku pertikelnya itu, gas memiliki sifat
unik yang mudah diamati, antara lain:
 Volume dan bentuk sesuai wadahnya.
 Gerak partikelnya cepat dan bebas dan memberi tekanan
yang sama ke dinding wadah. Semakin banyak gas,
tekanannya semakin besar.
 Gas dapat ditekan dengan tekanan luar, bila tekanan luar
dikurangi, gas akan mengembang.
 Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan
akan mengkerut.
 Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan
terdistribusi merata.
Sifat-sifat gas di atas menunjukkan bahwa gas
merupakan wujud zat yang sangat dipengaruhi oleh besaran-
94
besaran makroskopis, seperti volume, tekanan, suhu, dan
jumlah partikel. Salah satu teknik yang sering dipakai dalam

| Kimia Dasar untuk Fisika


ilmu fisika untuk membantu menurunkan hubungan antara
beberapa besaran tersebut adalah menjaga agar salah satu
besaran selalu konstan. Misalnya, kalo kita ingin mengetahui
hubungan antara suhu dan tekanan gas, maka volume dan
jumlah partikel gas dijaga agar selalu konstan. Kalo kita ingin
mengetahui hubungan antara suhu dan volume gas maka
tekanan gas dijaga agar selalu konstan. Demikian juga kalo
kita ingin mengetahui hubungan antara tekanan dan volume
gas maka suhu gas dijaga agar selalu konstan.
Ingat ya, besaran-besaran ini saling mempengaruhi.
Ketika salah satu besaran berubah, maka besaran yang lain
akan berubah. Karenanya jika kita tidak menggunakan teknik
ini, maka kita tidak akan bisa mengetahui secara pasti
bagaimana hubungan kuantitatif antara satu besaran dengan
besaran lain. Btw, dirimu dan diriku tidak perlu melakukan
eskperimen itu lagi…. Para ilmuwan tempo doeloe sudah
melakukannya untuk kita. Tapi kalau dirimu masih ingin
melakukannya lagi, yow wes.., monggooo…!!!

1. Hubungan antara Volume dan Tekanan Gas (Hukum


Boyle)
Robert Boyle (1627-1691) melakukan eksperimen
untuk menyelidiki hubungan kuantitaif antara tekanan dan
volume gas. Percobaan ini dilakukan dengan memasukan
sejumlah gas tertentu ke dalam wadah tertutup. Sampai
pendekatan yang cukup baik, Obet menemukan bahwa
apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika
tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang.
Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang,
volume gas semakin bertambah. Istilah kerennya tekanan gas 95
berbanding terbalik dengan volume gas. Hubungan ini
dikenal dengan julukan Hukum Boyle.
Kimia Dasar untuk Fisika |
p p p

tekanan ditambah tekanan dikurangi


volume berkurang volume bertambah

Gambar 12.2. Hubungan antara tekanan dan volume gas pada


temperatur konstan

Secara matematis pernyataan di atas dapat ditulis sebagai


berikut : 1
P 
V
k
P 
V P1V1  P2V2
PV  konstan
P1V1  P2V2
Arti dari persamaan di atas adalah : pada suhu (T) konstan,
apabila tekanan (P) gas berubah maka volume (V) gas juga
berubah sehingga hasil kali antara tekanan dan volume selalu
konstan. Dengan kata lain, apabila tekanan gas bertambah,
maka volume gas berkurang atau sebaliknya jika tekanan gas
berkurang maka volume gas bertambah, sehingga hasil kali
antara tekanan dan volume selalu konstan.
Grafik yang menyatakan hubungan antara volume
dan tekanan tampak seperti pada gambar 3 di bawah.

96

| Kimia Dasar untuk Fisika


Gambar 12.3. Grafik hubungan antara tekanan dan volume
gas pada temperatur konstan
Catatan :
+ Kok garis P vs V melengkung ya?...
- Owh itu, jgn dipikirkan sekarang ya.., besok-besok aja, kalo
udah butuh!!

2. Hubungan antara Suhu dan Volume Gas (Hukum


Charles)
Seratus tahun setelah Obet menemukan hubungan
antara volume dan tekanan, seorang ilmuwan berkebangsaan
Prancis yang bernama Jacques Charles (1746-1823)
menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas.
Berdasarkan hasil percobaannya, Cale menemukan bahwa
apabila tekanan gas selalu konstan, maka ketika suhu gas
bertambah, volume gas pun ikut2an bertambah. Sebaliknya
ketika suhu gas berkurang, volume gas pun ikut-ikutan
berkurang.

97

Kimia Dasar untuk Fisika |


p p p

temperatur dikurangi temperatur ditambah

volume berkurang volume bertambah

Gambar 12.4. Hubungan antara suhu dan volume gas


pada tekanan konstan

Hubungan antara suhu dan volume gas dinyatakan


melalui grafik pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 12.5. Grafik hubungan antara suhu dan volume gas


pada tekanan konstan

Apabila garis pada grafik digambarkan sampai suhu


yang lebih rendah maka garis akan memotong sumbu di
sekitar -273,15 oC. Berdasarkan banyak percobaan yang
pernah dilakukan, ditemukan bahwa walaupun besarnya
perubahan volume setiap gas berbeda-beda, tetapi ketika
garis pada grafik V-T digambarkan sampai suhu yang lebih
rendah maka garis selalu memotong sumbu di sekitar -
98
273,15 oC.

| Kimia Dasar untuk Fisika


Jadi semua gas bernasib sama… Kita bisa mengatakan
bahwa seandainya gas didinginkan sampai -273,15 oC maka
volume gas = 0. Apabila gas didinginkan lagi hingga suhunya
berada di bawah -273,15 oC maka volume gas akan bernilai
negatif. Aneh khan kalau volume sampai bernilai negatif….
volume gas = 0 saja diriku sudah sulit membayangkannya
apalagi volume gas bernilai negatif. Tentu saja tidak
mungkin… Cukup logis kalau kita mengatakan bahwa -273,15
oC merupakan suhu terendah yang bisa dicapai. Karena garis

memotong sumbu di sekitar -273,15 oC maka sesuai dengan


kesepakatan bersama, di tetapkan bahwa suhu terendah yang
bisa dicapai adalah -273,15 oC.
Suhu -273,15 oC dikenal dengan julukan suhu nol
mutlak dan dijadikan acuan skala mutlak alias skala Kelvin.
Kelvin adalah nama fisikawan Inggris, Lord Kelvin (1824-
1907). Pada skala ini, suhu dinyatakan dalam Kelvin (K),
bukan derajat Kelvin (OK). Jarak antara derajat sama seperti
pada skala celcius. 0 K = -273,15 oC dan 273,15 K = 0 oC. Suhu
dalam skala Celcius dapat diubah menjadi skala Kelvin
dengan menambahkan 273,15, suhu dalam skala Kelvin bisa
diubah menjadi skala Celcius dengan mengurangi 273,15.
Secara matematis hubungan antara volume dan suhu
pada P konstan adalah sebagai berikut:

V T
V
k
T
V1 V
V  2
 konstan T1 T2
T
99
V1 V2

T1 T2
Kimia Dasar untuk Fisika |
Arti dari persamaan di atas adalah : pada tekanan (P)
konstan, apabila suhu mutlak (T) gas berubah maka volume
(V) gas juga berubah sehingga hasil perbandingan antara
suhu mutlak dan volume selalu konstan. Dengan kata lain,
jika suhu mutlak gas bertambah, maka volume gas juga
bertambah atau sebaliknya jika suhu mutlak gas berkurang
maka volume gas juga berkurang, sehingga hasil
perbandingan antara suhu dan volume selalu konstan.
Catatan :
Yang dimaksudkan dengan suhu mutlak gas adalah suhu gas
yang dinyatakan dalam skala Kelvin. Apabila suhu masih
dalam skala Celcius, maka ubah terlebih dahulu ke dalam
skala Kelvin.

3. Hubungan antara Tekanan gas dan Suhu gas (Hukum


Gay-Lussac)
Setelah Obet dan Cale mengabadikan namanya dalam
ilmu fisika, Joseph Gay-Lussac (1778-1850) pun tidak mau
ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Jose
menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu
konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak
gas pun ikut2an bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika
tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut2an
berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan
gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini
dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac.

100

| Kimia Dasar untuk Fisika


p p p

temperatur dikurangi temperatur ditambah

tekanan berkurang tekanan bertambah

Gambar 12.6. Hubungan antara suhu dan tekanan gas pada


volume konstan

Secara matematis hubungan antara tekanan dan suhu


pada volume konstan dapat ditulis sebagai berikut :

P T
P
k
T P1 P
 2
P T1 T2
 konstan
T
P1 P2

T1 T2
Arti dari persamaan di atas adalah : pada volume (V)
konstan, apabila tekanan (P) gas berubah maka suhu mutlak
(T) gas juga berubah sehingga hasil perbandingan antara
tekanan dan suhu mutlak selalu konstan. Dengan kata lain,
jika tekanan gas bertambah, maka suhu mutlak gas juga
bertambah atau sebaliknya jika tekanan gas berkurang maka
suhu mutlak gas juga berkurang, sehingga hasil
perbandingan antara tekanan dan suhu selalu konstan.
Perlu diketahui bahwa hukum Boyle, hukum Charles, 101
dan hukum Gay-Lussac memberikan hasil yang akurat
apabila tekanan dan massa jenis gas tidak terlalu besar. Di
Kimia Dasar untuk Fisika |
samping itu, ketiga hukum tersebut juga hanya berlaku untuk
gas yang suhunya tidak mendekati titik didih. Berdasarkan
kenyataan ini, bisa disimpulkan bahwa hukum Boyle, hukum
Charles, dan hukum Gay-Lussac tidak bisa diterapkan untuk
semua kondisi gas.

4. Hubungan antara Jumlah Partikel Gas dan Volume


Gas (hukum Avogadro)
Sejauh ini kita baru meninjau hubungan antara suhu,
volume, dan tekanan gas. Massa gas atau jumlah partikel gas
belum kita bahas. Setiap zat alias materi, termasuk zat gas
terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul yang disebut
partikel. Ketika meniup balon, semakin banyak udara yang
dimasukkan, semakin kembung balon tersebut. Dengan kata
lain, semakin banyak partikel gas yang dimasukkan, semakin
besar volume balon. Kita bisa mengatakan bahwa pada suhu
dan tekanan yang tetap jumlah partikel (n) sebanding alias
berbanding lurus dengan volume gas (V). Pernyataan ini
dikenal sebagai hukum Avogadro.

p p p
gas dikurangi gas ditambah

volume volume
berkurang bertambah

Gambar 12.7. Hubungan antara jumlah partikel dan volume


gas pada tekanan dan suhu konstan

Secara matematis hubungan antara antara jumlah


102 partikel dan volume gas dapat ditulis seperti ini :

| Kimia Dasar untuk Fisika


V n
V
k
n
V
V1 V
 konstan  2
n n1 n2
V1 V2

n1 n 2
Avogadro telah menghitung bahwa pada tekanan 1 bar dan
suhu 273,15 K (keadaan standar/STP), volume yang ditempati
tiap gas adalah 22,4 liter.

5. Hubungan antara suhu, volume, tekanan, dan jumlah


partikel gas
Hukum Boyle, hukum Charles, hukum Gay-Lussac,
dan hukum Avogadro baru menurunkan hubungan antara
suhu, volume, tekanan, dan jumlah partikel gas secara
terpisah. Bagaimanapun keempat besaran ini memiliki
keterkaitan erat dan saling mempengaruhi. Karenanya,
dengan berpedoman pada keempat hukum gas di atas, kita
bisa menurunkan hubungan yang lebih umum antara suhu,
volume, tekanan, dan jumlah partikel gas.
Kita tuliskan kembali keempat persamaan di atas,
agar dirimu bisa lebih nyambung :
1
Hukum Boyle :V  (pada n dan T konstan)
p
Hukum Charles : V T (pada n dan P konstan)
Hukum Gay-Lussac : P T (pada n dan V konstan)
Hukum Avogadra : V  n (pada P dan T konstan) 103
Jika keempat persamaan tersebut digabungkan akan
diperoleh hubungan keempat besaran tersebut:

Kimia Dasar untuk Fisika |


nT
V 
P
V  kons tan ta x
nT
R
nT PV  nRT
P P
PV  nRT
Persamaan di atas disebut persamaan gas ideal, karena gas
dianggap berperilaku sempurna saat pengukuran.
Jika kita melakukan pengukuran terhadap 1 mol gas
pada keadaan standar 1 bar dan 273 K, akan diperoleh nilai R
sebagai berikut:
R = 8,315 J mol-1 K-1
= 0,0821 L atm mol-1 K-1
= 1,99 kal mol-1 K-1
(ket: J = Joule, K = Kelvin, L = liter, atm = atmosfir, kal =
kalori)

6. Hukum Dalton
Persamaan gas ideal tidak hanya berlaku pada sampel
yang terdiri dari satu jenis gas saja, tetapi juga dapat
digunakan untuk campuran gas. Bila beberapa gas yang tidak
saling bereaksi bereaksi dicampur dalam satu wadah,
masing-masing gas akan melakukan sebagian tekanan.
Tekanan yang diberikan setiap gas disebut tekanan parsial.
Besarnya tekanan parsial gas akan sama dengan tekanan gas
itu bila berada sendirian dalam wadah. Secara sederhana ini
bisa dirumuskan bahwa tekanan total suatu campuran gas
adalaah jumlah tekanan parsial semua komponennya.
Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Dalton.

104

| Kimia Dasar untuk Fisika


Gambar 8. Tekanan total sistem adalah kontribusi tekanan
masing-masing komponen

Secara matematis, hukum Dalton dapat dituliskan


sebagai berikut:

Ptotal = PA + PB + PC …

dimana Ptotal adalah tekanan total gas, PA, PB, dan PC adalah
tekanan parsial masing-masing komponen gas.
Tekanan parsial masing-masing gas dapat
dihubungkan dengan tekanan total sistem menggunakan
fraksi molnya. Misal untuk sistem yang terdiri dari gas A dan
gas B.
PA  nA RT
PB  nB RT +
PA  PB V  nA  nB RT
PtotalV  ntotal RT
Maka besarnya tekanan parsial gas A (PA) dan B (PB)
berdasarkan fraksi molnya:
105

Kimia Dasar untuk Fisika |


PAV nA RT

PtotalV ntotal RT
PA n
PA  XAPtotal
 A
Ptotal ntotal
PA
 XA PB  XB Ptotal
Ptotal
PA  X A Ptotal

1. Pada tekanan 101 kPa, suhu sejumlah gas oksigen sama


dengan 20 oC dan volumenya = 20 liter. Berapakah
volume gas oksigen jika suhunya dinaikan menjadi 40
oC ?

Penyelesaian:
T1 = 20 oC + 273 = 293 K
T2 = 40 oC + 273 = 313 K
V1 = 20 L
V2 = ?

106

| Kimia Dasar untuk Fisika


2. Pada tekanan atmosfir (101 kPa), suhu gas karbon
dioksida = 20 oC dan volumenya = 2 liter. Apabila tekanan
diubah menjadi 201 kPa dan suhu dinaikkan menjadi 40
oC, hitung volume akhir gas karbon dioksida tersebut…

Penyelesaian:
P1 = 101 kPa
P2 = 201 kPa
T1 = 20 oC + 273 K = 293 K
T2 = 40 oC + 273 K = 313 K
V1 = 2 liter
V2 = ?
Tumbangkan soalnya:

Volume akhir gas karbon dioksida = 1,06 liter

107

Kimia Dasar untuk Fisika |


3. Tentukan volume 2 mol gas pada STP (anggap saja gas ini
adalah gas ideal)
Penyelesaian:

Volume 2 mol gas pada STP (temperatur dan tekanan


stadard) adalah 44,8 liter. Berapa volume 1 mol gas pada
STP ? itung sendiri ya!!….

4. Volume gas oksigen pada STP = 20 m3. Berapa massa gas


oksigen ?
Penyelesaian:
Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter = 22,4 dm3 = 22,4 x
10-3 m3 (22,4 x 10-3 m3/mol)
Volume gas oksigen pada STP = 20 m3

108

| Kimia Dasar untuk Fisika


Massa molekul oksigen = 32 gram/mol (massa 1 mol oksigen
= 32 gram). Dengan demikian, massa gas oksigen adalah :

Guampang sekali khan ? hehe…. Sering2 latihan ya.., biar


mahir!!

109

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 13
TEORI TUMBUKAN DAN ENERGI
AKTIVASI REAKSI

Setelah memahami materi dan wujudnya, sekarang


kita akan belajar tentang bagaimana materi tersebut dapat
berubah secara kimia. Tapi, modul ini hanya akan
membahasnya secara makro saja, adapun secara mikro,
biarkan mahasiswa kimia saja yang mempelajarinya.

A. Teori Tumbukan
Salah satu teori yang menjelaskan proses terjadinya
reaksi kimia adalah teori tumbukan. Menurut teori
tumbukan, reaksi kimia terjadi karena adanya partikel-
partikel yang saling bertumbukan. Tetapi, tidak semua
tumbukan akan menghasilkan reaksi kimia. Tumbukan yang
dapat menghasilkan reaksi kimia hanyalah tumbukan yang
efektif.
Agar terjadi tumbukan yang efektif diperlukan syarat,
yaitu orientasi tumbukan molekul harus tepat. Orientasi
merupakan arah atau posisi antarmolekul yang
bertumbukan. Untuk molekul berbentuk bulat orientasi tidak
begitu penting, karena semua posisi akan mengakibatkan
tumbukan dengan orientasi sesuai. Tetapi, untuk molekul
yang berbentuk dua bola terpilin orientasi sangatlah penting.
menghasilkan
110
Gambar 13.1. Tumbukan antar molekul yang berbentuk bulat

| Kimia Dasar untuk Fisika


Tetapi, untuk molekul yang berbentuk dua atau lebih bola
terpilin orientasi molekulnya sangat penting.

 bukan tumbukan efektif

menghasilkan

Gambar 13.2. Tumbukan antar molekul yang berpilin

Misal tumbukan antara gas hidrogen dengan gas


oksigen, seperti reaksi berikut:
2H2 (g) + O2 (g) → H2O(l) + H2O(l)

Gambar 13.3. Tumbukan yang sesuai menghasilkan 2


molekul air

B. Energi Aktivasi
Selain orientasi, agar dapat terjadi reaksi kimia, maka
energi tumbukan harus melewati energi penghalang yang
dikenal dengan energi aktivasi. Energi aktivasi (Ea)
merupakan energi minimal agar terjadi suatu reaksi. Semua
proses reaksi kimia harus melalui tahap ini, jika energi
aktivasi tidak terlampaui, maka reaksi kimia tidak akan
terjadi. Energi aktivasi merupakan syarat minimal terjadinya
suatu reaksi dan dapat digambarkan sebagai berikut.
111

Kimia Dasar untuk Fisika |


energi aktivasi (Ea)

reaktan

produk
Gambar 13.4. Diagram energi aktivasi

Diagram di atas memperlihatkan bahwa reaktan


dapat menjadi produk jika mampu melewati energi sebesar
Ea, yang disebut energi aktivasi. Jika Ea tidak terlampaui,
maka tidak akan dihasilkan suatu produk. Diagram tersebut
juga memperlihatkan apakah suatu reaksi bersifat eksoterm
(mengeluarkan panas) atau endoterm (menyerap panas).
Reaksi bersifat eksoterm jika energi potensial dari reaktan
lebih tinggi daripada energi potensial produk. Sebaliknya
reaksi bersifat endoterm jika energi potensial reaktan lebih
rendah daripada energi produk.

a b

Gambar 13.5. reaksi eksoterm (a), reaksi endoterm (b)


Energi aktivasi dibutuhkan karena sesaat setelah
tumbukan antar reaktan terbentuk senyawa transisi atau
kompleks teraktivasi terlebih dahulu. Senyawa transisi hanya
112 bertahan dalam waktu yang sangat singkat karena memiliki
energi yang sangat tidak stabil. Sesaat setelah itu, senyawa ini

| Kimia Dasar untuk Fisika


akan berubah menjadi produk. Sebagai contoh lihat gambar
13.6 berikut:

Gambar 13. 6. Pembentukan senyawa transisi

Makanya jangan sering berduaan, ehh.., maksudnya


jangan pernah berduaan, cewek ama cowok!! Takutnya, kalo
udah tumbukan mata, lama-lama... pegangan tangan, habis
itu... energinya gak stabil lagi!! Wah..., gawat deh jadinya...

113

Kimia Dasar untuk Fisika |


BAB 14
REAKSI DAN PERHITUNGANNYA

Setelah saling bertumbukan, reaktan akan mulai


bereaksi membentuk produk. Tapi berapa waktu yang
dibutuhkan untuk membentuk produk belum bisa
ditentukan, kecuali dengan memahami kinetikanya. Nah…,
kalo bagituww, berarti kita harus belajar tentang kinetika,
yaitu ilmu kimia yang belajar tentang mekanisme dan laju
reaksi.

A. Laju Reaksi
Secara fisika, definisi dari kecepatan atau laju adalah
jarak yang ditempuh benda pada waktu tertentu. Laju
disimbolkan dengan v dan dapat dituliskan rumusnya
sebagai berikut:
Perubahan posisi x 2  x 1 x S
Laju gerak     v
Perubahan waktu t2  t1 t t
dimana v adalah laju (meter detik-1), s adalah jarak meter),
dan t adalah waktu (detik).
Sama dengan hal tersebut, dalam kimia juga dikenal
istilah laju reaksi. Masih ingat dengan persamaan reaksi yang
pernah kita pelajari? Persamaan reaksi terdiri atas reaktan
dan produk. Reaksi berjalan mulai dari reaktan menuju
produk. Reaktan terletak di sebelah kiri anak panah,
114
sedangkan produk terletak di sebelah kanan.

| Kimia Dasar untuk Fisika


Dalam hal ini jika diandaikan reaksi berjalan terus,
maka secara logika konsentrasi reaktan akan semakin
berkurang, sedangkan konsentrasi produk akan semakin
bertambah. Karena dalam reaksi tidak ada jarak yang harus
ditempuh, maka konsentrasi reaktan berkurang setiap saat
atau konsentrasi produk bertambah setiap saat. Hal ini dapat
dianalogikan sebagai jarak yang ditempuh. Dengan analogi
tersebut, maka laju reaksi dapat didefinisikan sebagai “laju
berkurangnya konsentrasi reaktan tiap satuan waktu”. Atau
jika ditinjau dari produk, laju reaksi dapat didefinisikan
sebagai “laju bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan
waktu”.
Analoginya dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 untuk
reaksi A → B. Seiring dengan bertambahnya waktu, molekul
A (yang berwarna hitam) akan berkurang sebagai reaktan,
sementara molekul B (yang berwarna merah) akan
bertambah sebagai produk.

waktu

Gambar 14.1. Perubahan konsentrasi reaktan A dan produk B

115

Kimia Dasar untuk Fisika |


Gambar 14.2. Kurva perubahan konsentrasi reaktan A dan
produk B

Secara matematika laju reaksi A → B dapat dituliskan


sebagai berikut:
berkurangnya konsentras i reaktan reaktan 
r  
waktu yang dibutuhkan t
atau
bertambahn ya konsentras i produk produk 
r  
waktu yang dibutuhkan t
dimana r adalah laju reaksi (molar per satuan waktu).
Simbolnya sengaja dibedakan, biar beda aja, gak ada maksud
lain kok…

Jika reaksinya lebih kompleks, misalnya persamaan


reaksi:
aA → bB
maka koefisien reaksi harus diperhitungkan dalam
116 persamaan lajunya. Persamaan laju reaksi untuk reaksi di
atas adalah:

| Kimia Dasar untuk Fisika


1 A  1 B 
r  
a t b t

Diketahui persamaan reaksi


A + 3B → 2C + 2D
Molaritas B mula-mula 0,9986 M dan dalam waktu 13,2
menit molaritas B berubah menjadi 0,9746 M. Berapa laju
reaksi rata-rata selama waktu tersebut dalam M per detik?
Penyelesaian:
Berdasarkan reaksi di atas, persamaan laju reaksinya dapat
ditulis sebagai berikut:
A 1 B 1 C 1 D
r    
t 3 t 2 t 2 t
Molaritas B berubah selama reaksi berlangsung 13,2 menit
dapat dihitung sebagai berikut.
Δ[B] = 0,9746 M – 0,9986 M
= –0,0240 M
Δt = 13,2 menit
Dengan demikian didapatkan laju reaksi pengurangan B
adalah:

117

Kimia Dasar untuk Fisika |


1 B
r 
3 t
1  0,0240 (M)

3 13,2 (menit )
1  0,0240 (M)

3 792 (det ik )
 1,01.10 5 M detik -1
Simple banget ya..

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Reaksi kimia dapat dipercepat atau diperlambat
dengan cara memberi perlakuan tertentu. Perlakuan tersebut
berkaitan dengan ukuran partikel reaktan, suhu,
pengadukan, tekanan gas, molaritas, katalisator, inhibitor,
dan sebagainya.

1. Ukuran partikel
Jika ukuran partikel semakin kecil, maka reaksi akan
berjalan semakin cepat akibat bertambahnya permukaan
materi tersebut. Jika kalian mempunyai benda berbentuk
kubus dengan ukuran rusuk panjang, lebar, dan tinggi sama,
yaitu 1 cm. Berapa luas permukaan kubus tersebut?
Secara matematika dapat dihitung bahwa luas
permukaan kubus sebesar 6 kali luas sisinya. Karena kubus
mempunyai 6 sisi yang sama, maka jumlah luas
permukaannya adalah 6 × 1 cm × 1 cm = 6 cm2. Sekarang jika
kubus tersebut dipotong sehingga menjadi 8 buah kubus
yang sama besar, maka keempat kubus akan mempunyai
panjang,lebar, dan tinggi masing-masing 0,5 cm. Luas
permukaan untuksebuah kubus menjadi 6 × 0,5 cm × 0,5 cm
= 1,5 cm2. Jumlah luaspermukaan kubus menjadi 8 × 1,5 cm2
118 = 12 cm2. Jadi, dengan memperkecil ukuran kubus, maka luas
permukaan total menjadisemakin banyak.

| Kimia Dasar untuk Fisika


Gambar 14.3. Luas permuakaan partikel kecil lebih besar

Jika ukuran partikel suatu benda semakin kecil, maka


akan semakin banyak jumlah total permukaan benda
tersebut. Oleh karena itu, luas permukaan semakin banyak
maka kemungkinan terjadinya tumbukan antarpermukaan
partikel akan semakin sering. Hal ini dapat mempercepat
terjadinya reaksi.

2. Suhu
Kenaikkan suhu mempercepat reaksi karena dengan
kenaikkan suhu gerakan partikel semakin cepat. Energi
kinetik partikel-partikel semakin bertambah sehingga makin
banyak terjadi tumbukan yang efektif. Dengan demikian,
makin banyak partikel-partikel yang bereaksi.

Gambar 14.4. Gerakan partikel-partikel dalam reaksi kimia


pada suhu T1 dan T2
Beberapa hasil eksprimen menunjukkan bahwa kenaikan
suhu 100C, akan menambah laju reaksi 2 kali lipat. Lumayan
ya...
119

Kimia Dasar untuk Fisika |


3. Konsentrasi
Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi tentu
mengandung molekul-molekul yang lebih rapat
dibandingkan dengan konsentrasi larutan rendah. Larutan
dengan konsentrasi tinggi merupakan larutan pekat dan
larutan dengan konsentrasi rendah merupakan larutan encer.
Pada larutan pekat, letak molekulnya rapat sehingga sering
terjadi tumbukan dibandingkan dengan larutan encer. Itulah
sebabnya, jika konsentrasi larutan yang direaksikan semakin
besar, maka laju reaksinya juga semakin besar.

Gambar 14.5. Partikel reaktan dalam


(a) konsentrasi rendah, (b) konsentrasi tinggi

4. Katalis
Katalisator merupakan zat yang mampu
mempengaruhi laju reaksi. Dalam kerjanya katalisator akan
ikut bereaksi dengan zat-zat reaktan, tetapi diakhir proses
reaksi katalisator tersebut akan memisah kembali. Katalis
ada dua macam, yaitu katalis yang bersifat positif dan katalis
negatif. Katalis bersifat positif dapat mempercepat laju
reaksi. Katalis bersifat negatif merupakan katalisator yang
memperlambat laju reaksi, katalisator ini dinamakan
inhibitor.
Adanya katalis positif dalam reaksi kimia
mengakibatkan energi aktivasi reaksi semakin kecil. Dengan
demikian, kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar.
Bayangkan jika kalian ingin menuju suatu tempat yang
120
dihalangi sebuah gunung. Jalan yang satu harus mendaki
gunung, sedangkan jalan yang lain melewati terowongan
yang menembus gunung, mana yang lebih cepat? Jalan yang
| Kimia Dasar untuk Fisika
harus mendaki gunung digambarkan sebagai jalan tanpa
katalis, sedangkan jalan melalui terowongan adalah jalan
dengan katalis. Dalam hal ini terowongan merupakan suatu
katalis.

Gambar 14.6. Diagram energi aktivasi dengan atau tanpa


katalis

Apa yang dapat disimpulkan dari gambar di atas.


Pada gambar terlihat bahwa pada:

 Jalur I
A + B → AB → C
Jalur ini merupakan jalur reaksi yang berjalan tanpa
katalisator sehingga memerlukan energi aktivasi yang tinggi.
Akibatnya reaksi berjalan lambat.

 Jalur II
A + B → XAB → C
Jalur ini dengan katalisator, yaitu X. Adanya katalisator
mengakibatkan energi aktivasi rendah, sehingga reaksi
berjalan cepat. 121

Kimia Dasar untuk Fisika |


Contohnya adalah reaksi penguraian H2O2. Larutan
hidrogen peroksida (H2O2) dapat terurai menurut persamaan
reaksi berikut:
2H2O2(aq) → 2H2O(l) + O2(g)
Pada suhu kamar, reaksi penguraian berjalan lambat. Akan
tetapi, jika ditambah mangan(IV) oksida, reaksi dapat
berjalan lebih cepat.

C. Konstanta Laju Reaksi


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada suhu
tertentu konsentrasi reaktan berbanding lurus dengan laju
reaksi, semakin banyak zat yang bereaksi, maka semakin
cepat reaksi tersebut berlangsung. Perhatikan tabel berikut
yang menggambarkan laju reaksi penguraian Br2.

Tabel di atas memperlihatkan seiring dengan berkurangnya


konsentrasi Br2, maka laju reaksinya juga akan berkurang.
Jika digambarkan dengan grafik akan diperoleh persamaan
garis lurus.

122

| Kimia Dasar untuk Fisika


Gambar 14.7. Laju reaksi dan konsentrasi berbanding lurus

Berdasarkan grafik tersebut kita bisa menuliskan


hubungan antara laju dan konsentasi analog dengan
persamaan garis lurus y = mx, dimana y adalah laju reaksi, x
adalah konsentrasi dan m adalah sebuah konstanta. Kita
peroleh:

r  k Br2 
Jika reaksinya lebih kompleks lagi, misal:
A+B→ C

Kita tuliskan persamaan lajunya:


r  k A B 
Harga k bergantung pada jenis reaksi dan suhu. Setiap jenis
reaksi mempunyai harga k tertentu. Jika reaksi berlangsung
cepat, maka harga k besar. Begitu pula sebaliknya. Jika reaksi
berlangsung lambat, maka harga k kecil.

D. Orde Reaksi
Pengaruh konsentasi terhadap laju reaksi tergantung
123
pada jenis reaksinya. Ada jenis reaksi yang ketika konsentrasi
reaktannya ditambah 2 kali lipat maka lajunya akan
bertambah 2 kali lipat juga. Ada pula reaksi yang ketika
Kimia Dasar untuk Fisika |
konsentrasi reaktannya ditambah 2 kali lipat maka lajunya
akan bertambah 4 kali lipat. Bahkan ada jenis reaksi yang jika
konsentrasinya ditambah berkali-kali lipat, ternyata lajunya
tetap, tidak bertambah apalagi berkurang.
Untuk memahaminya, perhatikan ilustrasi pada
gambar 14.8.

Gambar 14.8. Pengaruh konsentrasi terhadap laju

Persamaan laju dari reaksi A → B, dapat dituliskan:


r = k[A]
Dari eksperimen diperoleh data sebagai berikut:

Perhatikan tabel di atas, jika konsentrasi dinaikkan dari 0,05


ke 0,1 (2 kali lipat), ternyata lajunya naik dari 3.10-4 menjadi
14.10-4 (4 kali lipat).
Untuk menggambarkan kondisi tersebut, maka dalam
kinetika kimia diperkenalkan istilah baru, yaitu orde reaksi
atau tingkat reaksi. Untuk ilustrasi di atas kita menuliskan
persamaan lajunya menjadi:
124 r = k[A]2
dan disebut reaksi orde 2 terhadap A.

| Kimia Dasar untuk Fisika


untuk reaksi orde 1, kita tuliskan:
r = k[A]1 = k[A]
untuk reaksi orde nol, kita tuliskan:
r = k[A]0 = k
Jika reaksinya lebih kompleks, misal aA + bB → cC,
maka kita tuliskan persamaan lajunya:
r  k Am B n
dimana m adalah orde reaksi terhadap A dan n adalah orde
reaksi terhadap B. dengan demikian orde reaksi totalnya
adalah:
orde reaksi total  m  n
Orde reaksi biasanya adalah bilangan bulat positif
sederhana (1, 2, 3, atau lebih), tetapi ada yang berorde 0, ½ ,
atau bilangan negatif. Orde-orde reaksi ini tidak dapat
dituliskan dari persamaan reaksinya, melainkan harus dari
data eksperimen.
Pada reaksi A + B → C, orde reaksi terhadap A dapat
ditentukan dengan cara melakukan eksperimen. Molaritas A
dibuat tetap, sedangkan molaritas B diubah-ubah, kemudian
waktu atau laju reaksi diukur dengan cara tertentu. Demikian
pula sebaliknya, untuk menentukan laju reaksi terhadap B,
maka molaritas B dibuat tetap molaritas A diubah-ubah.

Pada reaksi : 2A + B → C diperoleh data :


No [A] (M) [B] (M) r (M s-1)
1 0,2 0,2 0,02
2 0,2 0,4 0,04
3 0,4 0,4 0,16
Tentukan orde reaksi total dan persamaan laju reaksinya! 125

Kimia Dasar untuk Fisika |


Penyelesaian:
Misalnya orde reaksi terhadap A = m; dan orde reaksi
terhadap B = n, maka persamaan lajunya adalah:
r  k Am B n
 Orde reaksi terhadap A ditentukan dengan
membandingkan data [B] yang sama, yaitu data ke-2 dan
3.
r 3 k A m B n

r 2 k A m B n
0,16 k 0,4 0,4
m n

0,04 k 0,2m 0,4n
4  2m
m 2

 Orde reaksi terhadap B ditentukan dengan


membandingkan data [A] yang sama, yaitu data ke-1 dan
2.
r 2 k A m B n

r 1 k A m B n
0,04 k 0,2m 0,4
n

0,02 k 0,2m 0,2n
2  2n
n 1
Jadi, orde reaksi terhadap A (m) = 2 dan orde reaksi terhadap
B (n) = 1.
 Orde reaksi total = m + n = 2 + 1 = 3.
Persamaan laju reaksinya :
r  k .A 2 .B 1
126
 k .A 2 .B 

| Kimia Dasar untuk Fisika


 Untuk menghitung nilai k, dapat diambil dari salah 1 data
yang ada (misa data ke-1).
r  k .A 2 .B 
r
k 
A 2 .B 
0,02 M / s

0,2M 2 .0,2M
0,02 M / s

0,04M 2 .0,2M
0,02M / s

0,008M 3
 2,5 M -2 s -1
Jadi persamaan laju reaksinya : r  2,5.A2 .B 
Gampang ya!!

E. Gabungan Rumus
Setelah memahami orde reaksi, sekarang kita akan
menggabungkan konsep orde reaksi tersebut dengan laju
reaksi secara definisi dan secara matematis.
1. Orde 0
Jika kita memiliki reaksi A → B, maka secara definisi
laju reaksinya dapat dituliskan:
d A 
r 
dt
Jika reaksinya adalah reaksi orde 0, maka secara matematika
persamaan laju reaksinya menjadi:
r  k A 0
r k
Gabungan 2 persamaan tersebut adalah:
d A 
 k 127
dt
 d A   kdt

Kimia Dasar untuk Fisika |


Jika diintegralkan akan diperoleh persamaan:
t t
  d A   k  dt
0l 0l

 A t  A 0   k t  0 
At  kt  A0
A 0  A t  kt
A t  kt  A 0

Jika persamaan di atas digambarkan dalam bentuk grafik,


maka grafiknya adalah gambar 9.

Gambar 14.9. Grafik orde reaksi 0

2. Orde 1
Jika reaksi di atas adalah reaksi orde 1, maka secara
matematika persamaan laju reaksinya menjadi:
r  k A

Gabungan 2 persamaan tersebut adalah:


d A 
  k A 
128 dt
d A 
  kdt
A 
| Kimia Dasar untuk Fisika
Jika diintegralkan akan diperoleh persamaan:
t t
d A 
  k  dt
A 
0l 0l
lnAt  kt  lnA0
 lnA t  lnA 0   k t  0 
lnA 0  lnA t  kt
lnA t  kt  lnA 0

Jika persamaan di atas digambarkan dalam bentuk


grafik, maka grafiknya adalah gambar 10.

Gambar 14.10. Grafik orde reaksi 1

3. Orde 2
Jika reaksi di atas adalah reaksi orde 2, maka secara
matematika persamaan laju reaksinya menjadi:
r  k A 2
Gabungan 2 persamaan tersebut adalah:
d A 
  k A 2
dt
d A 
  kdt 129
A 2
Jika diintegralkan akan diperoleh persamaan:

Kimia Dasar untuk Fisika |


t t
d A 
  A 2  k  dt
0l 0l

 1 1 
     k t  0  1 1
 A 0 A t   kt 
1 1
A t A 0
  kt
A t A 0
1 1
 kt 
A t A 0
Jika persamaan di atas digambarkan dalam bentuk grafik,
maka grafiknya adalah gambar 11.

Gambar 14.11. Grafik reaksi orde 2

F. Waktu Paruh ( t½ )
Waktu paruh merupakan waktu yang diperlukan agar
molaritas zat sisa menjadi setengah molaritas zat awal. Misal
mula-mula molaritas zat A adalah a mol, setelah waktu t½,
maka molaritas zat A sisa sebesar ½a mol. Waktu paruh
130 sering digunakan untuk perhitungan dalam reaksi peluruhan
radioaktif. Selain itu dengan mengetahui waktu paruh laju
reaksi dapat dicari dengan lebih cepat.
| Kimia Dasar untuk Fisika
Untuk reaksi orde 1, waktu paruhnya dapat
ditentukan dari persamaan laju reaksi orde satu:
lnAt  kt  lnA0
Saat t½, [A]t = ½[A]0, sehingga persamaan di atas menjadi:
ln 21 A 0  kt  lnA 0
lnA 0  ln 1
2
A 0   kt 1
2

A 0
ln  kt
A 0
1
1 2
2

ln 2  kt 1
2

0,693  kt 1
2

0,693
t 
k
1
2

Dengan cara yang sama untuk reaksi orde 2 kita dapatkan


persamaan waktu paruhnya:

1 1
 kt 
A t A 0
1 1
 kt 
A 0 A 0
1
1 2
2
1 1
  kt
A 0 A 0
1
1 2
2
2 1
  kt
A 0 A 0
1
2

1
 kt
A 0
1
2

Ilustrasi waktu paruh reaksi dapat dilihat pada gambar 12


berikut:
131

Kimia Dasar untuk Fisika |


Gambar 14.12. Ilustrasi waktu paruh

132

| Kimia Dasar untuk Fisika


133

Kimia Dasar untuk Fisika |


134

| Kimia Dasar untuk Fisika


-Jalan Sunyi-

Ketika baru mendapat buku teks teori yang tebalnya sekitar


700 halaman, dia diminta pulang dengan sebuah pesan:

”Sekarang kamu harus bertapa di dalam kamar untuk


mempelajari isi buku ini. Tidak bermaksud menyuruhmu
meditasi atau komat-kamit baca mantra, tapi baca, tulis, dan
turunkan kembali persamaan-persamaan yang ada dalam
buku ini. Inilah jalan ilmu yang dapat ditempuh oleh siapa saja
dan tidak mensyaratkan apa pun kecuali mau dan
melakukannya.”

Jalan ilmu merupakan jalan terjal dan sunyi yang jauh dari
gegap-gempita. Terjal lantaran harus melewati tahap demi
tahap yang runut dengan sabar dan tekun. Sunyi lantaran
harus dilakukan dalam ruang yang jauh dari kebisingan
ramai.

135

Kimia Dasar untuk Fisika |

Anda mungkin juga menyukai